Menjamin Ketersediaan serta Pengelolaan Air Bersih yang Berkelanjutan untuk
Semua SDGs ( Sustainable Development Goals ) yang merupakan sebuah dokumen yang akan menjadi sebuah acuan dalam kerangka pembangunan dan perundingan negara-negara di dunia. Konsep SDGs melanjutkan konsep pembangunan Milenium Development Goals “MDGs” yang dimana konsep itu sudah berakhir pada tahun 2015. Jadi kerangka pembangunan yang berkaitan dengan perubahan situasi dunia yang semula menggunakan konsep MGDs sekarang diganti dengan SDGs. Salah satu tujuan SDGs adalah menjamin ketersediaan serta pengelolaan air bersih yang berkelanjutan untuk semua orang. Air minum adalah air yang digunakan manusia untuk konsumsi, persiapan makanan, dan kebutuhan kebersihan dasar lainnya. Rumah tangga dianggap memiliki layanan dasar terhadap air minum ketika mereka menggunakan air dari sumber yang layak dalam kurun waktu total 30 menit atau kurang untuk satu putaran, termasuk antriannya. Sumber air minum yang layak adalah sumber atau titik penampungan air dari alam atau terlindung dari kontaminasi. Sumber air minum yang layak meliputi, pipa pasokan air minum lokal, kran umum, tabung penampung, sumur galian, mata air terlindung, air hujan, dan air minum kemasan (sumber yang layak digunakan untuk mencuci tangan, memasak atau tujuan kebersihan lainnya). BPS menyediakan indikator akses air minum layak dari Susenas. Air minum yang berkualitas (layak) adalah air minum yang terlindungi meliputi air ledeng (keran), keran umum, hydrant umum, terminal air, penampungan air hujan (PAH) atau mata air dan sumur terlindung, sumur bor, yang jaraknya 10 meter dari pembuangan kotoran, penampungan limbah dan pembuangan sampah. Tidak termasuk air kemasan, air dari penjual keliling, air yang dijual melalui tanki, air sumur dan mata air tidak terlindung. Air minum yang tidak aman (terkontaminasi mikrobiologi dan kimia) dapat menyebabkan timbulnya penyakit seperti diare, kolera, tipus, dan schistosomiasis. Kekurangan air minum yang aman merupakan penyebab utama penyakit dan kematian, karena infeksi virus, polusi kimia dan kebersihan yang buruk. Kurangnya akses air di dalam rumah merupakan bentuk kerugian ekonomi, karena dibutuhkan sumber daya manusia untuk mengambil dan membawa air. Indikator ini menyediakan proksi untuk mengukur paparan akses terhadap air minum yang aman dan tindakan efektif untuk mengaksesnya. Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 menunjukkan Angka Kematian Balita (AKABA) masih sekitar 43 kasus kematian per 1.000 kelahiran. Lebih dari 40% kasus kematian balita disebabkan oleh diare dan pneumonia (RISKESDAS, 2007). Di negara berkembang, sekitar 88% kasus penyakit diare diperkirakan berkaitan dengan air, sanitasi, dan perilaku hidup bersih dan sehat (Fewtrell et al, 2007) Sebagai kelanjutan dari MDGs, beberapa indikator masih menjadi bagian dari SDGs dengan 17 tujuan, 169 target, dan 230 indikator. Tujuan 6 dari SDGs adalah menjamin ketersediaan dan manajemen air aman serta sanitasi yang berkelanjutan untuk semua. Di dalamnya terdapat target global yaitu: 1. Pada tahun 2030, mencapai akses universal dan merata terhadap air minum yang aman dan terjangkau bagi semua. 2. Pada tahun 2030, mencapai akses terhadap sanitasi dan kebersihan yang memadai dan merata bagi semua, dan menghentikan praktik buang air besar di tempat terbuka, memberikan perhatian khusus pada kebutuhan perempuan dan anak perempuan serta kelompok masyarakat rentan. 3. Pada tahun 2030, meningkatkan kualitas air dengan mengurangi polusi, menghilangkan dumping dan meminimalkan pelepasan material dan bahan kimia berbahaya. Untuk daerah perkotaan persentase rumah tangga yang memiliki akses air minum layak meningkat setiap tahunnya. Daerah perkotaan di Indoneisa menunjukkan kondisi perumahan dengan pelayanan dasar yang lebih layak. Pada tahun 2015, persentase rumah tangga dengan akses air minum layak sudah mencapai 81,30% dan sudah melebihi target MDGs yaitu sebesar 75,29% pada tahun 2015. Sehingga upaya pemerintah untuk memenuhi pelayanan air minum yang aman bagi penduduk perkotaan sudah tepat dan mencapai target MDGs. Tingginya persentase tersebut memberikan optimisme tercapainya target SDGs dengan tetap mengupayakan mempertahankan dan meningkatkan pelayanan dasar umtuk air minum yang aman bagi rumah tangga perkotaan. Tinggal akses sumber air minum layak untuk penduduk perdesaan yang masih perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Sumber: Badan Pusat Statistik.