Anda di halaman 1dari 17

LEGALITAS PENGGUNAAN RAHIM IBU PENGGANTI (SURROGATE MOTHER)

DALAM PROGRAMBAYI TABUNG DI INDONESIA

Oleh :
Rosida Diani
(Dosen Fakultas Hukum Universitas Tamansiswa Palembang)
Email : diani.sumadi2935@gmail.com

Abstrak

Hukum ada untuk mengatur hidup masyarakat. Hukum kerap tertinggal dari perubahan yang terjadi di
masyarakat. Perubahan teknologi salah satu hal yang membuat hukum tertinggal dari perubahan di masyarakat.
Salah satu perkembangan teknologi yang membutuhkan pengaturan adalah mengenai penggunaan rahim
perempuan lain (surrogate mother) pada program bayi tabung. penelitian ini merupakan penelitian hukum
normatif dengan data yang digunakan data sekunder. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa program bayi
tabung sepanjang sperma dan ovum dari pasangan suami isteri dan embrio hasil pembuahan ditanamkan ke
rahim isteri pemilik ovum maka hal tersebut diperbolehkan oleh hukum positif di Indonesia yaitu diatur di
dalam UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan Peraturan Pemerintah No 61 Tahun 2014 tentang
Kesehatan Reproduksi. Sedangkan untuk penggunaan rahim perempuan lain, dengan melakukan penafsiran
pasal 127 UU No. 36 Tahun 2009, dan Pasal 40 PP No 61 Tahun 2014 merupakan hal yang dilarang dalam
hkum positif di Indonesia. Apabila ada pasangan suami isteri yang menggunaan rahim perempuan lain dalam
bayi tabung maka yang akan dikenakan sanksi adalah tenaga medis dan fasilitas kesehatan yang
melaksanakannya, bukan suami isteri pemilik sperma dan ovum dan bukan juga perempuan yang rahimnya
disewa digunakan. Sanksinya berupa sanksi administrasi.

Kata kunci : rahim ibu pengganti

A. Pendahuluan
Anak mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan sebuah keluarga, karena

salah satu tujuan sepasang suami istri menikah adalah untuk memperoleh keturunan. Dalam

pandangan agama Islam salah satu tujuan perkawinan adalah untuk memenuhi perintah Allah

SWT agar memperoleh keturunan yang sah.1 Sehingga tidak heran jika banyak pasangan

suami istri yang baru melangsungkan perkawinannnya mendambakan kehadiran seorang anak

dalam kehidupan rumah tangganya. Namun tidak semua pasangan suami istri yang dapat

dengan mudah mewujudkan keinginannya tersebut. Ada beberapa faktor penghambat

1
Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan Indonesia menurut Perundangan, hukum adat, hukum
agama, Mandar Maju, Bandung, 2007, hlm.127

50
sehingga menyebabkan pasangan suami istri belum dapat mewujudkan mimpinya

memperoleh keturunan

Ada beberapa faktor kesehatan yang menyebabkan belum hadirnya buah hati dalam

suatu perkawinan. Keadaan suami istri tidak dikaruniai keturunan dalam dunia kesehatan

disebut infertil. Penyebab infertilitas ini kira-kira 40% karena kelainan pada pria, 15% karena

kelainan pada leher rahim, 10% karena kelainan pada rahim, 30% karena kelainan pada

saluran telur dan kelainan pada peritoneal, 20 % karena kelainan pada ovarium, dan 5%

karena hal lain, dan kejadian totalnya melebihi 100%, pada kira-kira 35% pada suami istri

terdapat kelainan yang multiple.2

Sebagai hasil dari perkembangan dan kemajuan teknologi, membawa pengaruh pada

ilmu kedokteran. Sebagian penyebab infertilitas tersebut dapat diatasi dengan pengobatan

maupun operasi, sedang infertilitas yang disebabkan oleh kegagalan inseminasi, pembuahan,

fertilisasi, kehamilan, persalinan, dan kellahiran hidup normal, ternyata dapat diatasi dengan

cara buatan (artificial). Cara-cara tersebut antara lain : inseminasi buatan

(artificalinsemination/AI), pembuahan dalam (artifical conception/AC),

penyuburan/pembuahan dalam tabung (invitro fertilization/IVF), pemindahan janin/

penanaman janin (embriyo transferiembriyo transpalant/ET).3

Dalam in vitro fertilization atau fertiliasi in vitro atau lebih di kenal dengan bayi

tabung. Fertilisasi in vitro atau bayi tabung adalah pembuahan sel telur oleh sel sperma di

dalam tabung vetri yang dilakukan petugas medis. 4 Kehadiran bayi tabung tidaklah menjadi

permasalahan pada saat sperma dan sel telur berasal dari pasangan suami istri yang sah dan di

masukan ke dalam rahim istri pemilik sel telur. Namun akan menjadi permasalahan kompleks

2
Idries, AM, Aspek Medikolegal Pada Inseminasi Buatan/Bayi Tabung, Ed.I, Jakarta, Binarupa
Aksara.
3
Ibid
4
Husni Thamrin, Aspek Hukum Bayi Tabung dan Sewa Rahim : Perspektif Hukum Perdata dan Hukum
Islam, Aswaja Pressindo, Yogyakarta, 2014, hlm.3

51
saat embrio hasil fertilisasi in vitro di tanam ke rahim perempuan lain bukan rahim istri

pemilik sel telur atau dikenal dengan surrogate mother. Berdasarkan hal tersebut maka di

dalam tulisan ini akan dibahas mengenai legalitas penyewaan rahim ( surrogate mother)

dalam kajian hukum Positif di Indonesia.

B. Metode penelitian

Penelitian hukum yang digunakan yaitu penelitian hukum normatif. Penelitian hukum

normatif adalh penelitian hukum yang meletakkan hukum sebagai sebuah bangungan sistem

norma. Sistem norma yang dimaksud adalah mengenai asas-asas, norma, kaidah dari

peraturan perundang-undangan, putusan pengadilan, perjanjian sera doktrin (ajaran).5

Sumber data yang digunakan adalah data sekunder berupa bahan hukum primer

seperti UU No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, UU No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

Peraturan Pemerintah No 61 Tahun 2014 Tahun Kesehatan, Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata. Dalam penelitian ini juga digunakan bahan hukum sekunder berupa literatur dan

penelitian-penelitian yang membahas mengenai bayi tabung, khususnya mengenai kontrak

rahim.

C. Pembahasan

Teknologi bayi tabung pertama kali berhasil dilakukan pada tahun 1978 di Oldham

Inggris.6 Di Indonesia sendiri, keberhasilan program bayi tabung pertama kali pada tahun

1988 yaitu pada pasangan suami isteri Markus dan Chai Ai Lian.7

5
Mukti Fajar ND dan Yulianto Achmand, , Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris,
Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 2013, hal. 34
6
PC. Steptoe dan R.G. Edwards, Birth After Reimplantation of Human Embryo, The Lancet, Vol II For
197 8, August 12, 1978, hlm. 366
7
http://bayitabung-rsiafamily.com, diakses pada 28 Mei 2020

52
John C. Fletcher membagi jenis bayi tabung (fertilisasi in vitro) menjadi dua macam

yaitu :8

1. In vitro (outside the human body) fertilization (IVF) using sperm of husband or donor

2. Egg of wife or surrogate mother.

Jika ditinjau dari sperma dan ovum serta tempat embrio yang ditransplantasikan, maka bayi

tabung dibagi menjadi 8 (delapan) jenis yaitu:9

a. Bayi tabung yang menggunakan sperma dan ovum dari pasangan suami isteri yang

kemudian embrionya ditransplantasikan ke dalam rahim isteri;

b. Bayi tabung yang menggunakan sperma dan ovum dari dari pasangan suami isteri

yang kemudian embrionya ditransplantasikan ke dalam rahim ibu pengganti

(surrogate mother);

c. Bayi tabung yang menggunakan sperma dari suami dan ovum dari donor, lalu

embrionya ditransplantasikan ke dalam rahim isteri;

d. Bayi tabung yang menggunakan sperma dari donor dan ovum dari isteri, lalu

embrionya ditransplantasikan ke dalam rahim isteri;

e. Bayi tabung yang menggunakan sperma dari donor dan ovum dari isteri, lalu

embrionya ditransplantasikan ke dalam rahim ibu pengganti (surrogate mother);

f. Bayi tabung yang menggunakan sperma dari suami dan ovum dari donor, lalu

embrionya ditransplantasikan ke dalam rahim ibu pengganti (surrogate mother);

g. Bayi tabung yang menggunakan sperma dan ovum dari donor yang kemudian

embrionya ditransplantasikan ke dalam rahim isteri;

h. Bayi tabung yang menggunakan sperma dan ovum dari donor yang kemudian

embrionya ditransplantasikan ke dalam rahim ibu pengganti (surrogate mother);

8
Husni Thamrin, op.cit, hlm. 13
9
Ibid, hlm.13-14

53
Ada beberapa alasan pasangan suami isteri melakukan program bayi tabung untuk

mendapatkan keturunan, yaitu :10

1) Isteri mengalami kerusakan pada kedua saluran telur (tuba), biasanya disebabkan

infeksi.

2) Lendir leher rahim yang tidak normal, hal ini terjadi biasaya bila ada keputihan,

sehingga pada saat sperma melewati serviks, spermanya mati terlebih dahulu.

3) Masalah pada endometriosis pada rahim isteri

4) Masalah oligospermia pada suami, yaitu keadaan sperma yang jumlahnya kurang,

gerakannya yang lemah, dan bentukanya juga tidak normal.

5) Unexplained infertility (tidak diketahui penyebabnya).

Namun dalam perkembangan selanjutnya, alasan menggunaan rahim ibu pengganti

(surrogate mother) telah bergeser menjadi salah satu jalan bagi pasangan transgender atau

pasangan sejenis untuk mendapatkan keturunan. Selain itu surrogate mother juga digunakan

oleh wanita-wanita single yang tidak ingin terikat dalam perkawinan, namun ingin

mempunyai keturunan dengan cara memanfaatkan bank sperma dan meminjam rahim wanita

untuk menampung embrio hasil pembuahan ovumnya dan sperma dari bank sperma.

Contoh pasangan sejenis yang menggunakan rahim ibu pengganti (surrogate mother)

untuk mendapatkan keturunan adalah Ricky Martin dan pasangan Jwan Yosef.11 Sebelumnya

Ricky Martin telah memiliki anak kembar Valentino dan Matteo, yang lahir dari rahim

seorang surrogate mother atau ibu pengganti. Diduga kuat jika si kembar putra sulung Ricky

Martin tersebut yang lahir pada Agustus 2008 itu adalah hasil pembuahan sperma Ricky
10
https://nakita.grid.id, diakses pada 28 Mei 2020
11
https://www.kapanlagi.com, Ricky Martin dan Suaminya Jwan Yosef sambut kelahiran anak ke-4,
diunggah pada Rabu, 30 Oktober 2019 11:08, diakses pada 31 Mei 2020

54
dengan telur mantan kekasihnya, Rebecca de Alba.12Namun kemudian Ricky martin

membesarkan sendiri anak kembarnya tersebut. Setelah menikah dengan Jwan Yosef (yang

merupakan pasangan sejenis) Ricky martin kembali menggunakan jasa Surrogate Mother

untuk kembali memiliki anak.

Ada beberapa negara yang melegalkan praktik sewa rahim ini seperti Amerika

Serikat, India, Thailand, Ukraina, dan Rusia. Biaya bervariasi antara satu negara dengan

negara lain, dan juga bergantung pada jumlah siklus In Vitro Fertilization (IVF)/program

kehamilan yang dibutuhkan, dan apakah diperlukan asuransi kesehatan. Families Through

Surrogacy, organisasi surogasi nirlaba internasional, memperkirakan biaya rata-rata di

berbagai negara: - US $ 100.000 (sekitar 1,4 miliar rupiah).13

Ada beberapa contoh pesohor dunia yang menggunakan jasa surrogate mother untuk

mendapatkan keturunan, dengan berbagai alasannya, seperti :

1. Pasangan Kim Kardashian dan Kayne West yang mempunyai anak ketiga dengan

menggunakan jasa surrogate mother. Situs TMZ melaporkan, pasangan ini telah

menyewa ibu pengganti dengan biaya US$ 45.000 atau sekitar Rp 590 juta untuk

periode 10 bulan. Mereka juga harus membayar deposit US$ 68.850 atau lebih dari

Rp 901 juta kepada agensi sebagai depositnya.Hal ini karena alasan kesehatan,

dimana Kim dilaporkan mengidap placenta accreta.14 Selain anak ketiga tersebut,

anak keempat Kim Kardashian dan Kanye West yang diberi nama Psalm Ye

dikabarkan lahir lewat ibu pengganti atau sewa rahim (surrogate mother). Rata-rata

12
https://www.cumicumi.com, Demi Dapat Momongan Kim Kardashian Hingga Istri Shah Rukh Khan
Sewa-Rahim Ibu Pengganti, Dipublikasikan Jumat, 17 Mei 2019 21:30, diakses pada 30 Mei 2020
13
https://wow.tribunnews.com,Deretan Negara Yang Melegalkan Program Sewa Rahim Biayanya
Fantastis, Dipublikasikan 26 Desember 2017, diakses pada 30 Mei 2020
14
https://health.detik.com, Idap Placenta Accreta Kim Kadarsih Sewa Rahim Untuk Anak Ketiga
Dipublikasikan Kamis, 22 Jun 2017 05:14 WIB, Diakses 30 Mei 2020

55
biaya yang dikeluarkan untuk sewa rahim di Amerika Serikat dan Eropa berkisar dari

Rp2,2 miliar hingga Rp3,2 miliar.15

2. Cristiano Ronaldo mendapat anak kembar yang lahir dari rahim ibu pengganti atau

surrogate mother yang tinggal di Amerika Serikat, Juni 2017. Sepasang bayi kembar

laki-laki dan perempuan itu diberi nama Mateo dan Eva.16

3. Putra ketiga Shah Rukh Khan (SRK), Abram Khan, lahir dari rahim seorang ibu

pengganti yang kabarnya saudara jauh SRK sendiri. Alasannya karena sang istri,

Gauri Khan, sulit hamil.17

4. Nicole Kidman dan Keith Urban menggunakan jasa surrogate mother untuk anak

kedua mereka tahun 2010. Alasan karena Nicole mengalami kesulitan untuk hamil

lagi. hingga memilih menggunakan jasa ibu pengganti.18

Di Indonesia sendiri, hingga hari ini belum ada penggunaan jasa ibu pengganti

(surrogate mother) yang terekspos. Penggunaan surrogate mother ini sempat menjadi

perbincangan publik saat Jeremy Teti. Ia berada dalam posisi mendukung gerakan LGBT dan

menyatakan pasangan LGBT dapat memiliki anak dengan cara menyewa rahim.19

Dasar yuridis penyelenggaraan bayi tabung di Indonesia mengacu pada UU No.36

Tahun 2009 tentang Kesehatan. Selain itu pelaksanaan bayi tabung juga mengacu pada

Peraturan Pemerintah No 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi. Di dalam dua

peraturan tersebut tidak terdapat definisi dari surrogate mother.

15
https://health.detik.com, Mengenal ibu pengganti yang melahirkan anak ke-4 Kim Kadarsih, Di
publikasikan Selasa, 11 Jun 2019 11:10 WIB, Diakses 30 Mei 2020
16
https://www.cumicumi.com, Demi Dapat Momongan Kim Kardashian Hingga Istri Shah Rukh Khan
Sewa-Rahim Ibu Pengganti, Dipublikasikan Jumat, 17 Mei 2019 21:30, diakses pada 30 Mei 2020
17
https://www.cumicumi.com, Demi Dapat Momongan Kim Kardashian Hingga Istri Shah Rukh Khan
Sewa-Rahim Ibu Pengganti, Dipublikasikan Jumat, 17 Mei 2019 21:30, diakses pada 30 Mei 2020
18
https://www.cumicumi.com, Demi Dapat Momongan Kim Kardashian Hingga Istri Shah Rukh Khan
Sewa-Rahim Ibu Pengganti, Dipublikasikan Jumat, 17 Mei 2019 21:30, diakses pada 30 Mei 2020
19
https://tirto.id/risiko-praktik-titip-janin-ala-kim-kardashian-cDsi, dipublikasikan 19 Januari 2018,
diakses 30 Mei 2020

56
Menurut Desriza Ratman, surrogate mother adalah perjanjian antara seorang wanita

yang mengikatkan diri melalui suatu perjanjian dengan pihak lain (suami-isteri) untuk

menjadi hamil terhadap hasil pembuahan suami isteri tersebut yang ditanamkan ke dalam

rahimnya, dan setelah melahirkan diharuskan menyerahkan bayi tersebut kepada pihak suami

isteri berdasarkan perjanjian yang dibuat. Perjanjian ini lazim disebut gestational

agreement.20

Menurut Husni Thamrin, surrogate mother yang sering disebut rahim sewaan, dimana

sperma dan ovum dari pasangan suami isteri yang diproses dalam tabung lalu dimasukan ke

dalam rahim orang lain dan bukan ke rahim isteri.21 Senada dengan hal tersebut Menurut

Salim HS dalam Fajar Bayu setiawan dkk, kontrak sewa rahim adalah perjanjian seorang

wanita yang mengikatkan dirinya dengan pihak lain (suami isteri) untuk menjadi hamil dan

setelah melahirkan menyerahkan anak atau bayi tersebut.22

Pasal 1 angka 10 PP No. 61 Tahun 2014, hanya dijelaskan mengenai definisi dari

Reproduksi dengan Bantuan atau Kehamilan di Luar Cara Alamiah adalah upaya

memperoleh kehamilan di luar cara alamiah tanpa melalui proses hubungan seksual antara

suami dan istri apabila cara alami tidak memperoleh hasil. Termasuk dalam kategori

reproduksi dengan bantuan ini adalah program bayi tabung.

Bagaimana peraturan perundang-undangan di Indonesia mengatur mengenai program

bayi tabung? Apabila merujuk pada UU No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan Peraturan

Pemerintah No 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi, pelaksanaan program bayi

tabung diperbolehkan untuk dilakukan namun dengan beberapa ketentuan dan pembatasan

dalam pelaksanaanya. Di dalam UU No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan yaitu pada pasal 74

20
Desriza Ratman, Surrogate Mother dalam Perspektif Etika dan Hukum: Bolehkah Sewa Rahim di
Indonesia?, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2012, hlm.3
21
Husni Thamrin, op.cit, hlm.44
22
Fajar Bayu Setiawan, Kedudukan Kontrak sewa rahim dalam hukum positif indonesia, jurnal Privat
Law, edisi 01 Maret-Juni 2013

57
dijelaskan bahwa pelaksanaan reproduksi dengan bantuan (termasuk di dalamnya program

bayi tabung) boleh dilaksanakan asalkan tidak bertentangandengan nilai agama dan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Di dalam PP No.61 tahun 2014, Program bayi tabung dapat dikategorikan sebagai

“pelayanan reproduksi dengan bantuan atau kehamilan di luar cara alamiah”. Pasangan suami

isteri yang ingin menggunakan pelayanan Reproduksi dengan Bantuan atau Kehamilan di

Luar Cara Alamiah harus memenuhi persyaratan meliputi:23

a. telah dilakukan pengelolaan infertilitas dengan tepat;

b. terdapat indikasi medis;

c. memahami prosedur konsepsi buatan secara umum;

d. mampu/cakap memberikan persetujuan tindakan kedokteran (informed consent);

e. mampu membiayai prosedur yang dijalani;

f. mampu membiayai persalinan dan membesarkan bayinya; dan

g. cakap secara mental.

Selain persyaratan tersebut di atas, pasangan suami isteri yang akan menggunakan

pelayanan Reproduksi dengan Bantuan atau Kehamilan di Luar Cara Alamiah harus

memperhatikan beberapa hal yaitu :24

1) Pelayanan Reproduksi dengan Bantuan atau Kehamilan di Luar Cara Alamiah harus

didahului dengan konseling dan persetujuan tindakan kedokteran (informed consent).

2) Konseling dan persetujuan tindakan kedokteran tersebut termasuk pengelolaan lebih

lanjut terhadap kelebihan embrio.

23
Pasal 41 PP No.61 Tahun 2014 tentang Reproduksi dengan Bantuan atau Kehamilan di Luar Cara
Alamiah
24
Pasal 42 PP No.61 Tahun 2014 tentang Reproduksi dengan Bantuan atau Kehamilan di Luar Cara
Alamiah

58
3) Konseling harus dilakukan sebelum dan sesudah mendapatkan pelayanan Reproduksi

dengan Bantuan atau Kehamilan di Luar Cara Alamiah.

4) Konseling dilakukan oleh tenaga yang memiliki kompetensi dan kewenangan.

5) Persetujuan tindakan kedokteran (informed consent) dilaksanakan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Berkaitan dengan segi adminstrasi dari pelaksanaan Reproduksi dengan Bantuan atau

Kehamilan di Luar Cara Alamiah terdapat beberapa ketentuan yang harus dipatuhi, yaitu:25

1. Pelayanan Reproduksi dengan Bantuan atau Kehamilan di Luar Cara Alamiah harus

dilaksanakan di fasilitas pelayanan kesehatan yang memenuhi persyaratan, standar,

dan memiliki izin dari Menteri.

2. Setiap fasilitas pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan Reproduksi dengan

Bantuan atau Kehamilan di Luar Cara Alamiah wajib membuat pencatatan dan

pelaporan kepada dinas kesehatan kabupaten/kota dengan tembusan dinas kesehatan

provinsi.

3. Setiap pencatatan dan pelaporan tersebut dilakukan oleh fasilitas pelayanan kesehatan

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagaimana dengan surrogate mother dalam hukum positif di Indonesia, apakah

peraturan perundang-undangan di Indonesia telah memperbolehkannya sebagaimana undang-

undang tidak melarang program bayi tabung. Apabila merujuk pada ketentuan UU No.36

Tahun 2009 tentang Kesehatan dan Peraturan Pemerintah No 61 Tahun 2014 tentang

Kesehatan Reproduksi secara tersirat disebutkan bahwa penggunaan rahim sewaan dalam

program bayi tabung dilarang.

25
Pasal 45-46 PP No.61 Tahun 2014 tentang Reproduksi dengan Bantuan atau Kehamilan di Luar Cara
Alamiah

59
Dalam Pasal 127 UU Kesehatan diatur bahwa upaya kehamilan di luar cara alamiah

hanya dapat dilakukan oleh pasangan suami istri yang sah dengan ketentuan:

1) hasil pembuahan sperma dan ovum dari suami istri yang bersangkutan

ditanamkan dalam rahim istridari mana ovum berasal;

2) dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan

untuk itu;

3) pada fasilitas pelayanan kesehatan tertentu.

Dari ayat (1) pasal 127 di atas jelas tersirat, bahwa program tabung sebagai salah satu

bentuk upaya kehamilan di luar cara alamiah hanya dapat dilakukan bila embrio hasil

pembuahan sperma dan ovum suami isteri ditanamkan ke dalam rahim isteri pemilik ovum.

Sehingga dengan menggunakan penafsiran hukum secara argumentum a contrario, maka

apabila embrio hasil pembuahan di tanamkan ke dalam rahim wanita lain, bukan isteri

pemilik ovum berasal maka tersebut terlarang atau tidak diperbolehkan.26

Selanjutnya di dalam Pasal 40 PP No.61 Tahun 2014 disebutkan Reproduksi dengan

Bantuan atau Kehamilan di Luar Cara Alamiah hanya dapat dilakukan pada pasangan suami

isteri yang terikat perkawinan yang sah dan mengalami ketidaksuburan atau infertilitas untuk

memperoleh keturunan. Reproduksi dengan Bantuan atau Kehamilan di Luar Cara Alamiah

ini dilaksanakan dengan menggunakan hasil pembuahan sperma dan ovum yang berasal dari

suami istri yang bersangkutan dan ditanamkan dalam rahim istri dari mana ovum berasal.

Selain itu apabila kita merujuk pada aturan hukum perjanjian pada KUHPerdata.

Dalam pasal 1320 syarat sah suatu perjanjian diperlukan empat syarat:

26
Menurut Sodikno Mertokusumo, dalam bukunya Bab-bab tentang Penemuan Hukum, argumentum a
contrario adalah cara menemukan hukum dengan pertimbangan bahwa apabila undang-undang menetapkan hal-
hal tertentu untuk peristiwa tertentu, maka peraturan itu terbatas pada peristiwa tertentu itu dan untuk peristiwa
di luarya berlaku kebalikannya.

60
a. Adanya kesepakatan mereka yang mengikatkan diri;

Para pihak yang mengadakan perjanjian harus sepakat, setuju dan seia sekata dalam hal

pokok daripada perjanjian yang akan diadakan tersebut. Kata sepakat tersebut dapat

batal apabila terdapat unsur-unsur penipuan, paksaan dan kekhilafan. Dalam pasal

1321 KUHPer dinyatakan bahwa tiada sepakat yang sah apabila sepakat itu diberikan

secara kekhilafan atau diperolehnya dengan paksaan/penipuan.27

b. Kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum;

Sebagai lawan dari cakap hukum (syarat kecakapan) adalah tidak cakap hukum, hal ini

diatur dalam Pasal 1330 KUHPer. Dari Pasal 1330 KUHPer itu terdapat pengertian

tidak cakap dalam 2 (dua) hal, yaitu:28

1) Orang di bawah umur adalah orang yang belum kawin dan belum berumur 21

tahun.

2) Orang yang di bawah pengampuan (curatele) yaitu orang yang sudah dewasa

atau telah berumur di atas 21 tahun tetapi tidak mampu karena pemabuk, gila

dan pemboros.

c. Suatu hal tertentu;

Suatu perjanjian harus mengenai hal tertentu artinya apa yang diperjanjikan hak-hak

dan kewajiban kedua belah pihak jika timbul suatu perselisihan. barang yang dimaksud

dalam perjanjian paling sedikit harus ditentukan jenisnya. Bahwa barang itu sudah ada

atau sudah berada di tangannya si berutang pada waktu perjanjian dibuat tidak

27
Elsi Kartika Sari dan Advendi Simanungsong, Hukum dalam Ekonomi, PT.Gramedia Widiasarana
Indonesia, Jakarta, 2005, hlm.28
28
C.S.T.Kansil dan Christine S.T.Kansil, Modul Hukum Perdata Termasuk Asas-Asas Hukum
Perdata, Pradnya Paramitha, Jakarta. 2000 hlm.225

61
diharuskah oleh undang-undang. Juga jumlahnya tidak perlu disebutkan, asal saja

kemudian dapat dihitung atau ditetapkan.29

d. suatu sebab yang halal.

Pasal 1320 KUHPer tidak dijelaskan pengertian orzaak (causa yang halal). Di dalam

Pasal 1337 KUHPer hanya disebutkan causa yang terlarang. Suatu sebab adalah

terlarang apabila bertentangan dengan Undang-Undang, Kesusilaan dan ketertiban

umum.

Perjanjian sewa rahim ibu pengganti (surrogate mother) tidak memenuhi syarat sah

suatu sebab yang halal, karena perjanjian sewa rahim ibu pengganti (surrogate mother)

dilarang di dalam UU No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan Peraturan Pemerintah No 61

Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi. Sehingga akibatnya batal demi hukum.

Dalam proses pelaksanaan program bayi tabung mungkin saja terjadi kelebihan

embrio hasil pembuahan di luar tubuh manusia (ferlilisasi invitro) yang tidak ditanamkan

pada rahim isteri. Bagaimana keberadaan embrio yang lebih ini? PP No.61 Tahun 2014

memberikan beberapa pengaturan, bahwa:

1) Kelebihan embrio hasil pembuahan di luar tubuh manusia (ferlilisasi invitro) yang

tidak ditanamkan pada rahim harus disimpan sampai lahirnya bayi hasil Reproduksi

dengan Bantuan atau Kehamilan di Luar Cara Alamiah.

2) Penyimpanan kelebihan embrio tersebut dapat diperpanjang setiap 1 (satu) tahun atas

keinginan pasangan suami istri untuk kepentingan kehamilan berikutnya.

3) Kelebihan embrio tersebut dilarang ditanam pada:

a. rahim ibu jika ayah embrio meninggal atau bercerai; atau

b. rahim perempuan lain.

29
Subekti,Aneka Perjanjian, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung 1996, hlm.141

62
4) Dalam hal pasangan suami istri pemiliknya tidak memperpanjang masa simpan

kelebihan embrio, fasilitas pelayanan kesehatan penyelenggara Reproduksi dengan

Bantuan atau Kehamilan di Luar Cara Alamiah harus memusnahkan kelebihan

embrio.

Hal ini untuk mencegah hal-hal yang tidak dinginkan. Karena embrio merupakan

hasil dari pertemuan dari sperma dan sel telur dari pasangan suami isteri maka jangan sampai

kemudian embrio ini menimbulkan permasalahan dikemudian hari apabila ditanamkan di

rahim perempuan lain, atau masih ditanamkan ke rahim isteri sementara suami telah

meninggal dunia atau pasangan suami isteri ini telah bercerai.

Apa sanksi yang diberikan apabila pasangan suami isteri menggunakan rahim ibu

pengganti dalam program bayi tabung? Di dalam UU No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan

tidak terdapat sanksi apabila terjadi pelanggaran pasal 127 ayat (1). Namun di dalam PP

No.61 Tahun 2014 dalam pasal 51 disebutkan mengenai sanksi dari pelanggaran pasal 40

mengenai penggunaan rahim sewaan (surrogate mother) dalam program bayi tabung, yaitu

tindakan administratif terhadap tenaga kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan. Tindakan

administrasinya berupa :

a. teguran tertulis;

b. denda administratif;

c. pencabutan izin sementara; dan/atau

d. pencabutan izin tetap.

Tidak terdapat sanksi hukum bagi suami isteri yang mempunyai sperma dan ovum

serta tidak ada juga sanksi hukum bagi wanita yang menyediakan rahim. Sanksi hukum hanya

diberikan kepada tenaga kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

program bayi tabung dengan menggunakan rahim ibu pengganti (surrogate mother).

63
Di larangnya penggunaan rahim ibu pengganti dalam program bayi tabung di

Indonesia dapat dipahami karena memang penggunaan rahim ibu pengganti ini lebih banyak

sisi negatifnya ketimbang sisi positifnya. Akan ada beberapa permasalahan yang nantinya

akan timbul dari penggunaan rahim ibu pengganti dalam program bayi tabung, diantaranya :

a. Mengenai status anak yang dilahirkan dari rahim ibu pengganti. Apakah merupakan

anak sah dari pasangan suami isteri pemiliki sperma dan ovum ataukah anak sah dari

ibu pengganti.

b. Mengenai hak waris dari si anak. Apakah si anak berhak mendapatkan waris dari ibu

yang mengandungnya, atau mewaris dari ayah ibu biologisnya?

c. Permasalahan psikologis anak. Terutama apabila penggunaan rahim sewaan ini

dilakukan oleh pasangan sejenis. Tentu akan menimbulkan kebingungan bagi si anak.

d. Akan menimbulkan permasalahan hukum juga nantinya apabila si ibu yang rahimnya

disewa tidak mau menyerahkan anak yang dilahirkannya dari perjanjian surrogate

mother.

e. Selain itu dalam hukum Islam, nantinya akan menimbulkan permasalahan nasab si

anak.

f. Dan lain-lain permasalahan lainnya yang akan timbul, baik secara etika, agama dan

norma adat yang ada di Indonesia.

D. Penutup

1. Program bayi tabung di Indonesia diperbolehkan namun dengan ketentuan sperma dan

ovum harus dari pasangan suami isteri dan embrio hasil pembuahan ditanamkan

kerahim isteri, sebagaimana diatur di dalam UU No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan

dan PP No.61 Tahun 2014 Kesehatan Reproduksi.

64
2. Penggunaan rahim ibu pengganti (surrogate mother) dilarang di Indonesia. Larangan

itu terdapat dalam Pasal 127UU No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan dan pasal 40 PP

No.61 Tahun 2014.

3. Sanksi bagi pelaku penggunaan rahim ibu pengganti dalam program bayi tabung

diberikan kepada tenaga medis dan fasilitas pelayanan kesehatan yang melaksanakan

program bayi tabung yang memperbolehkan penggunaan surrogate mother. Sanksinya

berupa sanksi administrasi. Sementara untuk suami isteri sebagai individu yang

menggunakan jasa surrogate mother dan wanita sebagai surrogate mothernya itu

sendiri tidak ada sanksi.

DAFTAR PUSTAKA

Buku

C.S.T.Kansil dan Christine S.T.Kansil, Modul Hukum Perdata Termasuk Asas-Asas Hukum
Perdata, Pradnya Paramitha, Jakarta. 2000
Desriza Ratman, Surrogate Mother dalam Perspektif Etika dan Hukum: Bolehkah Sewa
Rahim di Indonesia?, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2012
Elsi Kartika Sari dan Advendi Simanungsong, Hukum dalam Ekonomi, PT.Gramedia
Widiasarana Indonesia, Jakarta, 2005
Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan Indonesia menurut Perundangan, hukum adat,
hukum agama, Mandar Maju, Bandung, 2007
Husni Thamrin, Aspek Hukum Bayi Tabung dan Sewa Rahim : Perspektif Hukum Perdata
dan Hukum Islam, Aswaja Pressindo, Yogyakarta, 2014
Idries, AM, Aspek Medikolegal Pada Inseminasi Buatan/Bayi Tabung, Ed.I, Jakarta,
Binarupa Aksara.
Mukti Fajar ND dan Yulianto Achmand, 2013, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan
Empiris, Yogyakarta; Pustaka Pelajar
PC. Steptoe dan R.G. Edwards, Birth After Reimplantation of Human Embryo, The Lancet,
Vol II For 197 8, August 12, 1978
Subekti,Aneka Perjanjian, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung 1996
Sudikno Mertokusumo dan A. Pitlo, Bab-bab Tentang Penemuan Hukum, PT. Citra Aditya
Bakti, Yogyakarta, 2013

Perundang-undangan
Kitab undang-undang hukum perdata

65
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan
Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 Kesehatan Reproduksi.
Lain-lain
http://bayitabung-rsiafamily.com, diakses pada 28 Mei 2020
https://nakita.grid.id, diakses pada 28 Mei 2020
https://www.kapanlagi.com, Ricky Martin dan Suaminya Jwan Yosef sambut kelahiran anak
ke-4, diunggah pada Rabu, 30 Oktober 2019 11:08, diakses pada 31 Mei 2020
https://www.cumicumi.com, Demi Dapat Momongan Kim Kardashian Hingga Istri Shah
Rukh Khan Sewa-Rahim Ibu Pengganti, Dipublikasikan Jumat, 17 Mei 2019 21:30,
diakses pada 30 Mei 2020
https://wow.tribunnews.com, Deretan Negara Yang Melegalkan Program Sewa Rahim
Biayanya Fantastis, Dipublikasikan 26 Desember 2017, diakses pada 30 Mei 2020
https://health.detik.com, Idap Placenta Accreta Kim Kadarsih Sewa Rahim Untuk Anak
Ketiga Dipublikasikan Kamis, 22 Jun 2017 05:14 WIB, Diakses 30 Mei 2020
https://tirto.id/risiko-praktik-titip-janin-ala-kim-kardashian-cDsi, dipublikasikan 19 Januari
2018, diakses 30 Mei 2020
Fajar Bayu Setiawan, Kedudukan Kontrak sewa rahim dalam hukum positif indonesia,
jurnal Privat Law, edisi 01 Maret-Juni 2013

66

Anda mungkin juga menyukai