DISUSUN OLEH :
Nor Zakia Rahma
1910416320028
Kelas B
DOSEN PENGAMPU:
Dr. Nasruddin, M.Sc
Dr. Norma Yuni Kartika, M.pd.,M.Sc
Selamat Riadi, M.Pd
Muhammad Efendi, M.Pd
Daerah Aliran Sungai (DAS) istilah ini banyak digunakan oleh bebrapa ahli
dengan makna atau pengertian yang berbeda-beda, ada yang menyamakan dengan
cathment area, watershed, atau drainage basin. Menurut Soemarwoto (1985),
mengemukakan batasan DAS adalah suatu daerah yang dibartasi oleh igir-igir gunung
yang semua aliran permukaannya mengalir ke suatu sungai utama.
Martopo (1994), Dapat dipahami bahwa Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah
suatu wilayah yang ditentukan oleh topografi separator air, yang dibuang melalui
sungai atau sistem yang saling berhubungan, sehingga semua sungai yang masuk ke
dalamnya akan mengaalir keluar dari satu wilayah tersebut dari satu kali pelepasan
saluran. Notohadiprawiro (1985) Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan seluruh
wilayah kumpulan dalam satu sistem, sehingga dapat disamakan dengan catchment
area.
Menurut definisi diatas, Daerah Aliran Sungai (DAS) dapat diartikan sebagai
satuan ruang yang saling berinteraksi dan saling mempengaruhi oleh unsir non hayati
(tanah, air, udara), mahkluk hidup (tumbuhan, hewan, dan makhluk hidup lainnya).
dan aktivitas manusia. sehingga membentuk satu kesatuan. Artinya jika terjalin
keterkaitan maka pengelolaan hutan,tanah,air,masyarakat dan organisasi lain harus
memperhatikan komponen ekosistem tersebut. Menurut definisi Permen PUPR
Nomor 4 / PRT / M / 2015 DAS adalah daratan, bagian dari sungai dan anak-anak
sungainya, dan fungsinya untuk menampung, menyimpan, dan mengalirkan air hujan
ke danau atau perairan alami. batasnya adalah dari samudra ke samudra. Pemisah
medan untuk perairan yang dipengaruhi oleh aktivitas darat.
Kontribusi dari curah hujan yang tinggi musim hujan dan tinnginya perubahan
tatguna lahan (land use changed) sebagai faktor pendukungnya disinyalir sebagai
Salah satu utama penyebabnya banjir di sebagian besar sungai-sungai di lndonesia,
salah satunya dalah pada anak Sungai Barito di bagian hulu, terutama pada Sub DAS
Tabalong, balangan, tapin dan Sub DAS Martapuran, dimanaa pada wilayah-wilayah
tersebut terjadi pembukaan lahan yang cukup besar sebagai wilayah pertambangan
dan penebangan hutan secara ilegal.