Anda di halaman 1dari 20

STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. R DENGAN ANEMIA DI RST dr.


SOEDJONO MAGELANG RUANG BOUGENVILLE
Pembimbing Akademik: Retno Sumiyarini, M, Med.E.d

DISUSUN OLEH :
FIKA ANJANY HUSAINI
203203027

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA
2020
HALAMAN PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. R DENGAN ANEMIA DI RST


dr. SOEDJONO MAGELANG RUANG BOUGENVILLE

Telah disetujui Pada Hari :


Tanggal :

Mahasiswa Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

(…..........................…..) (…………… . ………..) (…………………………..)


A. Konsep Dasar Anemia
1. Pengertian
Anemia adalah defisiensi (kekurangan) jumlah sel darah merah atau
jumlah hemoglobin (protein pembawa Oksigen) yang dikandungnya.
Kekurangan sel darah merah membatasi pertukaran oksigen dan
karbondioksida antara darah dan sel jaringan (Stropler, 2017). Menurut Sari,
anemia adalah penurunan jumlah sel darah merah sehingga tidak dapat
memenuhi fungsi untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke
jaringan perifer, yang ditandai oleh menurunnya kadar hemoglobin,
hematokrit dan jumlah sel darah merah di bawah normal (Sari, 2012).
Klasifikasi anemia berdasarkan pada ukuran dan kandungan hemoglobin
dalam sel dibedakan menjadi anemia sel-makrositik (besar), normositik
(normal) dan mikrositik (kecil) dan kandungan hemoglobin- hipokromik
(warna pucat) dan normokromik (warna normal) (Krause’s, 2016). Menurut
WHO, anemia diklasifikasikan menurut umur dan jenis kelamin.

Klasifikasi Anemia Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin menurut


WHO, 2001
Kelompok Umur/Jenis Kelamin Kadar Hemoglobin (g/dl)
6 bulan s/d 59 bulan 11
5 tahun s/d 11 tahun 11,5
Anak
12 tahun s/d 14 tahun 12
Wanita 12
Ibu hamil 11
Dewasa
Laki-laki 13

2. Klasifikasi
Klasifikasi berdasarkan pendekatan fisiologis:
a. Anemia hipoproliferatif, yaitu anemia defisiensi
jumlah sel darah merah disebabkan oleh defek produksi sel darah merah,
meliputi:
1) Anemia aplastik; Penyebab: agen neoplastik/sitoplastik, terapi radiasi,
antibiotic tertentu, obat antu konvulsan, tyroid, senyawa emas,
fenilbutason, benzene, infeksi virus (khususnya hepatitis Penurunan
jumlah sel eritropoitin (sel induk) di sumsum tulang. Kelainan sel
induk (gangguan pembelahan, replikasi, deferensiasi).Hambatan
humoral/selulerGangguan sel induk di sumsum tulangJumlah sel
darah merah yang dihasilkan tak memadaiPansitopeniaAnemia
aplastik.
Gejala-gejala: Gejala anemia secara umum (pucat, lemah, dll),
Defisiensi trombosit: ekimosis, petekia, epitaksis, perdarahan saluran
cerna, perdarahan saluran kemih, perdarahan susunan saraf pusat.
Morfologis: anemia normositik normokromik
2) Anemia pada penyakit ginjal
Gejala-gejala: Nitrogen urea darah (BUN) lebih dari 10 mg/dl,
Hematokrit turun 20-30%, Sel darah merah tampak normal pada
apusan darah tepi. Penyebabnya adalah menurunnya ketahanan hidup
sel darah merah maupun defisiensi eritopoitin
3) Anemia pada penyakit kronis
Berbagai penyakit inflamasi kronis yang berhubungan dengan anemia
jenis normositik normokromik (sel darah merah dengan ukuran dan
warna yang normal). Kelainan ini meliputi artristis rematoid, abses
paru, osteomilitis, tuberkolosis dan berbagai keganasan
4) Anemia defisiensi besi
Penyebab: Asupan besi tidak adekuat, kebutuhan meningkat selama
hamil, menstruasi, Gangguan absorbsi (post gastrektomi), Kehilangan
darah yang menetap (neoplasma, polip, gastritis, varises oesophagus,
hemoroid, dll.)gangguan eritropoesisAbsorbsi besi dari usus
kurangsel darah merah sedikit (jumlah kurang), sel darah merah
miskin haemoglobinAnemia defisiensi besi.
Gejala-gejalanya: Atropi papilla lidah, Lidah pucat, merah, meradang,
Stomatitis angularis, sakit di sudut mulut. Morfologi: anemia
mikrositik hipokromik
5) Anemia megaloblastik
Penyebab:
a) Defisiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat
b) Malnutrisi, malabsorbsi, penurunan intrinsik faktor (aneia rnis st
gastrektomi) infeksi parasit, penyakit usus dan keganasan, agen
kemoterapeutik, infeksi cacing pita, makan ikan segar yang
terinfeksi, pecandu alkohol.

Sintesis DNA terganggu

Gangguan maturasi inti sel darah merah

Megaloblas (eritroblas yang besar)

Eritrosit immatur dan hipofungsi
6) Anemia hemolitika, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah
disebabkan oleh destruksi sel darah merah: Pengaruh obat-obatan
tertentu, Penyakit Hookin, limfosarkoma, mieloma multiple, leukemia
limfositik kronik, Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase, Proses
autoimun, Reaksi transfusi, Malaria.

Mutasi sel eritrosit/perubahan pada sel eritrosit

Antigesn pada eritrosit berubah

Dianggap benda asing oleh tubuh

sel darah merah dihancurkan oleh limposit

Anemia hemolisis
3. Etiologi
Beberapa faktor yang menyebabkan anemia, dikelompokkan menjadi
penyebab langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung meliputi
kecukupan makanan dan infeksi penyakit, sedangkan penyebab tidak
langsung antara lain perhatian terhadap wanita yang masih rendah di
keluarga. Kurangnya zat besi di dalam tubuh dapat disebabkan oleh kurang
makan sumber makanan yang mengandung zat besi, makanan cukup namun
yang dimakan bioavailabilitas besinya rendah sehingga jumlah zat besi yang
diserap kurang dan makanan yang dimakan mengandung zat penghambat
absorbsi besi (Roosleyn, 2016).
Beberapa infeksi penyakit memperbesar risiko menderita anemia pada
umumnya adalah cacing. Perhatian terhadap wanita yang masih rendah di
keluarga oleh sebab itu wanita di dalam keluarga masih kurang diperhatikan
dibandingkan laki-laki. Anemia gizi lebih sering terjadi pada kelompok usia
dengan kriteria pendidikan yang rendah, kurang memahami kaitan anemia
dengan faktor lainnya, kurang mempunyai akses mengenai informasi anemia
dan penanggulangannya, kurang dapat memilih bahan makanan yang bergizi,
khususnya yang mengandung zat besi relatif tinggi, kurang dapat
menggunakan pelayanan kesehatan yang tersedia, ekonomi yang rendah;
karena: kurang mampu membeli makanan sumber zat besi karena harganya
relatif mahal, kurang mempunyai akses terhadap pelayanan kesehatan yang
tersedia,. Status sosial wanita yang masih rendah di masyarakat; mempunyai
beberapa akibat yang mempermudah timbulnya anemia gizi,
Menurut Stropler (2017) bahwa anemia disebabkan oleh kekurangan zat
gizi yang dibutuhkan untuk sintesis eritrosit normal terutama zat besi,
vitamin B12 dan asam folat. Banyak faktor yang menyebabkan anemia yaitu
1) Asupan makanan yang tidak memadai sekunder akibat diet buruk tanpa
suplementasi
2) Penyerapan yang tidak adekuat akibat diare, achlorhydria, intestinal
(Penyakit seperti penyakit celiac, atrophic gastritis, parsial atau total
gastrektomi.
3) Penggunaan yang tidak memadai akibat gangguan gastrointestinal kronis
4) Meningkatnya kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan volume darah,
yang terjadi selama masa kanak-kanak, masa remaja, kehamilan, dan
menyusui.
5) Peningkatan ekskresi karena darah menstruasi yang berlebihan (pada
perempuan); perdarahan dari luka; atau kehilangan darah kronis akibat
pendarahan tukak, pendarahan wasir, varises esofagus, enteritis regional,
penyakit celiac, penyakit Crohn, kolitis ulserativa, parasit.
6) Peningkatan kerusakan besi dari ketersediaan besi di plasma dan
penggunaan zat besi yang rusak akibat peradangan kronis atau kronis
lainnya.
Selain defisiensi zat gizi, Reactive Oxygene Species (ROS) pada sel darah
merah merupakan salah satu faktor penyebab utama anemia. Peningkatan ROS
pada sel darah merah dapat terjadi baik dengan aktivasi ROS atau dengan
penekanan sistem antioksidan. Saat sel darah merah mengalami peningkatan
ROS yang berlebihan, maka menyebabkan stres oksidatif (Luchi, 2012).
Klasifikasi anemia menurut etiopatogenesis (Nurarif dan Kusuma, 2015):
a. Anemia karena gangguan pembentukan eritrosit dalam sumsum tulang
1) Kekurangan bahan esensial pembentukan eritrosit
a) Anemia defisiensi besi
b) Anemia defisiensi asam folat
c) Anemia defisiensi vitamin B12
2) Gangguan penggunaan (utilisasi) besi
a) Anemia akibat penyakit kronik
b) Anemia sideroblastik
3) Kerusakan sumsum tulang
a) Anemia aplastik
b) Anemia mieloptisik
c) Anemia pada keganasan hematologi
d) Anemia diseritropoietik
e) Anemia pada sindrom mielodisplastik
b. Anemia akibat kekurangan eritropoietin: anemia pada gagal ginjal kronik
c. Anemia akibat hemoragi
1) Anemia pasca perdarahan akut
2) Anemia akibat perdarahan kronik
d. Anemia hemolitik
1) Anemia hemolitik intrakorpuskular
a) Gangguan membran eritrosit (membranopati)
b) Gangguan enzim eritrosit (enzimipati): anemia akibat defisiensi
G6PD
c) Gangguan hemoglobin (hemoglobinopati)
i. Thalassemia
ii. Hemoglobinopati struktural: HbS, HbE, dll
2) Anemia hemolitik ekstrakorpuskular
a) Anemia hemolitik autoimun
b) Anemia hemolitik mikroangiopatik
c) Lain-lain
e. Anemia dengan penyebab tidak diketahui atau dengan patogenesis yang
komplek
Klasifikasi anemia berdasarkan morfologi dan etiologi menurut Nurarif dan
Kusuma (2015):
1) Anemia hipokromik mikrositer, bila MCV<80 fl dan MCH<27 pg
a) Anemia defisiensi besi
b) Thalassemia major
c) Anemia akibat penyakit kronik
d) Anemia sideroblastik
2) Anemia normokromik normositer, bila MCV 80-95 fl dan MCH 27-34 pg
a) Anemia paska perdarahan akut
b) Anemia aplastik
c) Anemia hemolitik
d) Anemia akibat penyakit kronik
e) Anemia pada gagal ginjal kronik
f) Anemia pada sindrom mielodisplastik
g) Anemia pada keganasan hematologik
3) Anemia makrositer, bila MCV>95 fl
a) Bentuk megaloblastik
i. Anemia defisiensi asam folat
ii. Anemia defisiensi B12, termasuk anemia pernisiosa
b) Bentuk non-megaloblastik
i. Anemia pada penyakit hati kronik
ii. Anemia pada hipotiroidisme
iii.Anemia pada sindrom mielodisplastik

4. Manifestasi Klinis
a. Tanda-tanda umum anemia: pusing, mudah berkunang-kunang, lesu, sering
mengantuk, pucat, tacicardi, bising sistolik anorganik, bising karotis,
pembesaran jantung.
b.Manifestasi khusus pada anemia:
1) Anemia aplastik: ptekie, ekimosis, epistaksis,
ulserasi oral, infeksi bakteri, demam, anemis, pucat, lelah, takikardi.
2) Anemia defisiensi: konjungtiva pucat (Hb 6-10
gr/dl), telapak tangan pucat (Hb < 8 gr/dl), iritabilitas, anoreksia,
takikardi, murmur sistolik, letargi, tidur meningkat,lemas, sering
berdebar-debar, lekas lelah, pucat, sakit kepala, tampak pucat pada
mukosa bibir, farink,telapak tangan dan dasar kuku. Jantung agak
membesar dan terdengar bising sistolik yang fungsional.
3) Anemia aplastik : ikterus, hepatosplenomegali.

5. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan
sel darah merah secara berlebihan atau keduanya.  Kegagalan sumsum dapat
terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau
kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui.  Sel darah merah dapat
hilang melalui perdarahan atau hemplisis (destruksi), hal ini dapat akibat defek
sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah yang
menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam
system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa.  Hasil samping
proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah.  Setiap kenaikan
destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan
bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl
mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada
kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma
(hemoglobinemia).  Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas
haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk
mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan
kedalam urin (hemoglobinuria). 
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh
penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak
mencukupi biasanya dapat diperleh dengan dasar:1. hitung retikulosit dalam
sirkulasi darah; 2. derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum
tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada
tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia. bagan Patofisiologi :

Anemia

viskositas darah menurun

resistensi aliran darah perifer

penurunan transport O2 ke jaringan

hipoksia, pucat, lemah

beban jantung meningkat

kerja jantung meningkat

payah jantung

6. Pathway

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Kadar Hb: hematokrit, indek sel darah merah, Kadar Hb <10g/dl.
Konsentrasi hemoglobin eritrosit rata-rata < 32% (normal: 32-37%),
leukosit dan trombosit normal, serum iron merendah, iron binding
capacity meningkat.
b. Kelainan laborat masing-masing tipe anemia:
1) Anemia defisiensi asam folat : makro/megalositosis
2) Anemia hemolitik : retikulosit meninggi, bilirubin indirek dan
total naik, urobilinuria.
3) Anemia aplastik : trombositopeni, granulositopeni, pansitopenia,
sel patologik darah tepi ditemukan pada anemia aplastik karena
keganasan.
c. Penelitian sel darah putih, kadar Fe, pengukuran kapasitas ikatan besi,
kadar folat, vitamin B12, hitung trombosit, waktu perdarahan, waktu
protrombin, dan waktu tromboplastin parsial.
d. Aspirasi dan biopsy sumsum tulang. Unsaturated iron-binding capacity
serum
e. Pemeriksaan diagnostik untuk menentukan adanya penyakit akut dan
kronis serta sumber kehilangan darah kronis.

8. Komplikasi
Komplikasi anemia adalah sebagai berikut: Gagal jantung, parestisia, kejang,
Perkembangan otot buruk (jangka panjang), daya konsentrasi menurun, hasil
uji perkembangan menurun, kemampuan mengolah informasi yang didengar
menurun.
9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan
mengganti darah yang hilang: Anemia pasca perdarahan: transfusi darah.
Pilihan kedua: plasma ekspander atau plasma substitute. Pada keadaan darurat
bisa diberikan infus IV apa saja, Anemia defisiensi: makanan adekuat,
diberikan SF 3x10mg/kg BB/hari. Transfusi darah hanya diberikan pada Hb
<5 gr/dl, Anemia aplastik: prednison dan testosteron, transfusi darah,
pengobatan infeksi sekunder, makanan dan istirahat.
a. Anemia aplastik: Transplantasi sumsum tulang, Pemberian terapi
imunosupresif dengan globolin antitimosit(ATG).
b. Anemia pada penyakit ginjal: Pada paien dialisis harus ditangani
denganpemberian besi dan asam folat, Ketersediaan eritropoetin rekombinan.
c. Anemia pada penyakit kronis
d. Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan
penanganan untuk aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan yang
mendasarinya, besi sumsum tulang dipergunakan untuk membuat darah,
sehingga Hb meningkat.
e. Anemia pada defisiensi besi: Dicari penyebab defisiensi besi, Menggunakan
preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan fumarat ferosus.
f. Anemia megaloblastik: Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian
vitamin B12, bila difisiensi disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak
tersedianya faktor intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM,
Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus diteruskan
selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi yang
tidak dapat dikoreksi.
g. Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan penambahan
asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan absorbsi.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas klien
Nama, jenis kelamin, usia, pekerjaan, agama, suku, dll.
b. Keluhan utama
Keluhan utama meliputi letih, lesu, lemah, lelah , pucat dan pandangan
berkunang-kunang
c. Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang
Pada pasien anemia masa kehamilan, pasien bisa mengeluhkan
pusing, lelah, dll.
b) Riwayat kesehatan dahulu
Kaji pasien mengenai penyakit/riwayat kesehatan terdahulu.
c) Riwayat kesehatan keluarga
Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit darah
merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya anemia yang
cenderung diturunkan secara genetik.
Pola Fungsional Gordon
a) Pola persepsi kesehatan: Gambaran kesehatan pasien biasanya
apakah pasien merokok, riwayat imunisasi, pengobatan (sendiri
dan resep)
b) Pola nutrisi metabolic: pola makan teratur atau tidak, asupan
cairan cukup/tidak, baik sebelum sakit ataupun pada saat sakit.
c) Pola eliminasi: melihat pola eliminasi pada saat sebelum sakit dan
sedang sakit, apakah BAB dan BAK nya teratur atau tidak.
d) Pola aktivitas/latihan: Melihat pola aktivitas klien dengan
menggunakan klasifikasi tingkat fungsional sebagai berikut:
0= Tidak tergantung sama sekali
1= Membutuhkan penggunaan
2= Memerlukan bantuan orang lain untuk membantu, supervisi
dan pengajaran
3= Membutuhkan bantuan dari orang lain dan peralatan atau alat
bantu lainnya
4= Tergantung, tidak dapat berpartisipasi dalam aktivitas
e) Pola istirahat: Sebelum sakit, tidur ada gangguan atau tidak, dan
saat sakit pola tidur terganggu atau tidak.
f) Pola kognitif: Ada gangguan pada panca indera atau tidak.
g) Pola persepsi diri/konsep diri: Pendapat tentang dirinya dan
penyakitnya.
h) Pola peran/ hubungan: Hubungan dengan keluarga dan
masyarakat baik atau tidak
i) Pola seksualitas/reproduksi: Jenis kelamin dan sudah menikah
atau belum
j) Pola koping/toleransi stress: sikap pasien dan keluarga dalam
mengatasi masalah
k) Pola nilai kepercayaan: Agama yang dianut dan penerapan agama
dalam kehidupan.
5. Pemeriksaan fisik
a) Aktivitas-istirahat
Gejala : keletihan, kelemahan, malaise umum
Tanda : takikardia/ takipnae.
b) Integritas ego
Gejala : keyakinanan agama/budaya mempengaruhi pilihan
pengobatan, misalnya penolakan transfusi darah.
Tanda : depresi.
c) Makanan/cairan
Gejala : penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani
rendah/masukan produk sereal tinggi (DB).
d) Neurosensori
Gejala : sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus,
ketidakmampuan berkonsentrasi
6. Pemeriksaan penunjang
a) Hitung kadar Hb dalam darah
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar Hb
dibawah 11 g% pada trimester 1 dan 3 atau kadar < 10,5 g%
pada trimester 2.
b) Jumlah darah rutin.
Sampel darah yang diambil di lengan dinilai untuk darah
hitungan. Anemia terdeteksi jika tingkat hemoglobin lebih
rendah daripada normal.

c) Feritin .
Jika tingkat darah feritin rendah menunjukkan rendah zat besi
dalam tubuh dan membantu mendeteksi anemia kekurangan
zat besi..
d) Analisis sumsum tulang untuk mendeteksi sel dewasa terlalu
banyak seperti yang terlihat dalam aplastic anemia atau kanker
darah. Kurangnya besi dalam sumsum tulang juga menunjuk
ke arah anemia kekurangan besi

2. Diagnosa Keperawatan
a. Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan konsentrasi hemoglobin
b. Pola napas tidak efektif b.d depresi pusat pernapasan
c. Risiko infeksi
d. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
3. Rencana Keperawatan
No SDKI SLKI SIKI
Dx
1 D.0009 L.05042 Manajemen Nyeri I.08238
Perfusi perifer Setelah dilakukan tindakan selama 1x6 jam Observasi
tidak efektif diharapkan perfusi perifer pasien meningkat 1.1 Periksa sirkulasi perifer (mis. Nadi perifer, edema,
b.d penurunan pengisian kapiler, warna, suhu, ankle-brachial index)
konsentrasi Indikator: 1.2 Identifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi ( mis.
hemoglobin  Warna kulit pucat dipertahankan pada….., Diabetes, perokok, orang tua, hipertensi dan kadar
ditingkatkan ke…. kolesterol tinggi)
 Kelemahan otot dipertahankan pada….., Terapeutik
ditingkatkan ke…. 1.3 Hindari pemasangan infus atau pengambilan darah
diarea keterbatsanan perfusi
Skala: 1.4 Hindari pengukuran tekanan darah pada ekstremitas
Meningkat = 1 dengan keterbatasan perfusi
Cukup meningkat = 2 1.5 Lakukan pencegahan infeksi
Sedang = 3 Edukasi
Cukup menurun = 4 1.6 Anjurkan berhenti merokok
Menurun = 5 1.7 Anjurkan berolahraga rutin
1.8 Anjurkan minum obat pengontrol tekanan darah secara
teratur

2 D.0005 L.01004 Pemantauan Respirasi I.01014


Setelah dilakukan tindakan selama 1x6 jam Observasi
Pola napas
diharapkan pola napas pasien membaik 2.1 Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas
tidak efektif 2.2 Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea,
Indikator: hiperventilasi, kussmaul, cheyne-stokes, biot, ataksik)
b.d depresi
 Dispnea dipertahankan pada….., ditingkatkan 2.3 Monitor kemampuan batuk efektif
pusat ke….
pernapasan  Penggunaan otot bantu napas dipertahankan Terapeutik
pada….., ditingkatkan ke…. 2.4 Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
2.5 Dokumentasikan hasil pemantauan
Skala:
Meningkat = 1 Edukasi
Cukup meningkat = 2 2.6 Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Sedang = 3
2.7 Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
Cukup menurun = 4
Menurun = 5

 Frekuensi napas dipertahankan pada…..,


ditingkatkan ke….
 Kedalaman napas dipertahankan pada…..,
ditingkatkan ke….
Skala:
Memburuk = 1
Cukup memburuk = 2
Sedang = 3
Cukup membaik = 4
Membaik = 5
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta:
MediAction.
Roosleyn, I. P. T. (2016). Strategi dalam penanggulangan pencegahan anemia
pada kehamilan. Jurnal Ilmiah Widya, 3(3), 1–9.
Sari CK. (2012). Anemia Gizi Masalah dan Pencegahan. Yogyakarta: Kalika.
Stropler, T, Weiner, S. (2017). Krause’s Food & Nutrition Care Process 14 th
edition. Elsivier. Canada .
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (I).
Jakarta.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan (1st ed.). Jakarta: Dewan Pengurus
Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
WHO. (2001). Iron Deficiency Anemia Assessment, Prevention, and Control:
Aguide For Programme Managers. Geneva : WHO.

Anda mungkin juga menyukai