Oleh :
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
karunia- Nya kami bisa menyesaikan penulisan makalah yang berjudul “Desain
Katalis Mg1-xZnxFOH Pada Sintesis Ammonia”. Makalah ini dibuat untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah Katalis Heterogen sebagai salah satu mata kuliah
pilihan untuk program strata-1 Teknik Kimia.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan baik dalam segi penyusunan
maupun penyelesaian dan pembahasan lebih dalam mengenai katalis. Oleh
karena itu, saya berharapagar adanya kritik dan saran yang dapat membantu
saya untuk memperbaiki makalah ini menjadi lebih baik lagi. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................................................iii
KATA PENGANTAR......................................................................................................................iii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................................................iv
DAFTAR TABEL.........................................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1
2.4.3 Desorpsi............................................................................................................ 7
2.4.4 Pseudo-Steady................................................................................................. 8
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB I
PENDAHULUAN
Ammonia adalah gas tak berwarna dan memiliki aroma yang tajam.Ammonia
adalah sumber terbesar dari gabungan zat kimia nitrogen yang dapat diserap oleh
kebanyakan tumbuhan. Berdasarkan prinsip kesetimbangan kondisi yang
menguntungkan untuk ketuntasan reaksi ke kanan (pembentukan NH3) adalah
suhu rendah dan tekanantinggi.Akan tetapi, reaksi tersebut berlangsung sangat
lambat pada suhu rendah, bahkan pada suhu 400 oC sekalipun [1]. Di lain
pihak, karena reaksi ke kanan eksoterm, penambahan suhu akan mengurangi
rendemen. Produksi ammonia dapat dilakukan melalui reaksi antara dinitrogen
(N2) dengan dihydrogen (H2):
1
pupuk adalah yang bereaksi denga asam sulfat yaitu (NH4)2SO4. Reaksi sintesis
ammonia dapat dipercepat dengan bantuan katalis. Katalis juga dapat difungsikan
untuk meningkatkan selektifitas suatu produk. Sehingga diharapkan, proses
sintesis ammonia dapat berjalan lebih cepat.
Peran katalis dalam sintesis ammonia sangat penting. Salah satu faktor
penggunaan katalis dalam sintesis ammonia adalah untuk mempercepat reaksi.
Banyak penelitian tentang sintesis ammonia dengan reaksi katalitik untuk
dijadikan referensi pemilihan katalis. Katalis komersil yang biasa digunakan
untuk sintesis ammonia adalah Fe dan Ru.
Menurut Ammar dkk. (2016), sekitar 85-90% produk kimia dihasilkan melalui
reaksi dengan bantuan katalis. Abulais (2015) menggunakan katalis ZnO/MgF2
pada reaksi asetilasi glieserol. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa reaksi
tanpa katalis memberikan konversi 29,06% sedangkan katalis 10% ZnO/MgF2
mampu meningkatkan konversi hampir 100%. Katalis yang digunakan dalam
industri dapat berupa katalis homogen dan katalis heterogen.
2
BAB II
DESAIN KATALIS
a. Reaksi Utama
N 2 = Tidak ada
H 2= Tidak ada
3
2.2 Analisis Termodinamika
N 2 +3 H 2 → NH 3 Hidrogenasi -16,16
+¿→ 2 NH 3 ¿
N 2 +6 H Hidrogenasi -127,57
Ditinjau dari analisis termodinamika, reaksi diatas terlihat bahwa energi Gibbs
bernilai negatif yang artinya reaksi diatas bersifat spontan. Nilai ∆ G o298 pada
reaksi ke 2 merupakan paling besar yang berarti reaksi ke 2 lebih dominan terjadi
dalam reaksi sintesis ammonia. Tetapi pada reaksi ammonia yang diinginkan
adalah reaksi 1 (reaksi hidrogenasi) yang menghasilkan produk berupa ammonia.
Reaksi yang dipilih dalam reaksi sintesis ammonia adalah :
N 2 (g) +3 H 2(g ) → NH 3 (g)Hidrogenasi ∆ Go298 =−16,16(kJ/mol)
Besaran-besaran termodinamika setiap komponen dapat dilihat pada tabel 2.1
ΔH°298
0 0 -80,3
(kJ/mol)
ΔG°298
0 0 -26,5
(kJ/mol)
4
Maka, entalpi reaksi pada kondisi standar adalah :
ΔHf°298 = Ʃ ΔHf°produk - Ʃ ΔHf°reaktan
ΔHf°298 = ((0)+(3(0)) – (-80,3)
ΔHf°298 = -80,3 kJ/mol
Nilai ΔHf°298 yang didapatkan negatif menandakan reaksi bersifat eksotermis.
Energi Gibbs pada kondisi standar adalah :
ΔGf°298 = Ʃ ΔGf°produk - Ʃ ΔGf°reaktan
ΔGf°298 = ((0)+(3(0) – (-26,5)
ΔGf°298 = -26,5 kJ/mol
Dimana,
ΔGf°298 = -RT ln Kp
ΔG f ° 298
ln Kp =
RT
ΔG f ° 298
Kp = exp
RT
Sehingga, konstanta kesetimbangan termodinamika pada reaksi standar 298 K adalah :
−26,5
Kp = exp
8,314 ×298
Kp = 1,25075E-15
Pada hasil penelitian yang telah dilakukan kondisi operasi optimum dilakukan pada
suhu 400°C (673 K). Maka, jika suhu dinaikkan untuk menghitung konstanta
kesetimbangan termodinamika menggunakan persamaan hubungan K dan Kp sebagai
berikut :
K ΔH f ° 298 1 1
ln
Kp
=
R (−
T 298 T )
K ΔH f ° 298 1 1 ΔH f ° 298 1 1
Kp
=exp
R ( −
T 298 T( K= Kpexp
R )) −
(
T 298 T ( ))
−80,3 1 1
K=1,25075E-15exp ( ( −
8,314 298 T ))
Asumsi 1 mol CO dan 1 mol H2O bereaksi :
5
N 2 ( g) +3 H 2 (g ) → NH 3 ( g )
Mula-mula : 1 1
Reaksi : x x x
Sisa : (1-x) (1-x) x x =2
Dimana :
C NH 3
K=
CN 2CH 2
x
K=
( 2−x )
( 1−x 1−x
2−x 2−x )
)(
Sehingga :
6
Gambar 2. 1 Mekanisme reaksi sintesis ammonia [ CITATION HXu20 \l 1033 ]
7
2.4.1 Adsorpsi
H2 + 2S ↔ 2H.S (1)
Rumus laju reaksi dari reaksi
r HA=k 1 P H C 2s −K −1 C2Hs
2
C 2Hs
(
r HA=k 1 P H C2s − 2
K1 )
N2 + 2S ↔ 2N.S (2)
Rumus laju reaksi dari reaksi
r NA =k 2 PN C 2s −K −2 C2Ns
2
C 2Ns
(
r NA =k 2 P N C2s − 2
K2 )
2.4.2 Reaksi Permukaan
C NH . S CS
(
r SR−4=k 4 C NH .S C H . S−
K4
2
)
NH2.S + H.S ↔ NH3.S + S (5)
r SR−5=k 5 C NH . S C H . S −K−5 C NH .S C S
2 3
C NH . S C S
(
r SR−5=k 5 C NH .S C H . S− 2
K5
3
)
2.4.3 Desorpsi
8
r NH 3. D=k 6 C NH .S −K−6 PNH C S 3 3
P NH C S
r NH 3. D=k 6 C NH . S− ( 3
K6
3
2.4.4 Pseudo-Steady
Tahap 1 C NH . S C H .S K 4
C NH . S=
2
CS
C 2Hs
(
r HA=k 1 P H C −
K1 2
2
s )
r HA C2Hs
k1 ( 2
= PH Cs−
K1 2 )
C2Hs
=P H C 2s Tahap 4
K1 2
C NH . S C S
C H . s=C s √ K 1 PH
Tahap 2
2
(
r SR−5=k 5 C NH .S C H . S− 2
K5
3
)
r SR−5 C NH . S C S
(
r SR−3=k 3 C N . S C H . S−
C NH . S C S
K3 ) k5 (
= C NH .S C H . S−
K5
2
3
)
C NH . S C S
r SR−3 C NH .S C S 3
=C NH .S C H . S
k3 (
= CN . SC H. S−
K3 ) K5
C NH . S C H .S K 5
2
C NH . S C S C NH . S= 2
=C N .S C H . S 3
CS
K3
Tahap 5
C C K
C NH . S= N .S H . S 3 P NH C S
CS
Tahap 3
(
r NH 3. D=k 6 C NH . S− 3
K6
3
)
r NH 3. D P NH C S
(
r SR−4=k 4 C NH .S C H . S−
C NH . S CS
K4
2
) k6 (
= C NH . S−
K6
3
3
)
P NH C S
r SR−4 C NH .S C S 3
k4 (
= C NH . S C H .S −
K4
2
) K6
=C NH . S 3
C NH . S=K 6 P NH CS
C NH .S C S 3 3
2
=C NH .S C H . S
K4 Tahap 6
9
C NH . S C s √ K 1 P H K 5 K 6 PNH C S
K 6 PNH C S = 2 2
C NH . S= 3
3
CS K4 K1 PH 2
K 6 PNH C S K 6 P NH C S C N . S C H .S √ K 1 P H K 3
C NH . S= 3
= 3 2
2
√ K1 PH K5 2
K4 K1 PH K5 2
CS
K 6 P NH C S 3
C NH .S C s √ K 1 PH K 4 2
=
√ K 1 PH K 5 2
CS
K 6 P NH C S
CN . S= 3/ 2
3
2.4.5 Neraca Active site
( K1 PH ) 2
K 4 K3 K5
K 6 P NH C S K 6 PNH C S K 6 P NH C S
C t=C S +C s √ K 1 P H + 3
+ +3
K P C 3
2
( K 1 PH )
3 /2
K4 K3 K5 K 4 K 1 P H √ K 1 P H K 5 6 NH S
2
3
2 2
K 6 PNH C S K 6 P NH C S K 6 P NH C S
(
C t=C S + C s √ K 1 PH + 2
( K1 PH ) 2
3 /2
3
K 4 K3 K5
+
K 4 K 1 PH
3
2
+
√ K1 PH K5
3
2
K 6 P NH C S
3
)
Ct
C s=
K 6 P NH C S K 6 P NH CS K 6 P NH C S
( 1+ √ K 1 PH + 2
( K1 PH ) 2
3 /2
3
K 4 K3 K5
+ + 3
K P C
K 4 K 1 PH √ K 1 P H K 5 6 NH S
2
3
2
3
)
Sehingga, laju reaksi adalah
C 2Ns
r NA =k 2 P N C2s − ( 2
K2 )
2
K 6 P NH C S
r NA =k 2 P N C − ( 2
s
( C 2
Ns
( K1 PH ) 2
3/ 2
3
K 4 K 3 K5 ))
2
K2
2
K 6 P NH C S
r NA =k 2 P N − ( ( C
2
Ns
( K1 PH ) 2
3/ 2
3
K 4 K 3 K5 )) C 2s
2
K2
10
2
K 6 P NH C S
( ( ))
( )
C2Ns 3/ 2
3
( K1 PH ) K 4 K 3 K5
C 2t
2
k2 PN − 2
K2
r NA =k 2 2
K 6 PNH C S K 6 P NH C S K 6 PNH C S
( 1+ √ K 1 PH +
2
2
3 /2
3
+ +
( K 1 P H ) K 4 K 3 K 5 K 4 K 1 PH √ K 1 P H K 5
K 6 P NH
3
2
3
2
3
)
2.5 Sintetis padatan katalis
Pada tahap awal, serbuk magnesium dilarutkan dalam metanol
anhydroussesuai kebutuhan dan direfluks selama 3 jam pada suhu 70°C untuk
membentuk magnesium metoksida, Mg(OCH3)2. Larutan ini kemudian
ditambahkan HF 48% dan larutan Zn(CH3COO)2 dengan variasi x = 0; 0,025;
0,050; 0,075; 0,100; dan 0,150. Larutan campuran distirer hingga terbentuk
gel. Gel yang terbentuk diagingpada suhu kamar hingga terbentuk gel stabil.
Padatan yang diperoleh dikeringkan dengan vakum pada suhu 70°C dan
dikalsinasi sesuai dengan suhu hasil TGA.
11
dan penyangga MgO kemudian ditambahkan dalam rasio atom 1 : 1 dengan
rutenium melalui impregnasi Ru / MgO, katalis yang tidak berkembang pada
preparasi ini dihancurkan dan diayak antara 250 dan 425 µm.
12
DAFTAR PUSTAKA
Abulais, D., (2015), “Sintesis dan Kinerja katalis ZnO berpendukung MgF2 pada
Reaksi Asetilasi Glycerol”. Tesis, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Acham, V. R., Biradar, A. V., Dongare, M. K., Kemnitz, E., dan Umbarkar, S. B.,
(2014), “Palladium Nanoparticles Supported on Magnesium Hydroxide Fluorides:
A Selective Catalyst for Olefin Hydrogenation”. Chem Cat Chem, Vol 6, hal.
3182–3191
13