Anda di halaman 1dari 6

REVIEW JURNAL 1

Judul : Pengenalan Alat-Alat Laboratorium Mikrobiologi Untuk Mengatasi Keselamatan


Kerja dan Keberhasilan Praktikum

Penulis : Ririn Andriani


Universitas Haluoleo Oleo fakultas farmasi
Keywords:
Pengenalan alat laboratorium
Digest:
Alat-alat laboratorium biasanya dapat rusak atau bahkan berbahaya jika penggunaannya tidak sesuai
dengan prosedur....
Pentingnya dilakukan pengenalan alat-alat laboratorium adalah agar dapat diketahui cara
penggunaan alat tersebut dengan baik dan benar, sehingga kesalahan prosedur pemakaian alat dapat
diminimalisasi sedikit mungkin

PENDAHULUAN
Pada saat sekarang ini alat merupakan salah satu pendukung dari pada keberhasilan suatu pekerjaan
di laboratorium

Sehingga untuk memudahkan dan melancarkan berlangsaungnya praktikum pengetahuan mengenai


penggunaan alat sangat diperlukan

Pengenalan alat-alat laboratorium penting dilakukan untuk keselamatan kerja saat melakukan
penelitian Selain itu, peralatan yang ada di dalam laboratorium juga dapat mengakibatkan bahaya
yang tak jarang berisiko tinggi bagi praktikan yang sedang melakukan praktikum jika tidak
mengetahui cara dan prosedur penggunaan alat yang akan digunakan pembakar Bunsen, untuk
mensterilkan peralatan seperti ose, jarum, dan spatula dengan cara membakar ujung peralatan
tersebut di atas api bunsen sampai berpijar oven, untuk mensterilkan cawan petri dan pipet volume
penggunaan alat ini dengan memasukkan alat-alat tersebut kedalam oven dan dipanaskan dengan
suhu 160 -170oC selama 1-2 jam, autoklave untuk mensterilkan tabung reaksi bertutup dan
erlenmeyer
penggunaan alat ini dengan memasukkan alat-alat tersebut kedalam autoklave yang ditutup dengan
rapat dan nyalakan autoklave dengan temperature 121℃ dan tekanan antara 15-17,5 psi (pound per
square inci) atau 1 atm selama 1 jam (Kharisma dan Abdul, 2012) Autoklaf atau dikenal dengan
metode sterilisasi panas basah biasanya sterilisasi yang menggunakan bantuan alat autoklaf dengan
tekanan bersaturasi hal yang perlu diperhatikan saat pengisian bahan/alat yang ingin disterilkan
adalah material tersebut dikemas cukup longgar di dalam sebuah wadah (chamber) untuk
mempermudah penetrasi uap panas dan menghilangkan udara setelah proses sterilisasi selesai.
beberapa aturan yang perlu diperhatikan untuk menghindari kecelakaan atau bahaya saat
menjalankan autoklaf: 1. Harus ditunjuk personil yang terlatih dan berpengalaman untuk
bertanggung jawab dan melakukan perawatan rutin
PEMBAHASAN

Beberapa alat yang digunakan dalam praktikum mikrobiologi dalam laboratorium dan dijelaskan
juga fungsi , cara penggunaan alat serta prinsip kerjanya masing-masing
Alat-alat yang digunakan dalam melaksanakan praktikum terbagi atas 3 macam alat yaitu alat elektri,
gelas dan non gelas
Alat-alat elektrik yang digunakan yaitu inkubator adalah alat yang berfungsi untuk menginkubasi
mikroba pada suhu yang terkontrol....
Alat ini dilengkapi dengan pengatur suhu dan pengatur waktu....
Inkubator memiliki prinsip kerja yaitu dengan memasukkan atau menyimpan biakanmurni
mikroorganisme, kemudian mengatur suhunya, biasanya hanya dapat diatur diatas suhu tertentu
Mikroskop adalah alat yang paling khas dalam laboratorium mikrobiologi yang memberikan
perbesaran yang membuat kita dapat melihat struktur mikroorganisme yang tidak dapat dilihat oleh
mata telanjang, di lensa objektif bayangan yang dihasilkan adalah maya, terbalik, dan diperbesar
kemudian bayangan akan diteruskan dan menghasilkan bayangan yang tegak, nyata dan di perbesar
oleh mata pengamat oven berfungsi untuk mensterilkan alat-alat gelas yang tahan terhadap panas.
Digunakan pada sterilisasi udara kering dengan membebaskan alat-alat dari segala macam
kehidupan (mikroba) tanpa kelembaban. Cara menggunakannya yaitu dengan memasukkan alat-alat
yang telah dibungkus dengan kertas yang akan disterilkan ke dalam oven dan menyusunnya pada
rak, kemudian memanaskannya diatas api. inkubator mikroskop Jurnal Mikrobiologi Vol.1 No.1
Maret 2016 ISSN : O1A114084 Autoklaf adalah alat untuk mensterilkan berbagai macam alat dan
bahan yang digunakan dalam mikrobiologi menggunakan uap air panas bertekanan....
Tekanan yang digunakan pada umumnya 15 Psi atau sekitar 2 atm dan dengan suhu 121oC (250oF).
prinsip kerja alat ini yaitu dengan menggunakan uap air panas bertekanan untuk membunuh dan
menghilangkan kotoran dan mikroba yang terdapat pada alat atau bahan yang akan digunakan dalam
praktikum atau percobaan Laminar Air Flow berfungsi untuk pengerjaan sacara aseptis karena
mempunyai pola pengaturan dan penyaringan aliran udara sehingga aseptis dan aplikasi sinar UV
beberapa jam sebelum digunakan cara kerjanya atur alat dan bahan yang telah dimasukan ke laminar
air flow sedemikian rupa sehingga efektif dalam bekerja dan tercipta areal yang benar-benar steril
coloni counter berfungsi untuk menghitung koloni mikrobia dalam kulit cara menggunakannya yaitu
setelah ON menyimpan cawan petri didalamnya yang berisi bakteri atau jamur ke dalam kamar
hitung, mengatur alat penghitung pada posisi 000 dan mulai menghitung dengan menggunakan
jarum penunjuk sambil melihat jumlah pada layar hitung fungsi dari alat ini adalah untuk
menghitung jumlah koloni dari bakter kulkas/lemari pendingin yaitu suatu alat elektronik yang
digunakan untuk menyimpan bahan atau alat yang telah disterilisasi dengan proses pendinginan
hot plate berfungsi untuk memanaskan larutan dan mencairkan media yang padat. pH indikator
universal Oven Autoklaf Coloni Counter Laminar Air Flow Jurnal Mikrobiologi Vol.1 No.1 Maret
2016 ISSN : O1A114084 prinsip kerjanya yaitu dengan menempelkan kertas pH indikator ini
kebenda yang akan di uji pH-nya, ada tingkatan warna tertentu yang menyatakan nilai atau tingkatan
pH-nya
Alat-alat gelas seperti tabung reaksi yang berfungsi sebagai media pertumbuhan dan penampungan
cairan lainnya seperti pelarut selain itu juga dapat dapat diisi dengan media padat, prinsip kerjanya
yaitu pada waktu memanaskan media yang ada didalam tabung reaksi, tabung reaksi harus berada
dalam keadaan miring diatas nyala api dan mulut tabung jangan sekali-kali menghadap pada diri
kita atau orang lain tabung reaksi yang disterilkan didalam autoklaf harus ditutup dengan kapas atau
alumunium foil.
JOURNAL 2
Judul : Cemaran Mikroba Escherichia coli dan Total Bakteri koliform pada air minum isi ulang
Penulis : Rolan Sudirman Pakpahan, Intje Picauly, I Nyoman Widiarta Mahayasa
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Nusa
Cendana Fakultas Pertanian Universitas Nusa Cendana .

Keyword : minum, DAN, COLI, YANG, PENELITIAN, DEPOT, total koliform, CEMARAN, dan
total koliform

Digest:

Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis cemaran mikroba dan mengetahui determinan cemaran
Escherichia coli (E. coli) dan total koliform pada air minum isi ulang....
ppulasi penelitian berjumlah 51 depot air minum yang ditentukan menggunakan teknik total
sampling

Hasil penelitian te
Hasil penelitian terhadap 51 depot air minum menunjukkan air minum telah tercemar mikroba
sebanyak 26 depot air minum (51%), tercemar E. coli 33,33%, dan tercemar total koliform 51%....
Sedangkan determinan cemaran mikroba uji multivariat adalah pengetahuan operator (nilai p =
0,026), kebersihan operator (nilai p = 0,05) dan sanitasi depot air minum (nilai p = 0,044)....
Variabel yang paling dominan memengaruhi cemaran mikroba adalah pengetahuan, kebersihan
operator, dan sanitasi depot air minum....

.Kata kunci: Air minum isi ulang, depot air minum, Escherichia coli, total koliform Abstract
Amount of drinking water services through drinking water depots in Kupang City is increasing in
avarage of 1.44 every year since 2010, meanwhile there is no guarantee that refill drinking water
quality meets any requirement every time. study aimed to analyze microbial contamination and
determine determinants of Escherichia coli (E. coli) and total Coliform on refill drinking water....

Keywords: Refill drinking water, drinking water depot, Escherichia coli, total coliform
Pendahuluan Perkembangan teknologi telah membawa kemajuan dalam pelbagai bidang
kehidupan, salah satunya di bidang kesehatan, yaitu teknologi pengolahan depot air minum
(DAM) teknologi ini mengubah air bersih menjadi air minum tanpa dimasak terlebih dahulu,
namun diolah dengan cara dan desinfeksi.1 Adanya DAM mempermudah masyarakat dalam
penyediaan air minum Air minum merupakan kebutuhan pokok manusia Kita memerlukan air
antara 30 - 60 liter per hari.2 Kegunaan air yang sangat penting adalah untuk Cemaran Mikroba
Escherichia coli dan Total Bakteri Koliform pada Air Minum Isi Ulang Escherichia coli Microbial
and Total Coliform Bacterial Contamination of Drinking Water Rolan Sudirman Pakpahan*, Intje
Picauly*, I Nyoman Widiarta Mahayasa** *Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Nusa Cendana, **Fakultas Pertanian Universitas Nusa
Cendana Korespondensi: Rolan Sudirman Pakpahan, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat
Universitas Nusa Cendana, Jl Adi Sucipto Kupang 85148, No.Telp: 0380-881021,
email:rolans_pakpahan@yahoo.com Pakpahan, Picauly, Mahayasa, Cemaran Mikroba Escherichia
coli dan Total Bakteri Koliform pada Air Minum Isi Ulang 301 minum Oleh karena itu, air minum
harus memenuhi syarat-syarat kesehatan, baik fisik, kimia, radioaktif maupun mikrobiologis agar
tidak menimbulkan gangguan kesehatan. Agar air aman dikonsumsi, diperlukan pengolahan air
untuk menghilangkan cemaran mikroba atau menurunkan kadar bahan tercemar sesuai standar
yang ditetapkan .Air tercemar disebabkan masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan atau
komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia sehingga kualitas air turun sampai tingkat
tertentu yang membahayakan, mengakibatkan air tidak berfungsi lagi sesuai peruntukannya.3 Air
tersebut hanya dapat digunakan untuk tujuan lain yang tidak berisiko terhadap makhluk hidup
Masuknya bahan pencemar ke dalam air berbeda Pada cemaran mikroba, mekanisme
penyebarannya dari tinja ke air minum melalui air, tangan, vektor, dan tanah.2 Indikator
pencemaran mikroba air minum adalah total koliform dan Escherichia coli (E. coli) total koliform
adalah suatu kelompok bakteri yang digunakan sebagai indikator adanya polusi kotoran Total
koliform yang berada di dalam makanan atau minuman menunjukkan kemungkinan adanya
mikroba yang bersifat enteropatogenik dan atau toksigenik yang berbahaya bagi kesehatan Total
koliform dibagi menjadi dua golongan4, yaitu koliform fekal, seperti E. coli yang berasal dari tinja
manusia, hewan berdarah panas, dan koliform nonfekal, seperti Aerobacter dan Klebsiella yang
bukan berasal dari tinja manusia, tetapi berasal dari hewan atau tanaman yang telah mati .Air
olahan DAM harus bebas dari kandungan total koliform dan E. Coli Hasil penelitian kualitas
bakteriologi pelbagai sarana air minum menunjukkan air minum telah tercemar E. coli dan total
koliform Penelitian Tabor et al,5 di Ethiopia terhadap kualitas air minum menunjukkan 45,7%
tercemar koliform. Hasil penelitian Admassu, et al,8 menunjukkan 50% air minum telah tercemar
bakteri di Gondar penelitian Suprihatin dkk,9 di 10 kota besar di Indonesia menunjukkan 34%
sampel tidak memenuhi sedikitnya satu parameter kualitas air minum dan 16% sampel tercemar
bakteri koliform hasil pemeriksaan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) tahun 2003
terhadap mutu air produksi DAM di lima kota (95 depot) menyatakan bahwa 19% tidak memenuhi
syarat mikrobiologis (E. coli/total koliform/Salmonella) hasil penelitian lain menunjukkan bahwa
kualitas E. coli dan total koliform air baku masing-masing yang tidak memenuhi syarat adalah
3,5% dan 6,9%, sedangkan pada air olahan seluruhnya memenuhi syarat kesehatan.11 Hal ini
mengindikasikan bahwa kualitas air minum tidak selalu memenuhi syarat kesehatan setiap saat
Peningkatan jumlah penduduk berdampak pada meningkatnya kebutuhan air minum.Menurut
Suprihatin,1 perkembangan DAM di suatu wilayah disebabkan persediaan air bersih semakin
terbatas dan di sisi lain permintaan air minum mengalami peningkatan tajam mutu air minum
berkualitas adalah hak setiap konsumen sekalipun harganya murah dan mudah terjangkau Hasil
pemeriksaan Kantor Kesehatan Pelabuhan Kupang tahun 2013 terhadap tujuh sampel air minum
isi ulang di Pelabuhan Kupang menunjukkan semuanya tercemar E. coli dan total koliform
asDanya permasalahan kualitas air minum isi ulang produksi DAM mengindikasikan bahwa
pengelolaan air minum isi ulang di Kecamatan Maulafa belum berjalan maksimal determinan yang
dapat memengaruhi kualitas air minum isi ulang adalah sanitasi, kebersihan operator, kualitas alat
desinfeksi, kecepatan aliran air, perilaku operator dan pengemasan air....
Kurang memadainya pelbagai determinan tersebut dapat menimbulkan cemaran E. coli dan total
koliform sehingga memengaruhi kesehatan masyarakat dari

Rumusan masalah

Dari uraian dan permasalahan yang ada, maka rumusan permasalahan adalah bagaimana cemaran
mikroba di Kecamatan Maulafa dan determinan apa saja yang memengaruhi cemaran E. coli dan
total koliform pada air minum isi ulang Penelitian ini bertujuan menganalisis cemaran mikroba dan
mengetahui determinan cemaran E.coli dan total koliform pada air minum isi ulang serta
melakukan pemetaan cemaran mikroba di Kecamatan Maulafa.

Hasil penelitian
diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan kualitas air minum isi ulang pada
masa yang akan datang....
REVIEW JURNAL 3
JOURNAL INTERNASIONAL

Review journal
Physiological assessment of bacteria using fluorochromes
Gordon A. McFetersa*b’*, Feipeng P. YLI~*~, Barry H. Pyle”,
Philip S. Stewartb
“Microbiology Department, Montana State University, Bozeman, MT 59717, USA
bCtwter for Biofilm Engineering, Montana State University, Bozeman, MT 59717, USA
Received 7 December 1993; revised 18 March 1994; accepted 18 March 1994

Keywords:
BACTERIUM, METHOD, PHYSIOLOGICAL, MICROSCOPY, APPLICATION,
ENVIRONMENTAL, MICROBIAL, COMMUNITY, physiological activities, Fluorescence
microscopy

Digest:
...JOURNAL OF ~l&OCRt;LOGICAL ELSEVIER Journal of Microbiological Methods 21
(1995) l-13 Review Article Physiological assessment of bacteria using fluorochromes Gordon A.
McFetersa*b'*, Feipeng P. YLI~*~B, arry H. Pyle", Philip S. Stewartb "Microbiology Department,
Montana State University, Bozeman, MT 59717, USA bCtwter for Biofilm Engineering, Montana
State University, Bozeman, MT 59717, USA Received 7 December 1993; revised 18 March 1994;
accepted 18 March 1994 Keywords: Bacteria; Fluorochrome; Epifluorescence microscopy 1.
Introlduction Microbiologists involved in ecological and environmental studies are often faced with
the challenge of detecting or enumerating bacteria and assessing specific physiological activities in
complex natural or engineered systems....
...Although these tasks appear almost trivial from the perspective of pure-culture studies m the
laboratory, autochthonous communities and allochthonous organisms exposed to environmental
stressors present some real analytical challenges In addition to the inadequacies associated with most
of the methods available, the patchiness and non-homogeneous chemical and physical character of
most natural habitats further complicate the analytical aspect of such studies the failure of bacteria
to form colonies is a widely acknowledged problem when using plate counting procedures this
concern was clearly recognized by Winogradsky [l] and more recently by others [2-41 due to the
failure of known cultural methods when examining parameters such as species diversity or
physiological activity of many microbial communities....
As a result, our ability to describe microbial populations using methods based on colony formation
is flawed * Corresponding author.I Journal of Microbiological Methods 21 (1995) l-13 and it has
been estimated that only 20% of the bacteria within autochthonous communities are known [5]....
in addition, allochthonous as well as some autochthonous bacteria exposed to potentially lethal
environmental conditions including nutrient restriction, ultraviolet irradiation or sublethal
concentrations of antibacterial compounds undergo physiological and morphological alterations that
complicate the detection and accurate enumeration of such stressed bacteria using available cultural
approaches [6-101 hence, bacteria that are sometimes regarded as non-culturable in the literature
might be more realistically considered uncultivated, as suggested by Ward et al [4]. A spectrum of
alternative methodological approaches is now either under development or available to detect and
quantify microorganisms or their activities in ecological and environmental studies....
...A variety of microscopic methods have been successfully adapted to such studies including
traditional microscopy [14] and more recently, scanning confocal laser microscopy (SCLM) [15].A
range of different molecular approaches has also been developed and these are used in microbial
ecology and environmental microbiology [4,16,17] for example, most of these techniques provide
data that are estimates averaged over the entire community so that physiological gradients and
differences between cells or heterogeneities in space cannot be resolved this characteristic is
particularly germane in communities where defined spatial relationships can be crucial, such as
biofilms Finally, the relationship between the concepts of viability and physiological activity
requires brief consideration Although philosophical debates will likely continue for some time on
this issue, it is relatively clear that bacteria (i.e. the vast majority in some environments) are viable,
since they are capable of reproduction in that habitat yet they are not detected using known cultural
methods .At the same time, many such bacteria are demonstrably active when tested using one or
more of the specific available tools to detect different measures of physiological activity....
Therefore, the working hypothesis-that specific measures of physiological or metabolic activity
provide more descriptive information concerning the potential physiological activity of bacteria and
their dynamics within natural or engineered microbial communities than the ability of the cells to
grow and form colonies on a specific medium-has been adopted G.A.This minireview focuses on
the application of fluorogenic compounds in the detection of bacteria with particular emphasis on
the assessment of physiological activity using epifluorescence microscopy microbiological
applications of several related methods will also be reviewed The use of incident or epi-illumination
fluorescence microscopy is of particular utility in microbiology, since objects may be viewed on
opaque ,surfaces before the development of the fluorescence microscope in the early years of this
century, a range of fluorescent dyes became available most of these early applications were limited
to studies of plant and histological samples by the late 1930s microbiologists were using
fluorescence microscopy in a number of applications eerly microbiological applications of
autofluorescence and induced fluorescence have been reviewed [27] currently, direct microscopic
enumeration with acridine orange is one of the most commonly used methods in microbial ecology
[28,29] .However, it is worth noting that the selection of optical excitation and barrier filters is a
critical step in adapting a fluorescence microscope for each fluorochrome and that filters from
different microscope manufacturers lack uniformity The application of these probes has played a
central role in many riecent extraordinary developments in cellular biology However, this approach
has been exploited in only a limited number of microbiological applications Acridine orange
Acridine orange (AO) has been available for over 100 years and is one of the most commonly used
fluorogenic dyes in microbial ecology and environmental microbiology as a part of the acridine
orange direct count (AODC) or the direct total microbial count method [32]Specifically, A0
complexes with single-stranded nucleic acids in a manner that results in red to orange fluorescence
while the product of A0 and doublestranded nucleic acids yields green fluorescence.

Anda mungkin juga menyukai