Anda di halaman 1dari 5

TRIAGE DAN ARTIKEL

Oleh

Nama. : Yohana intan f. Yunas


NPM : 17.14.201.019
Tugas 2: keperawatan gawat darurat

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN PERTANIAN

UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA SANTU PAULUS RUTENG

2020/2021
1. Tentukan triage dan tindakan yang harus dilakukan pada pasien tersebut .
Kasus:
Seorang laki- laki 40 tahun, dibawah ke UGD segera setelah kecelakaan lalu lintas. Tampak darah
keluar dari telinga dan hidung. Paha kanan ada deformitas dan luka terbuka yang berdarah. Nafas
tersengal dan gelisah.
Jawab:
Tindakan apa yang pertama kali anda lakukan pada korban adalah:
1. Pakai APD agar tidak terkena darah atau cairan tubuh korban
2. Jangan menyentuh mulut, hidung, mata, makanan sewaktu memberi makanan.
3. Jangan buang-buang waktu mencari penutup luka
4. Tekan langsung dengan tangan
5. Bila tidak berhenti maka tinggikan bagian tersebut lebih tinggi dari jantung (hanya pada
alat gerak) bila masih belum berhenti maka lakukanlah penekanan pada titik-titik tekan.
6. Pertahankan dan tekan cukup kuat
7. Pasang pembalutan penekanan
8. Sebaiknya jangan melepas penutup luka atau balutan pertama
9. Kemudian perhatikan tanda-tanda shock
10. Jika penderita masih sadar letakan pada posisi setengah duduk atau semifolwer.
11. Hindari memberikan makanan dan minuman apapun.
2. Tentukan triage dan tindakan yang diberikan pada kasus berikut.
a. Wanita muda tidak sadar, nafas ngorok, kepala posisi miring, tungkai bawah deformitas.
● Check jalan napas (airway), pernapasan ( breathing),sirkulasi (circulation)
● Tungkai dibidai dengan dua buah bidai yang dipasang mulai dari mata kaki
sampai beberapa jari diatas lutut. Papan bidai dibungkus dengan kain atau
selimut pada bagian yang menempel betis. Di bawah lutut dan mata kaki diberi
bantalan.
● Tungkai yang patah harus di gips atau dibidai sekitar 2 bulan lama. Kaki
diletakan lebih tinggi dari pada bagian tubuh lainnya. Hal tersebut berguna
menghambat pembengkakan dan mengurangi rasa sakit.
● Apabila tulang yang patah terdapat di atas pergelangan kaki, pembidaian berlapis
bantal dip
b. Wanita 40 tahun , hamil besar, perdarahan pervaginam
penangannya adalah:
a) Baringkaan dan istirahatkan penderita
b) Buka jalan napas dan pertahankan
c) Periksa berkala pernapasan dan denyut nadi
d) Perawatan syok bila terjadi syok atau diduga akan
menjadi syok
c. Wanita,25 tahun,CKB, terlihat jaringan otak di luka kepala yang terbuka ,nafas teratur.
tindakan yang harus diberikan adalah :
● cek kesadaran : cek jalan napas (airway),pernapasan (breathing), sirkulasi nasi
( circulation)

1
● Stabilkan kepala dan leher : stabilkan kepala dan leher dengan meletakan kedua
tangan di kedua sisi kepala, kemudian jaga agar kepalanya sejajar dengan tulang
belakang dan jaga tubuhnya agar tidak bergerak sembari tunggu bantuan medis.
● Hentikan pendarahan: jika cedera kepala korban menimbulkan perdarahan,
langsung tekan titik perdarahan dengan kain bersih. Lebih berhati-hati, jangan
menggerakkan kepala korban. Jika darah sudah membasahi kain bersih tadi,
jangan lepas kainy, dan tekan kain bersih lainya.
● Jangan tekan tulang tengkorak yang retak: jangan menekan tengkorak kepala
yang terbuka atau hancur, jangan menarik bekas kecelakaan (jika ada) dari lika.
● Cegah korban agar tidak tersesat : jika cedera kepala yang dialami korban
membuatnya muntah-muntah, miringkan tubuhnya ke samping untuk mencegah
tersedak oleh muntahnya sendiri.
● Tetap melindungi tulang belakang.
d. Pria 40 tahun, faktur terbuka femur kanan, oucat, keringat dingin.
pertolongan pertama pada pasien faktur atau patah tulang adalah sebagai berikut:
● Berusahalah untuk tetap tenang
● Jangan mencoba untuk mengembalikan posisi tulang, teeuama tulang yang
terlihat keluar.
● Tutup luka secara perlahan dengan kain steril atau perban untuk menghentikan
pemdarahan
● Kemudian pasanglah papan kayu, yang dilipat dengan membungkusnya dengan
kasa atau kain lain pada bagian yang cedera, tujuannya agar tulang yang patah
tidak bergerak.
● Angkatlah daerah retak jika mungkin dan menerapkan kompres dingin untuk
mengurangi pembengkakan dan rasa sakit.
● Jangan memberikan penderita makanan atau minuman untuk dikonsumsi.
e. Pria, 29 tahun, luka bakar gr 2-3 : 30%, berteriak histeris
Pertolongan pertama pada pasien luka bakar:
a. Segera hindari sumber api dan mematikan api pada tubuh, misalnya dengan
menyelimuti dan menutup bagian yang terbakar untuk menghentikan pasokan
oksigen pada api yang menyala
b. Singkirkan baju, perhiasan dan benda-benda lain yang membuat efek Torniket,
karena jaringan yang terkena luka bakar akan segera menjadi oedem
c. Setelah sumber panas dihilangkan rendam daerah luka bakar dalam air atau
menyiramnya dengan air mengalir selama sekurang-kurangnya lima belas menit.
Proses koagulasi protein sel di jaringan yang terpajan suhu tinggi berlangsung
terus setelah api dipadamkan sehingga destruksi tetap meluas. Proses ini dapat
dihentikan dengan mendinginkan daerah yang terbakar dan mempertahankan
suhu dingin ini pada jam pertama sehingga kerusakan lebih dangkal dan
diperkecil.
d. Akan tetapi cara ini tidak dapat dipakai untuk luka bakar yang lebih luas karena
bahaya terjadinya hipotermi. Es tidak seharusnya diberikan langsung pada luka
bakar apapun.

2
e. Evaluasi awal
Prinsip penanganan pada luka bakar sama seperti penanganan pada luka akibat
trauma yang lain, yaitu dengan ABC (Airway Breathing Circulation) yang diikuti
dengan pendekatan khusus pada komponen spesifik luka bakar pada survey
sekunder.
f. Anak wanita 7 tahjn, menangis kuat kesakitan.

3. Ringkas artikel triage


Emergency departments across the globe follow a triage system in order to cope with
overcrowding. The intention behind triage is to improve the emergency care and to prioritize cases in
terms of clinical urgency. In emergency department triage, medical care might lead to adverse
consequences like delay in providing care, compromise in privacy and confidentiality, poor physician-
patient communication, failing to provide the necessary care altogether, or even having to decide whose
life to save when not everyone can be saved. These consequences challenge the ethical quality of
emergency care. This article provides an ethical analysis of “routine” emergency department triage. The
four principles of biomedical ethics - viz. respect for autonomy, beneficence, nonmaleficence and justice
provide the starting point and help us to identify the ethical challenges of emergency department triage.
However, they do not offer a comprehensive ethical view. To address the ethical issues of emergency
department triage from a more comprehensive ethical view, the care ethics perspective offers additional
insights.
1. Triage in Health Care
Common contexts of triage in contemporary health care practices are pre-hospital care,
emergency care, intensive care (who to admit), waiting lists (e.g. for lifesaving treatments such as
organ transplants) and battlefield situations. In case of emergencies and disasters, three stages of
triage have emerged in modern healthcare system.
1. First, pre-hospital triage in order to dispatch ambulance and pre-hospital care resources.
2. Second, triage at the scene by the first clinician attending the patient.
3. Third, triage on arrival at the hospital ED.
During the last decade, the issue of pandemic triage has entered the discussion of triage. The
emerging infectious diseases like Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) and Pandemic Influenza
have alerted emergency departments to the need for contingency plans. This applies to triage for intensive
care services as well. In such public health emergencies, the managerial emphasis shifts from the
individual to the population, from “individual” to “statistical” lives, trying to realize a maximal outcome
out of the available resources.
Nevertheless, emergency staff continues to be confronted, on a face-to-face level, with the care for
individual patients in need, whom they might not be able to help.

2. Emergency Department Triage


Triage is a system of clinical risk management employed in emergency departments worldwide to
manage patient flow safely when clinical needs exceed capacity. It promulgates a system that
delivers a teachable, auditable method of assigning clinical priority in emergency settings. In
contemporary emergency care, triage is regarded as an essential function not only during massive
influx of patients as in disasters, epidemics and pandemics but also in regular emergency care
departments. The burden in emergency care is increasing and so are the expectations of patients.

3
In hospitals that apply triage for regular emergency care, triage is the first point of contact with
the ED. Assessment by the triage officers involves a combination of the chief complaint of the
patient, general appearance and at times, recording of vital signs.
3. Guidelines for Emergency Department Triage
Triage guidelines score emergency patients into several categories and relate it to the maximum
waiting time based on specific criteria of clinical urgency. Initial versions of triage guidelines had
three levels of categorization mostly termed as emergent, urgent and non-urgent .Studies have
revealed that five-level triage systems are more effective, valid and reliable]. In contemporary
emergency care, most triage systems sort out patients into five categories or levels. including the
time within which the patient should be seen by the emergency care provider. The most
commonly used guidelines for ED triage on the international literature are The Manchester Triage
Score [17,28,29], The Canadian Triage and Acuity Scale [28-31], The Australasian Triage Scale
[28,32] and Emergency severity Index [27,29]. In ESI, there are fivelevels of these triage score
(see Figure 1). In addition national and institutional guidelines are also developed and used in
practice.
When reflecting on the question whether these triage systems say anything about how to sort a
patient among one of the five levels, we can apply The Manchester Triage Score as an example.
This triage system selects patients with the highest priority first and works without making any
assumptions about diagnosis. In this method the actual priority is determined by using flow charts
which utilizes ‘discriminators’ at each level
of priority. Discriminators are factors (general or specific) that discriminate between patients to
be allocated to one of the five clinical priorities. There are six general discriminators for triage:
life threat, haemorrhage, pain, conscious level, temperature and acuteness. These have to be
practiced at each level of priority and it is essential for the triage officer to understand the triage
method. For example: Pain can be severe pain, moderate pain and recent pain. Specific
discriminators are applicable to individual presentations or to small groups of presentations,
which tend to relate to key features of particular conditions. For example: cardiac pain or pleuritic
pain.Thus, the specific criteria of triage are based on clinical urgency.

Anda mungkin juga menyukai