Disusun Oleh :
i
KATA PENGANTAR
الر ِح ْي ِم
َّ الرحْ َم ِن
َّ ّللا
ِ س ِم ه
ْ ِب
Assalamu ’alaikum Wr.Wb
Puji syukur senantiasa selalu kita panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan
Rahmat, Taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan
makalah yang berjudul "Pengaruh Cahaya Terhadap Tumbuhan". Shalawat serta salam
tak lupa kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukan jalan
kebaikan dan kebenaran di dunia dan akhirat kepada umat manusia.
Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekologi dan juga
memperdalam wawasan terkait pembelajaran tentang ilmu-ilmu biologi terutama
berkaitan dengan tumbuhan. Selain itu makalah ini juga tujukan untuk khalayak umum
sebagai bahan penambah ilmu pengetahuan serta informasi yang semoga bermanfaat.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi ilmu yang berkah.
Terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 1
C. Tujuan Makalah .................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ........................................................................................... 8
B. Saran ..................................................................................................... 14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Yang akan dibahas adalah pengaruh cahaya terhadap tumbuhan. Dimana cahaya
merupakan faktor yang mutlak diperlukan dalam proses pertumbuhan tanaman, tetapi
juga menghambat proses perkecambahan.
Dalam makalah ini penulis akan membahas lebih lanjut tentang pengaruh cahaya
terhadap tumbuhan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hubungan cahaya matahari dengan tumbuhan ?
2. Bagaimana pengaruh cahaya terhadap tumbuhan ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang hubungan dan pengaruh cahaya terhadap tumbuhan
1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Kualiatas Cahaya
Kualiatas cahaya adalah mutu cahaya yang diterima yang dinyatakan dengan
panjang gelombang. Cahaya yang tampak (visible light) mempunyai panjang
gelombang dari 400 sampai 760 mμ ( 1 mμ = 10 Angstrom). Cahaya itu terdiri dari
berbagai panjang gelombang dan warna, seperti yang tertera pada Gambar dibawah :
2
Secara fisika, radiasi matahari merupakan gelombang- gelombang
elektromagnetik dengan berbagai panjang gelombang. Tidak semua gelombang-
gelombang tadi dapat menembus lapisan atas atmosfer untuk mencapai permukaan
bumi. Umumnya kualitas cahaya tidak memperlihatkan perbedaan yang mencolok
antara satu tempat dengan tempat lainnya, sehingga tidak selalu merupakan faktor
ekologi yangpenting.
3
Klorofil yang berwarna hijau mengasorpsi cahaya merah dan biru, dengan
demikian panjang gelombang itulah yang merupakan bagian dari spektrum cahaya yang
sangat bermanfaat bagi fotosintesis. Pada ekosistem daratan kualitas cahaya tidak
mempunyai variasi yang berarti untuk mempengaruhi fotosintesis. Pada ekosistem
perairan, cahaya merah dan biru diserap fitoplankton yang hidup di permukaan sehingga
cahaya hijau akal lewat atau dipenetrasikan ke lapisan lebih bawah dan sangat sulit
untuk diserap oleh fitoplankton.
Kandungan klorofil dan jumlah daun berbeda antara daerah yang ternaung dan
terbuka. Marjenah (2001) mengemukakan jumlah daun tumbuhan lebih banyak di
tempat ternaung daripada di tempat terbuka. Ditempat terbuka mempunyai kandungan
klorofil lebih rendah dari pada tempat ternaung. Naungan memberikan efek yang nyata
terhadap luas daun. Daun mempunyai permukaan yang lebih besar di dalam
naungan daripada di tempat terbuka. Dewi (1996) dalam Marjenah (2001)
mengemukakan bahwa kandungan klorofil Shorea parvifolia pada tempat terbuka
mempunyai kandungan klorofil lebih rendah yaitu 34,80 satuan, sedangkan dengan
naungan sarlon satu lapis berjumlah 42,21 satuan dan naungan sarlon dua lapis 48,05
satuan; sedangkan Shorea smithiana pada tempat terbuka kandungan klorofilnya 32,91
satuan, naungan sarlon satu lapis 36,49 satuan dan naungan sarlon dua lapis
40,01satuan.
Daun-daun yang berasal dari posisi terbuka dan ternaung, atau dari tumbuhan
toleran dan intoleran, mempunyai morfologi yang sangat bervariasi. Daun yang terbuka,
lebih kecil, lebih tebal dan lebih menyerupai kulit daripada daun ternaung pada umur
dan jenis yang sama. Pengaruh dari cahaya ultraviolet terhadap tumbuhan masih belum
jelas. Cahaya ini dapat merusak atau membunuh bakteria dan mampu mempengaruhi
perkembangan tumbuhan (menjadi terhambat), contohnya yaitu bentuk- bentuk daun
yang roset, terhambatnya batang menjadi panjang.
2. Intensitas cahaya
4
ketebalan minimum. Intensitas cahaya menurun secara cepat dengan naiknya garis
lintang. Pada garis lintang yang tinggi matahari berada pada sudut yang rendah terhadap
permukaan bumi dan permukaan atmosfer, dengan demikian sinar menembus lapisan
atmosfer yang terpanjang ini akan mengakibatkan lebih banyak cahaya yang
direfleksikan dan dihamburkan oleh lapisan awan dan pencemar diatmosfer.
b) Titik Kompensasi
3. Lama Penyinaran
Lama penyinaran relative antara siang dan malam dalam 24 jam akan
mempengaruhi fisiologis dari tumbuhan. Fotoperiodisme adalah respon dari suatu
organisme terhadap lamanya penyinaran sinar matahari. Contoh dari fotoperiodisme
adalah perbungaan, jatuhnya daun, dan dormansi. Di daerah sepanjang khatulistiwa
lamanya siang hari atau fotoperiodisme akan konstan sepanjang tahun, sekitar 12 jam.
Di daerah temperata/ bermusim panjang hari lebih dari 12 jam pada musim panas,
tetapi akan kurang dari 12 jam pada musim dingin. Berdasarkan responnya terhadap
periode siang dan malam, tumbungan berbunga dibagi menjadi 3 kelompok,yaitu:
6
Meningkatkan luas daun sebagai upaya mengurangi penggunaan metabolit;
contohnya perluasan daun ini menggunakan metabolit yang dialokasikan untuk
pertumbuhan akar.
Mengurangi jumlah cahaya yang ditransmisikan dan direfleksikan. Pada tanaman
jagung respon ketika intensitas cahaya berlebihan berupa penggulungan helaian
daun untuk memperkecil aktivitas transpirasi. Proses hilangnya air dalam bentuk
uap air dari jaringan hidup tanaman yang terletak di atas permukaan tanah
melewati stomata, lubang kutikula, dan lentisel secara fisiologis mulia berkurang.
7
B. Pengaruh Cahaya Terhadap Tumbuhan
Cahaya matahari sangat dibutuhkan oleh tumbuhan dan untuk dapat melakukan
fotosistesis. Jika suatu tumbuhan kekurangan cahaya matahari maka tumbuhan itu
bisa tampak pucat dan berwarna kekuning-kuningan (etiolasi). Hubungan tumbuhan
dalam kaitannya dengan intensitas cahaya diatur oleh dua hal yaitu (Purbayanti dan
Sri,1991):
Penempatan daun dalam posisi dimana akan diterima intersepsi cahaya maksimum .
berbarti di atas kanopi dan di dalam komunitas yang kompleks sebagian besar daun
tersebut tidak dapat mencapainya. Karena itu sebagian besar dari daun akan
berada pada intensitas cahaya yang kurang dari yang dibutuhkan.
Fotosintesis dimaksimum untuk energi yang diterima, dengan anggapan keadaan ini
menjadi di bawah titik jenuh cahaya untuk fotosíntesis normal, sehingga tetap
berkesinambungan neto karbon yang positif (pengikatan CO2 untuk fotosíntesis
lebih besar dari pada jumlah dikeluarkan pada respirasi dari hasil karbohidrat).
Sehelai daun yang berada pada keseimbangan C yang negatif akan memerlukan
gula yang diambil dari sisa tanaman dan akan mengurangi kesegaran secara
menyeluruh. Adanya penyinaran cahaya matahari akan menimbulkan cahaya,
sedangkan cahaya sangat dibutuhkan untuk pembentukan zat hijau daun (klorofil)
dan pertumbuhan tumbuhan dan kualitas produksi. Tumbuhan yang kurang cahaya
matahari pertumbuhannya lemah, pucat dan memanjang (Purbayanti dan Sri,1991).
Tanaman yang kemudian secara acak ditempatkan dalam salah satu dari dua
kompartemen rumah kaca dengan suhu yang sama dan karbon (CO2) konsentrasi.
"Tanaman yang terkena cahaya tambahan diberikan sebagai cahaya istirahat tidak
teratur pada malam hari, yang kita dicapai dengan mengendalikan cahaya didasarkan
8
pada radiasi matahari diperkirakan dan harga listrik ', menjelaskan penulis."
Pertumbuhan, dalam hal keuntungan karbon, adalah berkorelasi linear untuk kedua
panjang hari dan integral ringan sehari-hari."
Para ilmuwan mengamati bahwa krisan tanaman yang ditanam di hari pendek
dengan cahaya istirahat tidak teratur selama malam hari menunjukkan perkembangan
daun lebih cepat dan pertumbuhan batang dari tanaman yang ditanam di iklim dengan
periode cahaya berturut-turut yang panjang, membuktikan bahwa intensitas cahaya
rendah rata-rata mempromosikan perluasan area fotosintesis tanaman. Meskipun
percobaan menunjukkan bahwa periode cahaya tidak teratur mengganggu irama
sirkadian dan menginduksi perubahan dalam karakteristik daun, para penulis mencatat
bahwa studi ini juga membuktikan bahwa tanaman alami dapat beradaptasi dengan
periode cahaya tidak teratur.
Reaksi fotosintesis digolongkan atas fase cahaya dan fase gelap. Fase cahaya
terdiri dari penangkapan energi cahaya yang akan digunakan untuk memecahkan
molekul air (fotolisa) menjadi H2dan O2. Oksigen dilepas ke udara untuk membentuk
molekul oksigen sedangkan hidrógen ditangkap oleh penangkap hidrógen yang
disebut NADP (Nikotamid Adenosin Dinukleotida Fosfat) menjadi NADP H2.
Pada fase gelap energi yang telah dihasilkan dari fase cahaya akan digunakan
dalam reaksi gelap. Reaksi gelap tidak membutuhkan cahaya, tetapi sangat
bergantung pada suhu. Karena pada fase gelap reaksi biokimia yang berlangsung
sangat dipangaruhi oleh kerja enzim. Fase gelap pada prinsipnya adalah pemindahan
hidrogen dari air hasil peristiwa hidrolisis oleh pembawa (aseptor) hidrogen
(NADPH2) ke asam organik berenergi untuk membentuk karbohidrat yang berenergi
tinggi. Reaksi reduksi ini adalah penambahan elektron dan atom hidrogen ke
CO2yang berakhir dengan terbentuknya unit gula.
9
Fototropisme adalah gerakan dari tumbuhan yang menuju arah rangsangan
cahaya dan gerak ini biasanya terjadi pada pergerakan tumbuhan melalui pergerakan
batang. Hal ini dapat kita saksikan pada tanaman pot yang ditempatkan dekat jendela
atau di bawah tuturan dimana cahaya hanya datang dari satu pihak, maka terlihat
ujung dari batang tersebut membelok menuju ke cahaya atau ke arah datangnya
cahaya (Dwijoseputro,1980).
Wilkins (1989) menyatakan lagi bahwa cahaya merah, hijau dan kuning
mempunyai pengaruh yang kecil terhadap fototropisme, tetapi cahaya biru
menunjukkan pengaruh yang nyata pada pembengkokan koleoptil. Pigmen yang
berperan untuk mengabsorbsi energi radiasi yang aktif dalam fototropisme belum
dapat diidentifikasikan. Tetapi ada dua pigmen karoten dan riboflavin diduga
berfungsi sebagai pengabsorbsi cahaya. Hasil dari penelitian Asomaning dan Galtso
(1961) dalam Wilkins (1980) menyatakan bahwa pigmen flavin dan karotinoid
merupakan fotoreseptor di fototropisme yang mana didalam situasi fisik tertentu,
memiliki karakteristik yang cocok pada panjang gelombang 400-500 nm. Perbedaan
keduanya terjadi pada puncak penyerapan yang terbesar. Pada flavin terjadi di dekat
panjang gelombang 370 nm sedangkan karotenoid terjadi pada panjang gelombang
450 nm. Selanjutnya ditambahkan pula oleh fitter dan Hay (1998) keterlibatan kedua
pigmen tersebut dipengaruhi oleh hormon IAA (Indole AcetycAcid).
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Rawson, dkk (1987) tentang pengaruh
cahaya dan temperatur terhadap perkembangan kanopi dan produksi biji bunga
matahari dikatakan bahwa perkembangan kanopi dari pemunculan jumlah daun dan
ukuran daun dari peningkatan temperatur yaitu 0.02 daun/hari/oC. Dari hasil
pengamatan yang didapat ditemukan kecepatan pemunculan daun lebih cepat sebesar
40% pada temperatur 25-30oC dibandingkan dengan temperatur 13-18oC pada radiasi
di musim panas sedangkan pada perluasan daun lebih panjang 40% pada temperatur 13-
18oC dibandingkan pada temperatur 25-30oC.
Habitat
1. Gelap 89 95 74 94 96 89
2. Merah 12 14 7 26 55 49
jauh
Fitokrom merupakan suatu protein yang kompleks yang terdifusi luas pada
kosentrasi yang rendah pada tumbuh-tumbuhan berhijau daun, berfungsi sebagai
penerima cahaya. Cahaya bereaksi dengan fitokrom (P) untuk merubah fitokrom dari
bentuk tidak aktif dengan penyerapan maksimum pada panjang gelobang 660 nm
(spektrum cahaya merah) menjadi bentuk tidak aktif menjadi bentuk yang aktif.
Dengan penyerapan maksimum pada panjang gelombang 730 nm (spectrum cahaya
merah jauh). Umumnya biji yang telah dewasa berada pada P730, namun pada proses
imbibisi berubah menjadi bentuk tidak aktif P660. Bijibiji yang berkecambah melalui
aktifitas cahaya merah jauh dengan merubah P730 kembali menadi P 660.
Transformasi fitokrom dapat disimpulkan sebagai berikut:
Pr Pfr
12
Merahjauh DestruksiPfr
Fitter dan Hay (1981) mengatakan bahwa meskipun tepatnya satu aspek
cahaya berbeda kualitas, pengaruh perioda dilewatkan melalui fitokrom merah dan
merah jauh yang dapat berbalik, sebagian besar tanaman dari daerah sedang adalah
fotoperiodik. Daerah ekuator panjang siang hari menunjukkan perbedaan musiman kecil
sehingga fotoperiodisme juga kecil, karena awal dan akhir suatu hari ditandai dan
diukur dengan perubahan rasio R/FR, bias jadi pengaruh yang diperlihatkan oleh
Kasperbauer (1971) dalam Devlin (1977) untuk tembakau akan berpengaruh penting
pada proses yang dikendalikan olehfotoperiodisitas.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penyampaian dan penjelasan materi diatas, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
Cahaya matahari merupakan dari segala sumber energi yang merupakan dasar
dari segala kehidupan dibiosfer.
Cahaya memegang peranan penting diantaranya fotosintesa, proses
perkecambahan, fototropisme dan pembungaan.
Beberapa tumbuhan beradaptasi baik secara morfologi, anatomi, maupun
fisiologi dalam responnya terhadap kualitas dan kuantitas cahaya matahari
B. Saran
Dengan adanya makalah ini penulis harap pembaca bisa memahami tentang
ilmu-ilmu biologi lebih baik lagi dan uraian diatas bisa menjadi ilmu yang bermanfaat
untuk kita semua. Diera milenial saat ini kita harus bisa melestarikan ekosistem
tumbuhan yang ada dengan memanfaatkan faktor SDA yang ada
14
DAFTAR PUSTAKA
Babour, M.G., Thornton R.M., Weier T.E. dan Studing C.R. Botany. Abrief 1984.
Introduction to Plant Biology. Second Edition. Jhon Willey and Sons. New york
Chandra, S. 1981. Structure and Organization of The Vascular System in The Rhyzom of
Drynarioid Fern. J. Botany. 50 :585-598
Devlin, R.M dan F.H. Witham. 1983. Plant Physiology. Wilard Grandpress. Boston
Ewusie. 1990. Pengantar Ekologi Tropika. ITB. Bandung
Etherington, J.R. 1982. Environment and Plant Ecology. Second Edition. John
Willey and Sons. New York. 98-110pp.
Fitter, A.H dan R.K.M, Hay. 1981. Fisiologi Lingkungan Tanaman (Edisi
Terjemahan). Gadjah Mada University Press. Hal.322-339.
15