Anda di halaman 1dari 22

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES BINA GENERASI POLEWALI MANDAR


TAHUN AKADEMIK 2017/2018

LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI

A. KONSEP DASAR MEDIS

1. Definisi

Hipertensi menurut Caraspot merupakan peningkatan tekanan sistolik

lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolik sama atau

lebih besar 95 mmHg (Kodim Nasrin, 2003 ).

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana

tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada

populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg

dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer, 2001)

Hipertensi adalah tekanan darah sistolik >140 mmHg dan tekanan darah

diastolik >90 mmHg, atau bila pasien memakai obat antihipertensi.

Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee on Detection

(JIVC) sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan

diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan

darah (TD) normal tinggi sampai hipertensi maligna.

Hipertensi dikategorikan ringan jika tekanan diastoliknya berkisar 95 –

104 MmHg, hipertensi sedang kalau tekanan diastoliknya diantara kisaran 105

& 114 MmHg, & hipertensi berat bila tekanan diastoliknya berkisar 115

MmHg atau lebih dari itu. Pembagian atau perkategian ini berdasarkan dari

peningkatan tekanan diastolik karena dianggap lebih serius dari peningkatan

sistolik. (Gunawan, 2003)

Supratman
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
STIKES BINA GENERASI POLEWALI MANDAR
TAHUN AKADEMIK 2017/2018

Hipertensi ialah tekanan darah tinggi atau istilah kedokteran menjelaskan

hipertensi merupakan sebuah kondisi di mana berlangsung gangguan pada

mekanisme pengaturan tekanan darah. (Mansjoer,2008)

2. Klasifikasi

Klasifikasi hipertensi menurut WHO :

a. Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan 140

mmHg dan diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg.

b. Tekanan darah perbatasan (broder line) yaitu bila sistolik 141-149 mmHg

dan diastolik 91-94 mmHg.

c. Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau sama

dengan 160 mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan 95mmHg.

Klasifikasi menurut The Joint National Committee on the Detection and

Treatment of Hipertension

1) Diastolik

 < 85 mmHg                 : Tekanan darah normal

 85 – 99                        : Tekanan darah normal tinggi

 90 -104                        : Hipertensi ringan

 105 – 114                    : Hipertensi sedang

 >115                            : Hipertensi berat

2) Sistolik (dengan tekanan diastolik 90 mmHg)

 < 140 mmHg               : Tekanan darah normal

 140 – 159                    : Hipertensi sistolik perbatasan terisolasi

Supratman
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
STIKES BINA GENERASI POLEWALI MANDAR
TAHUN AKADEMIK 2017/2018

 > 160                           : Hipertensi sistolik teriisolasi

Krisis hipertensi adalah Suatu keadaan peningkatan tekanan darah

yang mendadak (sistole ≥180 mmHg dan/atau diastole ≥120 mmHg), pada

penderita hipertensi, yg membutuhkan penanggulangan segera yang

ditandai oleh tekanan darah yang sangat tinggi dengan kemungkinan

timbulnya atau telah terjadi kelainan organ target (otak, mata (retina),

ginjal, jantung, dan pembuluh darah).

Tingginya tekanan darah bervariasi, yang terpenting adalah cepat

naiknya tekanan darah. Dibagi menjadi dua:

1) Hipertensi Emergensi

Situasi dimana diperlukan penurunan tekanan darah yang segera

dengan obat antihipertensi parenteral karena adanya kerusakan organ

target akut atau progresif target akut atau progresif. Kenaikan TD

mendadak yg disertai kerusakan organ target yang progresif dan di

perlukan tindakan penurunan TD yg segera dalam kurun waktu

menit/jam.

2) Hipertensi urgensi

Situasi dimana terdapat peningkatan tekanan darah yang

bermakna tanpa adanya gejala yang berat atau kerusakan organ target

progresif bermakna tanpa adanya gejala yang berat atau kerusakan

organ target progresif dan tekanan darah perlu diturunkan dalam

beberapa jam. Penurunan TD harus dilaksanakan dalam kurun waktu

Supratman
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
STIKES BINA GENERASI POLEWALI MANDAR
TAHUN AKADEMIK 2017/2018

24-48 jam (penurunan tekanan darah dapat dilaksanakan lebih lambat

(dalam hitungan jam sampai hari).

3. Etiologi

Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik

(idiopatik). Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac output atau

peningkatan tekanan perifer.  Namun ada beberapa faktor yang mempengaruhi

terjadinya hipertensi:

a. Genetik : Respon neurologi terhadap stress atau kelainan eksresi atau

transport  Na.

b. Obesitas : terkait dengan level insulin yang tinggi yang mengakibatkan

tekanan darah meningkat.

c. Stress Lingkungan.

d. Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta

pelebaran pembuluh darah.

Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:

a. Hipertensi Esensial (Primer)

Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang mempengaruhi

seperti genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik,

system rennin angiotensin, efek dari eksresi Na, obesitas, merokok dan

stress.

b. Hipertensi Sekunder

Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vaskuler renal.

Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll.

Supratman
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
STIKES BINA GENERASI POLEWALI MANDAR
TAHUN AKADEMIK 2017/2018

Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya

perubahan – perubahan pada:

1) Elastisitas dinding aorta menurun.

2) Katub jantung menebal dan menjadi kaku.

3) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun

sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah

menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.

4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah.

4. Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah

terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini

bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan

keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.

Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak

ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini,

neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut

saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya

noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor

seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah

terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv

terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal

tersebut bisa terjadi.

Supratman
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
STIKES BINA GENERASI POLEWALI MANDAR
TAHUN AKADEMIK 2017/2018

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang

pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga

terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla

adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks

adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat

respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan

penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang

pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,

suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi

aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan

air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler.

Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.

Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural

dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada

perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut

meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan

dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan

kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta

dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume

darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan

penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer. (Smeltzer, 2001)

Supratman
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
STIKES BINA GENERASI POLEWALI MANDAR
TAHUN AKADEMIK 2017/2018

Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi

palsu” disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh

cuff sphygmomanometer. (Darmojo, 2009)

Menurunnya tonus vaskuler merangsang saraf simpatis yang diteruskan

ke sel jugularis. Dari sel jugularis ini bisa meningkatkan tekanan darah. Dan

apabila diteruskan pada ginjal, maka akan mempengaruhi eksresi pada rennin

yang berkaitan dengan Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada

angiotensinogen II berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada pembuluh

darah, sehingga terjadi kenaikan tekanan darah.Selain itu juga dapat

meningkatkan hormone aldosteron yang menyebabkan retensi natrium. Hal

tersebut akan berakibat pada peningkatan tekanan darah. Dengan peningkatan

tekanan darah maka akan menimbulkan kerusakan pada organ-organ seperti

jantung. (Suyono, Slamet. 2006)

5. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :

1. Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan

peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter

yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah

terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.

b. Gejala yang lazim

Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi

meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan

Supratman
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
STIKES BINA GENERASI POLEWALI MANDAR
TAHUN AKADEMIK 2017/2018

gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari

pertolongan medis.

Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien yang

menderita hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas,

kelelahan, Sesak nafas, Gelisah, Mual Muntah, Epistaksis, Kesadaran

menurun.

Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah :

 Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg.

 Sakit kepala

 Pusing / migraine

 Rasa berat ditengkuk

 Penyempitan pembuluh darah

 Sukar tidur

 Lemah dan lelah

 Nokturia

 Azotemia

 Sulit bernafas saat beraktivitas

6. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang dilakukan dua cara yaitu :

a. Pemeriksaan yang segera seperti :

Supratman
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
STIKES BINA GENERASI POLEWALI MANDAR
TAHUN AKADEMIK 2017/2018

 Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan dari

sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan

factor resiko seperti: hipokoagulabilitas, anemia.

 Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi /

fungsi ginjal.

 Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi)

dapat diakibatkan oleh pengeluaran Kadar ketokolamin (meningkatkan

hipertensi).

 Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron

utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.

 Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat

menyebabkan hipertensi.

 Kolesterol dan trigliserid serum : Peningkatan kadar dapat

mengindikasikan pencetus untuk/ adanya pembentukan plak

ateromatosa (efek kardiovaskuler).

 Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan

vasokonstriksi dan hipertensi.

 Kadar aldosteron urin/serum : untuk mengkaji aldosteronisme primer

(penyebab).

 Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan

ada DM.

 Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko

hipertensi.
Supratman
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
STIKES BINA GENERASI POLEWALI MANDAR
TAHUN AKADEMIK 2017/2018

 Steroid urin : Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme.

 EKG: 12 Lead, melihat tanda iskemi, untuk melihat adanya hipertrofi

ventrikel kiri ataupun gangguan koroner dengan menunjukan pola

regangan, dimana luas, peninggian gelombang P adalah salah satu

tanda dini penyakit jantung hipertensi.

 Foto dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah

pengobatan terlaksana) untuk menunjukan destruksi kalsifikasi pada

area katup, pembesaran jantung.

b. Pemeriksaan lanjutan ( tergantung dari keadaan klinis dan hasil

pemeriksaan yang pertama ) :

 IVP : Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit

parenkim ginjal, batu ginjal / ureter.

 CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.

 IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: Batu ginjal,

perbaikan ginjal.

 Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi: Spinal tab,

CAT scan.

 (USG) untuk melihat struktur gunjal dilaksanakan sesuai kondisi klinis

pasien.

7. Komplikasi

Efek pada organ :

a. Otak

 Pemekaran pembuluh darah


Supratman
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
STIKES BINA GENERASI POLEWALI MANDAR
TAHUN AKADEMIK 2017/2018

 Perdarahan

 Kematian sel otak : stroke

b. Ginjal

 Malam banyak kencing

 Kerusakan sel ginjal

 Gagal ginjal

c. Jantung

 Membesar

 Sesak nafas (dyspnoe)

 Cepat lelah

 Gagal jantung

8. Penatalaksanaan

Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan

mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan

pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.

Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :

a. Terapi tanpa Obat

Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi

ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat.

Terapi tanpa obat ini meliputi :

1) Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :

 Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr.

Supratman
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
STIKES BINA GENERASI POLEWALI MANDAR
TAHUN AKADEMIK 2017/2018

 Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh.

2) Penurunan berat badan

3) Penurunan asupan etanol

4) Menghentikan merokok

5) Latihan Fisik

Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang

dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang

mempunyai empat prinsip yaitu: Macam olah raga yaitu isotonis dan

dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain.

Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik

atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan.

Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona

latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x

perminggu.

6) Edukasi Psikologis

Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :

 Tehnik Biofeedback

Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk

menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh

yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.

Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi

gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk

gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.


Supratman
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
STIKES BINA GENERASI POLEWALI MANDAR
TAHUN AKADEMIK 2017/2018

 Tehnik relaksasi

Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan

untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara

melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam

tubuh menjadi rileks Pendidikan Kesehatan (Penyuluhan).

Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan

pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan

pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya

dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

b. Terapi dengan Obat

Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah

saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi

agar penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya

perlu dilakukan seumur hidup penderita.

Pengobatannya meliputi :

1) Step 1

Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE

inhibitor.

2) Step 2

Alternatif yang bisa diberikan :

 Dosis obat pertama dinaikkan

 Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama

Supratman
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
STIKES BINA GENERASI POLEWALI MANDAR
TAHUN AKADEMIK 2017/2018

 Ditambah obat ke 2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker,

Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator

3) Step 3 : Alternatif yang bisa ditempuh

 Obat ke-2 diganti

 Ditambah obat ke-3 jenis lain

4) Step 4 : Alternatif pemberian obatnya

 Ditambah obat ke-3 dan ke-4

 Re-evaluasi dan konsultasi.

 Follow Up untuk mempertahankan terapi.

Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi

dan komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan (perawat,

dokter) dengan cara pemberian pendidikan kesehatan.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Identitas klien

Meliputi Nama, Umur, Jenis Kelamin, Status Perkawinan, Pendidikan,

Pekerjaan, Agama, No. Medrek, Tgl Masuk, Tgl Pengkajian, Diagnosa

Medis, Alamat.

b. Identitas Penanggung Jawab

Meliputi Nama, Umur, Jenis Kelamin, Hubungan Dengan Klien, Alamat.

c. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan utama

2) Riwayat penyakit sekarang


Supratman
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
STIKES BINA GENERASI POLEWALI MANDAR
TAHUN AKADEMIK 2017/2018

3) Riwayat penyakit dahulu

4) Riwayat penyakit keluarga

Mencari diantara anggota keluarga yang menderita penyakit tersebut

d. Riwayat psikososial

Pada penderita yang status ekonominya menengah ke bawah dan makan

tidak teratur

e. Riwayat Activity Daily Living (ADL)

Membandingkan kebiasaan sehari-hari sebelum sakit dan sesudah sakit.

f. Data Psikologis

Penjelasan keadaan psikologis pasien dari mulai keadaan umum,

kecemasan, tanda-tanda kecemasan (Verbal dan Non Verbal), konsep diri

pasien.

g. Pemeriksaan fisik

2. Diagnose Keperawatan

a. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan vaskuler cerebral.

b. Resiko injuri berhubungan dengan gangguan penglihatan.

c. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai oksigen

otak.

d. Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan Peningkatan

afterload, vasokontriksi pembuluh darah.

e. Ansietas berhubungan dengan perubahan kondisi kesehatan.

3. Intervensi Keperawatan

a. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan vaskuler cerebral.

Supratman
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
STIKES BINA GENERASI POLEWALI MANDAR
TAHUN AKADEMIK 2017/2018

Tujuan : nyeri pada pasien dapat berkurang.

Kriteria hasil :

 Pasien mengatakan tidak sakit kepala lagi

 Sakit kepala terkontrol

Intervensi :

1) Berikan kompres dingin pada dahi.

R : tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler serebral dan

memperlambat resspon simpatis efektif dalam menghilangkan sakit

kepala dan komplikasinya.

2) Anjurkan pasien untuk tirah baring selama fase akut.

R : meminimalkan stimulasi / meningkatkan relaksasi.

3) Jelaskan penyebab nyeri dan lama nyeri bila di ketahui.

R : meningkatkan pengetahuan.

4) Kolaborasi pemberian analgetik.

R : analgetik menurunkan atau mengontrol nyeri dan menurunkan

rangsang system saraf simpatis.

b. Resiko injuri berhubungan dengan gangguan penglihatan.

Tujuan : resiko injuri dapat berkurang.

Kriteria hasil :

 pasien mampu mengidentifikasi faktor – faktor yang meningkatkan

kemungkinan cidera.

 menunjukan prilaku, pola hidup untuk menurunkan faktor resiko dan

melindungi diri dari cidera.


Supratman
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
STIKES BINA GENERASI POLEWALI MANDAR
TAHUN AKADEMIK 2017/2018

 pasien akan mengubah lingkungan sesuai indikassi meningkatkan

kenyamanan.

Intervensi :

1) Orientasikan pasien terhadap lingkungan, staf, dan orang lain

R : memberikan peningkatan kenyamanan dan mengurangi resiko

injuri.

2) Pertahankan tirah baring ketat dalam posisi terlentang yang ditentukan.

R : untuk memungkinkan viterus human bekerja sebagai kekuatan me

motifasi untuk mengontrol perdarahan.

3) Anjurkan pasien untuk mengistirahatkan mata agar tidak lelah

R : mengurangi resiko perlukaan / pembuluh darah retina yang akan

menyebabkan menurunnya penglihatan.

4) Modifikasi lingkungan sekitar pasien.

R : meningkatkan rasa nyaman.

c. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan suplai oksigen

otak.

Tujuan : mencapai atau mempertahankan tingkat umum sadar penuh,bebas

dari gejala atau komplikasi neurologis merugikan.

Kriteria hasil :

 Pasien dapat mendemonstrasikan tanda-tanda vital stabil

Intervensi

1) Pantau TD, catat adanya hipertensi sistolik secara terus menerus dan

tekanan nadi yang semakin berat.


Supratman
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
STIKES BINA GENERASI POLEWALI MANDAR
TAHUN AKADEMIK 2017/2018

R : Normalnya autoregulasi mempertahankan aliran darah otak yang

konstan pada saat ada fluktuasi TD sistemik.

2) Pantau frekuensi jantung, catat adanya Bradikardi, Tacikardia atau

bentuk disritmia lainnya.

R : Perubahan pada ritme (paling sering Bradikardi) dan Disritmia

dapat timbul yang mencerminkan adanya depresi/trauma pada batang

otak pada pasien yang tidak memiliki kelainan jantung sebelumnya.

3) Pantau pernapasan meliputi pola dan iramanya.

R : Napas yang tidak teratur dapat menunjukkan lokasi adanya

gangguan serebral dan memerlukan intervensi yang lebih lanjut.

4) Berikan obat anti hipertensif misal diazoksida (hiperstat) dan

hidralazin (apresolin).

R : Efektif dalam menurunkan tekanan darah untuk mencegah krisis

hipertensif yang dapat dihubungkan dengan intoksifikasi PCP.

d. Risiko penurunan curah jantung berhubungan dengan Peningkatan

afterload, vasokontriksi pembuluh darah.

Tujuan : mampu berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan

darah/ beban kerja jantung.

Kriteria hasil :

 Mempertahankan tekanan darah dalam rentang individu yang dapat

diterima.

 Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung yang stabil dalam

rentang normal pasien.


Supratman
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
STIKES BINA GENERASI POLEWALI MANDAR
TAHUN AKADEMIK 2017/2018

Intervensi :

1) Pantau TD. Ukur pada kedua tangan/ paha untuk evaluasi awal.

Gunakan ukuran manset yang tepat dan teknik yang akurat.

R : Perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang lebih

lengkap tentang keterlibatan/ bidang masalah vaskular.

2) Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer.

R : Denyutan karotis ,jugularis,radialis dan femoralis mungkin

terpalpasi.

3) Auskultasi tonus jantung dan bunyi nafas.

R : S4 umum terdengar pada pasien hipertensi berat karena adanya

hipertrofi atrium.

4) Amati warnakulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler.

R : Adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa pengisian kapiler

lambat mungkin berkaitan dengan vasokontriksi atau mencerminkan

dekompensasi/penurunan curah jantung

e. Ansietas berhubungan dengan perubahan kondisi kesehatan.

Tujuan : Diharapkan pasien tampak rileks.

Kriteria hasil :

 Melaporkan cemas berkurang sampai hilang.

 Mampu mengidentifikasi cara hidup yang sehat untuk membagikan

perasaannya.

Intervensi :

1) Observasi tingkah laku yang menunjukkan tingkat ansietas.


Supratman
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
STIKES BINA GENERASI POLEWALI MANDAR
TAHUN AKADEMIK 2017/2018

R : Ansietas ringan dapat ditunjukkan dengan peka rangsang dan

insomnia.

2)  Tinggal bersama pasien, mempertahankan sikap yang tenang.

Mengakui atau menjawab kekhawatirannya dan mengizinkan perilaku

pasien yang umum.

R : Menegaskan pada pasien atau orang terdekat bahwa walaupun

perasaan pasien diluar kontrol lingkungannya tetap aman.

3) Jelaskan prosedur, lingkungan sekeliling atau suara yang mungkin

didengar oleh pasien.

R : Memberikan informasi yang akurat yang dapat menurunkan

kesalahan interpretasi yang dapat berperan pada reaksi ansietas.

4) Bicara singkat dengan kata sederhana.

R : Rentang perhatian mungkin menjadi pendek, konsentrasi berkurang

yang membatasi kemampuan untuk menerima informasi.

Supratman
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
STIKES BINA GENERASI POLEWALI MANDAR
TAHUN AKADEMIK 2017/2018

Pathway

Umur Jenis kelamin Gaya hidup Obesitas

Elastisitas menurun,
arteriosklerosis

Perubahan status
kesehatan Hipertensi

Kerusakan vaskuler pembuluh darah


Ansietas

Perubahan struktur

Penyumbatan pembuluh darah

Vasokontriksi

Otak Pembuluh darah


Retina

Resistensi Sistemik
pembuluh darah Spasme arteriole
otak meningkat
Vasokontriksi
Diplopia
Nyeri
After load Fatique
Suplai o2 otak meningkat Resiko injuri
menurun

Penurunan
Sinkop curah jantung Supratman

Gangguan perfusi
jaringan
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
STIKES BINA GENERASI POLEWALI MANDAR
TAHUN AKADEMIK 2017/2018

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2,

Jakarta,EGC

Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta,

Penerbit Buku Kedokteran, EGC

Goonasekera CDA, Dillon MJ, 2003. The child with hypertension. In: Webb NJA,

Postlethwaite RJ, editors. Clinical Paediatric Nephrology. 3 rd edition.

Oxford: Oxford University Press

Imam, S Dkk.2005. Asuhan Keperawatan Keluarga.Buntara Media : Malang

Soeparman dkk,2007  Ilmu Penyakit Dalam , Ed 2, Penerbit FKUI, Jakarta

Smeljer,s.c Bare, B.G, 2002. Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah.

Ensiklopedia Artikel Indonesia, Surabaya

Smith T. 2005. Tekanan Darah Tinggi. Cetakan V. Arcan.Jakarta

Sobel, B. J. M. D. and George L. Bakris, M . D . FACP. 1999 . Pedoman klinis

diagnosa dan Terapi Hipertensi. Penerbit Hipokrates

Supratman

Anda mungkin juga menyukai