Anda di halaman 1dari 10

Kondisi Alam di Provinsi

Kalimantan Timur dalam


Wacana Pembentukan
Ibukota Baru
Amira Rahmadita Khansa
Benita Beryl Budiyani
Fadhil Athallah Sakti
MPKTB - HG 3 Laurensius Susilo Yunior
Zahwa Namora
Yessica Stephanie
Material bumi dan lempeng tektonik terhadap wacana
pemindahan ibu kota
Secara geologi dan tektonik, di wilayah Provinsi Kaltim terdapat tiga struktur sesar sumber gempa,
yaitu Sesar Maratua, Sesar Mangkalihat, dan Sesar Paternostes. Sesar tersebut masih menunjukkan
tanda-tanda keaktifan.

Sesar Maratua dan Sesar Mangkalihat berada di wilayah Kabupaten Berau dan Kabupaten Kutai
Timur dan masih sangat aktif. BMKG mencatat aktivitas kegempaanya cukup tinggi dan membentuk
klaster sebaran pusat gempa yang berarah barat-timur.

Berdasarkan hasil kajian Pusat Studi Gempa Nasional pada 2017, Sesar Mangkalihat memiliki potensi
magnitudo mencapai M=7,0. Intensitas atau guncangan gempanya berskala VI-VII MMI. Adapun
Sesar paternotes tetap berpotensi terjadi gempa besar
Dampak Pembangunan Ibu Kota Baru Terhadap Ekosistem

Hutan merupakan ekosistem kompleks yang berpengaruh pada hampir setiap spesies di
bumi. Pada saat hutan tergradasi, maka akan menyebabkan berbagai macam bencana,
baik lokal maupun seluruh dunia.

Gubernur Kalimantan Timur mengatakan ibu kota baru akan dibangun di kawasan Taman
Hutan Raya Bukit Soeharto, yang terdiri dari hutan produksi, hutan lindung, dan hutan
penelitian Universitas Mulawarman. Selain itu, di sana juga terdapat Bukit Bangkirai, yang
merupakan pusat konservasi orang utan.
Dampak Pembangunan Ibu Kota Baru Terhadap Ekosistem
Rencana pembangunan ibu kota baru ini dikhawatirkan akan menambah kerusakan
hutan akibat meningkatnya kebutuhan lahan baru. Kerusakan hutan ini dapat
menyebabkan banyaknya banjir di wilayah tersebut.

Selain banjir, Deforestasi juga berdampak pada hilangnya habitat berbagai jenis spesies
yang tinggal di dalam hutan. Menurut National Geographic, sekitar 70% tanaman dan
hewan hidup di hutan. Deforestasi hilangnya habitat berbagai spesies, hal tersebut akan
menyebabkan terjadinya kepunahan spesies. Hal ini bisa berdampak di berbagai bidang,
seperti di bidang pendidikan dimana akan musnahnya berbagai spesies yang dapat
menjadi object suatu penelitian.
Biogeografi Global
Kalimantan Timur memiliki hutan yang sangat luas, pada 2016 tercatat, kawasan hutan
suaka alam 438.390 hektar, kawasan hutan lindung seluas 1.844.969 hektar, kawasan
hutan produksi terbatas seluas 2.908.256 hektar, kawasan hutan produksi tetap seluas
3.027.099 hektar, kawasan hutan yang di konservasi seluas 120.437 hektar, dan areal
penggunaan lain seluas 4.299.785 hektar.

Namun, di sisi lain, tercatat dari tahun 2015 hingga tahun 2018, tercatat kerusakan lebih
dari 3.487 titik panas, dan adanya bekas kebakaran hutan mencapai lebih dari 35.000
hektar.
Teori Daya Dukung Bumi
Daya dukung lingkungan hidup atau bumi merupakan kemampuan lingkungan hidup
(bumi) untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lain. Penentuan
daya dukung lingkungan hidup dilakuikan dengan cara mengetahui kapasitas
lingkungan alam dan sumber daya untuk mendukung kegiatan manusia/penduduk
yang menggunakan ruang bagi kelangsungan hidup.
Selain gempa, persoalan pengelolaan sumber daya air di ibu kota baru yang sebagian
tanahnya adalah gambut, menjadi sangat penting. Tidak hanya untuk konsumsi
masyarakat yang tinggal di sana, tetapi juga untuk kelestarian sumber daya air. “Harus
jelas banyaknya daya dukung dan daya tampung air, dari mana sumbernya, bagaimana
kualitasnya, serta sistem penyalurannya”, ungkap salah satu anggota Dewan Sumberdaya
Air Nasional, yang juga peneliti LIPI (9/9/2019)
Cuaca, Iklim, dan Sistem Perairan
Cuaca adalah keadaan udara pada satu tempat tertentu dengan jangka waktu terbatas.
Sedangkan, Iklim merupakan keadaan hawa (suhu, kelembapan, awan, hujan, dan sinar
matahari) pada suatu daerah dalam jangka waktu yang agak lama (30 tahun).

Data dari Badan Meteorologi dan Klimatologi Balikpapan menunjukkan bahwa dalam
kurun waktu 30 tahun terakhir terjadi peningkatan suhu rata-rata 0,043 C / tahun di
Samarinda dan 0,02 C / tahun di Balikpapan. Hal ini dapat memicu terjadinya perubahan
iklim di Provinsi Kalimantan Timur.
Perubahan iklim dapat mengakibatkan jumlah curah hujan pada musim kemarau akan
berkurang, sedangkan pada musim hujan akan terjadi peningkatan, Selain itu,
pengurangan jumlah curah hujan di musim kemarau akan terjadi lebih sering
dibandingkan dengan peningkatan curah hujan di musim hujan. Kondisi ini akan
meningkatkan potensi bahaya kekeringan, kebakaran lahan, dan ketersediaan air bersih
selama musim kemarau di masa mendatang. Peningkatan curah hujan juga akan
berdampak pada potensi banjir yang meluas ke beberapa wilayah.

Oleh karena itu, diperlukan, sistem pengelolaan dan penampungan air yang baik untuk
diperhatikan sebagai persiapan pembangunan ibukota baru. Selain untuk konsumsi
masyarakat, pengelolaan tersebut juga dilakukan unTuk kelestarian sumber daya air yang
ada di Kalimantan Timur.
Sumber
https://id.wikibooks.org/wiki/Daya_Dukung_Lingkungan_Hidup

https://nasional.tempo.co/read/1239617/ibu-kota-baru-ini-3-sesar-pembangkit-gempa-di-kalimantan-timur

http://dishut.kaltimprov.go.id/hal-profil-hutan-kaltim.html

https://blog.lindungihutan.com/9-dampak-akibat-kerusakan-hutan-bagi-lingkungan-hidup/

https://kalimantan.bisnis.com/read/20191123/407/1173692/perubahan-iklim-di-kaltim-bukan-isapan-jempol-
belaka

Anda mungkin juga menyukai