Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN (LP) HALUSINASI

DAN

STRATEGI PELAKSANAAN KEPERAWATAN HALUSINASI

Makalah ini disusun guna untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah Jiwa

Dosen pembimbing :

Hj.Ns.Sri Supami,S.Kep.,M.Kes

Disusun oleh kelompok 1 :

Annisa Safa Stephanie (18007)

Desti Alfiyah (18012)

Gita Atiatul Habibah (18024)

Hera Nurul Fauziah (18025)

Debi Riska Fitriyanti (18011)

Akademi Keperawatan Harum Jakarta

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala limpahan
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah tentang
“Laporan Pendahuluan Halusinasi” tepat pada waktunya. Makalah ini kelompok kami buat untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa.
Kelompok kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini tak luput dari kekurangan dan
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sebagai penyusun sangat mengharapkan adanya kritik
dan saran yang membangun dari para pembaca untuk penyempurnaan penyusunan makalah kami ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Amin.

Jakarta, November 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................

DAFTAR ISI...............................................................................................................

BAB I............................................................................................................................

PENDAHULUAN.......................................................................................................

A. Masalah Utama................................................................................................
B. Proses Terjadinya Masalah.............................................................................
C. Pohon Masalah.................................................................................................

BAB II...........................................................................................................................

TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................

D. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji.....................................


E. Diagnosa Keperawatan....................................................................................
F. Rencana Tindakan Keperawatan...................................................................
G. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Halusinasi SP 1..................
H. Implementasi dan Evaluasi.............................................................................

BAB III..........................................................................................................................

A. Kesimpulan.......................................................................................................
B. Saran.................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

LAPORAN PENDAHULUAN 

A.    Masalah Utama

 Halusinasi

B.     Proses Terjadinya Masalah       

1.       Pengertian

Halusinasi adalah pengalaman sensorik tanpa rangsangan eksternal terjadi pada keadaan
kesadaran penuh yang menggambarkan hilangnya kemampuan menilai realitas.(Sunaryo, 2004)

Halusinasi adalah persepsi sensori yang salah atau pengalaman persepsi yang tidak sesuai dengan
kenyataan (Sheila L Vidheak, 2001 : 298).

Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya
tidak terjadi, suatu pencerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar (Maramis, 1998).

Jadi, dapat disimpulkan bahwa halusinasi adalah gangguan persepsi tanpa ada rangsangan dari
luar ekternal.

Tanda dan Gejala:

1.      Bicara, senyum, tertawa sendiri

2.      Mengatakan mendengarkan suara, melihat, mengecap, menghirup (mencium) dan merasa


suatu yang tidak nyata.

3.      Merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungannya

4.      Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan tidak nyata

5.      Tidak dapat memusatkan perhatian atau konsentrasi.

6.      Sikap curiga dan saling bermusuhan.

7.      Pembicaraan kacau kadang tak masuk akal.

8.      Menarik diri menghindar dari orang lain.

9.      Sulit membuat keputusan.

10.   Ketakutan.

11.   Tidak mau melaksanakan asuhan mandiri: mandi, sikat gigi, ganti pakaian, berhias yang
rapi.

12.   Mudah tersinggung, jengkel, marah.

13.   Menyalahkan diri atau orang lain.

14.   Muka marah kadang pucat.

15.   Ekspresi wajah tegang.

16.   Tekanan darah meningkat.


17.   Nafas terengah-engah.

18.   Nadi cepat

19.   Banyak keringat.

2.      Penyebab

Yang menjadi penyebab atau sebagai triger munculnya halusinasi antara lain klien menarik
diri dan harga diri rendah. Akibat rendah diri dan kurangnya keterampilan berhubungan
sosial klien menjadi menarik diri dari lingkungan. Dampak selanjutnya klien akan lebih
terfokus pada dirinya. Stimulus internal menjadi lebih dominan dibandingkan stimulus
eksternal. Klien lama kelamaan kehilangan kemampuan membedakan stimulus internal
dengan stumulus eksternal. Kondisi ini memicu terjadinya halusinasi.

Tanda dan gejala :

ü  Aspek fisik :

·         Makan dan minum kurang

·         Tidur kurang atau terganggu

·         Penampilan diri kurang

·         Keberanian kurang

ü  Aspek emosi :

·         Bicara tidak jelas, merengek, menangis seperti anak kecil

·         Merasa malu, bersalah

·         Mudah panik dan tiba-tiba marah

ü  Aspek sosial

·         Duduk menyendiri

·         Selalu tunduk

·         Tampak melamun

·         Tidak peduli lingkungan

·         Menghindar dari orang lain

·         Tergantung dari orang lain

ü  Aspek intelektual

·         Putus asa

·         Merasa sendiri, tidak ada sokongan

·         Kurang percaya diri


3.       Akibat

Klien yang mengalami halusinasi dapat kehilangan control dirinya sehingga bisa membahayakan
diri sendiri, orang lain maupun merusak lingkungan (risiko mencederai diri, orang lain dan
lingkungan). Hal ini terjadi jika halusinasi sudah sampai fase ke IV, di mana klien mengalami
panik dan perilakunya dikendalikan oleh isi halusinasinya. Klien benar-benar kehilangan
kemampuan penilaian realitas terhadap lingkungan. Dalam situasi ini klien dapat melakukan
bunuh diri, membunuh orang lain bahkan merusak lingkungan.

Tanda dan gejala :

-          Muka merah

-          pandangan tajam

-          Otot tegang

-          Nada suara tinggi

-          Berdebat

-          Memaksakan kehendak: merampas makanan, memukul jika tidak senang.

C.    Pohon Masalah
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

D.    Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji

1.      Masalah keperawatan

a.       Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

b.      Perubahan sensori perseptual : halusinasi

c.       Isolasi sosial : menarik diri

2.      Data yang perlu dikaji

a.       Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan

Data Subyektif :

-          Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.

-          Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika   sedang kesal atau marah.

-          Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.

Data Objektif :

-          Mata merah, wajah agak merah.

-          Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit, memukul diri sendiri/orang
lain.

-          Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.

-          Merusak dan melempar barang-barang.

b.      Perubahan sensori perseptual : halusinasi

Data Subjektif :

-          Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus nyata

-          Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata

-          Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus

-          Klien merasa makan sesuatu

-          Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya

-          Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar

-          Klien ingin memukul/melempar barang-barang

Data Objektif :

-          Klien berbicara dan tertawa sendiri

-          Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu


-          Klien berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu

-          Disorientasi

c.       Isolasi sosial : menarik diri

Data Subyektif :

Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri,
mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.

Data Obyektif :

Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan, ingin mencederai
diri/ingin mengakhiri hidup, Apatis, Ekspresi sedih, Komunikasi verbal kurang, Aktivitas menurun,
Posisi janin pada saat tidur, Menolak berhubungan, Kurang memperhatikan kebersihan

E.     Diagnosa Keperawatan

1.      Perubahan sensori persepsi : halusinasi

2.      Isolasi sosial : menarik diri

F.      Rencana Tindakan Keperawatan

Diagnosa I             :   Perubahan sensori persepsi halusinasi  

Tujuan umum : Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Tujuan khusus :

1.      Klien dapat membina hubungan saling percaya dasar untuk kelancaran hubungan interaksi
seanjutnya

Tindakan :

a.       Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik dengan
cara :

1)      Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal

2)     Perkenalkan diri dengan sopan

3)      Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai

4)      Jelaskan tujuan pertemuan

5)      Jujur dan menepati janji

6)      Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya

7)      Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien

2.      Klien dapat mengenal halusinasinya

Tindakan :

a.    Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap


b.    Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya: bicara dan tertawa tanpa stimulus
memandang ke kiri/ke kanan/ kedepan seolah-olah ada teman bicara

c.    Bantu klien mengenal halusinasinya

1)      Tanyakan apakah ada suara yang didengar

2)      Apa yang dikatakan halusinasinya

3)      Katakan perawat percaya klien mendengar suara itu , namun perawat sendiri tidak
mendengarnya.

4)      Katakan bahwa klien lain juga ada yang seperti itu

5)      Katakan bahwa perawat akan membantu klien

d.      Diskusikan dengan klien :

1)     Situasi yang menimbulkan/tidak menimbulkan halusinasi

2)     Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore, malam)

e.       Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi (marah, takut, sedih,
senang) beri kesempatan klien  mengungkapkan perasaannya

3.      Klien dapat mengontrol halusinasinya

Tindakan :

a.            Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi ( tidur,
marah, menyibukkan diri dll)

b.            Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika bermanfaat ber pujian

c.            Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol timbulnya halusinasi:

1)     Katakan “ saya tidak mau dengar”

2)     Menemui orang lain

3)     Membuat jadwal kegiatan sehari-hari

4)     Meminta keluarga/teman/perawat untuk menyapa jika klien tampak bicara sendiri

d.           Bantu  klien memilih  dan melatih cara memutus halusinasinya secara bertahap

e.            Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih

f.             Evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil

g.            Anjurkan klien mengikuti TAK, orientasi, realita, stimulasi persepsi

4.      Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya

Tindakan :

a.            Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga jika mengalami halusinasi


b.           Diskusikan dengan keluarga (pada saat berkunjung/pada saat kunjungan rumah):

1)      Gejala halusinasi yang dialami klien

2)      Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus halusinasi

3)      Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi dirumah, diberi kegiatan, jangan biarkan
sendiri, makan bersama, bepergian bersama

4)      Beri informasi waktu follow up atau kenapa perlu mendapat bantuan : halusinasi tidak
terkontrol, dan resiko mencederai diri atau orang lain

5.      Klien memanfaatkan obat dengan baik

Tindakan :

a.             Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi dan manfaat minum
obat

b.            Anjurkan klien meminta sendiri obat pada perawat dan merasakan manfaatnya

c.             Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan efek samping minum obat
yang dirasakan

d.            Diskusikan akibat berhenti obat-obat tanpa konsultasi

e.             Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar.

Diagnosa II : isolasi sosial menarik diri

Tujuan umum : klien tidak terjadi perubahan sensori persepsi: halusinasi

Tujuan khusus :

1.      Klien dapat membina hubungan saling percaya

Tindakan :

a.             Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, memperkenalkan diri, jelaskan tujuan
interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kesepakatan dengan jelas tentang
topik, tempat dan waktu.

b.            Beri perhatian dan penghaargaan: temani klien walau tidak menjawab.

c.            Dengarkan dengan empati: beri kesempatan bicara, jangan terburu-buru, tunjukkan


bahwa perawat mengikuti pembicaraan klien.

2.      Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri

Tindakan :

a.    Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya

b.    Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik diri atau
mau bergaul

c.    Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta penyebab yang
muncul
d.   Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya

3.   Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak
berhubungan dengan orang lain.

Tindakan :

a.      Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan orang lain

1)     Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang keuntungan


berhubungan dengan prang lain

2)     Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain

3)     Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang


keuntungan berhubungan dengan orang lain

b.     Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain

1)     Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan orang lain

2)     Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain

3)     Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang kerugian


tidak berhubungan dengan orang lain

4.      Klien dapat melaksanakan hubungan sosial

Tindakan :

a.         Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain

b.         Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain melalui tahap :

-          K – P

-          K – P – P lain

-          K – P – P lain – K lain

-          K – Kel/Klp/Masy

c.         Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai

d.        Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan

e.         Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu

f.          Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan

g.         Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan

5.      Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain

Tindakan :

a.          Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan orang lain

b.          Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan dengan orang lain

c.          Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan manfaat


berhubungan dengan oranglain
6.      Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga

Tindakan :

a.         Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :

-          Salam, perkenalan diri

-          Jelaskan tujuan

-          Buat kontrak

-          Eksplorasi perasaan klien

b.            Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :

-          Perilaku menarik diri

-          Penyebab perilaku menarik diri

-          Akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi

-          Cara keluarga menghadapi klien menarik diri

c.         Dorong anggota keluarga untukmemberikan dukungan kepada klien untuk berkomunikasi


dengan orang lain

d.         Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk klien minimal satu
kali seminggu

e.         Beri reinforcement positif positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh keluarga
G. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

HALUSINASI SP 1

SP 1

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien :
 Ds :
- Klien mengatakan sering mendengar suara-suara seperti suara pacarnya memanggilnya
- Klien mengatakan malas mengobrol dengan teman sekamarnya

 Do :
- Klien tampak senyum-senyum sendiri
- Pandangan mata melihat suatu sudut ruangan
- Klien tampak kontak mata mudah beralih
- Klien lebih senang duduk sendiri, melamun, atau berjalan mondar-mandir tanpa arah
2. Diagnosa Keperawatan : Halusinasi pendengaran
3. Tujuan khusus : BHSP dengan pasien, membantu pasien mengenali
halusianasi, dan mengajarkan klien mengontrol halusinasinya dengan menghardik halusinasi
4. Tindakan keperawatan :
1. Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien
2. Mengidentifikasi isi halusinasi pasien
3. Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien
4. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi pasien
5. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
6. Mengidentifikasi respons pasien terhadap halusinasi
7. Mengajarkan pasien menghardik halusinasi
8. Menganjurkan pasien memasukkan cara menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian

B. Proses Pelaksanaan Tindakan


Orientasi

1. Salam Terapeutik : “Selamat pagi, assalamualaikum Boleh Saya kenalan dengan


Ibu? Nama Saya Gita Atiatul Habibah boleh panggil Saya Gita. Saya Mahasiswa Keperawatan
dari Akper Harum Jakarta. Saya sedang praktik di sini dari pukul 08.00 WIB sampai dengan
pukul 13.00 WIB siang. Kalau boleh Saya tahu nama Ibu siapa dan senang dipanggil dengan
sebutan apa?”
2. Evaluasi / validasi : “Bagaimana perasaan Ibu hari ini? Bagaimana tidurnya tadi
malam? Ada keluhan tidak?”
3. Kontrak
Topik : “Apakah Ibu tidak keberatan untuk ngobrol dengan saya? Menurut ibu
sebaiknya kita ngobrol tentang apa ya? Bagaimana kalau kita ngobrol tentang suara dan sesuatu
yang selama ini Ibu dengar dan lihat tetapi tidak tampak wujudnya?”

Waktu : “Berapa lama kira-kira kita bisa ngobrol? Ibu maunya berapa menit?
Bagaimana kalau 10 menit? Bisa?”

Tempat : “Di mana kita akan bincang-bincang ??? baiklah disini saja.”

Tujuan : “agar ibu bisa memngontrol halusinasi yang ibu dengar ”


Kerja (langkah-langkah dalam tindakan keperawatan)

“Apakah Ibu mendengar suara tanpa ada wujudnya?”

“Apa yang dikatakan suara itu?”

“Apakah Ibu melihat sesuatu atau orang atau bayangan atau makhluk?”

“Seperti apa yang kelihatan?”

“Apakah terus-menerus terlihat dan terdengar, atau hanya sewaktu-waktu saja?”

“Kapan paling sering Ibu melihat sesuatu atau mendengar suara tersebut?”

“Berapa kali sehari Ibu mengalaminya?”

“Pada keadaan apa, apakah pada waktu sendiri?”

“Apa yang Ibu rasakan pada saat melihat sesuatu?”

“Apa yang Ibu lakukan saat melihat sesuatu?”

“Apa yang Ibu lakukan saat mendengar suara tersebut?”

“Apakah dengan cara itu suara dan bayangan tersebut hilang?”

“Bagaimana kalau kita belajar cara untuk mencegah suara-suara atau bayangan agar tidak
muncul?”

“Ibu ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul.”

“Pertama, dengan menghardik suara tersebut.”

“Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.”

“Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal.”

“Keempat, minum obat dengan teratur.”

“Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik.”

“Caranya seperti ini:

1)    Saat suara-suara itu muncul, langsung Ibu bilang dalam hati, “Pergi Saya tidak mau dengar …
Saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu. Begitu diulang-ulang sampai suara itu tidak terdengar
lagi. Coba ibu peragakan! Nah begitu…bagus! Coba lagi! Ya bagus Ibu sudah bisa.”

2)    Saat melihat bayangan itu muncul, langsung Ibu bilang, pergi Saya tidak mau lihat Saya tidak
mau lihat. Kamu palsu. Begitu diulang-ulang sampai bayangan itu tak terlihat lagi. Coba Ibu
peragakan! Nah begitu bagus! Coba lagi! Ya bagus Ibu sudah bisa.”
Terminasi

1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan


Evaluasi klien (subjektif) : “Bagaimana perasaan Ibu dengan obrolan kita tadi? Ibu merasa
senang tidak dengan latihan tadi?”

Evaluasi perawat (objektif setelah reinforcement) : “Setelah kita ngobrol tadi, panjang lebar,
sekarang coba Ibu simpulkan pembicaraan kita tadi.”

“Coba sebutkan cara untuk mencegah suara dan atau bayangan itu agar tidak muncul lagi.”

2. Tindak lanjut klien (apa yang perlu dilatih oleh klien sesuai hasil tindakan
yang telah dilakukan) :
“Kalau bayangan dan suara-suara itu muncul lagi, silakan Ibu coba cara tersebut! Bagaimana
kalau kita buat jadwal latihannya. Mau jam berapa saja latihannya?”

(Masukkan kegiatan latihan menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian klien, Jika ibu
melakukanya secara mandiri makan ibu menuliskan M, jika ibu melakukannya dibantu atau
diingatkan oleh keluarga atau teman maka ibu buat ibu, Jika ibu tidak melakukanya maka ibu
tulis T. apakah ibu mengerti?).

3. Kontrak topik yang akan datang


Topik : “Ibu, bagaimana kalau besok kita ngobrol lagi tentang obat-obatan yang sedang ibu
konsumsi saat ini? Bagaimana bu?”

Waktu : “Kira-kira waktunya kapan ya? Bagaimana kalau besok jam 09.30 WIB, bisa?”

Tempat : “Kira-kira tempat yang enak buat kita ngobrol besok di mana ya? Sampai jumpa
besok. Wassalamualaikum,……………”
Implementasi dan Evaluasi

Nama: Ny. D                                       Ruang: Merpati                                   RM No. 1145XX

No. Tanggal dan Implementasi Keperawatan Evaluasi


Jam

30 Januari 1.      Membina hubungan saling S: - pasien mau


2017 percaya dengan pasien memperkenalkan
dirinya
16.00 2.      Membantu pasien mengenal
halusinasi, isi, jenis, waktu, frekwensi -          Pasien mau
halusinasi menceritakan isi,
jenis, waktu,
3.      Menjelaskan cara cara frekuensi halusinasi
mengontrol halusinasi
-           
4.      Mengajarkan pasien mengontrol
halusinasi dengan cara pertama: O: Pasien dapat
menghardik halusinasi memperagakan cara
menghardik

-          Pasien
mampu mengenal
isi, jenis, waktu, dan
frekwensi halusinasi.

-          Pasien
mengetahui cara
mengontrol
halusinasi

A: Masalah
halusinasi belum
teratasi

P: Intervensi
dilanjutkan

1.      Evaluasi cara
menghardik

2.      Lanjutkan SP
2

-          Evaluasi
jadwal kegiatan
harian pasien

-          Melatih
mengontrol
halusinasi dengan
bercakap-cakap

-          Menganjurka
n memasukkan
jadwal kegiatan
harian

1.      Mengevaluasi cara mengontrol S: Pasien


halusinasi dengan cara menghardik mengatakan
mengerti cara
2.      Melatih pasien mengontrol mengontrol
halusinasi dengan cara kedua: halusinasi yang
bercakap-cakap pertama dan kedua
3.      Menganjurkan memasukkan O:
kejadwal latihan harian
-          Pasien dapat
memperagakan cara
mengontrol,
menghardik dan
bercakap-cakap

-          Pasien tidak
banyak melamun

A: Masalah teratasi

P: Intervensi
dihentikan

-          Evaluasi
kegiatan harian
yang sudah
dimasukkan jadwal

-          Melatih
mengontrol
halusinasi dengan
cara melakukan
kegiatan

-          Memasukkan
jadwal

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Halusinasi adalah persepsi yang salah atau palsu tetapi tidak ada

rangsangan yang menimbulkannya (tidak ada objeknya). Halusinasi

muncul sebagai suatu proses panjang yang berkaitan dengan kepribadian

seseorang. Karena itu, halusinasi dipengaruhi oleh pengalaman psikologis

seseorang (Baihaqi, 2007).

Halusinasi pendengaran yaitu perasaan stimulus yang sebenarnya

tidak ada. Pada pasien dengan halusinasi pendengaran, pasien merasa ada

suara, padahal tidak ada stimulus suara(Yosep, 2009).

Pada bab ini penulis akan menjabarkan beberapa kesimpulan

mengenai Asuhan keperawatan Ny. D dengan halusinasi pendengaran di

Ruang Merpati. Kesimpulan tersebut diantaranya adalah :

1. Pengkajian pada pasien dengan halusinasi pendengaran didapatkan

data pasien terlihat sering menyendiri, pasien sering terlihat merasa

ketakutan namun pasien kooperatif dengan petugas kesehatan, sering

berdiam diri di kamar, terlihat sedih jika ditanya tentang keluarga dan

pekerjaannya.

2. Masalah keperawatan lain yang muncul pada Ny. D dengan halusinasi

pendengaran adalah Harga Diri Rendah dan Menarik Diri.

3. Diagnosa keperawatan yang dapat diangkat pada Ny. D dengan

halusinasi pendengaran adalah halusinasi pendengaran, menarik diri

dan harga diri rendah.

4. Penyusunan rencana keperawatan diprioritaskan pada masalah utama

yaitu halusinasi pendengaran. Prinsip intervensi yang dilakukan adalah

dengan melibatkan pasien sesuai dengan strategi pelaksanaan

halusinasi pendengaran.

5. Implementasi keperawatan dilakukan sesuai dengan intervensi yang

telah dibuat, pasien sangat dibutuhkan dalam pelaksaan implementasi

keperawatan baik saat di rumah sakit maupun setelah pasien pulang.

6. Evaluasi yang dilakukan tercapai dan berhasil bila pasien mampu

melakukan serta menerapkan implementasi yang telah dilatih oleh


penulis.

B. Saran

1. Sebagai pemberi asuhan keperawatan, sebaiknya perawat selalu

melakukan pendekatan terus menerus dan bertahap kepada pasien

dengan halusinasi pendengaran untuk mengontrol halusinasi yang

muncul. Pasien dengan halusinasi pendengaran biasanya sering

menyendiri atau melamun, kebiasaan tersebut merupakan fakto

rpencetus munculnya kembali halusinasi, dalam hal ini sebaiknya

perawat sering melakukan interaksi dengan pasien untuk mengurangi

halusinasi yang muncul.

2. Perawat sebaiknya selalu mengawasi dan member dukungan pada

pasien memperhatikan kebutuhan pasien, selain itu perawat juga harus

memotivasi pasien agar melakukan kegiatan yang dapat mengontrol

halusinasi serta dengan sesering mungkin menemani pasien saat pasien

terlihat menyendiri.

DAFTAR PUSTAKA
Stuart GW, Sundeen, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC, 1995

Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999

Keliat BA. Asuhan Klien Gangguan Hubungan Sosial: Menarik Diri. Jakarta : FIK UI. 1999

Keliat BA. Proses kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC. 1999

Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino Gonohutomo, 2003

Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP Bandung, 2000

Anda mungkin juga menyukai