Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KATALIS

Desain Katalis Mg1-xZnxFOH Pada Sintesis Ammonia

Oleh :

Rajuman R Saragih 118280106


Tulus Jaya Pasaribu 118280040

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNOLOGI PRODUKSI DAN INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
LAMPUNG SELATAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
karunia- Nya kami bisa menyesaikan penulisan makalah yang berjudul “Desain
Katalis Mg1-xZnxFOH Pada Sintesis Ammonia”. Makalah ini dibuat untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah Katalis Heterogen sebagai salah satu mata kuliah
pilihan untuk program strata-1 Teknik Kimia.

Kami mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dosen Desi Riana Saputri, S.Si.,M.T. selaku dosen Pengampu Mata


kuliah Katalis yang senantiasa menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran
untuk mengajar dan memberikan wawasan tentang bidang ilmu teknik
kimia maupun dalam penyusunan makalah ini.
2. Semua pihak yang telah membantu yaitu teman seperjuagan kelas katalis.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan baik dalam segi penyusunan
maupun penyelesaian dan pembahasan lebih dalam mengenai katalis. Oleh
karena itu, saya berharapagar adanya kritik dan saran yang dapat membantu
saya untuk memperbaiki makalah ini menjadi lebih baik lagi. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................................................iii

KATA PENGANTAR......................................................................................................................iii

DAFTAR ISI..............................................................................................................................iii

DAFTAR GAMBAR...................................................................................................................iv

DAFTAR TABEL.........................................................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1

1.1 Latar Belakang......................................................................................................... 1


BAB II DESAIN KATALIS.............................................................................................................3

2.1 Analisis Stoikiometri............................................................................................... 3

2.2 Analisis Termodinamika.......................................................................................... 3

2.3 Pengajuan Mekanisme Reaksi................................................................................. 6

2.4 Pengajuan Mekanisme Reaksi Permukaan............................................................... 6

2.4.2 Reaksi Permukaan............................................................................................ 7

2.4.3 Desorpsi............................................................................................................ 7

2.4.4 Pseudo-Steady................................................................................................. 8

2.4.5 Neraca Active site............................................................................................ 9

2.5 Sintesis Padatan Katalis......................................................................................... 10

2.6 Penentuan Struktur Katalis.................................................................................... 10

2.7 Penentuan Asam Katalis........................................................................................ 11

2.8 Uji Katalis.............................................................................................................. 11


DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................12

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Mekanisme reaksi sintesis ammonia...................................................6

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Data reaksi antara reaktan (cross reaction)............................................3


Tabel 2. 2 Data reaksi antara reaktan dan produk....................................................3
Tabel 2. 3 Data Analisis Termodinamika................................................................3
Tabel 2. 4 Nilai-nilai termodinamika setiap komponen...........................................4

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Amonia menjadi bahan kimia yang paling banyak diproduksi di dunia


dikarenakan aplikasi yang sangat luas seperti pupuk untuk pertanian, energi, dan
industri farmasi. Amonia (NH3) sangat penting untuk digunakan sebagai
penyimpanan energi meengah dan pembawa energi bebas karbon, selain itu juga
sangat penting untuk keberlanjutan hidup organisme dan manusia (Chen et al,
2017). Hingga abad ke-20, telah ditemukan sintesis untuk menghasilkan ammonia
yang dinamakan proses Haber-Bosch yang merupakan terobosan dengan
meningkatkan hasil yang diperoleh dan meningkatkan ekonomi global sekitar
400% (Vu et al, 2019). Salah satu sumber dari pembuatan ammonia adalah
nitrogen. Nitrogen menjadi bagian penting dalam asam amino, nukleotida, dan
banyak senyawa biologis lain dalam organisme. Sekitar 2 miliar tahun, proses
fiksasi nitrogen secara alami telah terjadi dan bergantung pada bakteri nitrogenase
atau diperoleh dari fiksasi pada atmosfer melalui cahaya kilat (Vu et al, 2019).

Ammonia adalah gas tak berwarna dan memiliki aroma yang tajam.Ammonia
adalah sumber terbesar dari gabungan zat kimia nitrogen yang dapat diserap oleh
kebanyakan tumbuhan. Berdasarkan prinsip kesetimbangan kondisi yang
menguntungkan untuk ketuntasan reaksi ke kanan (pembentukan NH3) adalah
suhu rendah dan tekanantinggi.Akan tetapi, reaksi tersebut berlangsung sangat
lambat pada suhu rendah, bahkan pada suhu 400 oC sekalipun [1]. Di lain
pihak, karena reaksi ke kanan eksoterm, penambahan suhu akan mengurangi
rendemen. Produksi ammonia dapat dilakukan melalui reaksi antara dinitrogen
(N2) dengan dihydrogen (H2):

N 2 (g) +3 H 2(g ) → NH 3 (g)

Ammonia sendiri memiliki banyak manfaat, diantaranya adalah sebagai


pupuk, produksi asam nitrit, serta pembersih. Ammonia yang digunakan sebagai

1
pupuk adalah yang bereaksi denga asam sulfat yaitu (NH4)2SO4. Reaksi sintesis
ammonia dapat dipercepat dengan bantuan katalis. Katalis juga dapat difungsikan
untuk meningkatkan selektifitas suatu produk. Sehingga diharapkan, proses
sintesis ammonia dapat berjalan lebih cepat.
Peran katalis dalam sintesis ammonia sangat penting. Salah satu faktor
penggunaan katalis dalam sintesis ammonia adalah untuk mempercepat reaksi.
Banyak penelitian tentang sintesis ammonia dengan reaksi katalitik untuk
dijadikan referensi pemilihan katalis. Katalis komersil yang biasa digunakan
untuk sintesis ammonia adalah Fe dan Ru.

Menurut Ammar dkk. (2016), sekitar 85-90% produk kimia dihasilkan melalui
reaksi dengan bantuan katalis. Abulais (2015) menggunakan katalis ZnO/MgF2
pada reaksi asetilasi glieserol. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa reaksi
tanpa katalis memberikan konversi 29,06% sedangkan katalis 10% ZnO/MgF2
mampu meningkatkan konversi hampir 100%. Katalis yang digunakan dalam
industri dapat berupa katalis homogen dan katalis heterogen.

2
BAB II
DESAIN KATALIS

2.1 Analisis Stoikiometri

a. Reaksi Utama

N 2 (g) +3 H 2(g ) → NH 3 (g) ∆ H o =−92,38 kJ /mol

b. Reaksi reaktan dengan dirinya sendiri

N 2 = Tidak ada

H 2= Tidak ada

c. Reaksi antara reaktan (cross reaction)

Tabel 2. 1 Data reaksi antara reaktan (cross reaction)


Reaksi Jenis Reaksi ∆ Go298 (kJ/mol)

N 2 (g) +3 H 2(g ) → NH 3 (g) Hidrogenasi -16,16


+ ¿→ N 2 H 4(g )¿
N 2 (g) +4 H (g ) Hidrogenasi 95,25

d. Reaksi antara reaktan dan produk

Tabel 2. 2 Data reaksi antara reaktan dan produk


Reaksi Jenis Reaksi ∆ Go298 kJ/mol)

N 2 H 4 (g) + H 2(g ) → 2 NH 3 (g) Hidrogenasi -127,57

3
2.2 Analisis Termodinamika

Dari analisa stoikiometri yang telah dijabarkan maka dapat ditentukan


kemungkinan reaksi yang akan digunakan berdasarkan nilai energi gibbs dan
produk yang diinginkan.

Tabel 2. 3 Data Analisis Termodinamika


Reaksi Jenis Reaksi ∆ Go298 (kJ/mol)

N 2 +3 H 2 → NH 3 Hidrogenasi -16,16
+¿→ 2 NH 3 ¿
N 2 +6 H Hidrogenasi -127,57

Ditinjau dari analisis termodinamika, reaksi diatas terlihat bahwa energi Gibbs
bernilai negatif yang artinya reaksi diatas bersifat spontan. Nilai ∆ G o298 pada
reaksi ke 2 merupakan paling besar yang berarti reaksi ke 2 lebih dominan terjadi
dalam reaksi sintesis ammonia. Tetapi pada reaksi ammonia yang diinginkan
adalah reaksi 1 (reaksi hidrogenasi) yang menghasilkan produk berupa ammonia.
Reaksi yang dipilih dalam reaksi sintesis ammonia adalah :
N 2 (g) +3 H 2(g ) → NH 3 (g)Hidrogenasi ∆ Go298 =−16,16(kJ/mol)
Besaran-besaran termodinamika setiap komponen dapat dilihat pada tabel 2.1

Tabel 2. 4 Nilai-nilai termodinamika setiap komponen


Komponen H2 N2 NH3

ΔH°298
0 0 -80,3
(kJ/mol)

ΔG°298
0 0 -26,5
(kJ/mol)

4
Maka, entalpi reaksi pada kondisi standar adalah :
ΔHf°298 = Ʃ ΔHf°produk - Ʃ ΔHf°reaktan
ΔHf°298 = ((0)+(3(0)) – (-80,3)
ΔHf°298 = -80,3 kJ/mol
Nilai ΔHf°298 yang didapatkan negatif menandakan reaksi bersifat eksotermis.
Energi Gibbs pada kondisi standar adalah :
ΔGf°298 = Ʃ ΔGf°produk - Ʃ ΔGf°reaktan
ΔGf°298 = ((0)+(3(0) – (-26,5)
ΔGf°298 = -26,5 kJ/mol
Dimana,
ΔGf°298 = -RT ln Kp
ΔG f ° 298
ln Kp =
RT
ΔG f ° 298
Kp = exp
RT
Sehingga, konstanta kesetimbangan termodinamika pada reaksi standar 298 K adalah :
−26,5
Kp = exp
8,314 ×298
Kp = 1,25075E-15

Pada hasil penelitian yang telah dilakukan kondisi operasi optimum dilakukan pada
suhu 400°C (673 K). Maka, jika suhu dinaikkan untuk menghitung konstanta
kesetimbangan termodinamika menggunakan persamaan hubungan K dan Kp sebagai
berikut :
K ΔH f ° 298 1 1
ln
Kp
=
R (−
T 298 T )
K ΔH f ° 298 1 1 ΔH f ° 298 1 1
Kp
=exp
R ( −
T 298 T( K= Kpexp
R )) −
(
T 298 T ( ))
−80,3 1 1
K=1,25075E-15exp ( ( −
8,314 298 T ))
Asumsi 1 mol CO dan 1 mol H2O bereaksi :

5
N 2 ( g) +3 H 2 (g ) → NH 3 ( g )
Mula-mula : 1 1
Reaksi : x x x
Sisa : (1-x) (1-x) x x =2

Dimana :
C NH 3
K=
CN 2CH 2
x
K=
( 2−x )

( 1−x 1−x
2−x 2−x )
)(
Sehingga :

( 2−xx ) =0,9935exp −45,72 1 − 1


1−x 1−x ( 8,314 ( 298 T ))
( 2−x )( 2−x )
2.3 Pengajuan Mekanisme Reaksi
Mekanisme molekular yang mungkin terjadi dapat dilihat pada gambar 2.1

6
Gambar 2. 1 Mekanisme reaksi sintesis ammonia [ CITATION HXu20 \l 1033 ]

2.4 Pengajuan Mekanisme Reaksi Permukaan


Terdapat dua model mekanisme yang digunkan untuk
mendeskripsikan sisntesis amonia. Model yang paling cocok dengan kinetika
yaitu yang digunakan oleh Hinrichsenet dan Dahl. Model mekanisme reaksi
tersebut dapat merangkum semua reaksi elementer pada permukaan. Hal
tersebut memungkinkan bagi N, H, NH, NH 2 dan NH3. Adapun reaksi kimia
dari sintesis ammonia adalah sebagai berikut :
N 2 ( g) +3 H 2 (g ) → NH 3 ( g )

Asumsi : Tahap penentu laju reaksi pada reaksi permukaan.

7
2.4.1 Adsorpsi

H2 + 2S ↔ 2H.S (1)
Rumus laju reaksi dari reaksi
r HA=k 1 P H C 2s −K −1 C2Hs
2

C 2Hs
(
r HA=k 1 P H C2s − 2
K1 )
N2 + 2S ↔ 2N.S (2)
Rumus laju reaksi dari reaksi
r NA =k 2 PN C 2s −K −2 C2Ns
2

C 2Ns
(
r NA =k 2 P N C2s − 2
K2 )
2.4.2 Reaksi Permukaan

H.S + N.S ↔ NH.S + S (3)


Rumus laju reaksi dari reaksi
r SR−3=k 3 C N . S C H .S −K−3 C NH . S C S
C NH . S C S
(
r SR−3=k 3 C N . S C H . S−
K3 )
NH.S + H.S ↔ NH2.S + S (4)
r SR−4=k 4 C NH . S C H .S −K−4 C NH . S C S 2

C NH . S CS
(
r SR−4=k 4 C NH .S C H . S−
K4
2

)
NH2.S + H.S ↔ NH3.S + S (5)
r SR−5=k 5 C NH . S C H . S −K−5 C NH .S C S
2 3

C NH . S C S
(
r SR−5=k 5 C NH .S C H . S− 2
K5
3

)
2.4.3 Desorpsi

NH3.S ↔ NH3 + S (6)

8
r NH 3. D=k 6 C NH .S −K−6 PNH C S 3 3

P NH C S
r NH 3. D=k 6 C NH . S− ( 3
K6
3

2.4.4 Pseudo-Steady

 Tahap 1 C NH . S C H .S K 4
C NH . S=
2
CS
C 2Hs
(
r HA=k 1 P H C −
K1 2
2
s )
r HA C2Hs
k1 ( 2
= PH Cs−
K1 2 )
C2Hs
=P H C 2s  Tahap 4
K1 2

C NH . S C S
C H . s=C s √ K 1 PH
 Tahap 2
2
(
r SR−5=k 5 C NH .S C H . S− 2
K5
3

)
r SR−5 C NH . S C S
(
r SR−3=k 3 C N . S C H . S−
C NH . S C S
K3 ) k5 (
= C NH .S C H . S−
K5
2
3

)
C NH . S C S
r SR−3 C NH .S C S 3
=C NH .S C H . S
k3 (
= CN . SC H. S−
K3 ) K5
C NH . S C H .S K 5
2

C NH . S C S C NH . S= 2

=C N .S C H . S 3
CS
K3
 Tahap 5
C C K
C NH . S= N .S H . S 3 P NH C S
CS
 Tahap 3
(
r NH 3. D=k 6 C NH . S− 3
K6
3

)
r NH 3. D P NH C S
(
r SR−4=k 4 C NH .S C H . S−
C NH . S CS
K4
2

) k6 (
= C NH . S−
K6
3
3

)
P NH C S
r SR−4 C NH .S C S 3

k4 (
= C NH . S C H .S −
K4
2

) K6
=C NH . S 3

C NH . S=K 6 P NH CS
C NH .S C S 3 3
2
=C NH .S C H . S
K4  Tahap 6

9
C NH . S C s √ K 1 P H K 5 K 6 PNH C S
K 6 PNH C S = 2 2
C NH . S= 3

3
CS K4 K1 PH 2

K 6 PNH C S K 6 P NH C S C N . S C H .S √ K 1 P H K 3
C NH . S= 3
= 3 2
2
√ K1 PH K5 2
K4 K1 PH K5 2
CS
K 6 P NH C S 3
C NH .S C s √ K 1 PH K 4 2
=
√ K 1 PH K 5 2
CS

K 6 P NH C S
CN . S= 3/ 2
3
2.4.5 Neraca Active site
( K1 PH ) 2
K 4 K3 K5

C t=C S +C 2Hs+C 2Ns +C NH . S +C NH . S +C NH . S 2 3

K 6 P NH C S K 6 PNH C S K 6 P NH C S
C t=C S +C s √ K 1 P H + 3
+ +3
K P C 3

2
( K 1 PH )
3 /2
K4 K3 K5 K 4 K 1 P H √ K 1 P H K 5 6 NH S
2
3

2 2

K 6 PNH C S K 6 P NH C S K 6 P NH C S
(
C t=C S + C s √ K 1 PH + 2
( K1 PH ) 2
3 /2
3

K 4 K3 K5
+
K 4 K 1 PH
3

2
+
√ K1 PH K5
3

2
K 6 P NH C S
3
)
Ct
C s=
K 6 P NH C S K 6 P NH CS K 6 P NH C S
( 1+ √ K 1 PH + 2
( K1 PH ) 2
3 /2
3

K 4 K3 K5
+ + 3
K P C
K 4 K 1 PH √ K 1 P H K 5 6 NH S
2
3

2
3
)
Sehingga, laju reaksi adalah
C 2Ns
r NA =k 2 P N C2s − ( 2
K2 )
2
K 6 P NH C S

r NA =k 2 P N C − ( 2
s
( C 2
Ns
( K1 PH ) 2
3/ 2
3

K 4 K 3 K5 ))
2
K2

2
K 6 P NH C S

r NA =k 2 P N − ( ( C
2
Ns
( K1 PH ) 2
3/ 2
3

K 4 K 3 K5 )) C 2s
2
K2

10
2
K 6 P NH C S

( ( ))
( )
C2Ns 3/ 2
3

( K1 PH ) K 4 K 3 K5
C 2t
2
k2 PN − 2
K2
r NA =k 2 2
K 6 PNH C S K 6 P NH C S K 6 PNH C S
( 1+ √ K 1 PH +
2

2
3 /2
3
+ +
( K 1 P H ) K 4 K 3 K 5 K 4 K 1 PH √ K 1 P H K 5
K 6 P NH
3

2
3

2
3
)
2.5 Sintetis padatan katalis
Pada tahap awal, serbuk magnesium dilarutkan dalam metanol
anhydroussesuai kebutuhan dan direfluks selama 3 jam pada suhu 70°C untuk
membentuk magnesium metoksida, Mg(OCH3)2. Larutan ini kemudian
ditambahkan HF 48% dan larutan Zn(CH3COO)2 dengan variasi x = 0; 0,025;
0,050; 0,075; 0,100; dan 0,150. Larutan campuran distirer hingga terbentuk
gel. Gel yang terbentuk diagingpada suhu kamar hingga terbentuk gel stabil.
Padatan yang diperoleh dikeringkan dengan vakum pada suhu 70°C dan
dikalsinasi sesuai dengan suhu hasil TGA.

2.6 Penentuan struktur katalis


Katalis hasil sintesis dikarakterisasi strukturnya dengan difraktometer Sinar-X
(XRD). Sebelum dilakukan karakterisasi XRD, padatan digerus hingga halus
kemudian diletakkan pada sampel holder yang sudah dibersihkan dan
diratakan. Pengukuran dilakukan dengan sumber radiasi sinar CuKα (λ =
1.54056 Å) dan sudut 2θ antara 20-90° dengan inkremen 0,05. Data
difraktogram yang diperoleh dicocokkan dengan database JCPDS-
International Center for DiffractionData tahun 2001 melalui software
PCPDFWINPreparasi Katalis

Katalis dengan dukungan magnesia (UbeIndustries, 42 m2 g − 1) dicampur


dengan sekitar 2 wt% Ru dalam bentuk Ru 3 (CO)12 (Aldrich, 99%), dilarutkan
dalam THF. Setelah penguapan THF, sampel dipanaskan dalam vakum
hingga 723 K dan ditahan pada suhu selama 2 jam dan didinginkan. Sampel
kemudian direduksi dalam dihidrogen pada 723 K selama 1 jam, dievakuasi,
dan didinginkan di bawah vakum sebelum dipaparkan ke udara. Promotor Ba

11
dan penyangga MgO kemudian ditambahkan dalam rasio atom 1 : 1 dengan
rutenium melalui impregnasi Ru / MgO, katalis yang tidak berkembang pada
preparasi ini dihancurkan dan diayak antara 250 dan 425 µm.

2.7 Penentuan Asam Katalis


Keasaman katalis ditentukan dengan metode adsorpsi piridin-FTIR yang
mengacu pada penelitian Murthy dkk. (2004). Preparasi awal dilakukan
dengan mengeringkan katalis sebanyak ± 75 mg di dalam pipa kaca yang
disumbat dengan glass wool pada kedua ujungnya. Di dalam pipa kaca katalis
dipanaskan pada suhu 150°C selama 1 jam dan dialiri gas nitrogen. Langkah
selanjutnya katalis ditetesi piridin sebanyak 60 μL dan dilanjutkan dengan
proses desorpsi dimana katalis dipanaskan kembali pada suhu 150°C selama 3
jam disertai aliran gas N2. Setelah itu katalis didiamkan selama 10 menit pada
suhu kamar dan dilakukan analisis dengan FTIR pada bilangan gelombang
1900-1300 cm-1.

2.8 Uji Katalis


Katalis Mg1-xZnxFOH hasil sintesis diuji aktivitas dan selektivitasnya pada
reaksi yang dilakukan antara trimetilhidrokuinon (TMHQ) dan isofitol.
Proses reaksi dilakukan melalui metode termal refluks seperti yang telah
dilaporkan oleh Setyawati (2010). Ke dalam labu leher tiga, dimasukkan
0,0152 gram trimetilhidrokuinon; 0,0038 gram katalis dan 6 mL metanol.
Campuran tersebut kemudian dipanaskan pada suhu 60°C dan direfluks
selama 30 menit. Selanjutnya ditambahkan 40 μL mmol isofitol dan direfluks
lagi selama 3 jam pada suhu 60°C. Hasil yang diperoleh diekstrak dengan n-
heksana 10 mL. Selanjutnya dilakukan uji reaktan dan produk pada fraksi
yang larut dalam n-heksana dan metanol. Aktivitas katalis bersesuaian dengan
besarnya reaktan TMHQ yang terkonversi, sedangkan selektivitas sesuai
dengan produk yang terbentuk dimana konsentrasinya dapat ditentukan
dengan HPLC (Ayudianingsih, 2007 dan Setyawati, 2010)

12
DAFTAR PUSTAKA

Abulais, D., (2015), “Sintesis dan Kinerja katalis ZnO berpendukung MgF2 pada
Reaksi Asetilasi Glycerol”. Tesis, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Acham, V. R., Biradar, A. V., Dongare, M. K., Kemnitz, E., dan Umbarkar, S. B.,
(2014), “Palladium Nanoparticles Supported on Magnesium Hydroxide Fluorides:
A Selective Catalyst for Olefin Hydrogenation”. Chem Cat Chem, Vol 6, hal.
3182–3191

Devadas, M., (2006), “Selective Catalytic Reduction (SCR) of Nitrogen Oxides


with Ammonia over Fe-ZSM-5”, Dissertation, Swiss Federal Institute of
Technology Zurich

Iradatullah F.,(2015), “Sintesis Dan Karakterisasi Katalis Mg1-xNixF2 Serta


Aplikasinya Pada Reaksi Asetilasi Gliserol”. Skripsi, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember.Surabaya
Sanderson, R. T. 2019. “Nitrogen: Chemical Element”. Encyclopedia Britannica,
Inc. https://www.britannica.com/science/nitrogen (diakses pada 30 Juni 2020)
Syafinar, R., N. Gomesh, M. Irwanto, M. Fareq, dan Y. M. Irwan. (2015).
Chlorophyll Pigments as Nature Based Dye for Dye-Sensitized Solar Cell
(DSSC). Energy Procedia, 79, 896-902.
http://doi.org/10.1016/j.egypro.2015.11.584

13

Anda mungkin juga menyukai