Anda di halaman 1dari 11

e-ISSN : 2540-961

p-ISSN : 2087-8508

T
IN
GG
I ILM
U
K
E Jurnal Kesehatan Medika Saintika
H

S
EH
A
S EKO L

AT A N
SY E
D Z A SA I
NT I K A
Volume 7 Nomor 2 (Desember 2016) |
http://jurnal.syedzasaintika.ac.id/index.php/medika

TINJAUAN SOSIAL, ETIKA DAN HUKUM SURROGATE MOTHER DI INDONESIA

Nova Arikhman
STIKes Syedza Saintika Padang
(arikhmannova73@gmail.com)

ABSTRAK
Teknologi reproduksi buatan merupakan fertilisasi yang melibatkan manipulasi gamet atau embrio di luar tubuh
serta pemindahan gamet atau embrio ke dalam tubuh manusia, surrogate mother termasuk dalam teknologi
reproduksi buatan ini. Persoalan muncul yaitu ibu pengganti tidak bersedia menyerahkan bayi, orang tua
genetik janin dapat meminta aborsi ketika komplikasi tak terduga muncul, sedangkan ibu pengganti
menentangnya. Perjanjian pada praktik surrogate mother harus memenuhi persyaratan hukum, antara lain
persyaratan tentang adanya sebab yang halal. Penerapan surrogate mother di Indonesia belum mempunyai
landasan hukum yang adekuat, sehingga pelaksanaan di masyarakat mempunyai implikasi hukum, etika dan
sosial termasuk implikasi persepsi masyarakat dari sisi tradisi dan agama. Pelaksanaannya akan berbenturan
dengan berbagai permasalahan moral, etika, dan hukum yang komplek sehingga memerlukan pertimbangan dan
pengaturan yang bijaksana, dalam rangka memberikan jaminan perlindungan hukum terhadap semua pihak yang
terlibat dalam penerapan, dengan tetap mengacu kepada penghormatan harkat dan martabat serta menjunjung
tinggi hak asasi manusia.
Kata kunci: Surrogate mother, social, hukum, etika, moral.

ABSTRACT

Artificial reproduction technology is fertilization involving manipulation of gametes or embryos outside the body
as well as the removal of gametes or embryos into the human body, including the surrogate mother in this
artificial reproductive technology. A problem arises that the surrogate mother is not willing to give up the baby,
parents can request a fetal genetic abortion when unforeseen complications arise, while the surrogate mother
against it. The agreement on the practice of surrogate mother must meet legal requirements, such as
requirements concerning their lawful cause. Implementation of a surrogate mother in Indonesia does not have
an adequate legal basis, so that the implementation in society has legal implications, including the ethical and
social implications in terms of public perception and religious traditions. Its implementation will collide with
issues of moral, ethical, and legal complex that requires judgment and setting wise, in order to provide legal
protection against all parties involved in the implementation, with reference to the respect for the inherent
dignity and uphold human rights.
Keywords: Surrogate mother, social, legal, ethical, moral.

PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi di bidang Teknologi kedokteran ini ditemukan pada tahun
kedokteran, telah menemukan metode baru 1970-an yang dikembangkan dengan tujuan untuk
yaitu inseminasi buatan yang dikenal dengan mengatasi masalah bagi pasangan suami istri yang
sebutan in vitro fertilization (program bayi tabung). tidak bisa mendapatkan keturunan (mandul).

140
e-ISSN : 2540-961
p-ISSN : 2087-8508

T
IN
GG
I ILM
U
K
E Jurnal Kesehatan Medika Saintika
H

S
EH
A
S EKO L

AT A N
SY E
D Z A SA I
NT I K A
Volume 7 Nomor 2 (Desember 2016) |
http://jurnal.syedzasaintika.ac.id/index.php/medika

Sejalan dengan pembuahan in virto berkembang pesat, dengan ditemukannya metode


fertilization (IVF) yang semakin pesat, muncul pengawetan sperma, maka pada tahun 1970
ide surrogate mother yaitu ibu pengganti atau sewa dimulainya era pembuahan luar rahim (in vitro
rahim atau gestational agreement (Mulyati K, fertilization) yang masih dikenal dengan program
2013). bayi tabung.
Surrogate mother merupakan praktek Surrogate mother terjadi karena seorang
penyewaan rahim seorang perempuan yang perempuan (istri) tidak mempunyai harapan untuk
mengikatkan diri dalam suatu perjanjian dengan mengandung secara normal, karena memiliki
pihak lain dengan tujuan dapat hamil dan penyakit atau kecacatan yang dapat menghalanginya
melahirkan bayi yang sebelumnya dilakukan dari mengandung dan melahirkan anak, tidak
persenyawaan sperma dan ovum antara pasangan memiliki rahim akibat tindakan operasi
pihak lain, lalu hasil persenyawaan tersebut pembedahan, ingin memiliki anak tetapi tidak mau
ditanamkan ke dalam rahim perempuan tadi. memikul beban
Praktek sewa rahim ini banyak diperdebatkan kehamilan/melahirkan/menyusukan/menjaga
kelegalannya karena akibat yang ditimbulkan kecantikannya, telah menopause, dan perempuan
disinyalir dapat membawa dampak negatif dalam yang menjadikan rahimnya sebagai alat komoditi
masyarakat terutama nasib dan nasab anak. Indikasi dalam mencari nafkah dan memenuhi kebutuhan
pelanggaran hak anak merupakan isu penting dalam ekonominya. Sangat sedikit atau tidak ada data
perdebatan sewa rahim ini. Hak anak yang yang menunjukkan bahwa perempuan memilih
seharusnya diberikan menjadi tersingkirkan dengan surrogate mother untuk alasan estetika atau
ambisi-ambisi membabi buta orang dewasa. Anak kenyamanan (Beck K, 2011).
disamarkan nasabnya, anak dihilangkan hak Penerapan teknologi reproduksi buatan
warisnya serta anak disuramkan asal-usulnya. diiringi persoalan yang komplek, baik dari sisi
Indonesia belum mengatur khusus tentang sosial, etika maupun dari sisi hukum. Semakin
surrogate mother, akan tetapi perundangan yang meningkatnya perhatian terhadap masalah yang
berlaku dapat dimaknai sebagai jalan yang menolak mengemuka, juga diikuti oleh peningkatan jumlah
adanya surrogate mother sekaligus memberikan dan keberagaman persoalan yang muncul
kelonggaran diberlakunya surrogate mother. kepermukaan, menjadikan surrogate mother
Perkembangan dunia kedokteran yang semakin menjadi menarik dan akan memberi manfaat
maju membuat surrogate mother menjadi mudah di ditinjau dari sisi sosial, etika dan hukum.
lakukan, saat kemajuan teknologi kedokteran STUDI

141
e-ISSN : 2540-961
p-ISSN : 2087-8508

T
IN
GG
I ILM
U
K
E Jurnal Kesehatan Medika Saintika
H

S
EH
A
S EKO L

AT A N
SY E
D Z A SA I
NT I K A
Volume 7 Nomor 2 (Desember 2016) |
http://jurnal.syedzasaintika.ac.id/index.php/medika

Teknologi reproduksi buatan mencakup surrogate mother dimulai pada tahun 1870 di
setiap fertilisasi yang melibatkan manipulasi gamet China, akhirnya pada tahun 1985 di Amerika
(sperma, ovum) atau embrio diluar tubuh serta Serikat, seorang perempuan sukses yang pertama
pemindahan gamet atau embrio ke dalam tubuh hamil sebagai ibu pengganti dan melahirkan tahun
manusia. Teknik bayi tabung (InVitro Fertilization) 1986, sekaligus memunculkan persoalan hukum
dan teknik ibu pengganti (Surrogate Mother) pertama, dimana ibu pengganti tidak mau
termasuk dalam teknologi reproduksi buatan ini. menyerahkan bayi ke ibu genetik. Berbagai
Berdasarkan asal sumber sperma pada proses bayi persoalan muncul antara lain tahun 1990 di
tabung maka secara teknis teknik bayi tabung terdiri California, ibu pengganti tidak bersedia
dari empat jenis (Yendi, 2011), yaitu: menyerahkan bayi, juga ada kasus lain seperti orang
1. Teknik bayi tabung dari sperma dan ovum suami tua genetik janin dapat meminta aborsi ketika
isteri yang dimasukkan kedalam rahim isterinya komplikasi yang tak terduga muncul, dan ibu
sendiri. pengganti menentangnya (Merino F, 2010).
2. Teknik bayi tabung dari sperma dan ovum suami Teknik Surrogate Mother
isteri yang dimasukkan ke dalam rahim selain Teknik ibu pengganti dapat diartikan
isterinya. Atau disebut juga sewa rahim sebagai penggunaan rahim wanita lain untuk
(surrogate mother). mengandungkan benih wanita (ovum) yang telah
3. Teknik bayi tabung dengan sperma dan ovum dibuahi oleh benih lelaki (sperma), dan janin itu
yang diambil dari bukan suami/isteri. dikandung oleh wanita tersebut sehingga dilahirkan.
4. Teknik bayi tabung dengan sperma yang Perempuan yang menggunakan rahimnya untuk
dibekukan dari suaminya yang sudah meninggal. hamil dimana janin yang dikandungnya tersebut
Kompensasi materi mungkin atau tidak milik wanita lain dan setelah bayi lahir hak
terlibat dalam pengaturan surrogate mother, jika ibu kepemilikan atau hak asuh bayi tersebut diserahkan
pengganti menerima kompensasi atas bayi tabung kepada wanita lain dan ayah dari bayi
ini disebut surrogate mother komersial, jika tidak tersebut. Praktek surrogate mother atau lazim
disebut sebagai surrogate mother altruistik (Milliez diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia dengan ibu
J, 2008). pengganti tergolong metode atau upaya kehamilan
Sejarah Perkembangan Surrogate Mother di luar cara yang alamiah (Yendi, 2011).
Perkembangan di bidang kedokteran, sosial Kaedah ini dikenal juga dengan sewa rahim
dan hukum di seluruh dunia membuka jalan bagi karena lazimnya pasangan suami isteri yang ingin
surrogate mother modern komersial, sejarah memiliki anak ini akan memberikan imbalan kepada

142
e-ISSN : 2540-961
p-ISSN : 2087-8508

T
IN
GG
I ILM
U
K
E Jurnal Kesehatan Medika Saintika
H

S
EH
A
S EKO L

AT A N
SY E
D Z A SA I
NT I K A
Volume 7 Nomor 2 (Desember 2016) |
http://jurnal.syedzasaintika.ac.id/index.php/medika

ibu pengganti yang sanggup mengandung benih 4. Sperma suami dipertemukan dengan sel telur
mereka, dengan syarat ibu pengganti tersebut akan wanita lain, kemudian dimasukkan ke dalam
menyerahkan anak setelah dilahirkan atau pada rahim wanita lain. Keadaan ini berlaku apabila
waktu yang telah ditetapkan sesuai perjanjian. isteri mengalami penyakit pada kandung telur
Teknik ibu pengganti biasanya dilakukan bila istri dan rahimnya sehingga tidak mampu menjalani
tidak mampu atau tidak boleh hamil atau kehamilan, atau isteri telah mencapai tahap
melahirkan. Embrio dibesarkan dan dilahirkan dari menopause.
rahim wanita lain bukan istri walaupun bayi itu 5. Sperma suami dan sel telur isteri dipertemukan,
menjadi milik pasangan suami istri yang ingin kemudian dimasukkan ke dalam rahim isteri
mempunyai anak tersebut. Secara umum terdapat yang lain dari suami yang sama. Dalam keadaan
lima bentuk tipe teknik sewa rahim (Yendi, 2011), ini isteri yang lain sanggup mengandungkan
yaitu: anak suaminya dari isteri yang tidak boleh hamil.
1. Sel telur isteri dipertemukan dengan sperma Aspek Sosial Surrogate Mother
suami, kemudian dimasukkan ke dalam rahim Sebuah studi yang dilakuan Research
wanita lain. Kaedah ini digunakan dalam Centre Psikologi Keluarga dan Anak di University
keadaan isteri memiliki sel telur yang baik, tetapi of City, London, Inggris pada tahun 2002
rahimnya dibuang karena pembedahan, menyimpulkan bahwa ibu pengganti mengalami
kecacatan, akibat penyakit yang kronik atau kesulitan melepaskan anak dan bahwa ibu
sebab-sebab yang lain. dimaksudkan menunjukkan kehangatan yang lebih
2. Sama dengan tipe yang pertama, kecuali sel telur besar pada anak dari ibu hamil secara alami (Jadva
dan sperma yang telah dipertemukan tersebut V, etal., 2003; Golombok S, etal., 2004; Golombok
dibekukan dan dimasukkan ke dalam rahim ibu S, etal, 2011). Studi antropologi kepada ibu
pengganti setelah kematian pasangan suami pengganti, menunjukkan bahwa ibu pengganti
isteri itu. terlibat dalam berbagai teknik distancing seluruh
3. Sel telur isteri dipertemukan dengan sperma kehamilan, untuk memastikan bahwa mereka tidak
lelaki lain (bukan suaminya) dan dimasukkan ke menjadi emosional melekat pada bayi. Banyak ibu
dalam rahim wanita lain. Keadaan ini apabila pengganti sengaja mencoba untuk membantu
suami mandul dan isteri ada halangan atau perkembangan keterikatan emosional antara ibu
kecacatan pada rahimnya tetapi sel telur isteri genetic dengan anak (Teman E,2003; Teman E,
dalam keadaan baik. 2003; Teman E, 2010). Meskipun ibu pengganti
umumnya melaporkan merasa puas dengan

143
e-ISSN : 2540-961
p-ISSN : 2087-8508

T
IN
GG
I ILM
U
K
E Jurnal Kesehatan Medika Saintika
H

S
EH
A
S EKO L

AT A N
SY E
D Z A SA I
NT I K A
Volume 7 Nomor 2 (Desember 2016) |
http://jurnal.syedzasaintika.ac.id/index.php/medika

pengalaman mereka sebagai pengganti, ada kasus- membuat kontrak menggunakan tubuh,
kasus dimana tidak sesuai harapan yang terkait perlindungan hak azazi perempuan sebagai ibu
ketidakpuasan. Beberapa wanita merasa pada pengganti, kewajaran kontrak sebagai ibu
tingkat tertentu merasa dihormati oleh pasangan pengganti, kewenangan yuridiksi memutuskan yang
(Ciccarelli, etal., 2005). bertentangan dengan nurani ibu pengganti, instink
Beberapa wanita mengalami gangguan seorang ibu (Schenker JG, 2008).
emosi ketika berpartisipasi sebagai ibu pengganti. Aspek Hukum Surrogate Mother
Hal ini bisa disebabkan kurangnya terapi dan Aspek hukum surrogate mother tergantung
dukungan emosional (Ciccarelli, etal., 2005). ketentuan suatu Negara, dilakukan secara komersial
Beberapa wanita memiliki reaksi psikologis ketika atau altruistik ketentuan adopsi pasca kelahiran
menjadi ibu pengganti. Ini termasuk depresi ketika untuk pengakuan sebagai orang tua hukum, baik
menyerahkan anak, kesedihan, dan bahkan sebelum atau setelah melahirkan. Meski undang-
penolakan untuk melepaskan anak (Milliez J, 2008). undang berbeda antar yurisdiksi, generalisasi yang
Sebuah studi dari Pusat Penelitian Keluarga di mungkin bahwa asumsi hukum sejarah bahwa
Universitas Cambridge menemukan bahwa wanita melahirkan seorang anak adalah ibu hukum
surrogate mother tidak memiliki dampak negatif anak itu, dan satu-satunya cara bagi wanita lain
pada anak-anak dari ibu pengganti itu sendiri (Imrie untuk diakui sebagai ibu melalui adopsi. Bahkan
S., etal., 2012). Para peneliti tidak menemukan dalam yurisdiksi yang tidak mengakui pengaturan
perbedaan secara negatif atau positif penyesuaian surrogate mother, jika orang tua genetik dan ibu
anak pada ibu pengganti (Golombok S, etal., 2011). kandung konsisten, mungkin akan dapat mencapai
Agama yang berbeda mengambil pendekatan yang manfaat (Bognar T, 2011).
berbeda untuk surrogate mother, berhubungan Jika yurisdiksi melarang surrogate mother,
dengan sikap mereka pada teknologi reproduksi. mungkin ada konsekuensi hukum bagi pihak-pihak
Aspek Etika Surrogate Mother yang terlibat. Bahkan yurisdiksi yang tidak
Masalah etika yang mengemuka antara lain melarang dapat memerintah bahwa kontrak
kekhawatiran tentang eksploitasi, komodifikasi, dan surrogate mother (komersial, altruistik, atau
paksaan ketika wanita dibayar untuk menjadi hamil keduanya) tidak berlaku. Jika kontrak baik dilarang
dan melahirkan, terutama dalam kasus dimana ada atau batal, maka kesepakatan yang ada batal (Tong
besar perbedaan kekuasaan antara pihak pasangan S & Rosemarie, 2011).
dengan ibu pengganti, kepatutan pandangan Hukum Indonesia, tidak memperbolehkan
masyarakat untuk mengizinkan perempuan untuk praktek ibu pengganti secara implisit. Dalam pasal

144
e-ISSN : 2540-961
p-ISSN : 2087-8508

T
IN
GG
I ILM
U
K
E Jurnal Kesehatan Medika Saintika
H

S
EH
A
S EKO L

AT A N
SY E
D Z A SA I
NT I K A
Volume 7 Nomor 2 (Desember 2016) |
http://jurnal.syedzasaintika.ac.id/index.php/medika

127 UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, maupun dengan ketertiban umum. Sedangkan
diatur bahwa upaya kehamilan di luar cara alamiah, praktek ibu pengganti bukan merupakan upaya
hanya dapat dilakukan oleh pasangan suami istri kehamilan yang dapat dilakukan menurut UU
yang sah dengan ketentuan. Jadi, yang Kesehatan, dengan demikian syarat sebab yang
diperbolehkan oleh hukum Indonesia, adalah halal tidak terpenuhi. Hal lain yang penting
metode pembuahan sperma dan ovum dari suami diperhatikan dalam ibu pengganti adalah hak-hak
istri yang sah, yang ditanamkan dalam rahim istri anak yang terlahir dari ibu pengganti tidak boleh
dari mana ovum berasal, metode ini dikenal dengan terabaikan, khususnya hak identitas diri yang
metode bayi tabung. Metode atau upaya kehamilan dituangkan dalam akta kelahiran. Apabila terjadi
di luar cara alamiah selain yang diatur dalam pasal perselisihan antara ibu dengan si ibu pengganti,
tersebut, termasuk ibu pengganti atau sewa maka penyelesaiannya harus mengedepankan
menyewa/penitipan rahim, secara hukum tidak prinsip kepentingan terbaik bagi si anak (Ratman D,
dapat dilakukan di Indonesia. 2012).
Praktek ibu pengganti atau sewa menyewa
rahim belum diatur di Indonesia. Oleh karena itu, PEMBAHASAN
tidak ada perlindungan hukum bagi para pelaku Perjanjian pada praktik surrogate
perjanjian ibu pengganti ataupun sewa menyewa mother harus memenuhi persyaratan hukum, antara
rahim. Dalam pasal 1338 KUHPer memang diatur lain persyaratan tentang adanya sebab yang
mengenai kebebasan berkontrak, di mana para pihak halal. Penerapan surrogate mother di Indonesia
dalam berkontrak bebas untuk membuat perjanjian, belum mempunyai landasan hukum yang adekuat,
apapun isi dan bagaimanapun bentuknya. Semua sehingga pelaksanaan dimasyarakat mempunyai
perjanjian yang dibuat secara sah berlaku bagi implikasi hukum, etika dan sosial termasuk
undang-undang bagi mereka yang membuatnya. implikasi persepsi masyarakat dari sisi tradisi dan
Akan tetapi, asas kebebasan berkontrak tersebut agama.
tetap tidak boleh melanggar syarat-syarat sahnya Implikasi Sosial Surrogate Mother
perjanjian dalam pasal 1320 KUHPer yaitu: Surrogate mother, mencuatkan persoalan
Kesepakatan para pihak, kecakapan para pihak, bahwa status anak menjadi tidak jelas di
mengenai suatu hal tertentu, dan sebab yang halal. masyarakat, terutama bila jenis yang metode yang
Jadi, salah satu syarat sahnya perjanjian digunakan tidak memiliki hubungan genetik dengan
adalah harus memiliki sebab yang halal, yaitu tidak ke dua orag tua yang mengadopsinya. Suatu hari
bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan, nanti memungkinkan terjadi perkawinan sedarah

145
e-ISSN : 2540-961
p-ISSN : 2087-8508

T
IN
GG
I ILM
U
K
E Jurnal Kesehatan Medika Saintika
H

S
EH
A
S EKO L

AT A N
SY E
D Z A SA I
NT I K A
Volume 7 Nomor 2 (Desember 2016) |
http://jurnal.syedzasaintika.ac.id/index.php/medika

tanpa disengaja, sehingga secara genetic berpotensi dua orang tuanya, tidak sah menurut hukum Islam
melahirkan yang mengalami kelemahan atau dan statusnya sama dengan anak hasil prostitusi atau
mungkin cacat akibat dari inbreeding. Selain itu, hubungan perzinaan. Praktek sewa rahim atau ibu
bertentangan dengan kesusilaan, tidak sesuai pengganti secara tidak disadari, sudah
dengan norma moral dan adat istiadat atau menghancurkan masa depan kehidupan manusia.
kebiasaan umumnya masyarakat Indonesia atau di Bagaimana mungkin seorang ibu tega memberikan
lingkungannya, bertentangan dengan kepercayaan bayi yang dikandung dan dilahirkannya kepada
yang dianut salah satu agama (Islam) karena orang lain, padahal ia sudah mempertaruhkan
terdapat unsur pokok yang mengharamkan nyawanya sendiri. Dari beberapa indikasi
praktik surrogate mother, yaitu unsur zina. terjadinya praktek sewa rahim, latar belakang
Surrogate mother juga bertentangan dengan ekonomilah yang paling kuat melandasi praktek
ketertiban umum, akan menjadi pergunjingan di sewa rahim tersebut, sehingga untuk mengadakan
dalam masyarakat sehingga wanita surrogate besar perjanjian tidak mempertimbangkan akibat-akibat
kemungkinan akan dikucilkan dari pergaulan, yang mungkin akan dialaminya, baik bagi dirinya
terlebih lagi bila status dari wanita surrogate sediri maupun bagi bayi yang akan dilahirkannya
mother adalah gadis atau janda. kelak.
Namun jika seorang janda yang ditinggal Surrogacy mempunyai sederet pelanggaran
mati suaminya, ingin mempunyai anak dari sperma terhadap hak asasi anak, hak tersebut dapat
beku suaminya. Hal ini tidak memunculkan diklasifikasikan kedalam beberapa pelanggaran
fenomena sosial karena sperma yang berupa penelantaran, yaitu anak kehilangan kasih
digunakan berasal dari suaminya sendiri, status anak sayang, anak yang dilahirkan oleh si ibu sewa tidak
yang dilahirkan adalah anak kandung. Lain halnya mendapatkan kasih sayang dari ibu kandungnya
dengan perempuan yang ingin mempunyai anak sendiri, anak tidak mengetahui orang tuanya,
dengan inseminasi tanpa menikah, sperma yang dibesarkan dan diasuh oleh orang tuanya sendiri,
diperoleh adalah sperma pendonor, akan anak disuramkan asal usulnya, dan anak dipisahkan
menyebabkan maslah dalam masyarakat seperti dari ibu kandungnya. Serta berupa perlakuan salah
status anak yang tidak jelas. Juga akan berpotensi yaitu anak berhak untuk mendapatkan perlindungan
menimbulkan persepsi negatif, karena mempunyai hukum, antara lain tidak dilahirkan di luar
anak tanpa menikah atau tanpa suami. pernikahan sah, baik menurut agama maupun
Status anak hasil inseminasi buatan dengan negara, anak dieksploitasi secara ekonomi, dan anak
metode tidak mempunyai hubungan genetik dari ke membawa beban psikologi yang berat.

146
e-ISSN : 2540-961
p-ISSN : 2087-8508

T
IN
GG
I ILM
U
K
E Jurnal Kesehatan Medika Saintika
H

S
EH
A
S EKO L

AT A N
SY E
D Z A SA I
NT I K A
Volume 7 Nomor 2 (Desember 2016) |
http://jurnal.syedzasaintika.ac.id/index.php/medika

Dalam prakteknya, surrogacy membuka Surrogacy membuka peluang melanggar


peluang lebar adanya anak yang dilahirkan diluar peraturan perundang-undangan yang ada (hukum
nikah. Seorang gadis atau janda yang bersedia untuk positif), sesuai bunyi undang-undang kesehatan
melahirkan tanpa nikah dan hanya disewa rahimnya yaitu upaya kehamilan di luar cara alamiah hanya
saja, dapat membawa dampak buruk serta dapat dilakukan oleh pasangan suami-istri yang sah
penderitaan terhadap masa depan anak, diantaranya dengan ketentuan, yaitu hasil pembuahan sperma
adalah anak terlahir dengan status anak di luar dan ovum dari suami istri yang bersangkutan
nikah, anak kehilangan hak waris orang tua ditanamkan dalam rahim istri dari mana ovum
kandungnya, anak mendapat stigma buruk di berasal. Juga dengan Permenkes tentang
masyarakat, anak tersebut dapat disangkal oleh Penyelenggaraan Pelayanan Teknologi Reproduksi
orang tua kandungnya maupun oleh orang tua Buatan yaitu pelayanan teknologi reproduksi buatan
titipan. Anak yang dihasilkan dari proses sewa hanya dapat diberikan kepada pasangan suami isteri
rahim, sangat memungkinkan adanya penolakan yang terikat perkawinan yang sah dan sebagai upaya
atau sangkalan dari dua pihak sekaligus, baik orang akhir untuk memperoleh keturunan serta
tua kandung maupun orang tua biologis. berdasarkan pada suatu indikasi medik. Serta
Implikasi Etika dan Hukum Surrogate Mother sepuluh pedoman pelayanan bayi tabung dari Dirjen
Berkembangnya teknologi reproduksi Yanmed yang secara eksplisit melarang
buatan dan semakin berkembangnya dinamika melakukan surrogacy dalam bentuk apapun.
pemikiran masyarakat tentang etika, norma, nilai Surrogacy juga berbenturan dengan KUH
dan sistem keyakinan. Mengakibatkan dalam satu Perdata, yang berbunyi “perjanjian-perjanjian tidak
sisi perkembangan teknologi tidak dapat dibendung, hanya mengikat untuk hal-hal yang dengan sengaja
namun tidak mampu diikuti oleh penataan tegas dinyatakan di dalamnya, tetapi juga untuk
perangkat yang mengatur etika dan hukum, segala sesuatu yang menurut sifat perjanjian,
sehingga penilaian benar atau tidak lenbih banyak diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan atau undang-
berdasarkan pada sudut kepentingan. Permasalahan undang” sehingga pasal ini menyatakan bahwa
ini memerlukan diskusi dan pemikiran dari para ahli dalam menentukan suatu perjanjian, para pihak
dari multi dan lintas disiplin, sehingga hal-hal yang tidak hanya terikat terhadap apa yang secara tegas
dapat menurunkan derajat dan martabat manusia disetujui dalam perjanjian tersebut, tetapi juga
yang mungkin terjadi dalam penyelenggaraan teknik terikat oleh kepatutan, kebiasaan, dan undang-
reproduksi buatan dapat dieliminir. undang. Bertentangan dengan pokok-pokok
perjanjian atau perikatannya itu sendiri, di mana

147
e-ISSN : 2540-961
p-ISSN : 2087-8508

T
IN
GG
I ILM
U
K
E Jurnal Kesehatan Medika Saintika
H

S
EH
A
S EKO L

AT A N
SY E
D Z A SA I
NT I K A
Volume 7 Nomor 2 (Desember 2016) |
http://jurnal.syedzasaintika.ac.id/index.php/medika

rahim itu bukanlah suatu benda dan tidak dapat Penyelenggaraan Pelayanan Teknologi Reproduksi
disewakan. Buatan, yang menegaskan bahwa pelayanan
Dalam konteks tidak dipenuhinya teknologi reproduksi buatan hanya dapat diberikan
persyaratan yang menyangkut syarat yang melekat kepada pasangan suami istri yang terikat
pada objek perjanjian atau sebab yang halal, bisa perkawinan yang sah, dan sebagai upaya terakhir
berakibat menjadi dasar atau alasan bagi salah satu untuk memperoleh keturunan serta berdasarkan
pihak untuk menuntut kebatalan demi hukum suatu indikasi medik.
perjanjian tersebut, karena perjanjian tidak Kedua peraturan perundang-undangan
memenuhi syarat sebab atau kausa yang halal, dan tersebut, terdapat kesamaan yang menegaskan
tidak ada landasan hukum bagi wanita pemilik sel bahwa bayi tabung yang diperbolehkan hanya
telur atau suaminya, untuk menuntut si ibu kepada pasangan suami isteri yang sah, lalu
pengganti dalam hal ia tidak mau menyerahkan bayi menggunakan sel sperma dan sel telur dari pasangan
yang dititipkan dalam rahimnya. Semakin tersebut yang kemudian embrionya ditanam dalam
berkembangnya teknologi Reproduksi Buatan dan rahim isteri bukan wanita lain atau menyewa rahim.
dan semakin berkembangnya dinamika pemikiran Bahkan diancam sangsi pidana, hal ini dilakukan
masyarakat mengenai etika, norma, nilai dan untuk menjamin status anak tersebut sebagai anak
keyakinan yang dianut. Dalam satu sisi sah dari pasangan suami isteri.
perkembangan teknologi tidak dapat dibendung
sedangkan perangkat yang mengatur etika dan PENUTUP
hukum belum dapat mengikuti. Sebagai hasilnya, Hukum Indonesia mengatur mengenai
penilaian benar atau tidak hanya didasarkan pada teknologi reproduksi manusia sebatas upaya
sisi kepentingan saja. kehamilan diluar cara alamiah, dengan sperma dan
Hal ini berarti bahwa metode atau sel telur yang berasal pasangan suami isteri dan
kehamilan di luar cara alamiah selain yang diatur ditanamkan dalam rahim isteri. Dengan demikian
dalam pasal 127 UU Kesehatan, termasuk surrogate teknologi bayi tabung yang sperma dan sel telurnya
mother, secara hukum tidak dapat dilakukan di berasal dari suami isteri dan ditanamkan dalam
Indonesia. Larangan ini juga termuat dalam UU rahim isteri diperbolehkan di Indonesia, sedangkan
Kesehatan yang lama, yang menegaskan bahwa teknik surrogate mother tidak diizinkan dilakukan.
kehamilan diluar cara alami dapat dilaksanakan Surrogate mother tidak bisa diterapkan di Indonesia
sebagai upaya terakhir untuk membantu suami istri karena belum memiliki payung hukum yang utuh
mendapat keturunan, dan Permenkes tentang serta berbenturan dengan aspek etika, sosial, tradisi

148
e-ISSN : 2540-961
p-ISSN : 2087-8508

T
IN
GG
I ILM
U
K
E Jurnal Kesehatan Medika Saintika
H

S
EH
A
S EKO L

AT A N
SY E
D Z A SA I
NT I K A
Volume 7 Nomor 2 (Desember 2016) |
http://jurnal.syedzasaintika.ac.id/index.php/medika

dan keyakinan masyarakat Indonesia. Surrogate relationships in the 1st year of life. Dev
Psychol 40 (3): 400–11.
mother berpotensi memunculkan permasalahan baik
Golombok S, Readings J, Blake L, CaseyP, Marks
dari sisi masyarakat, orang tua pengganti dan orang
A, Jadva V (2011) Developmental
tua biologis serta yang terpenting adalah dari sisi Psychology, Vol 47(6), November 2011,
1579-1588.
anak, dimana anak dapat kehilangan hak-hak
Imrie, Susan; Jadva, Vasanti; & Golombok, Susan
dasarnya.
(2012), Surrogacy does not have a
Teknologi reproduksi buatan merupakan negative effect on the surrogate’s own
children, Study: Children of surrogate
hasil kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
mothers: an investigation into their
yang pada prinsipnya bersifat netral dan experiences and psychological health,
British Fertility Society Press Release
dikembangkan untuk meningkatkan derajat hidup
Centre for Family Research, University of
dan kesejahteraan umat manusia. Dalam Cambridge, Cambridge, UK.
pelaksanaannya akan berbenturan dengan berbagai Jadva V, Murray C, Lycett E, MacCallum F &
Golombok S (2003). Surrogacy: the
permasalahan moral, etika, dan hukum yang experiences of surrogate mothers. Hum.
komplek sehingga memerlukan pertimbangan dan Reprod. 18 (10): 2196–204.
pengaturan yang bijaksana dalam rangka Kitab Undang-undang Hukum Perdata.
memberikan jaminan perlindungan hukum terhadap Merino, F (2010). Adoption and Surrogate
Pregnancy. New York: Infobase
semua pihak yang terlibat dalam penerapan Publishing.
teknologi reproduksi buatan dengan tetap mengacu Milliez, J. (2008). Surrogacy: FIGO Committee for
kepada penghormatan harkat dan martabat manusia the Ethical Aspects of Human
Reproduction and Women's Health.
serta menjunjung tinggi hak asasi manusia. International Journal of Gynecology &
Obstetrics 102 (3): 312-313.
DAFTAR PUSTAKA Mulyati, k (2013) Surrogate mother (ibu
pengganti/sewa rahim) dalam
Beck K (2011), Will Pregnancy Replace the Too perspektif hukum http://kinkin-
Posh to Push Phenomenon? on mulyati.blogspot.com/2013/10/surrogate-
Mommyish. mother-ibu-penggantisewa.html
Bognar, Tara (2011). Birth Orders: An Overview, Golombok S, Readings J, Blake L, CaseyP, Marks
November 28, 2011. A, Jadva V (2011) Developmental
Psychology, Vol 47(6), November 2011,
Ciccarelli, Janice; Beckman, Linda (2005). 1579-1588.
Navigating Rough Waters: An Overview
of Psychological Aspects of Surrogacy. Ratman, D (2012) Surrogate mother dalam
Journal of Social Issues 61 (1): 21-43. perspektif etika dan hukum:bolehkah sewa
rahim di indonesia? Jakarta: PT Elex
Golombok S, Murray C, Jadva V, MacCallum F, Media Komputindo hal. 110-12
Lycett E (2004). Families created through
surrogacy arrangements: parent-child

149
e-ISSN : 2540-961
p-ISSN : 2087-8508

T
IN
GG
I ILM
U
K
E Jurnal Kesehatan Medika Saintika
H

S
EH
A
S EKO L

AT A N
SY E
D Z A SA I
NT I K A
Volume 7 Nomor 2 (Desember 2016) |
http://jurnal.syedzasaintika.ac.id/index.php/medika

Schenker, J.G. (2008). Assisted reproductive Undang-undang RI Nomor 1 tahun 1974 tentang
technology: perspectives in Halakha Perkawinan.
(Jewish religious law). Reproductive
Undang-undang RI Nomor 23 tahun 2002 tentang
Biomedicine Online (Reproductive
Perlindungan Anak.
Healthcare Limited), 17(S3), 17-24.[2]
Undang-undang RI Nomor 36 tahun 2009 tentang
Teman, E. (2003). Knowing the Surrogate Body in
Kesehatan.
Israel, in: Rachel Cook and Shelley Day
Schlater (eds.), Surrogate Motherhood: Yendi (2011) Hukum teknologi reproduksi buatan
International Perspectives, London: Hart di indonesia perkembangan hukum
Press, pp. 261-280, scribd.com teknologi reproduksi buatan di indonesia
http://yendi-
Teman E (2003). The medicalization of "nature" in
anestesi.blogspot.com/2011/04/hukum-
the "artificial body": surrogate
teknologi-reproduksi-buatan-di.html
motherhood in Israel. Med Anthropol Q
17 (1): 78–98.
Teman, E (2010). Birthing a Mother: The Surrogate
Body and the Pregnant Self. Berkeley:
University of California Press.
Tong, See & Rosemarie (2011), Surrogate
parenting, Internet Encyclopedia of
Philosophy.

150

Anda mungkin juga menyukai