Anda di halaman 1dari 17

LOGBOOK

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II


(Dosen Pembimbing : Ns. Diana Irawati., M.Kep., Sp.KMB)

Disusun Oleh :

DEVI INDRIYANI (2019720118)

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2021
TUGAS I SISTEM PERKEMIHAN

KEGIATAAN BELAJAR I : FISIOLOGI GINJAL

▪ GINJAL
Ginjal adalah salah satu organ yang berperan penting dalam mempertahankan
homeostasis dengan mengatur konsentrasi sebagai konstituan plasma, khususnya elektrolit
dan air, dan dengan mengeliminasi semua sampah metabolik. Selain itu, ginjal mampu
untuk mengatur volume dan osmolaritas lingkungan cairan internal dengan mengontrol
keseimbangan cairan dan garam kemudian mengatur pH dengan mengontrol eliminasi
asam dan basa urine.
Ginjal adalah sepasang organ berbentuk kacang dengan 4-5 inci, terletak
dibalekang rongga abdomen. Setiap ginjal dapat satu arteri renalis dan satu vena renalis.
Ginjal melakukan berbagai fungsi untuk mempertahankan homeostasis.

• Nefron

Nefron adalah unit fungsional ginjal yang merupakan unit terkecil yang mampu
membentuk urine. Setiap ginjal terdiri dari sekitar 1 juta unit fungsional mikroskopik dan
fungsi utama ginjal yaitu meghasilkan urine yang dalam pelaksanaan nya mempertahankan
stabilotas komposisi CES. Susunan nefron dalam ginjal menghasilkan dua region berbeda,
region luar disebut korteks ginjal dan region dalam di sebut medulla ginjal yang tersusun
oleh segitiga-segitiga bergaris yaitu piramida ginjal.

Didalam ginjal terjadi tiga proses dasar yang ada diginjal yaitu ; filtasi glomerulus,
reabsrobsi tubulus dan sekresi tubulus. Tiga proes tersebut terlibat dalam pembentukan
urine.

1. FILTRASI GLOMERULUS
Darah mengalir melalui glomerulus plasma bebas, protein tersaring melalui
kapiler glomerulus kedalam kapsula bowman. Dalam keadaan normal, 20% plasma
yang masuk ke glomerulus tersaring karena tubulus ginjal dan kapiler peritubulus
berhubungan erat, sehingga bahan-bahan dapat ditukarkan antara cairan didalam
tubulus dan darah didalam kapiler pertubulus.
2. REABSORPSI TUBULUS
Filtrate mengalir melalui tubulus, bahan-bahan yang bermanfaat bagi tubuh
dikembalikan ke-plasma kapiler peritubulus. Bahan-bahan yang direabsorpsi tidak
keluar dari tubuh melalui urine tetapi di bawa oleh kapiler peritubulus ke sistem vena
dan kemudian kejantung untuk diresirkulasi. Bahan-bahan yang perlu dikonservasi oleh
tubuh secara selektif direabsorpsi, dan yang tidak dibutuhkan harus dikeluarkan tetap
berada di urine.

3. SEKRESI TUBULUS
Pemindahan selektif bahan-bahan dari kapiler peritubulus kedalam lumen
tubulus. Masuknya kedalam tubulus ginjal dari darah hanya sekitar 20% plasma yang
mengalir melalu kapiler glomerulus difiltrasi kedalam kapiler peritubulus. Dan sekresi
tubulus merupakan mekanisme untuk mengeluarkan bahan dari plasma secara cepat
dengan mengektrasi sejumolah tertentu bahan dari 80% plasma tidak terfiltrasi di
kapiler peritubulus dan memim ndahkan nya ke bahan yang sudah ada di tubulus
sebagai hasil filtrasi. EKSRESI URINE Pengeluaran bahan-bahan dari tubuh dalam
urine dan ini merupakan hasil dari 3 proses yang sudah dijelaskan.
Ginjal secara normal menerima 20% hingga 25% curah jantung. Dan terus-
meneur melakukan fungsi regulatorik dan eksretorik terhadap darah dalam jumlah besar
yang dialirkan untuk mempertahankan stabilitas lingkungan cairan internal. Ginjal
tidak memengaruhi konsentrasi glukosa plasma dalam kisaran dari kadar yang sangat
rendah hingga kadar 3 kali lipat dari normal. Dan ginjal tidak mengatur glukosa karena
ginjal tidak mempertahankan glukosa pada konsentrasi plasma tertentu. Ginjal secara
langsung berperan dalam pengaturan banyak eletrolit kerena ambang ginjal untuk ion-
ion inorgenik ini sama dengan konstrasi plasma normal. Ginjal dapat mengeksresikan
urine dalam konsentrasi bervariasi tergantung pada status hidrasi tubuh.
Urine disimpan sementara di kandung kemih kemudian dikeluarkan melalui
kandung miksi urine tidak mengalir melalui ureter hanya karena tarikan gravitasi.
Kontraksi peristaltic otot polos di dinding ureter mendorong urine maju dari ginjal ke
kandung kemih. Peran kandung kemih yaitu dinding kandung kemih dapat menampung
fluktasi volume urine yang besar. Sewaktu pengisian kandung kemih vesikel-vesikel
sitoplasma terbungkus membrane disipkan melalui proses eksositosis kepermukaan sel
kemudian vesikel tersebut ditarik dalam oleh endositos untuk memperkecil luas
permukaan ketika terjadi pengosongan kandung kemih. Refleks berkemih yaitu proses
pengosongan kandung kemih diatur oleh dua mekanisme reflex berkemih dan kontrol
volunter. Reflex ini dimulai ketika reseptor regang didalam dinding kandung kemih
teransang. Kandung kemih pada orang dewasa dapat menampung hingga 250-400 mL
urine, semakain besar tegangan yang melebihi ukuran ini semakin besar tingkat aktivasi
reseptor. Kontrol Volunter Berkemih selain memicu refleks berkemih pengisian
kandung kemih juga menyadarkan yang bersangkutan terhadap keinginan untuk
berkemih dan memberi peringatan bahwa miksi akan terjadi. Berkemih tidak dapat
ditahan selamanya karena kandung kemih terus terisi sinyal refleks dari reseptor regang
meningkat seiring waktu. Berkemih dapat juga dimulai dengan sengaja walaupun
kandung kemih tidak teregang yaitu dengan cara sadar melemaskan spingter urettra
eksternal dan diafragma pelvis.
KEGIATAN BELAJAR 2 : MEKANISME PENGATURAN ASAM BASA

Salah satu nya organ untuk mengatur mekanisme asam basa yaitu terdapat di ginjal.
Ginjal mengatur konsentrasi ion hidrogen dalam cairan tubuh untuk mencegah asidosis atau
alkalosis dengan jalan mengeskresikan urin. pH menggambarkan secara tepat konsentrasi dari
ion hydrogen dalam tubuh sehingga dalam membahas homeostasis pH pada dasarnya akan
membahas keseimbangan konsentarsi ion hidrogen dalam tubuh.

Ginjal mengatur pH dalam tubuh dengan mengontrol keseimbangan asam basa melalui
pengeluaran urine yang asam atau basa. Pengeluaran urin asam akan mengurangi jumlah asam
dalam cairan ekstraseluler, sedangkan pengeluaran urine basa akan memghilangkan basa dari
cairan ekstraseluler. Untuk mempertahankan keseimbangan asam basa, ginjal harus
mengeluarkan anion asam non volatile dan mengganti HCO3. Ginjal mengatur keseimbangan
asam basa dengan sekresi dan reabsorpsi ion hidrogen dan ion bikarbonat.

Pada mekanisme pemgaturan oleh ginjal ini berperan 3 sistem buffer asam karbonat,
buffer fosfat dan pembentukan ammonia. Ion hidrogen, CO2, dan NH3 diekskresi ke dalam
lumen tubulus dengan bantuan energi yang dihasilkan oleh mekanisme pompa natrium dibaso
lateral tubulus. Pada proses tersebut, asam karbonat dan natrium dilepas kembali ke sirkulasi
untuk dapat berfungsi kembali. Tubulus proksimal adalah tempat utama reabsorpsi bikarbonat
dan pengeluaran asam. Ion hidrogen sangat reaktif dan mudah bergabung dengan ion
bermuatan negative pada konsentrasi yang sangat rendah. Pada Kadar yang sangat rendahpun,
ion hidrogen mempunyai efek yang besar pada sistem biologi. Ion hidrogen berinteraksi dengan
berbagai molekul biologis sehingga dapat mempengaruhi struktur protein, fungsi enzim dan
ekstabilitas membrane. Ion hidrogen sangat penting pada fungsi normal tubuh misalnya sebagai
pompa proton mitokondria pada proses fosforilasi oksidatif yang menghasilkan ATP.

Produksi ion hidrogen sangat banyak karena dihasilkan terus menerus di dalam tubuh.
Perolehan dan pengeluaran ion hidrogen sangat bervariasi tergantung diet, aktivitas dan status
kesehatan. Ion hidrogen di dalam tubuh berasal dari makanan, minuman, dan proses
metabolism tubuh. Di dalam tubuh ion hidrogen terbentuk sebagai hasil metabolisme
karbohidrat, protein dan lemak, glikolisis anaerobik atau ketogenesis.

Referensi : Horne, M. M & Swearingen,P. L. (2000). Keseimbangan cairan, elektrolit, &


Asam Basa. (ed. 2). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
KEGIATAN PEMBELAJARAN III : Renal Physiology Formation Gomerluar Filration
Diakses dari : https://www.youtube.com/watch?v=PUbJiT17At8

Renal Physiology Formation Gomerluar Filration

Urine Formation Tahap 1:

Filtrasi glomerulus merupakan tugas utama ginjal adalah menyaring


darah dan melakukan sejumlah tugas yang penting bagi tubuh. Ginjal
menyaring kira-kira 180 liter/hari mengingat rata-rata manusia
mengandung 5-6 liter darah yang berarti seluruh volume darah dibersihkan
sekitar 30x/hari. Ginjal bekerja keras untuk penyaringan ini memungkinkan
ginjal untuk :
- membuang limbah metabolik dan zat asing
- mengatur konsentrasi berbagai elektrolit
- memastikan keseimbangan asam basa jangka panjang tubuh
- mengatur volume total air dan juga konsentrasi zat terlarut

Sangat penting dalam menjaga tekanan darah yang tepat di seluruh


tubuh. bagaimana ginjal menyelesaikan tugasnya yaitu diselesaikan melalui
tiga proses yang terjadi di unit fungsional ginjal yang dikenal sebagai
nefron. Jadi tiga proses adalah filtrasi glomerulus, reabsorpsi tubular, dan
sekresi tubular nefron. Pada saat filtrate menjadi urin 99% air dan zat
terlarut yang disaring keluar dari darah diserap kembali ke aliran darah.
Jumlah darah yang mengalir melalui kedua ginjal dalam satu menit
adalah 1,2 liter. 660 mil per menit plasma yang mengalir ke ginjal dari 660
mil ini hanya 125 mil dari filtrat yang terbentuk. Ginjal menghasilkan 125
mililiter filtrat setiap menit yang merupakan volume cairan yang sangat besar
dalam sehari. Bagaimana tubuh mengontrol laju filtrasi glomerulus, hal ini
sangat penting agar ginjal dapat membuatnya. penyesuaian dari waktu ke
waktu ke GFR untuk mengakomodasi perubahan dalam lingkungan internal
dan eksternal untuk memahami peraturan ini kita perlu melihat sekali lagi pada
pembuluh darah nefron.
KEGIATAN PEMBELAJARAN IV :

Seorang laki-laki 51 tahun dirawat dengan keluhan bengkak pada kedua kakinya. Hasil
pengkajian didapatkan mual, kulit kering, gatal dan badan lemas. Produksi urin 300cc/24 jam.
Pasien memiliki riwayat Hipertensi tidak terkontrol. Pemeriksaan fisik TD 143/98 mmHg, nadi
91 kali/menit, frekuensi napas 24x/menit, suhu 37.20C. Hasil pemeriksaan lab ditemukan:
serum kreatinin 7.12 mg/dL, BUN 68 g/dL, Hb 9 mg/dL. Jelaskan bagaimana manifestasi klinis
tersebut muncul.

A. Manifestasi Klinik
Pasien akan menunjukkan beberapa tanda gejala. Keparahan kondisi tergantung pada
tingkat kerusakan ginjal, kondisi yang mendasar dan usia pasien.
1. Sistem Kardiovaskular
Hipertensi, retinopati (kerusakan retina mata dan ensafalopati hipertensif (suatu
sindrom akibat tekanan arteri meningkat tinggi yang dpaat mempengaruhi fungsi
otak), beban sirkulasi berlebih, edema, gagal jantung kongetif, dan distritmia
(gangguan irama jantung).
Yang dapat didukung dari data :
Hasil data pengkajian pasien yang memiliki riwayat hipertensi yang tidak
terkontrol dan hasil TD pasien 143/98 mmHg.
2. Sistem Dermatologi
Pucat, gatal, Kristal uremia, kulit kering dan memar. Sistem neurologi mudah
lelah, otot mengecil dan lemah, sistem saraf tepi: penurunan ketajaman mental,
konsentrasi buruk, serta kejang.
Yang dapat didukung dari data hasil pengkajian :
Kulit pasien kering dan gatal.
3. Sistem Pernapasan
Dyspnea yaitu kondisi yang terjaid akibat tidak terpenuhinya pasokan oksigen
ke paru-paru yang menyebabkan pernapasan menjadi cepat, pendek dan dangkal.
Edema paru pneumonitis, kusmaul (pola pernapasan yang sangat dalam). Dan
distritmia (gangguan irama jantung).
Yang didukung dari data :
Hasil pengukuran fisik didapatkan data untuk pernafasan pasien RR: 24x/menit.
4. Sistem Gastroinstestinal
Anoreksia, mual, muntah, mulut keirng, perdarahan saluran cerna, diare,
stomatitis, parotitis atau infeksi virus yang menyebabkan pembengkakan pada
kelenjar parotis pada wajah.
Yang didukung dari data pengkajian :
Pasien mual dan hasil pemeriksaan lab ditemukan Hb: 9 mg dl.
5. Sistem Perkemihan
Poliuria (urine dikeluarkan sangat banyak dan normal), berlanjut menuju
oliguria (urine yang dihasilkan snagat sedikit), lalu anuria (kegagalan ginjal
sehingga tidak dpat membuat urine), nokturia (buang air kecil pada malam hari),
proteinuria (protein dalam urine).
Yang didukung dari data pengkajian :
Pasien mengeluh bengkak pada kedua kaki, dan didpaatkan data produksi urine
300 cc/24 jam.
6. Hematologik
Anemia, hemolysis, (kehancuran sel darah merah). Kecenderungan perdarahan,
resiko infeksi.
Yang didukung dari data :
Hasil pemeriksaan Lab nilai Hb pasien: 9 mg dl.
7. Biokimia
Azotemia (penurunan GFR, meneybabkan peningkatan BUN dan kreatinin),
hyperkalemia, Retensi Na, Hipermagnesia.
Yang didukung dari data :
Hasil pemeriksaan Lab didpaatkan nilai serum kreatinin 7.12 mg/dl dan BUN 68
mg/dl.
8. Sex
Libido hilang, amenore (ketika seorang wanita usia subur tidak mengalami
haid). Impotensi, dan sterilisasi.
9. Metabolisme
Hiperglikemia kebutuhan insulin menurun, lemak pengkatan kadar trigliserad,
protein sistesis abnormal.
10. Ganggaun Kalsium
Hiperpospatemia, hipokalsemia, konjungtivitas/ureamia mata merah
TUGAS II SISTEM PENCERNAAN

KEGIATAN BELAJAR I : BATU EMPEDU

Batu empedu merupakan salah satu kelainan yang banyak terjadi dikalangan
masyarakat. Sebagian besar pasien batu empedu tidak menimbukan gejala. Menurut Bellow,
dkk. berdasar penelitian mereka terhadap 900 penderita batu empedu, factor familier dengan
obesitas merupakan salah satu factor risikonya kejadian batu empedu dengan RR 2,2 dan 3,7.

• PATOGENESIS

Empedu adalah suatu larutan yang mempunyai komposisi kompleks terdiri dari
campuran lipid, protein, bilirubin dan anion inorganic dalam komposisi yang optimal. Empedu
ditampung didalam kantung empedu dan mengalami proses kosentrasi sebelum akhirnya
disekresikan kedalam duodenum melalui duktus koledokus, untuk mengemulsikan lemak
dalam makanan.

Batu empedu diklarifikasikan berdasarkan jenis bahan yang membentuk batu yaitu batu
kolestrol, batu pigmen dan campuran. Dalam keadaan normal, kolestrol bersama garam
empedu dan fosfolipid larut dalam campuran misel dengan konstrasi optimal. Pada keadaan
dimana terjadi proporsi endapan kolestrol dalam bentuk Kristal tinggi, maka kristal akan
melekat pada gel di kantung empedu menjadi lebih kental dan membentuk kristal yang
merupakan batu kolestrol. Didalam traktus bliaris batu bisa terdapat didalam kantung empedu,
didalam saluran emepedu intrahepatal dalam duktuis koledokus.

• FAKTOR RISIKO PENYAKIT BATU EMPEDU

1. Umur
2. Gender wanita
3. Obesitas
4. Penurunan berat badan yang terlalu cepat
5. Kehamilan
6. Obat-obatan ; clofibrate, oral kontrasespsi
7. Genetic
8. Peningkatan trigliserida
Batu empedu yang tidak bergejala biasanya ditemukan waktu melakukan pemriksaan
kesehatan berkala. Berikut ini adalah jenis-jenis pemeriksaan batu empedu

1. Ultrasonografi abdomen
pemeriksaan yang mudha relative murah dan infasif sehingga merupakan pemindai
paling baik unutk batu kantung empedu dengan sensitivas dan spesifitas sekitar 95%
untuk batu dnegan > 2mm. alat ini juga dpat menilai kontraktilitas kantung emepdu dan
patensi duktus sistikus dnegan melaukan puasa 8 jam.
2. Endoscopic Ultrasound (EUS)
Pemeriksaan USG diman probe diletakkan diujung endoskop sehingga probe tersebut
dpaat masuk kedalam duodenum dan melakukan deteksi USG melaluin dinding
duodenum.
3. Oral Kolesistogrofi
Pemeriksaan yang menggunakan beberbntuk kapsul yang ditelan pasien dan dapat
memeperlihatkan gambaran batu di kantung emepdu dengan sensitivitas 90%.
4. ERCP (endoscopi Retrograde Panceatography)
Pemeriksaan yang menggunakan duodenoskop dapat memvisualisasikan gambaran
dalam duktus koledokus, mendeteksi batunyang tampak sebagai bayangan radiolusen
5. MRCP ( magnetic resonance cholangiography)
Merupakan pemeriksaan yang cepat, non invasive yang dapat memeperlihatkan ganran
duktus koledukus dan duktus pankretikus setara dengan ERCP.
6. CT scan Abdomen (Computed Tomography Scanning)
Tidak terlalu dianjurkan untuk menegakan diagnose batu,

• MANIFESTASI KLINIK BATU EMPEDU

Perjalanan penyakit batu empedu dibedakan 2 kelompok yaitu kelompok yang asimtomatik
dan simtomatik. Manifestasi klinik dari gejala yang ditumbulkan oleh batu empedu:

1. Nyeri Billier
Nyeri yang diakibatkan oleh obstruksi yang bersifat intermiten dari duktus sistikus
akibat batu tanpa disertai inflamasi dari kantung empedu.
2. Kolesistitis Akut
Disebebkan karena adanya batu yang terperangkap di duktus sistikus menyebabkan
inflamasi kantung empedu 50% dan mengalami infeksi sekunder dengan bakteri. Nyeri
tersebut kepunggung kanan belakang
3. Koledokolitiase
Berasa dari batu dalam kantung empedu yang bermigrasi ke duktus koledokus melalui
duktus sistikus dan menimpbukan penumbatan di duktus koledokus bersifat total
menimbukan gejala iketrus obstruksi.
4. Kolangitis
Batu di duktus koledokus menyebabkan sumbatan di ikuti super infeksi dan bacteremia
dan akan mengalmi nyeri bilier icterus dan demam
5. Pankreatitis Karena batu empedu
Terjadi Karena duktus koledikus tersumbat oleh batu lumpur atau kritas empedu dna
ada gejala berupa nyeri hebat di bagian perut.

• PENANGANAN BATU EMPEDU

Batu kantung empedu yang tidak bergejala tidka memerlukan terapi dan yang mengalami tanda
dan gejala yang berat akan dilakukan dnegan jalan pembersihan batu dari slauran diikutin
dnegan pengangkatan kantung empedu yang mengandung batu dan yang merupakan pabrik
membuat batu;

1. Pengobatan medika
Dengan mempergunakan chenodeoxucholic Acide (CDCA) untuk pelarut batu empedu
dengan dosis 8mg – 10mg.
2. ESWL
Dilakukan dnegan mempergunakan gelombang suara yang bertekanan tinggi yang
dipancarkan meelaui alat ESWL di fikuskan ke batu melalui caitan dan menembus
jaringan lunak. Dan terjadi fragmentasi kemudian dilarutkan dengan metode oral
dissolution
3. Kotesistektomi
Pengangkatan kantung empedu yang merupaka terapi pilihan untuk pengobatan
definitive batu katung empedu dapat dilakukan dengan laparatomi kolisektomi. Apabila
diperlukan melakukan eksplorasi ssaluran empedu, batu saluran empedu diatasi dengan
ERCP sphinkteretomi dan ekstrasi batu.
KEGIATAN BELAJAR II : Digestion in Human Beings
Diakses dari : https://www.youtube.com/watch?v=zr4onA2k_LY

DEGISTION IN HUMAN BEINGS (PENCERNAAN PADA MANUSIA)

Manusia memasukan makanan-makanan melalui mulut dan mencernanya, organ


khusus untuk pencernaan makanan yang tidak tercerna adalah makanan saat kita buang air
besar, mengambilnya melewati saluran tertentu yang dimulai dengan rongga bukal dan
berakhir dianus. Saluran ini disebut saluran dasar atau saluran pencernaan, jalur saluran dasar
adalah rongga bukal, esophagus, lambung, usus besar, usus kecil, rektum dan anus. Makanan
akan dicerna secara bertahap saat melewati berbagai bagian jalur cairan pencernaan yang
disekresikan oleh kelenjar ludah.

Hati dan pancreas juga membantu pencernaan mulut dan asupan makanan rongga
bukal. Pada manusia melalui mulut, proses mengambil makanan ini disebut konsumsi
mengunyah makanan proses ini sangat diperlukan untuk pencernaan yang baik. Prosesnya
dimulai dimulut itu sendiri yang terjadi selama mengunyah potongan besar makanan yang kita
makan secara mekanis dipecah menjadi potongan-potongan kecil. Gigi membantu makanan
masuk, lalu dengan begitu tindakan air liur pada makanan saat mengunyah makanan yang
bercampur dengan air liur tersebut disekresikan dari kelenjar ludah yang terletak di rahang
bawah antara lidah dan gigi saliva yang mengubah pati dalam makanan menjadi gula dan juga
lunak dalam makanan. Kerongkongan atau pipa makanan, makanan yang tertelan dari mulut
diteruskan ke osopaghus yang menggambarkan epoglotis yang juga merupakan struktur seperti
penutup di belakang lidah mengarahkan makanan ke osophagus dan mencegah masuk ke
laring. Gerakan peristaltic dari osophagus membantu makanan bergerak ke bawah saluran
hingga mencapai lambung.

Lambung, adalah struktur seperti tas dengan dinding tebal berbentuk pipih u dan
merupakan bagian terluas di saluran dasar. Makanan yang masuk ke lambung diaduk dan
bercampur dengan lendir, asam klorida dan cairan pencernaan yang disekresikan oleh lapisan
dalam. Asam lambung juga membantu membunuh bakteri yang ada dalam makanan itu juga
membuat media dalam asalm lambung menjilat jus pencernaan yang disekresikan oleh
lambung memecah proterin menjadi zat yang lebih sederhana kemudian makanan dikosongkan
oleh usus halus.
Hati adalah kelenjar terbesar di tubuh manusia dan terletak di bagian atas sisi perut
sebelah kanan bewarna coklat kemerahan mengeluarkan empedu. Lemak yang memecah
empedu disimpan dalam kantung empedu di antara waktu makan.

Pankreas adalah kelenjar terbentuk daun dan berwarna krem yang terletak tepat di
bawah perut itu mengeluarkan jus pancreas yang bertindak dan memecah karbohidrat. Protein
dan lemak setelah ini selesai sebagian makanan dicerna mencapai bagian bawah usus kecil
tempat cairan usus bekerja atas makanan dan menyelesaikan pencernaan semua komponen
yang tersisa dalam makanan, karbohidrat dalam makanan terurai menjadi gula seperti lemak
glukosa menjadi lemak asam dan gliserol dan protein menjadi asam amino makanan yang
dikonsumsi dicerna dan sekarang siap diserap ke dalam penyerapan makanan di dalam darah.

Usus halus adalah struktur yang sangat melingkar dan berukuran sekitar 7,5 meter.
Setelah usus kecil menerima makanan dari perut, cairan pencernaan dari hati dan pancreas di
campur ke dalamnya

Usus halus yaitu dinding bagian dalam usus kecil yang memiliki bentuk seperti jari
proyeksi disebut vili yang memiliki jaringan dekat pembuluh darah, tipis permukaan, willis
meningkat luas permukaan penyerapan dan menyerap makanan yang dicerna bahan zat
sehingga diserap angkut melalui aliran darah ke berbagai organ dalam tubuh dan digunakan
untuk membangun zat kompleks seperti protein. Proses ini disebut simulasi dalam pemecahan
glukosa sel turun menjadi karbon dioksida dan air dengan bantuan oksigen lalu melepaskan
energi makanan yang tidak tercerna dan tidak terserap memasuki usus besar.

Usus besar lebih dari usus kecil dan berukuran 1,5 meter panjangnya setelah makanan
yang belum tercerna memasuki usus besar itu menyerap air dan beberapa garam darinya dan
melewati sisa limbah yang masuk ke dalam rectum ini tetap menjadi setengah padat paling
tebal dari feses, materi dikeluarkan melalui anus ini disebut ejeksi.
KEGIATAN BELAJAR III : Lipid Metabolism
Diakses dari : https://www.youtube.com/watch?v=ppqpUVaasNc

LIPID METABOLISM
Meskipun istilah “lipid” mencakup beberapa jenis molekul, Metabolisme lipid biasanya
mengacu pada pemecahan dan sintesis lemak. Lemak adalah trigliserida, mereka adalah ester
gliserol dan tiga asam lemak. Lemak dapat berasal dari makanan, penyimpanan di jaringan
adiposa, atau dapat disintesis dari kelebihan karbohidrat makanan di hati. Lemak makanan
dicerna terutama di usus kecil, dengan aksi garam empedu dan lipase pankreas.

Garam empedu mengemulsi lemak, mereka bertindak sebagai deterjen, memecah


gumpalan besar lemak menjadi misel yang lebih kecil, membuatnya lebih mudah diakses
lipase. Lipase pancreas kemudian mengubah trigliserida menjadi monogliserida, asam lemak
bebas dan gliserol.

Produk-produk ini bergerak ke dalam sel epitel usus-enterosit, didalamnya mereka


bergabung kembali untuk membentuk trigliserida. Trigliserida dikemas bersama dengan
kolesterol menjadi partikel liporotein besar yang disebut kilomikron, Lipoprotein
memungkinkan pengangkutan lemak yang tidak larut dalam air dalam lingkungan yang berarir.
Kilomikron meninggalkan enterosit, memasuki kapiler limfatik, dan akhirnya masuk ke aliran
darah, mengirimkan lemak ke jaringan.

Dinding kapiler darah memiliki enzim permukaan yang disebut lipoprotein lipase.
Enzim ini menghidrolisis trigliserida menjadi asam lemak dan gliserol, memungkinkan mereka
melewati dinding kapiler ke dalam jaringan, dimana mereka dioksidasi untuk energi, atau
diesterisasi kembali untuk penyimpanan. Lemak yang disintesis secara endogen di hati dikemal
ke dalam jenis lipoprotein lain, VLDL, untuk diangkut ke jaringan, dimana trigliserida
diekstraksi dengan cara yang sama. Bila diperlukan, simpanan lemak di jaringan adiposa
dimobilisasi untuk produksi energi, melalui aksi lipase yang peka hormone, yang merespons
hormone seperti epinefrin.

Jalur metabolism lipid berhubungan erat dengan jalur metabolisme karbohidrat.


Gliresol diubah menjadi perantara glikosis, sementara asam lemak mengalami oksidasi beta
untuk menghasilkan asetil-KoA. Setiap putaran beta-oksidasi menghilangkan 2 karbon di
rantai asam lemak, melepaskan satu asetil-KoA, yang kemudian dapat dioksidasi dalam siklus
asam sitrat. Beta-oksidasi juga menghasilkan beberapa molekul berenergi tinggi yang
diumpankan langsung ke sistem tramnspor electron.
Lemak menghasilkan lebih banyak energi per satuan massa daripada karohidrat. Ketika
asetil-KoA di produksi secara berlebihan, ia dialihkan untuk membuat badan keton. Selama
kelaparan glukosa, badan keton merupakan sumber bahan bakar penting, terutama untuk otak.
Namun, badan keton bersifat asam, dan bila di produksi secara berlebihan, dapat membanjiri
kapasitas penyangga plasma darah, mengakibatkan asidosis metabolic, yang dapat
menyebabkan koma dan kematian.

Ketaoasidosis adalah komplikasi serius dari diabetes, dimana sel harus mengoksidasi
lemak untuk bahan bakar karena tidak dapat memanfaatkan glukosa. Diet ekstrem yang terlalu
rendah karbohidrat dan tinggi lemak juga dapat menyebabkan ketaosidosis. Sebaliknya, pola
makan yang tinggi karbohidrat menghasilkan kelebihan asetil-KoA yang dapat diubah menjadi
asam lemak. Sintesis asam lemak dari asetil-KoA dirangsang oleh sitrat, penanda kelimpahan
energi, dan dihambat oleh asam lemak berlebihan. Asam lemak dapat diubah menjadi
trigliserida, untuk penyimpanan atau sintesis lipid lain, dengan menggabungkan dengan
gliresol yang berasal dari zat antara glikosis.
KEGIATAN BELAJAR IV :

RANGKUMAN TENTANG ASSEEEMENT OF THE GASTROINTESTINAL


SYSTEM

1. Riwayat pasien
Difokuskan pertanyaan tentang perubahan nafsu makan, berat badan, pencernaan serta
Menentukan eksperience nyeri. Data yang dikumpulkan yaitu ;
▪ Usia, jenis kelamin, dan budaya pasien. Data tersebut dapat membantu dalam
menilai kemungkinan pasien tersebut memiliki gangguang sistem GI atau tidak
sesuai umur nya.
▪ Tanyakan kepada pasien apakah tahu tetang gangguan GI sebelumnya. Jika
sudah tanyakan tentang obat yang dikonsumsinya berapa banyak dan tanyakan
apakah pasien mengkonsumsi aspirin atau obat pencahar lainnnya, karena obat
pencahar stimulant jangka panjang dapat menyebabkan ketergantungan dan
mengakibatkan sembeli yang dapat mempengaruhi nafsu makan, penyerapan
dan pembuangan.
▪ Tanyakan kepada pasien tentang riwayat perjalanan panyakit sbeleumnya.

2. Riwayat Gizi
Assement ini menanyakan terkait bagaiamana pola makan dan alergi makanan apa yang
diketahui, adanya nyeri telan.
Masalah yang dapat mempengaruhi nutrsi yaitu ; perubahan yang terjadi dalam pola
makan karena kehilangan nafsu makan dapat terjadi bersamaan demgan panyakit ini.
Serta status social ekonimi pasien dapat berdampak besar pad anutrisi orang-orang yang
memiliki budget terbatas akan membeli makanan yang di anjurkan serta pengobatan
yang dijalani menjadi terhambat.

3. Riwayat keluarga dan risiko genetic


Tanyakan tentang keluarga apakah ada riwayat penyakit GI. Seperti penyakit familian
adenomatous polyposis (PAP) yang dominan.
4. Masalah kesehatan saat ini
Catatan kronologis tentang masalah saat ini merupakan data penting seperti gejala atau
data apapun yang diambil serta perhatikan factor-faktor yang dapat memperburuk atau
memperingan seperti ;
a. Perubahan pola eliminasi : warna, konsistensi feses, adanya darah serta kembung
b. Peningkatan atau penurunan berat badan
c. Serta nyeri yang merupakan gejala umum pasien dnegan gangguan slauran GI
dengan metode PQRST (paliatif, Quality, Radiasi, Skala and Time)

5. Penililaian Fisik
Pemeriksaan lengkap status gizi, mulut dan perut dengan teknik Inspeksi, auskultasi
perkusi dan palpasi. Meminta pasien mengosongkan kandung kemih.
a. Inspeksi : Periksa kulit meliputi simetri abdomen, warna, sisi menonjol dan kulit
kencang, mecatat lemak. lokasi ukuran dan deskripsi setiap cedara tekanan. Jika ada
massa yang menonjol dan berdenyut selama pemeriksaan abdomen, jangan
menyentuh area tersebut.
b. Auskultasi : Auskultasi abdomen dilakukan dengan diafragma stetoskop, karena
bising usus biasanya bernada tinggi. Bunyi usus yang meningkat, terutama suara
berdeguk yang keras, akibat dari peningkatan motilitas usus.
c. Perkusi : Untuk mendeteksi keberadaan massa, cairan, dan udara: dan untuk
memperkirakan ukuran limpa dan limpa. Nada perkusi yang biasanya terdengar di
perut disebut timpani atau tumpul.
d. Palpasi : Untuk menentukan ukuran dan lokasi organ perut dan untuk menilai
adanya massa atau nyeri tekan.

6. Interitas Fisiologis
a. Penilaian psikososial
Penilaian ini dinilai pada bagaimana masalah kesehatan GI mempengaruhi
kehidupan dan gaya hidup pasien. Fokus wawancara adalah apakah aktivitas biasa
telah terganggu atau terganggu, termasuk pekerjaan.

b. Penilaian diagnostic

Penilaian ini digunakan untuk membuat penilaian yang akurat dari banyak
kemungkinan penyebab kelainan sistem GI, tes laboratorium darah, urin, dan
spesimen feses dapat dilakukan. Hitung darah lengkap (CBC) dapat membantu
dalam diagnosis anemia dan infeksi.

Anda mungkin juga menyukai