Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH EKOLOGI TUMBUHAN

“PENGARUH CAHAYA TERHADAP PERKEMBANGAN


TUMBUHAN”

Disusun Oleh :

Muhamad Fadli Sukron


NIM : 2020010108008

Dosen Mata Kuliah :

Dr. Jumarddin La Fua S.Si, M.Si


NIP. 198107102005011004

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KENDARI


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
PROGRAM STUDY TADRIS BIOLOGI
2021

i
KATA PENGANTAR

‫الر ِح ْي ِم‬
َّ ‫الرحْ َم ِن‬
َّ ‫ّللا‬
ِ ‫س ِم ه‬
ْ ِ‫ب‬
Assalamu ’alaikum Wr.Wb

Puji syukur senantiasa selalu kita panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan
Rahmat, Taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan
makalah yang berjudul "Pengaruh Cahaya Terhadap Tumbuhan". Shalawat serta salam
tak lupa kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukan jalan
kebaikan dan kebenaran di dunia dan akhirat kepada umat manusia.

Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekologi dan juga
memperdalam wawasan terkait pembelajaran tentang ilmu-ilmu biologi terutama
berkaitan dengan tumbuhan. Selain itu makalah ini juga tujukan untuk khalayak umum
sebagai bahan penambah ilmu pengetahuan serta informasi yang semoga bermanfaat.

Makalah ini ditulis dengan segala kemampuan penulis dan semaksimal


mungkin. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan
didalamnya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca makalah ini terutama Bapak Dosen Dr. Jumarddin La Fua S.Si, M.Si yang
penulis harapkan sebagai bahan koreksi dan inspirasi dalam penulisan makalah
selanjutnya.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi ilmu yang berkah.
Terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Kendari, 10 April 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 1
C. Tujuan Makalah .................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Bagaimana Hubungan Cahaya Matahari dengan Tumbuhan ............... 2


B. Pengaruh Cahaya Terhadap Tumbuhan ................................................

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................... 8
B. Saran ..................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 15

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Tumbuhan merupakan makhluk hidup yang berperan sebagai produsen di muka


bumi ini. Ada beberapa faktor penyebab pertumbuhan dan perkembangan pada
tumbuhan yaitu, faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang
berasal dari dalam tumbuhan itu sendiri yang meliputi: auksin, giberelin, sitokinin,
kalin, gas etilen, asam absisat, dormin, dan asam traumalin. Sedangkan, faktor eksternal
adalah faktor yang berasal dari luar tubuh tumbuhan yang meliputi: air,
mineral,kelembapan udara,suhu, dan cahaya matahari.

Yang akan dibahas adalah pengaruh cahaya terhadap tumbuhan. Dimana cahaya
merupakan faktor yang mutlak diperlukan dalam proses pertumbuhan tanaman, tetapi
juga menghambat proses perkecambahan.

Tumbuhan yang diletakkan di tempat yang terang mendapatkan penyinaran


matahari yang cukup untuk digunakan berfotosintesis dan arah pertumbuhannya selalu
ke arah cahaya matahari sehingga batangnya tidak lurus atau bengkok. Sedangkan
tumbuhan yang diletakkan di tempat yang gelap tidak mendapatkan penyinaran
matahari tetapi hanya mendapatkan udara dari luar.

Dalam makalah ini penulis akan membahas lebih lanjut tentang pengaruh cahaya
terhadap tumbuhan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hubungan cahaya matahari dengan tumbuhan ?
2. Bagaimana pengaruh cahaya terhadap tumbuhan ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang hubungan dan pengaruh cahaya terhadap tumbuhan

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hubungan Cahaya Matahari Dengan Tumbuhan

Cahaya merupakan faktor lingkungan yang sangat penting sebagai sumber


energi utama bagi ekosistem. Cahaya juga merupakan salah satu kunci penentu dalam
proses metabolisme dan fotosintesis tanaman. Cahaya dibutuhkan oleh tanaman mulai
dari proses perkecambahan biji sampai tanaman dewasa. Respon tanaman terhadap
cahaya berbeda-beda antara jenis satu dengan jenis lainnya. Ada tanaman yang tahan
(mampu tumbuh) dalam kondisi cahaya yang terbatas atau sering disebut tanaman
toleran dan ada tanaman yang tidak mampu tumbuh dalam kondisi cahaya terbatas atau
tanamanintoleran. Ada tiga aspek penting yang perlu dikaji dari faktor cahaya, yang
sangat erat kaitannya dengan sistem ekologi, yaitu:

 Kualitas cahaya atau komposisi panjanggelombang.


 Intensitas cahaya atau kandungan energi dari cahaya.
 Lama penyinaran, seperti panjang hari atau jumlah jam cahaya yang bersinar
setiaphari.

1. Kualiatas Cahaya

Kualiatas cahaya adalah mutu cahaya yang diterima yang dinyatakan dengan
panjang gelombang. Cahaya yang tampak (visible light) mempunyai panjang
gelombang dari 400 sampai 760 mμ ( 1 mμ = 10 Angstrom). Cahaya itu terdiri dari
berbagai panjang gelombang dan warna, seperti yang tertera pada Gambar dibawah :

Gambar Spektrum Cahaya

2
Secara fisika, radiasi matahari merupakan gelombang- gelombang
elektromagnetik dengan berbagai panjang gelombang. Tidak semua gelombang-
gelombang tadi dapat menembus lapisan atas atmosfer untuk mencapai permukaan
bumi. Umumnya kualitas cahaya tidak memperlihatkan perbedaan yang mencolok
antara satu tempat dengan tempat lainnya, sehingga tidak selalu merupakan faktor
ekologi yangpenting.

Umumnya tumbuhan teradaptasi untuk mengelola cahaya dengan panjang


gelombang antara 0,39 – 7,6 mikron. Selang panjang gelombang yang
meghasilkan cahaya yang dapat dilihat disebut dengan PAR ( Photosyntetically Active
Radiation). Suatu penelitian yang dilakukan untuk melihat besarnya absorbsi
tanaman (klorofil) terhadap PAR, ternyata setiap panjang gelombang memperlihatkan
daya absorsi yang berbeda-beda). Perbedaaan itu juga disebabkan oleh perbedaan
kolofil yang terdapat pada tanaman, yakni klorofil a (C55H72O5N4Mg) dan klofofil b
(C55H70O6N4Mg). Rumus bangun kedua macam klorofil tersebut terlihat pada gambar
dibawah :

3
Klorofil yang berwarna hijau mengasorpsi cahaya merah dan biru, dengan
demikian panjang gelombang itulah yang merupakan bagian dari spektrum cahaya yang
sangat bermanfaat bagi fotosintesis. Pada ekosistem daratan kualitas cahaya tidak
mempunyai variasi yang berarti untuk mempengaruhi fotosintesis. Pada ekosistem
perairan, cahaya merah dan biru diserap fitoplankton yang hidup di permukaan sehingga
cahaya hijau akal lewat atau dipenetrasikan ke lapisan lebih bawah dan sangat sulit
untuk diserap oleh fitoplankton.

Kandungan klorofil dan jumlah daun berbeda antara daerah yang ternaung dan
terbuka. Marjenah (2001) mengemukakan jumlah daun tumbuhan lebih banyak di
tempat ternaung daripada di tempat terbuka. Ditempat terbuka mempunyai kandungan
klorofil lebih rendah dari pada tempat ternaung. Naungan memberikan efek yang nyata
terhadap luas daun. Daun mempunyai permukaan yang lebih besar di dalam
naungan daripada di tempat terbuka. Dewi (1996) dalam Marjenah (2001)
mengemukakan bahwa kandungan klorofil Shorea parvifolia pada tempat terbuka
mempunyai kandungan klorofil lebih rendah yaitu 34,80 satuan, sedangkan dengan
naungan sarlon satu lapis berjumlah 42,21 satuan dan naungan sarlon dua lapis 48,05
satuan; sedangkan Shorea smithiana pada tempat terbuka kandungan klorofilnya 32,91
satuan, naungan sarlon satu lapis 36,49 satuan dan naungan sarlon dua lapis
40,01satuan.

Daun-daun yang berasal dari posisi terbuka dan ternaung, atau dari tumbuhan
toleran dan intoleran, mempunyai morfologi yang sangat bervariasi. Daun yang terbuka,
lebih kecil, lebih tebal dan lebih menyerupai kulit daripada daun ternaung pada umur
dan jenis yang sama. Pengaruh dari cahaya ultraviolet terhadap tumbuhan masih belum
jelas. Cahaya ini dapat merusak atau membunuh bakteria dan mampu mempengaruhi
perkembangan tumbuhan (menjadi terhambat), contohnya yaitu bentuk- bentuk daun
yang roset, terhambatnya batang menjadi panjang.

2. Intensitas cahaya

Intensitas cahaya atau kandungan energi merupakan aspek cahaya terpenting


sebagai faktor lingkungan, karena berperan sebagai tenaga pengendali utama dari
ekosistem. Intensitas cahaya ini sangat bervariasi baik dalam ruang/ spasial maupun
dalam waktu/temporal. Intensitas cahaya terbesar terjadi di daerah tropika, terutama
daerah kering (zona arid), sedikit cahaya yang direfleksikan oleh awan. Di daerah garis
lintang rendah, cahaya matahari menembus atmosfer dan membentuk sudut yang besar
dengan permukaan bumi. Sehingga lapisan atmosfer yang tembus berada dalam

4
ketebalan minimum. Intensitas cahaya menurun secara cepat dengan naiknya garis
lintang. Pada garis lintang yang tinggi matahari berada pada sudut yang rendah terhadap
permukaan bumi dan permukaan atmosfer, dengan demikian sinar menembus lapisan
atmosfer yang terpanjang ini akan mengakibatkan lebih banyak cahaya yang
direfleksikan dan dihamburkan oleh lapisan awan dan pencemar diatmosfer.

a) Kepentingan Intensitas Cahaya

Intensitas cahaya dalam suatu ekosistem adalah bervariasi. Kanopi suatu


vegetasi akan menahan dann mengabsorpsi sejumlah cahaya sehingga ini akan
menentukan jumlah cahaya yang mampu menembus dan merupakan sejumlah energi
yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan dasar. Intensitas cahaya yang berlebihan dapat
berperan sebagai faktor pembatas. Cahaya yang kuat sekali dapat merusak enzim akibat
foto- oksidasi, ini menganggu metabolisme organisme terutama kemampuan di dalam
mensisntesisprotein.

b) Titik Kompensasi

Tujuan untuk menghasilkan produktivitas bersih, tumbuhan harus menerima


sejumlah cahaya yang cukup untuk membentuk karbohidrat yang memadai dalam
mengimbangi kehilangan sejumlah karbohidrat akibat respirasi. Apabila semua faktor-
faktor lainnya mempengaruhi laju fotosintesis dan respirasi diasumsikan konstan,
keseimbangan antara kedua proses tadi akan tercapai pada sejumlah intensitas cahaya
tertentu. Harga intensitas cahaya dengan laju fotosintesis (pembentukan karbohidrat),
dapat mengimbangi kehilangan karbohidrat akibat respirasi dikenal sebagai titik
kompensasi. Harga titik kompensasi ini akan berlainan untuk setiap jenis tumbuhan.
Kebutuhan minimum cahaya untuk proses pertumbuhan terpenuhi bila cahaya melebihi
titik kompensasinya.

Tumbuhan yang teradaptasi untuk hidup pada tempat-tempat dengan intensitas


cahaya yang tinggi disebut tumbuhan heliofita. Sebaliknya tumbuhan yang hidup baik
dalam situasi jumlah cahaya yang rendah, dengan titik kompensasi yang rendah pula
disebut tumbuhan yang senang teduh (siofita), metabolisme dan respirasinya lambat.
Salah satu yang membedakan tumbuhan heliofita dengan siofita adalah tumbuhan
heliofita memiliki kemampuan tinggi dalam membentukklorofil..

Beberapa tumbuhan mempunyai karakteristika yang dianggap sebagai


adaptasinya dalam mereduksi kerusakan akibat cahaya yang terlalu kuat atau
5
supraoptimal. Dedaunan yang mendapat cahaya dengan intensitas yang tinggi,
kloroplasnya berbentuk cakram, posisinya sedemikian rupa sehingga cahaya yang
diterima hanya oleh dinding vertikalnya. Antosianin berperan sebagai pemantul cahaya
sehingga menghambat atau mengurangi penembusan cahaya ke jaringan yang lebih
dalam.

3. Lama Penyinaran

Lama penyinaran relative antara siang dan malam dalam 24 jam akan
mempengaruhi fisiologis dari tumbuhan. Fotoperiodisme adalah respon dari suatu
organisme terhadap lamanya penyinaran sinar matahari. Contoh dari fotoperiodisme
adalah perbungaan, jatuhnya daun, dan dormansi. Di daerah sepanjang khatulistiwa
lamanya siang hari atau fotoperiodisme akan konstan sepanjang tahun, sekitar 12 jam.
Di daerah temperata/ bermusim panjang hari lebih dari 12 jam pada musim panas,
tetapi akan kurang dari 12 jam pada musim dingin. Berdasarkan responnya terhadap
periode siang dan malam, tumbungan berbunga dibagi menjadi 3 kelompok,yaitu:

 Tumbuhan berkalapanjang :Tumbuhan yang memerlukan lamanya siang hari lebih


dari 12 jam untuk terjadinya proses perbungaan, seperti gandum, bayam,dll.
 Tumbuhan berkalapendek : Tumbuhan yang memerlukan lamanya siang lebih
pendek dari 12 jam untuk terjadinya proses perbungaan, seperti tembakau dan bunga
krisan.
 Tumbuhan berharinetral : Tumbuhan yang tidak memerlukan periode panjang hari
tertentu untuk proses perbungaannya, misalnya tomat.

Apabila beberapa tumbuhan terpaksa harus hidup di kondisi fotoperiodisme


yang tidak optimal, maka pertumbuhannya akan bergeser ke pertumbuhan vegetatif. Di
daerah khatulistiwa, tingkah laku tumbuhan sehubungan dengan fotoperiodisme ini
tidaklah menunjukkan adanya pengaruh yang mencolok. Tumbuhan akan tetap aktif dan
berbunga sepanjang tahun asalkan faktor- faktor lainnya dalam hal ini suhu, air,dan
nutrisi tidak merupakan faktor pembatas.

Kekurangan cahaya pada tumbuhan berakibat pada terganggunya proses


metabolisme yang berimplikasi pada tereduksinya laju fotosintesis dan turunnya sintesis
karbohidrat. Faktor ini secara langsung mempengaruhi tingkat produktivitas tumbuhan
dan ekosistem. Adaptasi terhadap naungan dapat melalui 2 cara, yaitu:

6
 Meningkatkan luas daun sebagai upaya mengurangi penggunaan metabolit;
contohnya perluasan daun ini menggunakan metabolit yang dialokasikan untuk
pertumbuhan akar.
 Mengurangi jumlah cahaya yang ditransmisikan dan direfleksikan. Pada tanaman
jagung respon ketika intensitas cahaya berlebihan berupa penggulungan helaian
daun untuk memperkecil aktivitas transpirasi. Proses hilangnya air dalam bentuk
uap air dari jaringan hidup tanaman yang terletak di atas permukaan tanah
melewati stomata, lubang kutikula, dan lentisel secara fisiologis mulia berkurang.

Tumbuhan bersifat autotrof, Autotrof artinya dapat mensintesis makanan


langsung. dari senyawa anorganik. Tumbuhan menggunakan karbon dioksida dan air
untuk menghasilkan gula dan oksigen yang diperlukan sebagai makanannya. Energi
untuk menjalankan proses ini berasal darifotosintesis.

6H2O + 6CO2+ cahaya → C6H12O6(glukosa) + 6O2

Glukosa dapat digunakan untuk membentuk senyawa organik lain seperti


selulosa dan dapat pula digunakan sebagai bahan bakar. Proses ini berlangsung melalui
respirasi seluler yang terjadi baik pada hewan maupun tumbuhan. Secara umum reaksi
yang terjadi pada respirasi seluler berkebalikan dengan persamaan di atas. Pada
respirasi, gula (glukosa) dan senyawa lain akan bereaksi dengan oksigen untuk
menghasilkan karbon dioksida, air, dan energikimia.

Tumbuhan menangkap cahaya menggunakan pigmen yang disebut klorofil.


Pigmen inilah yang memberi warna hijau pada tumbuhan. Klorofil terdapat dalam
organel yang disebut kloroplas. klorofil menyerap cahaya yang akan digunakan dalam
fotosintesis. Meskipun seluruh bagian tubuh tumbuhan yang berwarna hijau
mengandung kloroplas, namun sebagian besar energi dihasilkan di daun. Di dalam daun
terdapat lapisan sel yang disebut mesofil yang mengandung setengah juta kloroplas
setiap milimeter perseginya. Cahaya akan melewati lapisan epidermis tanpa warna dan
yang transparan, menuju mesofil, tempat terjadinya sebagian besar proses fotosintesis.
Permukaan daun biasanya dilapisi oleh kutikula dari lilin yang bersifat anti air untuk
mencegah terjadinya penyerapan sinar matahari ataupun penguapan air
yangberlebihan.

7
B. Pengaruh Cahaya Terhadap Tumbuhan

a. Pengaruh Cahaya Matahari dan Fotosintesis

Cahaya matahari sangat dibutuhkan oleh tumbuhan dan untuk dapat melakukan
fotosistesis. Jika suatu tumbuhan kekurangan cahaya matahari maka tumbuhan itu
bisa tampak pucat dan berwarna kekuning-kuningan (etiolasi). Hubungan tumbuhan
dalam kaitannya dengan intensitas cahaya diatur oleh dua hal yaitu (Purbayanti dan
Sri,1991):

 Penempatan daun dalam posisi dimana akan diterima intersepsi cahaya maksimum .
berbarti di atas kanopi dan di dalam komunitas yang kompleks sebagian besar daun
tersebut tidak dapat mencapainya. Karena itu sebagian besar dari daun akan
berada pada intensitas cahaya yang kurang dari yang dibutuhkan.
 Fotosintesis dimaksimum untuk energi yang diterima, dengan anggapan keadaan ini
menjadi di bawah titik jenuh cahaya untuk fotosíntesis normal, sehingga tetap
berkesinambungan neto karbon yang positif (pengikatan CO2 untuk fotosíntesis
lebih besar dari pada jumlah dikeluarkan pada respirasi dari hasil karbohidrat).
Sehelai daun yang berada pada keseimbangan C yang negatif akan memerlukan
gula yang diambil dari sisa tanaman dan akan mengurangi kesegaran secara
menyeluruh. Adanya penyinaran cahaya matahari akan menimbulkan cahaya,
sedangkan cahaya sangat dibutuhkan untuk pembentukan zat hijau daun (klorofil)
dan pertumbuhan tumbuhan dan kualitas produksi. Tumbuhan yang kurang cahaya
matahari pertumbuhannya lemah, pucat dan memanjang (Purbayanti dan Sri,1991).

Ilmuwan Denmark Katrine Heinsvig Kjaer dan Carl-Otto Ottosen dari


Departemen Hortikultura di Aarhus University menerbitkan sebuah studi dalam edisi
terbaru Journal of American Society for Ilmu Hortikultura yang menyoroti pertanyaan
tentang respon tanaman terhadap gangguan dalam siklus pencahayaan ."Ritme
sirkadian diyakini sangat penting untuk pertumbuhan tanaman dan kinerja di bawah
kondisi iklim yang berfluktuasi. Namun belum diketahui bagaimana tanaman dengan
jam sirkadian berfungsi merespon lingkungan cahaya yang tidak teratur yang
mengganggu diatur sirkadian-parameter yang berhubungan dengan pertumbuhan.
Untuk percobaan mereka, tim menggunakan stek krisan 300 ('Charm Karang'
Chrysanthemum morifolium) tumbuh dalam 19 jam cahaya selama 2 minggu.

Tanaman yang kemudian secara acak ditempatkan dalam salah satu dari dua
kompartemen rumah kaca dengan suhu yang sama dan karbon (CO2) konsentrasi.
"Tanaman yang terkena cahaya tambahan diberikan sebagai cahaya istirahat tidak
teratur pada malam hari, yang kita dicapai dengan mengendalikan cahaya didasarkan
8
pada radiasi matahari diperkirakan dan harga listrik ', menjelaskan penulis."
Pertumbuhan, dalam hal keuntungan karbon, adalah berkorelasi linear untuk kedua
panjang hari dan integral ringan sehari-hari."

Para ilmuwan mengamati bahwa krisan tanaman yang ditanam di hari pendek
dengan cahaya istirahat tidak teratur selama malam hari menunjukkan perkembangan
daun lebih cepat dan pertumbuhan batang dari tanaman yang ditanam di iklim dengan
periode cahaya berturut-turut yang panjang, membuktikan bahwa intensitas cahaya
rendah rata-rata mempromosikan perluasan area fotosintesis tanaman. Meskipun
percobaan menunjukkan bahwa periode cahaya tidak teratur mengganggu irama
sirkadian dan menginduksi perubahan dalam karakteristik daun, para penulis mencatat
bahwa studi ini juga membuktikan bahwa tanaman alami dapat beradaptasi dengan
periode cahaya tidak teratur.

Reaksi fotosintesis digolongkan atas fase cahaya dan fase gelap. Fase cahaya
terdiri dari penangkapan energi cahaya yang akan digunakan untuk memecahkan
molekul air (fotolisa) menjadi H2dan O2. Oksigen dilepas ke udara untuk membentuk
molekul oksigen sedangkan hidrógen ditangkap oleh penangkap hidrógen yang
disebut NADP (Nikotamid Adenosin Dinukleotida Fosfat) menjadi NADP H2.

Fosforilasi dapat juga terjadi akibat peristiwa pernafasan (fosforilasi oksidatif)


perubahan energi cahaya ke energi kimia dicapai dengan terbentuknya penghasil
energi (ATP dan ADP). Energi yang terbentuk dari perubahan ATP ke ADP akan
diubah oleh kerja kimia menjadi bahan organik, seperti gugus fosfato yang kaya
energi sebagai bahan dasar untuk penyusunan karbohidrat.

Pada fase gelap energi yang telah dihasilkan dari fase cahaya akan digunakan
dalam reaksi gelap. Reaksi gelap tidak membutuhkan cahaya, tetapi sangat
bergantung pada suhu. Karena pada fase gelap reaksi biokimia yang berlangsung
sangat dipangaruhi oleh kerja enzim. Fase gelap pada prinsipnya adalah pemindahan
hidrogen dari air hasil peristiwa hidrolisis oleh pembawa (aseptor) hidrogen
(NADPH2) ke asam organik berenergi untuk membentuk karbohidrat yang berenergi
tinggi. Reaksi reduksi ini adalah penambahan elektron dan atom hidrogen ke
CO2yang berakhir dengan terbentuknya unit gula.

b. Pengaruh Cahaya Terhadap Fototropisme

9
Fototropisme adalah gerakan dari tumbuhan yang menuju arah rangsangan
cahaya dan gerak ini biasanya terjadi pada pergerakan tumbuhan melalui pergerakan
batang. Hal ini dapat kita saksikan pada tanaman pot yang ditempatkan dekat jendela
atau di bawah tuturan dimana cahaya hanya datang dari satu pihak, maka terlihat
ujung dari batang tersebut membelok menuju ke cahaya atau ke arah datangnya
cahaya (Dwijoseputro,1980).

Selanjutnya Wilkins (1989) menyatakan bahwa sudah lama diketahui bahwa


tumbuhan mengarah pada arah datangnya cahaya. Reaksi ini merupakan perbedaan
pertumbuhan dari organ tumbuhan yang disinari. Reaksi pertumbuhan ini yang
dikenal sebagai fototropisme telah diteliti oleh Charles Darwin di tahun 1880. Ia
menyatakan bahwa koleoptil dari kecambah rumput Avena dan Phalaris sangat peka
terhadap cahaya dan apabila ujung koleoptil disinari sepihak maka akan membengkok
ke arah sumbercahaya.

Wilkins (1989) menyatakan lagi bahwa cahaya merah, hijau dan kuning
mempunyai pengaruh yang kecil terhadap fototropisme, tetapi cahaya biru
menunjukkan pengaruh yang nyata pada pembengkokan koleoptil. Pigmen yang
berperan untuk mengabsorbsi energi radiasi yang aktif dalam fototropisme belum
dapat diidentifikasikan. Tetapi ada dua pigmen karoten dan riboflavin diduga
berfungsi sebagai pengabsorbsi cahaya. Hasil dari penelitian Asomaning dan Galtso
(1961) dalam Wilkins (1980) menyatakan bahwa pigmen flavin dan karotinoid
merupakan fotoreseptor di fototropisme yang mana didalam situasi fisik tertentu,
memiliki karakteristik yang cocok pada panjang gelombang 400-500 nm. Perbedaan
keduanya terjadi pada puncak penyerapan yang terbesar. Pada flavin terjadi di dekat
panjang gelombang 370 nm sedangkan karotenoid terjadi pada panjang gelombang
450 nm. Selanjutnya ditambahkan pula oleh fitter dan Hay (1998) keterlibatan kedua
pigmen tersebut dipengaruhi oleh hormon IAA (Indole AcetycAcid).

Respon fototropik bersifat adaptif, perbedaan diantara tanaman-tanaman yang


beradaptasi terhadap habitat yang berlawanan akan terjadi demikian juga halnya pada
perbedaan genotip pada pola susunan daun (Turesson, 1922 dalam Fitter dan Hay
1998). Tanaman-tanaman dengan susunan daun yang menyebar (prostat) akan
mempunyai koefisien peredaman cahaya yang jauh lebih besar di dalam kanopi
daripada yang berdauntegak.

Perubahan di dalam pola cahaya di dalam ruangan berlangsung sangat pendek


jika dibandingkan respon nasti. Gerakan-garakan daun dan petiole yang dikendalikan
oleh perubahan turgor, terjadi hampir selalu terus-menerus dalam keadaan yang
terkendali. Untuk tanaman-tanaman yang ditumbuhkan pada intensitas cahaya yang
10
rendah, gerakannya mengikuti matahari untuk memastikan iluminasi maksimum,
untuk tanaman pada cahaya yang kuat, secara normal menghindari reaksi untuk
mengurangi beban panas pada daun dan memungkinkan daun-daun di bawah kanopi
untuk menerima cahaya. Bila matahari jauh dari zenith gerakan semacam ini dapat
mempengaruhi luas indeks daun secaranyata.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Rawson, dkk (1987) tentang pengaruh
cahaya dan temperatur terhadap perkembangan kanopi dan produksi biji bunga
matahari dikatakan bahwa perkembangan kanopi dari pemunculan jumlah daun dan
ukuran daun dari peningkatan temperatur yaitu 0.02 daun/hari/oC. Dari hasil
pengamatan yang didapat ditemukan kecepatan pemunculan daun lebih cepat sebesar
40% pada temperatur 25-30oC dibandingkan dengan temperatur 13-18oC pada radiasi
di musim panas sedangkan pada perluasan daun lebih panjang 40% pada temperatur 13-
18oC dibandingkan pada temperatur 25-30oC.

c. Pengaruh Cahaya Terhadap Perkecambahan

Perkecambahan biji-biji sangat dipengaruhi oleh adanya rangsangan cahaya.


Biji-bijian dari kebanyakan spesies tidak akan berkecambah pada keadaan gelap.
Dengan keadaan yang demikian tekanan ekologis terhadap biji-bijian sangat besar
pengaruhnya terhadap proses perkecambahan sepeerti adanya erosi, pengolahan tanah
yang dapat menyebabkan tertimbunnya biji-bijian tersebut. Hal yang demikian biasanya
terjadi pada biji-bijian tanaman penganggu (gulma) seperti Chenopodium yang
memiliki struktur buah yangkecil-kecil.

Beberpa penelitian yang telah dilakukan terhadap perkecambahan biji-bijian


yang mana biji-bijian peka terhadap rangsangan cahaya dan tidak akan berkecambah
dibawah kanopi daun. Beberapa pengecualian dari pengaruh habitat parental pada
perkecambahan yang dikendalikan oleh cahaya. Dari 3 spesies Rumex crispus, R.
Obtisifolius, R. Sanguineus. Hanya R sanguineus memperlihatkan perkecambahan
nyata dibawah cahaya merah jauh, tetpai biji dari R. Obtisifolius yang tumbuh dalam
penaungan, perkecambahannya lebih besar di dalam cahaya merah jauh daripada yang
tumbuh di tempat terbuka dari spesies yang sama (Perhatikan tabel dibawah).
P;erbedaan tersebut lebih jelas disebabkan karena pengaruh diffrensisi ekotipe atau
pengaruh lingkungan secara langsung pada biji selama pemasakan (maturation) tanaman
induk.

Tabel : Perkecamabahan biji dari 3 spesies R. crispus, R. Obtisifolius, R. Sanguineus


dari habitat terbuka dan habitat ternaungi, dalam keadaan cahaya yang berbeda.
11
No. Spesies R. crispus R. Obtisifolius R sanguineus

Terbuka Ternaungi Terbuka Ternaungi Terbuka Ternaungi

(%) (%) (%) (%) (%) (%)

Habitat

1. Gelap 89 95 74 94 96 89

2. Merah 12 14 7 26 55 49

jauh

Bunga matahari menunjukkan adanya keterkaitan antara satu dengan yang


lainnya yang mana biji bunga matahari dapat berkecambah bila diberi cahaya matahari.
Hala yang serupa pada penelitian sebelumnya yaituMunscher (1936) dalam Devlin
(1977). Pada 100 biji Lobelia inflate yang ditempatkan pada tempat yang berbeda.
Pda tempat yang gelap tidak satupun yang dapat berkecambah sapai 55 hari, tetapi biji
yang sama ditempatkan pada tempat yang dikenai cahaya menunjukkan 23 sampai
94% berkecambah dalam 9 sampai 30hari.

Fitokrom merupakan suatu protein yang kompleks yang terdifusi luas pada
kosentrasi yang rendah pada tumbuh-tumbuhan berhijau daun, berfungsi sebagai
penerima cahaya. Cahaya bereaksi dengan fitokrom (P) untuk merubah fitokrom dari
bentuk tidak aktif dengan penyerapan maksimum pada panjang gelobang 660 nm
(spektrum cahaya merah) menjadi bentuk tidak aktif menjadi bentuk yang aktif.
Dengan penyerapan maksimum pada panjang gelombang 730 nm (spectrum cahaya
merah jauh). Umumnya biji yang telah dewasa berada pada P730, namun pada proses
imbibisi berubah menjadi bentuk tidak aktif P660. Bijibiji yang berkecambah melalui
aktifitas cahaya merah jauh dengan merubah P730 kembali menadi P 660.
Transformasi fitokrom dapat disimpulkan sebagai berikut:

Merahjauh Respon secarabiologi

Pr Pfr
12
Merahjauh DestruksiPfr

d. Pengaruh Cahaya Terhadap Pembungaan

Fitter dan Hay (1981) mengatakan bahwa meskipun tepatnya satu aspek
cahaya berbeda kualitas, pengaruh perioda dilewatkan melalui fitokrom merah dan
merah jauh yang dapat berbalik, sebagian besar tanaman dari daerah sedang adalah
fotoperiodik. Daerah ekuator panjang siang hari menunjukkan perbedaan musiman kecil
sehingga fotoperiodisme juga kecil, karena awal dan akhir suatu hari ditandai dan
diukur dengan perubahan rasio R/FR, bias jadi pengaruh yang diperlihatkan oleh
Kasperbauer (1971) dalam Devlin (1977) untuk tembakau akan berpengaruh penting
pada proses yang dikendalikan olehfotoperiodisitas.

Selanjutnya Whittehead (1971) dalam (Fittter dan Hay (1998) mengatakan


bahwa dengan menempatkan fotoperiodik dalam keadaan panjang siang hari yang
konstan biasanya akan mempertahankan di dalam suatu tahap perkembangan tertentu,
contohnya Epilobium hirsutum dan Lithrum sacaria berbunga bila diberikan setiap
hari 16 jam, tetapi sifat vegetatif yangtidak jelas bila diberi cahaya selama 9 jam.

Menurut Kimball (1992), fotoperiodisme melibatkan suatu mekanisme


pendeteksi cahaya yang sangat peka, seperti jawer kotok gagal berbunga pada waktu
malam panjang jika malam itu diselingi oleh cahaya, walau hanya sebentar. Berkas
cahaya yang paling efektif untuk menghambat pembungaan jawer kotok ialah sinar
merah jingga dengan panjang gelombang 660 nm. Sebaliknya panjang gelombang
yang sama paling efektif dalam merangsang pembungaan tanaman bayam jika
malamnya terlalu lama. Juga sebaliknya efek penghambat cahaya jingga (660 nm)
pada jawer kotok dapat diatasi dengan pengenaan seluruh daun tanaman terhadap
cahaya merah jauh. Panjang gelombang 730 nm paling efektif dalam membalikkan
aksi penghambat cahaya merah jingga. Dengan demikian aksi fitokrom dalam
pengendalian fotoperiodisme tergantung pada dua faktor yaitu cahaya matahari yang
lebih kaya akan cahaya merah jingga P 660nm daripada P 730nm.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penyampaian dan penjelasan materi diatas, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:

 Cahaya matahari merupakan dari segala sumber energi yang merupakan dasar
dari segala kehidupan dibiosfer.
 Cahaya memegang peranan penting diantaranya fotosintesa, proses
perkecambahan, fototropisme dan pembungaan.
 Beberapa tumbuhan beradaptasi baik secara morfologi, anatomi, maupun
fisiologi dalam responnya terhadap kualitas dan kuantitas cahaya matahari

B. Saran

Dengan adanya makalah ini penulis harap pembaca bisa memahami tentang
ilmu-ilmu biologi lebih baik lagi dan uraian diatas bisa menjadi ilmu yang bermanfaat
untuk kita semua. Diera milenial saat ini kita harus bisa melestarikan ekosistem
tumbuhan yang ada dengan memanfaatkan faktor SDA yang ada

14
DAFTAR PUSTAKA

Babour, M.G., Thornton R.M., Weier T.E. dan Studing C.R. Botany. Abrief 1984.
Introduction to Plant Biology. Second Edition. Jhon Willey and Sons. New york

Chandra, S. 1981. Structure and Organization of The Vascular System in The Rhyzom of
Drynarioid Fern. J. Botany. 50 :585-598

Devlin, R.M dan F.H. Witham. 1983. Plant Physiology. Wilard Grandpress. Boston
Ewusie. 1990. Pengantar Ekologi Tropika. ITB. Bandung

Etherington, J.R. 1982. Environment and Plant Ecology. Second Edition. John
Willey and Sons. New York. 98-110pp.

Fitter, A.H dan R.K.M, Hay. 1981. Fisiologi Lingkungan Tanaman (Edisi
Terjemahan). Gadjah Mada University Press. Hal.322-339.

15

Anda mungkin juga menyukai