Anda di halaman 1dari 8

JURNAL SEHAT MASADA VOLUME XV NOMOR 1 Januari 2021 ISSN : 1979-2344

FAKTOR DETERMINAN KEJADIAN BACTERIAL VAGINOSIS (BV)


DI KABUPATEN BANDUNG

Rosita
Program Studi Diploma Kebidanan STIKes Dharma Husada
rositasdhb@gmail.com

ABSTRAK

Bacterial vaginosis (BV) merupakan kondisi ketidak seimbangan dari ekosistem vagina, yaitu
menurunnya jumlah Lactobacillus yang diikuti dengan peningkatan jumlah Gardnerella vaginalis dan
kuman anaerob lainnya. BV biasanya tidak bergejala, namun ketika menimbulkan gejala biasanya
disertai dengan keputihan yang berbau. Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif
deskriptif dengan pendekatan Analisis Data Sekunder. Sample yang digunakan dalam penelitian ini
adalah seluruh pasien atau WUS yang terdata atau tercatat dalam laporan di wilayah Kabupaten
Bandung yaitu sebanyak 83 orang.
Hasil penelitian menunjukan dari 83 WUS yang dilakukan pemeriksaan, sebanyak 4 orang yang
merokok dan 1 orang yang positif BV dengan p Value 1,10. Dalam hal ini secara statistik tidak
menunjukan adanya pengaruh merokok dengan kejadian BV. Sedangkan untuk aktivitas seksual secara
statistik menunjukan bahwa p Value 0,010 maka terdapat pengaruh yang signifikan antara aktifitas
seksual secara aktif dengan kejadian BV. Pada faktor penggunaan cairan pencuci vagina menunjukan
dengan p Value 0,012 maka secara statistik menunjukan bahwa terdapat pengaruh antara penggunaan
cairan pencuci vagina dengan kejadian BV. Sedangkan yang terakhir secara statistik menjukan p Value
0,012 maka dapat terlihat bahwa terdapat pengaruh yang bermakna antara penggunaan alat kontrasepsi
dengan kejadian BV.
Diharapkan masyarakat dapat mengetahui tanda gejala BV secara dini dan menghindari faktor-faktor
yang dapat memperberat kejadian BV. Dan petugas kesehatan dapat melakukan screening secara dini
terutama pada wus yang mempunyai faktor risiko.

Kata Kunci : Faktor Determinan, Bacterial Vaginosis (BV).

1. PENDAHULUAN India menemukan 32,8% kasus BV dengan


Bacterial vaginosis (BV) merupakan 31,2% diantaranya asimtomatis. BV juga
kondisi ketidak seimbangan dari ekosistem ditemukan pada 10-20% wanita aktif seksual
vagina, yaitu menurunnya jumlah serta dengan prevalensi lebih tinggi pada
Lactobacillus yang diikuti dengan peningkatan wanita dengan Infeksi Menular Seksual (IMS)
jumlah Gardnerella vaginalis dan kuman yang mengunjungi klinik spesialis.5
anaerob lainnya.1 BV biasanya tidak bergejala, Prevalensi kejadian BV di seluruh dunia
namun ketika menimbulkan gejala biasanya terbilang cukup tinggi. Prevalensi bervariasi
disertai dengan keputihan yang berbau.2 Angka pada populasi wanita misalnya pada wanita
kejadian BV di negara-negara berkembang hamil, remaja, Wanita Pekerja Seks (WPS),
tidak jauh berbeda. Penelitian di New Delhi, HIV positif. Pada tahun 2001-2004 di Amerika
Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 48
JURNAL SEHAT MASADA VOLUME XV NOMOR 1 Januari 2021 ISSN : 1979-2344

Serikat dilakukan National Health and 41-45 tahun (54,5%), mahasiswa/pelajar


Nutrition Examination Survey (NHANES) dan (45,7%) dan paritas >5 (50%).5 Selain itu pada
didapatkan hasil prevalensi BV sebesar 29,2% wanita hamil di RSUP Dr Kariadi Semarang
yang setara dengan 21 juta wanita, penelitian didapatkan sebesar 43,3% terdiagnosa infeksi
pada ibu hamil 28,1%, dikalangan remaja 20%, BV dan 38,5% tidak mengeluhkan adanya
perempuan HIV-positif 36%, sedangkan pada gejala.
WPS lebih tinggi yaitu 62,9%.6 Seseorang memiliki peluang lebih besar
Pada tahun 2005 di Jakarta prevalensi menderita vaginosis bakteri bila melakukan
infeksi saluran reproduksi yang terjadi yaitu irigasi vagina, atau seringkali membersihkan
candidiasis 6,7%, tricomoniasis 5,4% dan vagina dengan sabun dan produk lain. Terdapat
bacterial vaginosis 5,1%. Menurut data tahun peningkatan 9,3% wanita dari BV negatif
2007 di Indonesia prevalensi infeksi saluran menjadi positif setelah satu bulan pemasangan
reproduksi sebanyak bacterial vaginosis 53% IUD atau AKDR. Di Kabupaten bandung
dan vaginal kandidiasis 3%. Tahun 2008 sendiri terdapat 714.046 PUS yang aktif
prevalensi infeksi saluran reproduksi pada menggunakan alat kontrasepsi, dan IUD
remaja putri dan wanita dewaa yang merupakan alat kontrasepsi kedua paling
disebabkan oleh bacterial vaginosis sebesar banyak penggunanya setelah suntik.13
46%, candida albicans 29% dan tricomoniasis Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
12%. Infeksi bakteri sekalipun hanya vagina faktor determinan diantaranya faktor merokok,
BV harus disembuhkan karena dapat aktifitas seksual, cairan pencuci vagina dam
menimbulkan infeksi pada organ reproduksi penggunaan alat kontrasepsi seksual terhadap
yang lain. Strategi pencegahan dibutuhkan kejadian BV.
untuk mengurangi insiden BV dengan
identifikasi faktor risiko yang merupakan upara 2. METODE PELAKSANAAN
8,9
preventif. Penelitian ini menggunakan desain
Infeksi BV yang ditandai dengan sekret penelitian kunatitatif deskriptif dengan
vagina paling sering muncul pada masa pendekatan analisis data sekunder. Dalam
reproduksi (reproductive age).9 Angka penelitian ini data diperoleh dari dinas
prevalensi infeksi BV pada ibu hamil cukup kesehatan Kabupaten Bandung. Hal ini
10
banyak, yaitu berkisar 13-31%. The Vaginal diharapkan data ini tentu kemudian diolah
Infections and Prematurity Study Group juga secara sistematis dan objektif. Sampel yang
telah mengidentifikasi infeksi BV sebesar 16% digunakan adalah seluruh pasien yang bersedia
dari 1.000 ibu hamil pada usia kehamilan 23-26 dan menandatangani inform concent untuk
minggu.11 Angka prevalensi infeksi BV di pengambilan secret sebagai upaya penapisan
Indonesia cukup besar pada kelompok umur BV. Variabel dependen dalam penelitian ini
Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 49
JURNAL SEHAT MASADA VOLUME XV NOMOR 1 Januari 2021 ISSN : 1979-2344

adalah hasil pemeriksaan apakah positif BV Tabel 2 Distribusi Frekuensi pengaruh faktor
determinan WUS terhadap kejadian
atau non BV. Variabel independen adalah
BV
wanita usia subur yang merokok, aktifitas
seksual, penggunaan cairan vagina dan Hasil Pemeriksaan
N Faktor
Non BV BV ρ
penggunaan alat kontrasepsi dengan o Determinan Total
F % F % F %
menggunakan skala ukur nominal. Analisa data1. Merokok
dilakukan menggunakan software program 1. Tidak 60 72,3 18 21,7 79 95,2
Merokok 0,10
komputer untuk melihat hasil analisis univariat 2. Merokok 3 3,61 1 1,2 4 4,8
dan analisis bivariat.
Aktifitas Seksual
2. 1. Tidak Aktif 0 0 0 0 0 0
2. Aktif 64 77,2 19 22,8 83 100 0,010
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Hasil Pencuci Cairan Vagina
3. 1. Tidak
Tabel 1 Distribusi Frekuensi gambaran faktor menggunakan 45 54,2 8 9,63 53 0
determinan WUS terhadap kejadian 0,012
2. Menggunakan 22 26,5 8 9,63 30 100
BV
4. Penggunaan Alat Kontrasepsi
No Aktivitas F % 1. Tidak 0 0 0 0 0 0
Merokok pada WUS Menggunakan
1. Tidak Merokok 79 95,3% 2. PIL 2 2,4 0 0 2 2,4
2. Merokok 4 4,8% 3. Suntik 41 49,4 9 10,8 50 60,2 0,012
4. IUD 21 25,3 10 12,1 31 37,4
Seksual pada WUS 5. Implan 0 0 0 0 0 0
1. Tidak Aktif 0 0% 6. MOW 0 0 0 0 0 0
2. Aktif 83 100% 7.
Penggunaan cairan pencuci b. Pembahasan
vagina pada WUS
1. Tidak Menggunakan 53 74,8% BV sering dikaitkan pula dengan pasangan
2. Menggunakan 30 25,2%
seksual multipel pria atau wanita, pasangan
Penggunaan alat seksual baru, dan tidak adanya penggunaan
kontrasepsi pada WUS
1. Tidak menggunakan 0 0% kondom.3,8 Ociviyanti dan kawan-kawan
2. Pil 2 2,4%
melaporkan pasangan seksual yang tidak
3. Suntik 50 60,25%
5. Implan 0 0% dilakukan sirkumsisi merupakan faktor risiko
6. Kondom 0 0%
7. MOW 0 0% terjadinya BV.13 Sirkumsisi dikaitkan dengan
higienitas penis yang dihubungkan dengan
Berdasarkan tabel 1, aktivitas WUS terhadap transmisi infeksi. Hal itu karena membran
kejadian BV yang paling banyak adalah Tidak mukosa preputium lebih rentan terhadap
merokok (95,3%), aktif seksual (100%), Tidak trauma dan menjadi jalan masuk bakteri
menggunakan cairan pencuci vagina (74,8%), patogen.8,17
penggunaan kontrasepsi suntik (60,25%)
Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 50
JURNAL SEHAT MASADA VOLUME XV NOMOR 1 Januari 2021 ISSN : 1979-2344

Berbagai penelitian telah menunjukan tersebut (6%). Praktik tersebut dilakukan


bahwa pengobatan untuk laki-laki pasangan setelah melakukan hubungan intim (29%),
seksual pasien BV ternyata tidak mengurangi mengurangi bau vagina dan membuat kesat
angka kesembuhan, sehingga tidak dianjurkan (39%), membilas darah haid setelah selesai
untuk mengobati laki-laki pasangan seksual mentruasi (10%) dan mengurangi keputihan
pasien BV. Respons pasien terhadap terapi (22%). Bilas vagina (vaginal douching)
ataupun rekurensi tidak dipengaruhi oleh terapi dikaitkan dengan masalah kesehatan pada
pada pasangan seksual. Ketidaksesuaian antara wanita karena bilas vagina merusak flora
data yang menunjukan penularan BV melalui normal dalam vagina sehingga memberikan
hubungan seksual dengan ketiadaan manfaat risiko tumbuhnya bakteri vaginosis (BV).4
pengobatan lakilaki pasangan seksual, masih Ketidakseimbangan pH vagina
menimbulkan pertanyaan sampai saat ini.7,8,17 mengakibatkan tumbuhnya jamur dan kuman-
Wanita memiliki masalah pada area kuman yang lain. Adanya flora normal
vagina seperti infeksi vagina yang disebabkan dibutuhkan untuk menekan tumbuhan yang lain
oleh hubungan seks, minum antibiotika dalam itu untuk tidak tumbuh subur. Jika keasaman
waktu yang lama, penggunaan sabun dengan dalam vagina berubah maka kumankuman lain
pH yang tidak sesuai sehingga menimbulkan dengan mudah akan tumbuh sehingga
1
keputihan. Salah satu upaya untuk mencegah akibatnya bisa terjadi infeksi yang akhirnya
keputihan adalah melakukan perawatan wanita menyebabkan keputihan, yang berbau, gatal,
yang disebut bilas vagina.1 American College dan menimbulkan ketidaknyamanan.5 Terdapat
of Obstetricians and Gynecologist (ACOG) beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
menyarankan wanita sebaiknya menghindari seseorang melakuan tindakan vaginal
melakukan douching.2 Penelitian 3 mengatakan douching. Perilaku individu dalam
bahwa 2 produk cairan bilas vagina terbukti memutuskan tindakan kesehatan dipengaruhi
menghambat pertumbuhan flora baik pada oleh pandangan / persepsi dirinya terhadap
vagina sehingga akan menganggu fungsi perilaku tersebut tanpa memperdulikan
normal vagina.3 pandangan tersebut sesuai atau tidak dengan
Penelitian di Kota Magelang menunjukkan kenyataan. praktik vaginal douching dilakukan
18 wanita usia subur mengatakan bahwa bilas karena banyak manfaatnya seperti untuk
vagina sangat penting dilakukan agar terhindar kebersihan vagina, pencegahan infeksi genital,
dari bakteri serta tejaga kebersihannya. membersihkan darah haid, membersihkan
Sebanyak 17 orang (94,4%) melakukan bilas sebelum melakukan hubungan suami istri,
vagina menggunakan air biasa dengan air pencegahan keputihan, penurunan bau tidak
rebusan daun sirih (50%), air biasa (22%), sedap pada vagina serta keyakinan agama
sabun mandi (11%), cairan pembersih vagina tertentu.7
Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 51
JURNAL SEHAT MASADA VOLUME XV NOMOR 1 Januari 2021 ISSN : 1979-2344

Ada berbagai penelitian mengatakan Apabila hambatan untuk melakukan praktik


banyak wanita berpendapat jika douching perlu vaginal douching tinggi, maka praktik tersebut
dilakukan agar kebersihan vagina terjaga. akan lebih sulit untuk dilakukan.
Menurut 3 praktik vaginal douching justru Hambatan umum yang dialami seseorang
memberikan efek merugikan untuk flora baik dalam menentukan tindakan kesehatan atau
pada vagina. Bilas vagina mengakibatkan memanfaatkan pelayanan kesehatan didominasi
terjadinya perubahan keseimbangan kimiawi oleh kendala yang bersifat pribadi. Hambatan
dan flora vagina, sehingga wanita mempunyai yang dirasakan merupakan unsur penentu
faktor resiko terhadap infeksi bakteri. Selain itu terjadi perubahan perilaku atau tidak.9 Menurut
douching juga bisa menyebarkan infeksi 9 persepsi hambatan merupakan aspek negatif
vaginal atau servikal yang sudah menyebar ke dari suatu perilaku sehat, dapat berupa tindakan
arah atas menuju organ-organ panggul (uterus, yang menghalangi untuk berperilaku sehat,
tuba fallopi, dan ovarium). Hasil dari suatu semacam bawah sadar, analisis biaya-manfaat,
penelitian menunjukkan bahwa perempuan dimana seseorang mempertimbangkan manfaat
yang melakukan douching vaginal secara rutin yang diharapkan dari suatu tindakan dengan
cenderung mengalami iritasi vagina. Sebagian barrier (halangan) yang dirasakan. Misalnya,
dari subyek penelitian merasa bahwa praktik tindakan ini berguna namun mahal, mempunyai
vaginal douching bermanfaat untuk menjaga efek samping, tidak menyenangkan, atau
organ kewanitaan.3 memakan waktu. Penelitian 11 menyatakan
Praktik vaginal douching dapat mencegah bahwa subyek peneliti tidak melakukan praktik
infeksi menular seksual, membersihkan vagina vaginal douching dengan alasan menganggap
dari sisa haid, membuat vagina wangi dan bahwa vaginal douching tidak selalu
kesat, mencegah keputihan dan membuat memberikan efek segar dan bersih,
hubungan suami istri menjadi lebih puas. memberikan efek yang buruk pada organ
Persepsi pemahaman yang salah dan persepsi kewanitaan, tidak di anjurkan oleh agama, dan
yang rendah akan risiko kesehatan tetang tidak mengurangi resiko infeksi.11
vaginal douching mempengaruhi seseorang Hal itu bisa disebabkan karena makin
melakukan praktik tersebut. Persepsi hambatan maraknya produk vaginal douching di
berhubungan dengan praktik vaginal douching masyarakat umum dikenal sebagai sabun
pada wanita usia subur di Kelurahan Gelangan pembersih kewanitaan atau sabun vagina yang
secara signifikan dan menunjukkan nilai dijual bebas dalam berbagai bentuk kemasan.
koefisien negatif dimana ketika subyek Tidak semua produk pembersih vagina aman
merasakan hambatan/ kesulitan yang rendah untuk digunakan. Mencuci vagina (douching)
untuk melakukan praktik vaginal douching sering dikaitkan dengan keluhan disuria,
maka praktik vaginal douching akan dilakukan. keputihan, dan gatal pada vagina. Wanita yang
Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 52
JURNAL SEHAT MASADA VOLUME XV NOMOR 1 Januari 2021 ISSN : 1979-2344

beberapa kali melakukan douching, dilaporkan implasn 9,23%.Bersadarkan survei tersebut


terjadi perubahan pH vagina dan konsentrasi juga didapatkan hasil bahwa pengguna KB di
mikroflora normal berkurang sehingga provinsi Jawa Barat mencapai 15,37%.5
memungkinkan terjadinya pertumbuhan bakteri Hasil dari penelitian ini tidak sejalan
16,18
patogen yang oportunistik. Vaginal dengan hasil penelitian yang dilakukaboleh
douching seringkali dikaitkan dengan Bradsaw et al yang menyatakan bahwa
terjadinya BV. Penggunaan vaginal douching penggunaan kontrasepsi hormonal terutama
dapat mengganggu ekosistem flora normal jenis estrogen dapat meningkatkan kejadian
vagina dan penghentian penggunaan vaginal BV.4 Namun hasil ini sesuai dengan hasil
douching dapat menurunkan risiko terjadinya penelitian yang dilakukan oleh Vodstrcil et al
BV.4,16 yang menyebutkan bahwa tidak terdapat
Penggunaan alat kontrasepsi bukan lagi hal hubungan antara terjadinya BV dengan
5
yang baru bagi masyarakat Indonesia. penggunaan kontrasepsi hormonal. Pada
Tingginya angka kelahiran dan angka kematian landasan teori disebutkan bahwa adanya kadar
Ibu di Indonesia menyebabkan Pemerintah estrogen pada wanita menyebabkan kondisi pH
turun tangan dengan penyelenggaraan program vagina menjadi asam sehingga mempengaruhi
Dua Anak lebih Baik. Untuk mensukseskan jumlah flora normal vagina yaitu Lactobacillus
program tersebut, maka sekarang akan mudah sp. dalam jumlah yang sesuai sehingga dapat
menemukan Dokter layanan primer yang dapat melawan bakteri-bakteri kontaminan yang
memberikan program layanan Keluarga menyerang vagina.6 Pada pengguna kontrasepsi
Berencana atau biasa disingkat KB. KB dengan jenis progestin yang merupakan sistesis
memiliki beragam macam alat kontrasepsi dari progesteron juga didapatkan hasil yang
yang dapat digunakan oleh wanita dan pria tidak bermakna. Progestin ini sering digunakan
pada usia subur. Namun, pada survey yang pada kontrasepsi hormonal jenis implan dan
dilakukan di Indonesia alat kontrasepsi lebih suntik. Penggunaan kontrasepsi yang
sering digunakan oleh wanita. Ada beberapa menggunakan sintesis dari progesteron maka
alat kontrasepsi wanita yang ada di Indonesia akan sering didapati efek samping berupa
seperti KB hormonal (suntik, pil, implan), Intra penurunan frekuensi siklus mestruasi.7 Selain
uterine device (IUD), masektomi, diafragma, itu tingginya konsentrasi progesteron
dan lain sebagainya. Bersadarkan survei Badan menyebabkan penurunan hormon estrogen
Kependudukan dan Keluarga Berencana sehingga hal ini bisa saja menyebabkan
(BKKBN) 2014 didapatkan hasil dimana KB kejadian BV pada pengguna kontrasepsi jenis
hormonal merupakan jenis kontrasepsi yang ini meningkat. Namun hal ini tidak sejalan
paling digemari dengan presentase 84,39% dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
dengan rincian pil 26,60%, suntik 48,56%, dan Vodstrcil et al yang mengatakan bahwa
Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 53
JURNAL SEHAT MASADA VOLUME XV NOMOR 1 Januari 2021 ISSN : 1979-2344

menurununnya frekuensi menstruasi usia subur dapat mengetahui kondisi daerah


berbanding lurus dengan menurunnya resiko kewanitaan terutama dengan keputihan yang
terjadinya BV pada wanita. Pada beberapa tidak normal, dan dapat segera memeriksakan
penelitian yang dibahas oleh Vodstrcil et al keadaanya ke tempat pelayanan kesehatan
disebutkan bahwa kejadian BV meningkat pada secara rutin terutama yang mempunyai faktor
siklus awal menstruasi dimana kadar estradiol risiko. Bagi petugas kesehatan diharapkan
dalam kondisi yang sangat rendah. Hal ini dapat mengetahui secara dini risiko terjadinya
dikarenakan jumlah hemoglobin dalam saluran BV pada wanita usia dini agar bisa dapat
genital meningkat. Di dalam hemoglobin segera tertangani dan diobati.
terdapat zat besi yang cukup tinggi. Zat besi
5. DAFTAR PUSTAKA
inilah yang menjadi zat yang sangat penting
untuk pertumbuhan Gradnella vaginalis yang 1. Umbara PJA. Hubungan antara Derajat
Vaginosis Bakterial Sesuai Kriteria Nugent
merupakan bakteri anaerob tertinggi penyebab
dengan Partus Prematurus Iminen. Program
terjadinya BV.5 Pendidikan Dokter Spesialis I Obstetri dan
Ginecologi. Semarang: Universitas
Tingginya penggunaan kontrasepsi
Diponegoro, 2009.
hormonal jenis suntik disebabkan oleh proses 2. Pratiwi EN. Prevalensi dan Karakteristik
Wanita Hamil Penderita Bacterial Vaginosis
penyuntikan yang hanya dilakukan setiap tiga
di Poliklinik Obstetri dan Ginekologi RSUD
bulan sekali sehingga menyebabkan pengguna Arifin Achmad Pekanbaru 2012.
3. Sylvia Y.Muliawan JES. Diagnosis praktis
merasa lebih nyaman dan tidak perlu khawatir
vaginosis bakterial pada kehamilan. J
akan terjadinya kehamilan. Kemudian dari 51 Kedokteran Trisakti 2001;20(2):74 - 8.
4. Udayalaxmi GB, Subbannayya Kotigadde,
pengguna kontrasepsi hormonal tersebut
Shalini Shenoy. Comparison of the Methods
terdapat 13 orang pengguna pil kontrasepsi of Diagnosis of Bacterial Vaginosis. Journal
of Clinical and Diagnostic Research 2011
yang atau sekitar 25,5% dimana 10 dari
June;5(3):498-501.
pengguna tersebut dinyatakan positif menderita 5. Filho DSC. Bacterial vaginosis: clinical,
epidemiologic and microbiological features.
BV. Lalu didapatkan hasil bahwa 3 dari 4
HU Revista, Juiz de Fora, 2010;36(3):223-
orang pengguna kontrasepsi jenis implan 30.
6. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran.
merupakan penderita BV.
Jakarta: Binarupa Aksara 1994.
7. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, 1st ed.
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
4. KESIMPULAN DAN SARAN
Universitas Indonesia 1987; 311-6.
Tidak ada pengaruh antara kebiasaan merokok 8. Tamonud Modak PA, Charan Agnes, Raja
Ray, Sebanti Goswami, Pramit Ghosh,
terhadap kejadian BV, namun terdapat
Nilay Kanti Das. Diagnosis of bacterial
pengaruh pada aktivitas seksual, penggunaan vaginosis in cases of abnormal vaginal
discharge: comparison of clinical and
cairan pencuci vagina dan penggunaan alat
microbiological criteria. J Infect Dev Ctries
kontrasepsi terhadap kejadian BV pada wanita 2011;5(5):353-60.
usia subur. Diharapkan kepada seluruh wanita
Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 54
JURNAL SEHAT MASADA VOLUME XV NOMOR 1 Januari 2021 ISSN : 1979-2344

9. Bacterial Vaginosis. In: King K. Holmes M,


PhD, ed. Sexually Transmited Diseases, 3rd
ed: McGraw-Hill, 1999.
10.Ningrat FS. Uji Sensitivitas dan Spesitifitas
Autobio BV Assay dan kriteria Amsel
Dibandingkan dengan Skor Nugent pada
Vaginosis Bakterial Bag/SMF Ilmu
Kesehatan Kulit dan Kelamin Semarang:
Universitas Diponegoro, 2011; v. PPDS1.
11.Sexually Transmited Diseases (STDs):
Bacterial Vaginosis (BV) Statistic. In:
Koumans EH SM, Bruce C, McQuillan G,
Kendrick J, Sutton M, Markowitz LE, ed.
1600 Clifton Rd. Atlanta, GA 30333, USA:
Centers for Disease Control and Prevention
(CDC), 2004; v. 2014.
12.Anggarawati D. Studi Prevalensi dan
Keberhasilan Terapi Vaginosis Bakterialis
pada Ibu Hamil. Obstetri dan Ginekologi.
Semarang: Universitas Diponegoro, 2003.
13.Eschenbach DA, Hillier S, Critchlow C, et
al. Diagnosis and clinical manifestations of
bacterial vaginosis. Am J Obstet Gynecol
1988;158(4):819-28.
14.Gonzalez-Pedraza Aviles A, Mota Vazquez
R, Ortiz Zaragoza C, Ponce Rosas RE.
[Factors of risk of bacterial vaginosis]. Aten
Primaria 2004;34(7):360-5.
15.Octaviany D. Risk Factors for Bacterial
Vaginosis among Indonesia Women Med J
Indones 2010;19:130-5.
16.Munjoma MW. Simple Method for The
Detection of BActerial Vaginosis in
Pregnant Women. Department of General
Practice and Community Medicine. Oslo,
Norwegia: University of Oslo, 2004.
17.Goyal R. Diagnosis of Bacterial Vaginosis
in Women in Labour. JK Science
2005;7(1):1-4.
18.Hamilton GMC. Obstetri dan ginekologi
Panduan praktis: Egc.

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 55

Anda mungkin juga menyukai