Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

“UJI AKTIVITAS ANTIMIKROBA ”

Dosen pembimbing :
Saiful Bahri, M.Si.

Disusun Oleh :
SEFIA YUNITA SARI 19330079

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
PROGRAM STUDI S1 FARMASI FAKULTAS FARMASI
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL

JAKARTA 2021
BAB 1

PENDAHULUA

1.1 Latar Belakang


Antimikroba adalah bahan atau zat yang dapat membunuh atau menghambat
aktivitas mikroorganisme dengan bermacam-macam cara. Senyawa antimikroba
terdiri atas bebrapa kelompok berdasarkan mekanisme daya kerjanya dan tujuan
penggunaannya. Bahan antimikroba dapat berupa desinfektan, antiseptic, sterilizer,
sanitizer, dan sebagainya. Mekanisme daya kerja antimikroba terhadap sel dapat
dibedakan atas bebrapa kelompok, diantaranya merusak dinding sel, mengganggu
permeabilitas sel, merusak molekul protein dan asam nukleat, menghambat aktivitas
enzim, menhambat sintesa asam nukleat. Oleh karena itu, antimikroba dibagi menjadi
dua macam yaitu antibiotik dan desinfektan.
Antibiotik adalah senyawa yang dihasilkan oleh mikroorganisme tertentu yang
mempunyai kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri atau bahkan membunuh
bakteri walaupun dalam konsentrasi yang rendah. Antibiotik digunakan untuk
menghentikan aktivitas mikroba pada jaringan tubuh makhluk hidup sedangkan
desinfektan bekerja dengan menghambat atau menghentikan pertumbuhan mkroba
pada benda tak hidup, seperti meja, alat gelas, dan lain sebagainya. Pembagian kedua
kelompok antimikroba tersebut tidak hanya didasarkan pada aplikasi penerapannya
melainkan juga terhadap konsentrasi mikroba yang digunakan.
Antibiotik yang efektif bagi banyak spesies bakteri, baik kokus, basil maupun
spiril dikatakan mempunyai sprektrum luas. Sebaliknya suatu antibiotik yang hanya
efektif untuk spesies tertentu, disebut antibiotic yang sprektrumnya sempit. Penisilin
hanya efektif untuk memberantas terutama jenis kokus, oleh karena itu penisilin
dikatakan mempunyai spectrum yang sempit. Tetrasiklin efektif bagi kokus, basil, dan
jenis spiril tertentu. Oleh karena itu tertasiklin dikatakan mempunyai spectrum yang
luas. Metode difusi merupakan salah satu metode yang sering digunakan untuk
menguji aktivitas antimikroba, metode difusi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu
metode silinder, lubang dan cakram kertas. Metode silinder yaitu meletakan beberapa
silinder yang terbuat dari gelas atau besi tahan karat diatas media agar yang telah
diinokulasi dengan bakteri. Tiap silinder ditempatkan sedemikian rupa hingga berdiri
diatas media agar, diisi dengan larutan yang aka diuji dan diinkubasi. Setelah
diinkubasi, pertumbuhan bakteri diamati untuk melihat ada tidaknya daerah hambatan
disekeliling silinder.
1.2 Tujuan Pratikum
Praktikum ini bertujuan untuk menguji aktivitas antimikroba dari bahan-bahan yang
diujikan dengan metode difusi.
1.3 Prinsip Percobaan
Prinsip dari percobaan ini adalah penghambatan terhadap pertumbuhan
mikroorganisme, yaitu zona hambatan akan terlihat sebagai daerah jernih di sekitar
daerah yang mengandung zat antibakteri. Diameter zona hambatan pertumbuhan
bakteri menunjukkan sensitivitas bakteri terhadap zat antibakteri. Selanjutnya
dikatakan bahwa semakin lebar diameter zona hambatan yang terbentuk bakteri
tersebut semakin sensitif.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Dasar


A. Mikroba
Mikroba mampu hidup dan ditemukan pada kondisi yang ekstrim seperti suhu,
salinitas, pH yang relatif tinggi atau rendah dan lingkungan yang berkadar garam
tinggi dimana organisme lain tidak dapat hidup. Mikroba yang dapat hidup dan
tumbuh pada lingkungan panas dikenal sebagai mikroba termofilik. Pada
lingkungan yang ekstrim tersebut, bakteri termofilik dapat menghasilkan enzim
dengan sifat tahan terhadap suhu tinggi (Sari, 2012).
Bakteri kitinolitik merupakan kelompok bakteri yang mampu menghasilkan
enzim kitinase untuk menguraikan zat kitin. Isolat bakteri kitinolitik dapat
diperoleh dari sumber air panas, tanah dan lumpur, serta dari sumber perairan lain
seperti sungai dan laut. enzim kitinase yang hasilkan oleh bakteri kitinolitik
berasal dari perairan berperan dalam proses daur ulang kitin, dengan adanya
enzim kitinase ini maka proses penguraian kitin berlangsung berkesinambungan
sehingga tidak terjadi akumulasi dari sisa-sisa cangkang udang, kepiting, cumi-
cumi dan organisme perairan lainnya. Bakteri kitinolitik dapat diperoleh dengan
cara mengisolasi atau memindahkan bakteri tersebut dari lingkungannya di alam
bebas ke dalam medium buatan (Fitri dan Yasmin, 2012).
B. Antibiotik dan Antiseptik
Antibiotik adalah bahan yang dihasilkan oleh mikroorganisme atau sintetis
yang dalam jumlah kecil mampu menekan menghambat atau membunuh
mikroorganisme lainnya. Antibiotik memiliki spektrum aktivitas antibiosis yang
beragam. Antiseptik adalah zat yang biasa digunakan untuk menghambat
pertumbuhan dan membunuh mikroorganisme berbahaya (patogenik) yang
terdapat pada permukaan tubuh luar mahluk hidup. Secara umum, antiseptik
berbeda dengan obat-obatan maupun disinfektan. Disinfektan yaitu suatu senyawa
kimia yang dapat menekan pertumbuhan mikroorganisme pada permukaan benda
mati seperti meja, lantai dan pisau bedah sedangkan antiseptik digunakan untuk
menekan pertumbuhan mikroorganisme pada jaringan tubuh, misalnya kulit. Zat
antiseptik yang umum digunakan diantaranya adalah iodium, hidrogen peroksida
dan asam borak. Kekuatan masing-masing zat antiseptik tersebut berbeda-beda
(Sutanto, 2002).
Antiseptik merupakan bahan kimia yang mencegah multiplikasi organisme
pada permukaan tubuh, dengan cara membunuh mikroorganisme tersebut atau
menghambat pertumbuhan dan aktivitas metaboliknya. Antiseptik perlu dibedakan
dengan antibiotik yang membunuh mikroorganisme dalam tubuh makhluk hidup,
dan desinfektan yang membunuh mikroorganisme pada benda mati. Namun
antiseptik sering pula disebut sebagai desinfektan kulit. Hampir semua bahan
kimia yang dipakai sebagai antiseptik dapat pula berperan sebagai desinfektan.
Hal ini ditentukan oleh konsentrasi bahan tersebut. Biasanya konsentrasi bahan
yang digunakan sebagai antiseptik lebih rendah daripada desinfektan
(Desiyanto, 2013).
Antibiotic adalah zat-zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme , dan zat-zat itu
dalam jumlah yang sedikit pun mempunyai daya penghambat kegiatan
mikroorganisme yang lain. Antibiotik yang pertama dikenal adalah penisilin,
suatu zat yang dihasilkan oleh jamur penicilium. Sp. Penisilin ditemukan oleh
flerning pada tahun 1929, namun baru sejak tahun 1943 antibiotik ini banyak
digunakan sebagai pembunuh bakteri. Antibiotik yang efektif bagi banyak spesies
bakteri dikatakan mempunyai spectrum luas, sebaliknya antibiotic yang hanya
efektif untuk spesies tertentu mempunyai spectrum yang sempit. Sebelum suatu
antibiotic digunakan untuk keperluan pengobatan, maka perlulah terlebih dahulu
antibiotic diuji efeknya terhadap spesies bakteri tertentu. Sesuai dengan keperluan,
maka suatu antibiotic dapat diberikan kepada seorang pasien dengan jalan
penyuntikan dapat dilakukan dengan intra moskular (Dwidjoseputro, 2005).
C. Bahan Anti Mikroba
Senyawa antimikroba adalah bahan pengawet yang berfungsi untuk
menghambat kerusakan pangan akibat aktivitas mikroba. Sejarah penggunaan
pengawet didalam bahan pangan sendiri bermula dari penggunaan garam, asap
dan asam (proses fermentasi) untuk mengawetkan pangan. Sejumlah bahan
antimikroba kemudian dikembangkan dengan tujuan untuk menghambat atau
membunuh mikroba pembusuk (penyebab kerusakan pangan) dan mikroba
patogen (penyebab keracunan pangan) (Sonyaza, 2009).
Kekuatan antibiotic yang diproduksi harus disesuaikan dengan “Internasional
Standard Sample” dan satuan internasional. Pada umumnya contoh baku
internasional dari suatu antibiotic mengandung sejumlah antibiotic yang telah
dimurnikan secara teliti, baik terhadap kekuatannya maupun keaktifannya. Ada
beberapa cara untuk menentukan preparat antibiotic. Penentuan kekuatan ini dapat
dilakukan dengan tujuan sebagai berikut, menghitung daerah penghambatan
dalam dalam lempeng agar dapat menentukan kosentrasi terkecil yang masih
dapat menghambat pertumbuhan (MIC) dari suatu antibiotic terhadap organisme
yang belum diketahui , dan untuk mengetahui konsentrasi antibiotic yang dapat
tercapai dalam cairan tubuh atau jaringan (Irianto, 2006).
D. Jenis Zat Antiseptik
Sabun merupakan suatu bahan yang untuk membersihkan kulit baik dari
kotoran maupun bakteri. Sabun yang dapat membunuh bakteri dikenal dengan
sabun antiseptic. Sabun antiseptik atau disebut juga dengan sabun obat
mengandung asam lemak yang bersenyawa dengan alkali dan ditambah dengan
zat kimia atau bahan obat. Sabun ini berguna untuk mencegah, mengurangi
ataupun menghilangkan penyakit atau gejala penyakit pada kulit. Sabun antiseptik
memiliki kemampuan dalam menghambat pertumbuhan bakteri baik bakteri gram
positif maupun gram negative (Fitri, 2013).
Dalam aktivitas kita sehari-hari tangan seringkali terkontaminasi dengan
mikroba, sehingga tangan dapat menjadi perantara masuknya mikroba ke dalam
tubuh kita. Aktivitas alcohol sebagai antimikroba adalah dengan cara
mendenaturasi protein bakteri sehingga mengganggu proses metabolism sel
bakteri yang menyebabkan kematian sel bakteri. Alkohol efektif membunuh
bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif. Alkohol juga efektif untuk
membuhuh jamur (Radji, 2007).
Logam berat berfungsi sebagai antimikroba oleh karena dapat
mempresipitasikan enzim - enzim atau protein esensial dalam sel. Logam-logam
berat yang umum dipakai adalah Hg, Ag, As, Zr dan Cu. Daya antimikroba dari
logam berat, dimana pada konsentrasi yang kecil saja dapat membunuh mikroba
dinamakan daya oligodinamik. Tetapi garam dari logam berat ini mudah merusak
kulit, merusak alat - alat yang terbuat dari logam, dan harganya mahal (Pelczar,
2007)
BAB III

METODE PRATIKUM

3.1 Alat dan Bahan


Alat-alat yang digunakan yaitu pipet 1ml, cawan petri, kertas cakram/saring
steril, spreader drigalsky, pinset, dan spirtus.

Bahan-bahan yang digunakan ialah antibiotic-antiseptik dan desinfektan, PCA


(Plate Count Agar), alcohol 70%, aquadest, bakteri E.coli, Bacillus, dan
Staphylococcus.
3.2 Prosedur Kerja
A. Metode Difusi dengan Kertas Saring
1. Inokulasikan suspense biakan B.subtilis, E.coli, dan S.aureus msing-masing di
atas permukaan agar pada ketiga cawan petri, masing-masing sebanyak 0,1
ml dan sebarkan dengan menggunakan spreader drigalsky.
2. Pinset dipijar diatas nyala api spirtus, ambil kertas saring steril dengan pinset
satu persatu. Celupkan masing masing kertas saring kedalam aquadest
seteril, larutan disinfektan, antiseptic, dan antibiotic. Biarkan mengering
kemudian letakan pada cawan petri yang sama dengan jarak tertentu.
3. Inkubasi pada suhu kamar selama 24-48 jam. Amati daerah hambat
pertumbuhan bakteri dan ukur diameter zona bening dengan jangka sorong.
B. Metode Difusi dengan Silinder Kaca
1. Media agar dicairkan, didinginkan sampai suhu kurang lebih 40oC.
2. Teteskan 0,1 ml suspense inoculum kedalam cawan petri steril.
3. Tuang agar secara aspetik ke dalam setiap cawan petri yang sudah ditetesi.
4. Letakan 4 buah silinder kaca steril diatas medium agar dengan menggunakan
pinset steril. Masukan ke masing masing silinder kaca dengan menggunakan
pipet, ukur sebanyak :
 0,25 ml larutan desinfektan
 0,25 ml larutan antiseptic
 0,25 ml antibiotic
 0,25 ml aquadest steril
5. Inkubasi pada suhu kamar selama 24-48 jam
6. Amati daerah hambat pertumbuhan baketri dan ukur diameter zona bening.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


Tabel hasil pengamatan Uji Aktiitas Antimikroba

1. Tabel diameter daya hambat desinfektan (mm)

Kelompok Bakteri Wipol Porstex Fenol Akuades


1 E.coli 22,10 25,55 30,01 0
2 E.coli 20,50 26,05 31,14 0
3 E.coli 21,59 25,40 30,16 0
4 E.coli 22,30 25,58 30,20 0
Rata-rata 21,622 24,895 30,377 0
1. S. aureus 15,20 20,14 30,18 0
2. S. aureus 24,55 20,30 30,24 0
3. S. aureus 15,10 20,35 30,20 0
4. S. aureus 15,07 20,10 30,16 0
Rata-rata 17,48 20,22 30,19 0

2. Tabel diameter daya hambat antiseptik (mm)

Kelompok Bakteri Lifebuoy Antis Dettol Akuades


1 E.coli 17,10 18,10 22,33 0
2 E.coli 18,05 18,34 22,40 0
3 E.coli 17,55 18,15 22,35 0
4 E.coli 17,40 18,00 22,50 0
Rata-rata 17,525 18,147 22,395 0
1. S. aureus 15,34 16,24 20,33 0
2. S. aureus 15,25 16,25 20,45 0
3. S. aureus 15,36 16,00 20,43 0
4. S. aureus 15,43 16,30 20,55 0
Rata-rata 15,345 16,197 20,44 0

3. Tabel diameter daya hambat antibiotik (mm)

Kelompok Bakteri Ciprofloxacin Penicillin-G Tetracycli Akuades


Ne
1 E.coli 20,33 22,00 23,55 0
2 E.coli 20,45 22,34 23,24 0
3 E.coli 20,55 22,45 23,12 0
4 E.coli 20,30 22,36 23,46 0
Rata-rata 20,407 22,287 23,342 0
5. S. aureus 22,24 18,26 20,24 0
6. S. aureus 22,17 18,26 20,35 0
7. S. aureus 22,34 18,24 20,34 0
8. S. aureus 22,45 18,25 20.17 0
Rata-rata 19,247 18,252 20,277 0
4.2 Pembahasan

Berdasarkan tabel hasil pengamatan, pada kali ini akan dibahas mengenai
percobaan tentang Uji Aktivitas Anti mikroba. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk
menguji aktivitas antimikroba dari bahan-bahan yang diujikan dengan metode difusi.
Prinsip dari percobaan ini adalah penghambatan terhadap pertumbuhan
mikroorganisme, yaitu zona hambatan akan terlihat sebagai daerah jernih di sekitar
daerah yang mengandung zat antibakteri. Diameter zona hambatan pertumbuhan
bakteri menunjukkan sensitivitas bakteri terhadap zat antibakteri. Selanjutnya
dikatakan bahwa semakin lebar diameter zona hambatan yang terbentuk bakteri
tersebut semakin sensitif.
Antimikroba adalah bahan yang dapat membunuh atau menghambat aktivitas
mikroorganisme dengan bermacam-macam cara. Senyawa antimikroba terdiri atas
beberapa kelompok berdasarkan mekanisme daya kerjanya atau tujuan
penggunaannya. Bahan antimikroba dapat secara fisik atau kimia dan berdasarkan
peruntukannya dapat berupa desinfektan, antiseptic, sterilizer, sanitizer dan
sebagainya.
Percobaan Uji Aktivitas Antimikroba ini menggunakan media PCA (Plate
Count Agar). Plate Count Agar, juga disebut Metode Standar Agar, adalah media
pertumbuhan mikrobiologis yang biasa digunakan untuk menilai atau memantau
pertumbuhan bakteri "total" atau yang layak dari sampel. PCA bukan media selektif.
Komposisi agar jumlah plat dapat bervariasi, tetapi biasanya mengandung: 0,5%
pepton.
Pada Tabel 1, percobaan dengan menggunakan antimikroba desinfektan semua
sampel antimikroba membentuk zona hambat kecuali akuadest sebagai kontrol
negatif. Didapatkan hasil Diameter daya hambat desinfektan menggunakan bakteri
E.coli dan S. Aureus. Pada kelompok 1 sampai 4 dengan dapat diketahui bahwa nilai
rata-rata daya hambat disinfektan terhadap bakteri E.coli, Fenol mempunayai nilai
rata-rata daya hambat tertinggi dengan rata-rata 30,377 setelah itu portex dengan nilai
rata-rata 24,985 dan Wipol mempunyai nilai daya hambat terkecil yaitu 21,622. Dari
nilai rata-rata tersebut menunjukkan bahwa Fenol mempunyai daya hambat terbaik
terhadap bakteri E.coli, dibandingkan dengan Wipol dan Portex.
Hal ini dikarenakan fenol merupakan golongan alkohol memiliki mekanisme
kerja dengan mendenaturasi dan mengkoagulasi protein yang akan merusak enzim
sehingga mikroba tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan akhirnya aktivitas
disekitar desinfektan terhenti.Efektivitas disinfektan dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya lama paparan, suhu, konsentrasi disinfektan, pH, dan ada tidaknya bahan
pengganggu
Pada Tabel 2. percobaan dengan menggunakan antimikroba desinfektan semua
sampel antimikroba membentuk zona hambat kecuali akuadest sebagai kontrol
negatif. Didapatkan hasil pada percobaan menggunakan sampel desinfektan wipol
bakteri E.coli didapatkan hasil rata rata diameter zona hambat yaitu 11,73mm dan
pada bakteri S.aureus yaitu 15,35mm. Menggunakan porstex pada bakteri E.coli
didapatkan hasil rata rata diameter zona hambat yaitu 15,33mm dan pada bakteri
S.aureus yaitu 20,38mm, Desinfektan dengan yang memiliki mekanisme aksi
antimikroba tertinggi adalah fenol dimana pada bakteri E.coli didapatkan hasil rata
rata diameter zona hambat yaitu 18,8mm dan pada bakteri S.aureus yaitu 24,43.Hal
ini dikarenakan fenol merupakan golongan alkohol memiliki mekanisme kerja dengan
mendenaturasi dan mengkoagulasi protein yang akan merusak enzim sehingga
mikroba tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan akhirnya aktivitas disekitar
desinfektan terhenti.Efektivitas disinfektan dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya lama paparan, suhu, konsentrasi disinfektan, pH, dan ada tidaknya bahan
pengganggu.
Selanjutnya pada uji aktifitas mikroba menggunakan sampel antiseptik
lifebouy pada bakteri E.coli didapatkan hasil rata rata diameter zona hambat yaitu
17,10 mm dan pada bakteri S.aureus yaitu 15,34 mm. Menggunakan antis pada
bakteri E.coli didapatkan hasil rata rata diameter zona hambat yaitu 18,14 mm dan
pada bakteri S.aureus yaitu 16,19 mm, selanjutnya menggunakan dettol pada bakteri
E.coli didapatkan hasil rata rata diameter zona hambat yaitu 22,39 mm dan pada
bakteri S.aureus yaitu 20,44 mm. Dettol memilikimekanismeaksiantimikrobatertinggi,
dikarenakan dettol memiliki efektivitas tinggi dalam menghambat pertumbuhan
mikroba. Mekanisme kerja antiseptik antara lain merusak lemak pada membran sel
bakteri atau dengan cara menghambat salah satu kerja enzim pada bakteri yang
berperan dalam biosintesis asam lemak.
Kemudian Tabel 3 pada uji aktifitas mikroba menggunakan sampel antibiotik
ciprofloksasin pada bakteri E.coli didapatkan hasil rata rata diameter zona hambat
yaitu 20,40 mm maka termasuk kategori intermediat dan pada bakteri S.aureus yaitu
19,24mm maka termasuk kategori intermediat. Mekanisme kerja pada antibiotik
ciprofloksasin yaitu dengan menghambat sintesis asam nukleat dimana antibiotik
golongan ini dapat masuk ke dalam sel dengan cara difusi pasif melalui kanal protein
terisi air (porins) pada membran luar bakteri secara intra seluler, secara unik obat-
obat ini menghambat replikasi DNA bakteri dengan cara mengganggu kerja DNA
girase (topoisomerase II) selama pertumbuhan dan reproduksi bakteri.
Hasil uji percobaan menggunakan penicillin-G pada bakteri E.coli didapatkan
hasil rata rata diameter zona hambat yaitu 22,28 mm maka termasuk kategori resisten
dan pada bakteri S.aureus yaitu 18,25 mm maka termasuk kategori resisten,
Mekanisme kerja penisilin adalah dengan mengganggu sintesis dinding sel,
khususnyaketika proses transpeptidasi pada sintesis peptidoglikan dinding sel. Pada
proses ini, penisilin memiliki struktur yang sama dengan struktur D-alanil-D-alanin
terminal pada peptidoglikan, sehingga enzim transpeptidase bereaksi dengan
penisilin. Hal ini membuat struktur peptidoglikan yang dibentuk menjadi tidak
sempurna dan melemahkan kekuatan dinding sel pada bakteri.
Selanjutnya uji percobaan menggunakan tetracycline pada bakteri E.coli
didapatkan hasil rata rata diameter zona hambat yaitu 23,34 mm maka termasuk
kategori resistensi dan pada bakteri S.aureus yaitu 20,27 mm maka termasuk kategori
intermediat. Mekanisme kerjanya adalah menghambat atau menginhibisi sintesis
protein pada bakteri dengan cara mengganggu fungsi subunit 30S ribosom.Pada
percobaan antimikroba antibiotik yang paling tinggimekanismeaksiantimikroba
dengan rata-rata zona hambat yang terbentuk padabakteri E.coli yaitudengan
penisilin-G, karenadapatmengganggu senyawa penyusun dinding sel.Sedangkan yang
paling tinggimekanismeaksiantimikroba dengan rata-rata zona hambat yang
terbentuk padabakteri S.aureusyaitudengan Ciprofloxacin dikarenakankandungan
sediaan antibiotik dapatmenghambat produksi protein pada bakteri sehingga bakteri
tidakdapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan akhirnya aktivitas disekitar menjadi
terhenti.
BAB V

KESIMPULAN

1. Pada semua percobaan dengan menggunakan antimikroba disinfektan, antiseptic


dan antibiotic semua sampel antimikroba membentuk zona hambat kecuali
akuadest sebagai control negative.
2. Pada percobaan antimikroba desinfektan rata-rata zona hambat yang terbentuk
untuk bakteri E.coli dan S.aureus dengan fenol yang memiliki mekanisme
aksiantimikroba tetinggi, dikarenakan fenol dapat mendenaturasi dan
mengkoagulasi protein yang akan merusak enzim.
3. Pada percobaan antimikroba antiseptik rata-rata zona hambat yang terbentuk
untuk bakteri E.coli dan S. aureus dengan Dettol yang memiliki mekanisme
antimikroba tertinggi, dikarenakan dettol memiliki efektivitas tinggi dalam
menghambat pertumbuhan mikroba.
4. Pada percobaan antimikroba antibiotik yang paling tinggimekanisme aksi
antimikroba dengan rata-rata zona hambat yang terbentuk padabakteri E.coli
yaitudengan penisilin-G, Karena dapat mengganggu senyawa penyusun dinding
sel.Sedangkan yang paling tinggimekanisme aksi antimikroba dengan rata-rata zona
hambat yang terbentuk padabakteri S.aureusyaitudengan Ciprofloxacin dikarenakan
kandungan sediaan antibiotik dapat menghambat produksi protein pada bakteri
sehingga bakteri tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan akhirnya aktivitas
disekitar menjadi terhenti.
DAFTAR PUSTAKA

1. Fakultas Farmasi Institut Sains dan Teknologi Nasional. 2020. PenuntunPraktikum


Mikrobiologi.
2. Radji, dkk. 2007. Uji Efektivitas Antimikroba Beberapa Merek Dagang Pembersih
Tangan Antiseptik. Majalah Ilmu Kefarmasian. Vol.IV, No.1. Hal: 5.
3. Campbell, N. A. Dan Reece, J. B., 2005. BiologiJilid 2. Erlangga. Jakarta. Hadioetomo,
R, S., 1990. MikrobiologiDasarDalamPraktek. Gramedia. Jakarta. Irawan, 2008.
TeknikPewarnaanMikroba.
4. Pelczar, M. W., 1986. Dasar-DasarMikrobiologi 1. UI Press. Jakarta. Suriawiria,
U., 1985. MikrobiologiDasardalamPraktek. Gramedia. Jakarta. Volk, W. A.
danMargareth F. W., 1998. MikrobiologiDasarJilid I. Jakarta :Erlangga.
5. Dwidjoseputro, D. 2002. Dasar-DasarMikrobiologi.Djambatan,Malang.

Anda mungkin juga menyukai