Anda di halaman 1dari 13

NEW PUBLIC GOVERNMENT

A. Langkah Tepat Menuju Good Governance


Good governance merupakan semboyan yang sedang gencar – gencarnya dipromosikan
oleh pemerintah. Semboyan itu sekilas memang suatu hal yang sangat di dambakan oleh
semua sektor baik publik maupun swasta mengingat efek domino yang dapat diwujudkan
dari implementasi good governance. Efek domino yang dimaksud antara lain sebagai berikut
Pertama, implementasi good governance cenderung membawa efisiensi dan efektivitas
dalam dunia usaha. Hal ini karena implementasi good governance yang baik dapat
memotong kos tinggi (high cost) yang disebabkan adanya pungutan liar (pungli) yang
dilakukan oleh oknum birokrasi pemerintah dan oknum aparat di lapangan. Hasil studi dari
Pusat Studi Asia Pasifik Universitas Gadjah Mada bekerja sama dengan United State Agency
for International Development (USAID) melakukan survei terhadap 100 perusahaan dari
Jawa, Sumatra dan Bali. Dalam studi itu disebutkan, pelaku usaha mengungkapkan pendapat
yang berbeda-beda mengenai pungli. Kebanyakan dari responden enggan untuk menjawab
kuisioner atau takut untuk menjawab kuisioner yaitu sebanyak 41 %. Namun, diperkirakan,
biaya pungli itu bisa mencapai 7,5 persen dari biaya ekspor. Penelitian itu kemudian
mengasumsikan apabila nilai ekspor produk manufaktur sebesar Rp 4 juta per peti kemas,
biaya pungli itu sendiri mencapai Rp 300.000 per peti kemas. Jika Indonesia mengekspor
produk hingga mencapai 10 juta peti kemas per tahun, maka biaya pungli mencapai Rp 3
triliun. Penelitian itu juga menyebutkan bahwa pungli paling sering terjadi di jalan yaitu
sebesar 48% dan terjadi di pelabuhan sebanyak 35%. Hal yang paling disayangkan lagi
bahwa 24% responden menjawab bahwa pungli paling sering dilakukan oleh oknum polisi,
21% dilakukan oleh oknum bea cukai dan yang lebih mengejutkan bahwa aparat oknum
pemerintah daerah (PEMDA) yang selama ini disebut – sebut sering mempersulit
pengurusan hanya 3% dari responden yang menjawab mengenakan pungutan liar ini
(Kompas 28 Juli 2004). Kedua, implementasi good governance akan membawa birokrasi
pemerintahan Indonesia ke dalam sistem birokrasi yang sehat dan bermutu. Menurut survei
yang dilakukan oleh Political and Economic Risk Consultancy (PERC) terhadap para eksekutif
bisnis asing, birokrasi Indonesia pada tahun 2000 memperoleh skor 8.0 dan tidak mengalami
perbaikan dibandingkan tahun 1999, walaupun pencapaian ini masih lebih baik
dibandingkan Negara lain seperti Cina, Vietnam dan India (Kompas 13 Maret 2000). Senada
dengan survei yang dilakukan PERC, Booz – Allen & Hamilton juga melakukan survei
terhadap indeks good governance, indeks korupsi dan indeks efisiensi peradilan. Hasilnya
Indonesia menempati urutan paling belakang dari lima negara. Indeks good governance
Indonesia mendapat skor 2,88 jauh dibawah Malaysia 7,72 apalagi bila dibandingkan dengan
Singapura 8,93 ( Irwan, 2000). Ketiga, implementasi good governance dalam sektor publik
akan membawa dampak yang baik tidak hanya kepada pemerintah tetapi juga kepada
masyarakat sebagai stakeholder. Pemerintah melalui departemen, badan usaha milik
Negara (BUMN), Badan Usaha milik Daerah (BUMD) tidak hanya sebagai perusahaan dan
abdi masyarakat yang hanya bermotifkan laba tetapi juga dapat memberikan pelayanan
yang baik terhadap masyarakat. Pelayanan yang baik tersebut akan membawa
kesejahteraan dan keadilan dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Hal ini disebabkan
karena masyarakat cukup mengeluarkan dana tertentu yang relatif terjangkau untuk charge
of services yang dikenakan pemerintah kepada masyarakat. Semakin terjangkau biaya yang
dikeluarkan oleh masyarakat maka relatif semakin banyak kebutuhan yang dapat terpenuhi
dengan sejumlah dana tertentu. Selain itu dengan adanya kecepatan, ketepatan dan
kepastian dalam pelayanan juga akan mengurangi kos yang harus dikeluarkan masyarakat
untuk mendapatkan suatu pelayanan.

Jadi apa yang harus dilakukan agar dapat teriptanya Good governance? Menurut saya
pribadi untuk terciptanya Good governance di indonesia adalah pemerintah harus  lebih
transparan dengan masyarakat  dalam  menjalankan tata kelola pemerintahan dan
responsivitas.serta memberikan hukuman bagi oknum oknum pemerintah yang
malakukan tindakan yang melanggar peraturan dan hukumnya harus memberikan efek
jerah agar para pejabat lain tidak melakukan tindakan yang sama.

B. Akuntansi Sektor Publik

 Pengertian Akuntansi Sektor Publik


akuntansi untuk sektor publik adalah suatu proses pengumpulan, pengklasifikasian,
analisis, dan pembuatan laporan pengelolaan keuangan dalam lembaga publik.
Laporan pengelolaan keuangan ini nantinya digunakan lembaga publik untuk
memberikan informasi keuangan pada pihak yang membutuhkan. Intinya, laporan
pengelolaan keuangan ini sangat membantu saat ada pengambilan keputusan.

 Karakteristik Akuntansi Sektor Publik


Akuntansi untuk sektor publik memiliki karakteristik yang berbeda dengan
akuntansi yang digunakan sektor swasta. Perbedaan utamanya terlihat dari
lembaga atau instansi yang menggunakan kedua ilmu akuntansi tersebut.
Akuntansi untuk sektor publik biasanya digunakan oleh lembaga pemerintah
daerah dan pusat.

Mudahnya, karakteristik akuntansi sektor publik ini berfokus pada dua hal.
Pertama, akuntansi untuk sektor publik berfokus pada sifat lembaga. Jadi, sifat
akuntansi ini adalah khusus organisasi non profit yang tidak menghasilkan laba.
Misalnya seperti lembaga pemerintahan.

Kedua, akuntansi untuk sektor publik berfokus pada tujuan lembaga. Sesuai
namanya, akuntansi untuk sektor publik hanya menyediakan informasi pelayanan
pada publik. Pelayanan untuk publik ini dilakukan untuk meningkatkan
kesejahteraan dari masyarakat.

Dalam pelaksanaannya, ada beberapa komponen yang dapat mempengaruhi


kinerja lembaga sektor publik. Pertama, pengaruh dalam bidang ekonomi. Misalnya
berupa tingkat inflasi, nilai tukar mata uang, infrastruktur, dan lainnya. Selanjutnya
pengaruh dalam bidang politik. Misalnya seperti pemerintahan yang berkuasa,
hubungan antar masing-masing lembaga, dan lainnya.

Bidang kebudayaan dan demografis pun juga turut mempengaruhi kinerja lembaga
sektor publik. Dalam bidang kebudayaan dipengaruhi oleh karakteristik masyarakat
yang berbeda, tingkat pendidikan, keberagaman suku, dan lainnya. Sedangkan
dalam bidang demografis, kinerja lembaga publik dipengaruhi oleh tingkat
pertumbuhan masyarakat, kesehatan masyarakat, migrasi, dan lainnya.

 Tujuan Akuntansi Sektor Publik

Berdasarkan American Accounting Association, tujuan utama akuntansi untuk


sektor publik adalah untuk memberikan informasi dan laporan pengelolaan
keuangan. Selanjutnya, laporan ini akan digunakan untuk pengendalian manajemen
dan sebagai pertanggungjawaban. Berikut ini ulasan lengkapnya.

Management Control
Tujuan akuntansi sektor publik yang pertama adalah sebagai management control.
Sebagai pengendalian manajemen, akuntansi untuk sektor publik akan memberikan
informasi yang dibutuhkan lembaga publik dalam pengelolaan secara tepat dan
efisien. Akuntansi ini juga akan memberikan informasi penggunaan sumber daya
yang sudah dianggarkan dalam lembaga publik.

Accountability
Tujuan akuntansi untuk sektor publik yang selanjutnya berhubungan dengan
accountability. Jadi, akuntansi untuk sektor publik ini akan memberikan informasi
penting yang dibutuhkan oleh manajer lembaga publik. Informasi ini nantinya
digunakan manajer sebagai laporan pertanggungjawaban seluruh bidang di bawah
kewenangannya.

Bukan hanya itu, informasi ini juga digunakan sebagai laporan pertanggungjawaban
kepada publik atas kinerja yang dilakukan lembaga pemerintah. Jadi, publik dapat
melihat transparansi tentang seperti apa penggunaan anggaran publik oleh
lembaga pemerintah.

 Ruang Lingkup Akuntansi Untuk Sektor Publik

Akuntansi untuk sektor publik merupakan salah satu bidang akuntansi yang ruang
lingkup penggunaannya untuk lembaga sektor publik. Lembaga publik yang
dimaksud adalah lembaga tinggi pemerintahan negara beserta departemen di
bawah naungannya. Bukan hanya itu, pemerintah daerah, berbagai yayasan, partai
politik, dan organisasi non profit juga menjadi ruang lingkup akuntansi sektor
publik.

Mudahnya, lembaga sektor publik yang menggunakan bidang akuntansi ini


merupakan lembaga yang menggunakan anggaran publik. Jadi, lembaga sektor
publik ini perlu memberikan pertanggungjawaban kepada masyarakat.
Pertanggungjawaban ini didapatkan dari laporan pengelolaan keuangan yang
disusun dengan akuntansi untuk sektor publik.

Di Indonesia, akuntansi untuk sektor publik ini umumnya mencakup beberapa


bidang. Ada akuntansi untuk pemerintah pusat, pemerintah daerah, partai politik,
dan berbagai yayasan. Bahkan, bidang pendidikan dan kesehatan seperti sekolah,
perguruan tinggi, dan rumah sakit juga menjadi ruang lingkup. Semua lembaga
tersebut membutuhkan akuntansi untuk sektor publik untuk pengelolaan anggaran.

Dari ulasan di atas, sangat jelas bahwa laporan pengelolaan keuangan dari akuntansi
untuk sektor publik sangat penting untuk publik. Laporan dari akuntansi ini dapat
digunakan untuk melihat transparansi anggaran, pertanggungjawaban, dan melihat
bagaimana kinerja lembaga publik.

Begitupun jika Anda sedang membagun sebuah bisnis, akuntansi dan pembukuan adalah
hal yang peting untuk memastikan seluruh urusan keuangan bisnis terpantau secara
transparan dan tidak ada informasi keuangan sedikitpun yang Anda lewatkan.

C. Konsep New Public Management

 Pengertian
New publik management adalah konsep yang menggunakan mekanisme pasar dan
terminologi di sektor publik. Maksudnya dalam melakukan hubungan dengan
pelanggannya (customer) dipahami sama dengan proses hubungan transaksi yang
di lakukan oleh dunia pasar (market place). Dengan mentransformasikan kinerja
pasar seperti ini maka dengan kata lain akan mengganti atau mereform kebiasaan
kinerja sektor publik dari tradisi berlandaskan aturan (rule based) dan proses yang
menggantungkan pada otoritas pejabat menjadi orientasi pasar dan di pacu untuk
berkompetisi sehat.
Di dalam konsep NPM semua pimpinan di dorong untuk menemukan cara-cara
baru dan inovatif untuk memperoleh hasil yang maksimal atau melakukan
privatisasi terhadap fungsi-fungsi pemerintahan. Mereka tidak lagi memimpin
dengan cara-cara melakukan semua jenis pekerjaan dari yang besar hingga kecil
(rowing) menyapu bersih semua pekerjaan melainkan mereka melakukan steering
membatasi terhadap pekerjaan atau fungsi mengendalikan, memiliki, mengarahkan
yang strategis saja. Dengan demikian, kunci NPM sangat menitikberatkan pada
mekanisme pasar dalam mengarahkan program-program publik.

 Prinsip-prinsip NPM

NPM adalah konsep “payung”, yang menaungi serangkaian makna seperti desain
organisasi dan manajemen, penerapan kelembagaan ekonomi atas manajemen
publik, serta pola-pola pilihan kebijakan. Telah muncul sejumlah debat seputar
makna asli dari NPM ini. Namun, di antara sejumlah perdebatan itu muncul
beberapa kesamaan yang dapat disebut sebagai prinsip dari NPM, yang meliputi:

1. Penekanan pada manajemen keahlian manajemen professional dalam


mengendalikan organisasi;

2. Standar-standar yang tegas dan terukur atas performa organisasi, termasuk


klarifikasi tujuan, target, dan indikator-indikator keberhasilannya;

3. Peralihan dari pemanfaatan kendali input menjadi output, dalam prosedur-


prosedur birokrasi, yang kesemuanya diukur lewat indikator-indikator
performa kuantitatif;

4. Peralihan dari system manajemen tersentral menjadi desentralistik dari unit-


unit sektor publik;

5. Pengenalan pada kompetisi yang lebih besar dalam sektor publik, seperti
penghematan dana dan pencapaian standar tinggi lewat kontrak dan
sejenisnya;

6. Penekanan pada praktek-praktek manajemen bergaya perusahaan swasta


seperti kontrak kerja singkat, pembangunan rencana korporasi, dan
pernyataan misi; dan

7. Penekanan pada pemangkasan, efisiensi, dan melakukan lebih banyak dengan


sumber daya yang sedikit.1
Penekanan pertama, yaitu keahlian manajemen professional, mensugestikan top-
manager (presiden, menteri, dirjen) harus mengendalikan organisasi-organisasi
publik secara aktif dengan cara yang lebih bebas dan fleksibel. Top-top manager ini
tidak lagi berlindung atas nama jabatan, tetapi lebih melihat organisasi yang
dipimpinnya sebagai harus bergerak secara leluasa bergantung pada
perkembangan sektor publik itu sendiri. Sebab itu, para top manager harus punya
skill manajerial professional dan diberi keleluasaan dalan memanage organisasinya
sendiri, termasuk merekrut dan member kompensasi pada para bawahannya.

Lalu, penekanan pada aspek orientasi output menghendaki para staf bekerja sesuai
target yang ditetapkan. Ini berbalik dengan OPM yang berorientasi pada proses
yang bercorak rule-governed. Alokasi sumber daya dan reward atas karyawan
diukur lewat performa kerja mereka. Juga, terjadi evaluasi atas program serta
kebijakan dalam NPM ini.

Sebelum berlakunya NPM, output kebijakan memang telah menjadi titik perhatian
dari pemerintah. Namun, perhatian atas output ini tidaklah sebesar perhatian atas
unsure input dan proses. Ini akibat sulitnya pengukuran keberhasilan suatu output
yang juga ditandai lemahnya control demokratis atas output ini. NPM justru
menitikberatkan aspek output dan sebab itu menghendaki pernyataan yang jernih
akan tujuan, target, dan indikator-indikator keberhasilan.

 NPM di Indonesia

Telah disampaikan, NPM terutama diterapkan tidak hanya di Negara-negara


dengan level kemakmuran tinggi seperti Inggris, Swedia, ataupun Selandia Baru,
tetapi juga di Negara-negara dengan tingkat kondisi yang setara Indonesia seperti
India, Thailand ataupun Jamaika. Dalam penerapannya di Indonesia, satu penelitian
yang diangkat oleh Samodra Wibawa dari Fisipol Universitas Gadjah Mada
menemukan sejumlah persoalan tatkala konsep-konsep dalam NPM diterapkan di
sejumlah kabupaten.2

Wibawa menemukan sejumlah hambatan tatkala NPM coba diterapkan di


kabupaten-kabupaten Indonesia. Pertama, dalam hal manajemen kontrak, DPRD
dipandang belum mampu merumuskan produk dan menetapkan standar kualitas
bagi setiap instansi pemerintahan. Kedua, pola komando dalam bioraksi masih
cukup kuat, di mana komunikasi lebih bersifat atas-bawah ketimbang sebaliknya.

D. Sistem Pengendalian Manajemen dalam Organisasi Sektor Publik


Organisasi memerlukan sistem pengendalian manajemen untuk memberikan jaminan
dilaksanakannnya strategi organisasi secara efektif dan efisien sehingga tujuan organisasi
dapat dicapai. Pengendalian manajemen meliputi beberapa aktivitas yaitu :
(1) perencanaan
(2) koordinasi antar berbagai bagian dalam organisasi
(3) Komunikasi informasi
(4) pengambilan keputusan
(5) motivasi orang-orang dalam organisasi agar berperilaku sesuai dengan tujuan organisasi
(6) pengendalian dan
(7) penilaian kinerja

Kegagalan dalam organiasai mencapai tujuan yang telah ditetapkan dapat terjadi karena
adanya kelemahan atau kegagalan pada salah satu atau beberapa tahap dalam proses
pengendalian manajenen. Sistem pengendalian sektor publik berfokus pada bagaimana
melaksanakan strategi organisasi secara efektif dan efisien sehingga tujuan organisasi dapat
dicapai. Sistem pengendalian manajmenen tersebut harus didukung dengan adanya
perangkat lain berupa struktur organisasi yang sesuai dengan tipe pengendalian manajemen
yang digunakan, MSDM dan lingkungan yang mendukung.

 Pengendalian manajemen sektor publik yang ada di Indonesia ini


diterapkan dalam beberapa kelompok, di antaranya:

1. Pengendalian Preventif.
Sesuai dengan namanya, pengendalian ini dilakukan sebelum berjalannya proses
manajemen sehingga meminimalisir kesalahan dan merencanakan strategi untuk
mencapai tujuan organisasi. Strategi tersebut dirumuskan dalam bentuk program-
program kerja yang harus diselesaikan dan mencapai tujuan-tujuan jangka pendek
yang dicanangkan. Perencanaan yang detil akan sangat membantu organisasi
beroperasi dengan minim kesalahan dan hal ini tentu saja berdampak pada
efektivitas serta efisiensi kerja. 

2. Pengendalian Operasional.
Tipe pengendalian ini merupakan waktu saat manajemen melakukan pengawasan
terkait pelaksanaan atau operasional organisasi, yaitu dalam bentuk berjalannya
program-program kerja yang disusun. Alat pengawasan pada tipe pengendalian ini
adalah anggaran yang dibuat di awal tahun kerja untuk setiap program kerja yang
dibuat. Anggaran dana ini akan menjadi alat yang menghubungkan antara
perencanaan dengan pengendalian.

3. Pengendalian Kinerja.
Jika program kerja sudah diselesaikan atau organisasi telah mencapai tahun akhir
kerja, maka manajemen melakukan tipe pengendalian ketiga yaitu pengendalian
kinerja melalui penilaian program kerja dan bagaimana kinerja orang-orang dalam
organisasi tersebut. Evaluasi terhadap kinerja tahun terkait bisa berdasarkan poin-
poin yang sudah dicapai pada setiap program kerja yang sudah direncanakan dari
awal atau dibandingkan dengan kinerja tahun lalu sebagai standar nya. 
 Struktur Pengendalian Manajemen dan Pusat-pusat
Pertanggungjawaban

Sebuah organisasi tidak akan berjalan baik ketika tidak didukung dengan struktur
yang baik. Begitu pun dengan sistem manajemen sektor publik. Pengendalian ini
harus terstruktur ketika organisasi mengharapkan kinerja yang optimal. Jangan
sampai pengendalian tersebut hancur karena semua orang ingin mengurusi hal
yang bukan porsi tanggung jawabnya. 

Struktur pengendalian manajemen ini bisa kita lihat dalam bentuk struktur Pusat
Pertanggungjawaban. Pusat Pertanggungjawaban atau Responsibility
Center merupakan unit dalam organisasi yang mengemban tanggung jawab
terhadap aktivitas bidang tersebut sehingga menciptakan hubungan yang baik dan
optimal di antara sumber daya dengan output yang dihasilkan. Nantinya, hal ini
juga akan dikaitkan dengan target kinerja. 

Setidaknya ada empat Pusat Pertanggungjawaban yang dikenal dan banyak


dibentuk. Empat Pusat Pertanggungjawaban tersebut antara lain: Pusat Biaya
(Expense Center), Pusat Pendapatan (Revenue Center), Pusat Laba (Profit Center),
dan Pusat Investasi (Investment Center). Pusat Pertanggungjawaban ini juga
memiliki serangkaian tujuan lain yang menjelaskan mengapa penting untuk
dibentuk. Tujuan-tujuan tersebut antara lain:

1. Sebagai dasar perencanaan, kontrol, sampai dengan penilaian kerja manajer dan
unit organisasi yang dipimpin.
2. Mempermudah organisasi menjalankan program kerja dan mencapai tujuan,
baik itu tujuan jangka pendek maupun tujuan jangka panjang.
3. Sebagai fasilitator terbentuknya goal congruence.
4. Menjalankan fungsi desentralisasi, yaitu pemberian kewenangan tugas pada
unit-unit yang diketahui memiliki kompetensi sehingga akan mengurangi beban
kerja manajer atas.
5. Memberikan dukungan sehingga terciptalah daya inovasi dan kreativitas para
bawahan.
6. Alat pelaksanaan strategi organisasi secara efisien juga efektif.
7. Alat pengendali anggaran organisasi.

 Proses Pengendalian Manajemen Sektor Publik

Bagaimana Manajemen Sektor Publik melakukan proses pengendalian? Komunikasi


secara formal dan informal menjadi caranya. Jika dilihat dari sisi informasi,
pengendalian ini bisa dengan komunikasi diskusi, rapat, dan hal-hal semacamnya.
Sementara dari sisi formal, pengendalian ini melalui serangkaian tahap, yaitu
perumusan strategi, perencanaan, pembuatan anggaran, menjalankan dan
menyelesaikan program kerja sesuai strategi, dan terakhir adalah evaluasi kinerja. 
1. Perumusan Strategi
Fase ini merupakan waktu saat organisasi melakukan penentuan terhadap visi,misi,
sasaran, tujuan, arah, serta segala kebijakan. Ini adalah bagian dari tanggung jawab
manajemen puncak. Jika di organisasi pemerintahan, proses perumusan strategi
akan dilakukan oleh Dewan Legislatif. Hasil perumusan tersebut adalah GBHN yang
kemudian menjadi acuan para eksekutif untuk bekerja dan mengambil segala
keputusan terkait.

2. Perencanaan Strategi
Tahap selanjutnya adalah perencanaan yang merupkaan proses pemantauan
terhadap berbagai program kerja, aktivitas organisasi, atau proyek-proyek yang
dijalankan. Sepintas sama dengan perumusan strategi, namun tahap perencanaan
strategi ini adalah proses dalam menentukan tindakan implementasi terhadap
strategi yang dibuat pada tahap sebelumnya. Hasilnya bisa berupa rencana
strategik.

3. Penganggaran
Tahap ketiga merupakan tahap yang cukup krusial. Penganggaran merupakan tahap
dimana perencanaan secara keuangan terhadap segala program kerja atau aktivitas
organisasi dibuat. Meskipun kelihatannya sesederhana membuat anggaran
program, namun pengaruh politik yang kental dalam organisasi pemerintahan akan
membuat tahap ini menjadi salah satu tahap yang rawan dilalui secara bersih. (Baca
Juga: Pengertian Akuntansi)

4. Operasional
Pada tahap operasional, tingkat manajemen hanya melakukan pengawasan
berjalannya acara sesuai dengan rencana. Ibarat sebuah acara, operasional adalah
Hari-H program kerja yang dirumuskan, direncanakan, dan dianggarkan
sebelumnya.

5. Evaluasi Kinerja
Tahap terakhir ini adalah tahap yang menilai kinerja operasional. Penilaian tersebut
bisa dengan membandingkan hasil kinerja dengan poin-poin yang semestinya
dicapai atau mungkin dibandingkan dengan kinerja tahun sebelumnya. Hasil
evaluasi ini juga bisa menjadi standar untuk melakukan program kerja di tahun
kerja mendatang.
E. Kinerja

 Pengertian Kinerja

Dalam konteks manajemen, pengertian kinerja adalah suatu prestasi kerja atau hasil
kerja seseorang berdasarkan kuantitas dan kualitas yang dicapainya dalam
melaksanakan fungsinya sesuai dengan tanggung jawab yang diterima.

Umumnya, setiap organisasi sangat memperhatikan upaya pengoptimalan kinerja


sumber daya manusia (SDM). Sehingga dalam hal ini, SDM menjadi faktor penentu
bagi perusahaan dalam mencapai suatu kinerja yang baik.

 Pengertian Kinerja Menurut Para Ahli

Agar lebih memahami apa itu kinerja, maka kita dapat merujuk pada pendapat para
ahli berikut ini:

1. Anwar Prabu Mangkunegara

Menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2006:67), pengertian kinerja adalah hasil


kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya

2. Gary Dessler

Menurut Gary Dessler (2000:41), kinerja adalah prestasi kerja, yaitu perbandingan
antara hasil kerja yang dicapai dengan standar yang ditetapkan.

3. Tb. Sjafri Mangkuprawira dan Musa Hubeis

Menurut Mangkuprawira dan Hubeis (2007:153), pengertian kinerja adalah hasil dari
proses pekerjaan tertentu secara terencana pada waktu dan tempat dari karyawan
serta organisasi bersangkutan.

4. Harold D. Stolovitch dan Erica J. Keeps

Menurut Stolovitch dan Keeps (1992), definisi kinerja adalah seperangkat hasil yang
dicapai dan merujuk pada tindakan pencapaian serta pelaksanaan sesuatu pekerjaan
yang diminta.
5. Paul Hersey and Kenneth Blanchard

Menurut Hersey and Blanchard (1993), pengertian kinerja adalah suatu fungsi dari
motivasi dan kemampuan seseorang dalam menyelesaikan tugas atau pekerjaan.

6. James L. Gibson, John M. Ivancevich, dan James H. Donnelly

Menurut Gibson, Ivancevich, dan Donnelly (1994), definisi kinerja adalah tingkat
keberhasilan seseorang dalam melaksanakan tugas seta kemampuan mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.

 Indikator Kinerja Secara Umum

Kinerja seseorang dalam organisasi dapat dinilai dengan beberapa indikator.


Menurut Stephen P. Robbins, berikut ini adalah beberapa indikator untuk mengukur
kinerja seseorang:

1. Kualitas, yaitu kualitas kerja yang diukur dari persepsi seorang pegawai

terhadap kualitas pekerjaan yang dihasilkan, serta kesempurnaan tugas terhadap


keterampilan dan kemampuan pegawai.
2. Kuantitas, yaitu jumlah yang dihasilkan oleh seorang pegawai yang dinyatakan
dalam istilah tertentu, seperti; jumlah unit, jumlah siklus aktivitas yang
diselesaikan.
3. Ketepatan Waktu, yaitu tingkat aktivitas yang diselesaikan, dilihat dari

sudut koordinasi dengan hasil output, serta memaksimalkan waktu yang tersedia


untuk aktivitas lainnya.
4. Efektivitas, yaitu tingkat penggunaan sumber daya yang ada (uang, tenaga,

bahan baku, teknologi) secara optimal untuk meningkatkan hasil dari setiap unit
dalam penggunaan sumber daya tersebut.
5. Kemandirian, yaitu tingkat kemampuan dan komitmen seorang pegawai dalam
menjalankan fungsi kerjanya secara bertanggungjawab.
 Faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Kinerja seseorang dalam suatu organisasi akan dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Secara umum, berikut ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja:

1. Faktor Personal/ Invidual, yaitu faktor dari dalam diri seseorang yang
mempengaruhi kinerjanya, meliputi: pengetahuan, keterampilan (skill),
kemampuan, percaya diri, motivasi, dan komitmen.
2. Faktor Kepemimpinan, yaitu faktor dukungan yang diberikan oleh atasan kepada
seseorang, meliputi: dorongan, motivasi, dan arahan.
3. Faktor Tim, yaitu faktor dukungan yang diberikan oleh rekan kerja kepada
seseorang, meliputi: kepercayaan terhadap sesama anggota tim, kekompakan
anggota tim.
4. Faktor Sistem, yaitu faktor yang berasal dari organisasi tempat seseorang
bekerja, meliputi: budaya kerja, sistem kerja, fasilitas kerja, dan lain-lain.
5. Faktor Kontekstual (Situasional), yaitu faktor yang berasal dari lingkungan
internal dan eksternal seseorang, meliputi: lingkungan keluarga, lingkungan
kerja, tekanan kerja, dan lain-lain.

 Karakteristik Kinerja yang Baik

Menurut David C. McCleland (Mangkunegara 2001:68), ada hubungan yang positif


antara motif berprestasi dengan pencapaian kerja. Motif berprestasi dalam diri
seseorang akan membuatnya melakukan suatu tugas dengan sebagai mungkin agar
dapat mencapai kinerja yang terpuji.

Menurut David C. McCleland, berikut ini adalah 6 karakteristik seseorang yang


memiliki kinerja tinggi:

1. Mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap tugas dan pekerjaannya.
2. Berani mengambil dan menanggung risiko dalam pekerjaan.
3. Memiliki tujuan yang wajar dan masuk akal (realistis) dalam bekerja.
4. Mempunyai rencana kerja yang komprehensif dan berupaya untuk mewujudkan
suatu tujuan yang ingin dicapai.
5. Memanfaatkan feedback (umpan balik) yang kongkrit dalam seluruh kegiatan
kerja yang dilakukannya.
6. Mencari kesempatan untuk mewujudkan rencana yang telah dibuat.

KESIMPULAN

Dalam Administrasi public dimana New Public Management yang salah satu aplikasinya
adalah reinventing governance adalah merupakan pikiran membarukan administrasi
public dengan memadukan prinsip- prinsip bisnis dalam birokrasi
pemerintah.Administrasi public juga sangat berkeinginan mewujudkan tata
pemerintahan yang baik (good governance) melalui tatanan pemerintahan yang
demokratis dan diselenggarakan secara baik, bersih, transparan dan berwibawa. Tata
pemerintahan yang baik dan demokratis menekankan pada lokus dan focus kekuasaan
itu tidak hanya berada di pemerintahan saja melainkan ada di tangan rakyat.
Penyelenggaraan tata pemerintahan yang baik terletak seberapa jauh konstelasi antara
tiga komponen rakyat, pemerintah dan pengusaha berjalan secara kohesif, selaras dan
sebanding. Berubahnya system keseimbangan antara tiga komponen tersebut bisa
melahirnya berbagai penyimpangan baik dari sisi internal maupun ekternal yang
berakibat pada melemahnya peran administrasi public dalam mewujudkan good
governance.

Anda mungkin juga menyukai