Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Promosi Kesehatan dan Advokasi


TAHUN AKADEMIK 2020/2021

DISUSUN OLEH

NAMA :

PUTRIMEILANIA

STIKES AL – MA`ARIF BATURAJA


JL. Dr. Moh Hatta No. 687 B Telp (0735)322300

BATURAJA

0
KATA PENGANTAR

    Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, saya
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah Promosi kesehatan
dan advokasi.

    Makalah ilmiah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan materi dari
berbagai sumber sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.. Untuk itu saya
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua rekan sesama.
    
    Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka
saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah
ilmiah ini.
    
    Akhir kata saya berharap semoga makalah Promosi kesehatan dan advokasi berguna di
masyarakat dan manfaatnya untuk ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap
pembaca.
    

                                                                                      Baturaja,26 November 2020

    
                                                                                              Putri Meilania

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………… 1

DAFTAR ISI………………………………………………………………………….. 2

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………… 3

1.1 Latar Belakang………………………………………………………….… 3


1.2 Rumusan Masalah………………………………………………….......…. 4
1.3 Tujuan Makalah…………………………………………………………... 4

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………. 5

o 2.1 Aspek psikologi dalam pendidikan..........................


………………………………………………........ 5
o 2.2 Nilai sehat masyarakat modern dan tradisional.............................................
………………….………………….….7
o 2.3 Kepercayaan dan hubungan derajat kesehatan............................................
…………………………………….... ....9
o 2.4 Pendekatan edukatif.........................................................………………...10
o 2.5 Program penyuluhan terpadu.......................................................................12

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………...13

3.1 Kesimpulan……………………………………………………….…....... 13

3.2 Saran……………………………………………………………………… 13

3.3 Daftar Pustaka……………………………………………………………. 14

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.            Latar Belakang
Psikologi Kesehatan dikembangkan untuk memahami pengaruh  psikologis terhadap bagaimana
seseorang menjaga dirinya agar tetap sehat, dan mengapa mereka menjadi sakit dan untuk
menjelaskan apa yang mereka lakukan saat mereka jatuh sakit. Selain mempelajari hal-hal tersebut di
atas, psikologi kesehatan mempromosikan intervensi untuk membantu orang agar tetap sehat dan juga
mengatasi kesakitan yang dideritanya.

Psikologi kesehatan tidak mendefinisikan sehat sebagai tidak sakit. Sehat dilihat sebagai pencapaian
yang melibatkan keseimbangan antara kesejahteraan fisik, mental dan sosial. Psikologi kesehatan
mempelajari seleruh aspek kesehatan dan sakit sepanjang rentang hidup. Psikologi kesehatan fokus
pada pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, seperti bagaimana mendorong anak mengembangkan
kebiasaan hidup sehat, bagaimana meningkatkan aktivitas fisik, dan bagaimana merancang suatu
kampanye yang dapat mendorong orang lain memperbaiki pola makannya, maupun kesehatan mental
remaja.

Dimana kita ketahui, remaja terkadang melakukan tindakan-tindakan yang tidak realistis, bahkan
cenderung melarikan diri dari tanggung jawabnya. Perilaku mengalihkan masalah yang dihadapi dan
mengkonsumsi minuman beralkohol banyak dilakukan oleh kelompok remaja, bahkan sampai
mencapai tingkat ketergantungan penyalahgunaan obat terlarang dan zat adiktif.

3
1.2 Rumusan Masalah

    Makalah ini disusun berdasarkan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimakah aspek inovasi, motivasi dan komunikasi dalam PKM?


2. Apa nilai sehat masyarakat modern dan tradisional?
3. Bagaimana kepercayaan dan hubungannya dengan derajat kesehatan?
4. Apa saja penjelasan dari pendekatan edukatif?
5. Apa saja penjelasan dari penyuluhan terpadu?

1. 3 Tujuan pembahasan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

1. Mahasiswa dapat mengetahui aspek inovasi, motivasi dan komunikasi dalam PKM.
2. Mahasiswa dapat mengetahui nilai sehat masyarakat modern dan tradisional.
3. Mahasiswa dapat mengetahui kepercayaan dan hubungannya dengan derajat
kesehatan.
4. Mahasiswa dapat mengetahui pendekatan edukatif.
5. Mahasiswa dapat mengetahui penyuluhan terpadu.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Aspek psikologi dalam pendidikan kesehatan

Motivasi dapat menjadi kekuatan yang besar untuk perubahan hidup positif. Namun, bagaimana
dengan perilaku yang tidak terlalu positif ----- seperti minum terlalu banyak, merokok, dan melakukan
seks tidak aman? Apakah perilaku-perilaku ini juga dimotivasi? Psikolog kesehatan telah menyadari
bahwa memahami motif dibalik perilaku tidak sehat dapat menjadi penting untuk memahami,
mengubah, dan mencegah perilaku-perilaku ini.

A.Memahami motif dibalik perilaku tidak sehat dapat menjadi penting ntuk memahami, mencegah
perilaku-perilaku ini.

Psikolog kesehatan telah secara khusus tertarik untuk menganalisis alasan mengapa seseorang
mengonsumsi alkohol. Lynne Cooper dan rekan-rekan sejawatnya telah mengidentifikasi tiga
motivasi minum (Copper, 1994; Cooper, et al, 1992):

·         Motiv Sosial, meliputi minum alkohol karena itu yang dilakukan teman-teman atau karena
seseorang ingin bersosialisasi.

·         Motiv Coping, berpusat pada minum alkohol untuk rileks, untuk menghadapi stres, atau untuk
melupakan kekhawatiran.

·         Motiv Peningkatan (enhancement), meliputi minum karena hal itu menyenangkan, karena


seseorang suka dengan rasanya, atau karena menimbulkan semangat.

Penelitian telah menunjukkan bahwa orang dewasa muda pada umumnya minum untuk alasan sosial,
dengan motif penigkatan di peringkat kedua (Kuntsche,et al, 2006). Seperti pada motif peningkatan,
motif cooping tidak bisa terjadi pada dewasa muda. Meskipun ketiga motif berkaitan dengan
frekuensi minnum yang lebih tinggi (dengan motif peningkatan dihubungkan secara khusus pada laki-
laki --- Cooper, et al, 1992), motif yang mendorong perilaku minumdapat  memiliki implikasi
terhadap apakah perilaku tersebut berbahaya atau tidak berbahaya.

Motivasi telah dipelajari pada berbagai variasi perilaku yang tidak sehat. Bahkan, perilaku yang
tampaknya sangat merusak tubuh (merokok, seks tidak aman) dapat dimengerti sebagai produk dari
motivasi (Cooper, et al, 2006; Gynther, et al, 1999). Meskipun kita telah memusatkan diri pada
dewasa muda, memerhatikan motif yang mendorong perilaku tidak sehat juga dapat dilakukan pada
siapa pun, padaumur atau tahap kehidupan manapun.

5
Komunikasi

Komunikasi itu sendiri memiliki beberapa tujuan yaitu melakukan sebuah tindakan, membuat
kebutuhan dan persyaratan yang diketahui, pertukaran informasi, gagasan, sikap dan kepercayaan,
memberikan pengertian dan membangun atau memelihara hubungan (US Office of Disease
Prevention dan Promosi Kesehatan, 2004). Menurut perannya, komunikasi juga memiliki peran dalam
menyampaikan layanan dan promosi kesehatan. Komunikasi kesehatan merupakan pertukaran pesan,
informasi, maupun gagasan mengenai kesehatan. Kesehatan merupakan salah satu hal yang penting
bagi kehidupan manusia.

Pembahasan mengenai kesehatan itu diantaranya meliputi pola hidup sehat, cara menjaga kesehatan,
dan bagaimana cara menangani sebuah penyakit. Komunikasi kesehatan ini juga termasuk dari
komunikasi persuasif, karena bisa kita lihat dari tujuannya yaitu untuk memengaruhi serta mengajak
audiens untuk merubah sikap dan perilaku mereka untuk hidup sehat. Komunikasi kesehatan meliputi
penelitian dan penggunaan strategi komunikasi yang digunakan untuk menginformasikan serta
memengaruhi melalui pengetahuan, sikap dan praktik individu dan masyarakat terkait kesehatan dan
perawatan kesehatan. Hal tersebut dituangkan melalui kampanye-kampanye pendidikan publik yang
berusaha untuk mengubah iklim sosial yang mendorong perilaku sehat, menciptakan kesadaran,
mengubah sikap, dan memotivasi individu mengadopsi perilaku yang direkomendasikan.

Komunikasi keseshatan juga dapat berlangsung di sejumlah tingkat yang berbeda dan pusat
pengendalian dan pencegahan penyakit mengidentifikasi tingkat dampak berikut:

*Individu : target mendasar untuk perubahan terkait kesehatan

*Jejaring Sosial : hubungan individu dan kelompok tempat seseorang memiliki dampak signifikan
terhadap kesehatannya

*Organisasi : organisasi mencakup kelompok formal, seperti asosiasi, klub dan kelompok masyarakat

*Komunitas : komunitas yang direncanakan serta dipimpin oleh organisai dan institusi dapat
memengaruhi kesehatan

*Masyarakat : masyarakat secara keseluruhan memiliki banyak pengaruh terhadap perilaku individ,
termasuk norma dan nilai, sikap dan pendapat, hukum dan kebijakan dan lingkungan fisik, ekonomi,
budaya dan informasi.

2.2. Nilai sehat masyarakat modern dan tradisional

 Perilaku Pengobatan Tradisional

6
Masih banyak masyarakat yang memiliki perilaku pencarian pe- ngobatan melalui
layanan-layanan tradisional, sehingga perlu dilihat penyebab dari perilaku masyarakat
tersebut, serta kajian-kajian ilmu mengenai perilaku pengobatan tradisional yang berlaku di
masya- rakat. Tujuannya agar kebudayaan mengenai pencarian pengobatan tradisional dapat
diinteraksikan dengan pengobatan modern agar derajat kesehatan masyarakat dapat semakin
ditingkatkan.

Realitas ini pula yang terjadi pada masyarakat yang ada di daerah perdesaan yang
masih menjaga dan melestarikan nilai- nilai kultural yang mereka terima dari generasi
sebelumnya. Dari fenomena kultural tersebut dapat dipahami bahwa sistem pengo- batan
tradisional atau etnomedisin hingga saat ini masih tetap eksis dan berkembang di tengah-
tengah masyarakat pendukungnya. Dalam realitasnya, praktik-praktik modern juga semakin
berkembang pesat dengan banyaknya pusat-pusat kesehatan resmi dari pemerintah ataupun
swasta. Dalam kaitannya dengan hal demikian, tampaknya gerakan back to nature (kembali
ke alam) yang semakin digencarkan oleh negara-negara maju telah berdampak positif
terhadap tumbuh suburnya praktik-praktik pengobatan tradisional. Sistem etnomedisin
memiliki posisi yang khusus dalam masyarakat, yakni sebagai local wisdom yang diwariskan
secara turun-temurun dari leluhurnya. Selain itu, sistem pengobatan tradisional juga, se- cara
fungsional, masih diperlukan oleh masyarakat, terutama dalam menjaga dan memelihara
kese- hatan, serta menjaga stamina dan kebugaran tubuh. Hal ini merupakan salah satu upaya
yang dapat dilakukan dalam me- lestarikan budaya daerah.

Dalam hal-hal lain, modern dan tradisional sama belaka. Menurut Jared, masyarakat
cukup arif mempertahankan nilai-nilai klasik masa lalu untuk hidup mereka hari ini. Ada
banyak nilai yang muncul di masyarakat tradisional yang sesungguhnya dipraktikkan oleh
orang modern. Dalam soal wilayah, misalnya, batas kekuasaan datang dari pergerakan
ekonomi. Jika di masyarakat tradisional ada soal meramu dan berburu, di dunia modern antar
negara punya batas yang dicirikan oleh visa, bea masuk, dan batas geografi.

Masyarakat tradisional acap berselisih dalam perang suku akibat rebutan wilayah,
negara-negara modern kini juga berebut wilayah secara kasat mata (seperti kita lihat di
semenanjung Rusia) atau secara virtual melalui penguasaan-penguasaan ekonomi. Maka,
manusia modern dan tradisional sesungguhnya tetap punya tabiat yang sama. Bedanya hanya
bagaimana cara mereka melakukannya saja.

7
Di komunitas tradisional maupun modern, naluri untuk mempertahankan sumber daya
alam sebagai milik merupakan sifat dasar manusia yang tak berubah. Persepsi terhadap
kawan, lawan, dan orang asing tetap sama di dua komunitas yang berbeda itu. Di dunia
modern, kedatangan orang asing selalu dicurigai mengganggu status quo sehingga mereka
acap dicurigai.

2.3. kepercayaan dan hubungan derajat kesehatan

Di Negara-negara maju umumnya, cara pengobatan modern telah mendapat tempat yang baik dan
mapan dalam sistem pengobatannya. Keadaan ekonomi yang telah memungkinkan mereka
menyediakan fasilitas yang memadai untuk penyelenggaraan pelayanan kesehatan cara modern yang
pada umumnya membutuhkan sarana dan prasarana yang cukup mahal. Pengobatan modern
memanfaatkan pula kemajuan tekonologi untuk pelaksanaannya. Peralatan kesehatan modern yang
semakin maju dan canggih telah menyedot dana besar untuk penyediannya. Kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan ternyata belum mampu memuaskan masyarakat dalam
pelayanan kesehatan karena berbagai kendala yang ada pada sistem tersebut.

Terkait dengan perkembangan teknologi pengobatan modern, ternyata pengobatan tradisional semakin
banyak peminatnya dan secara nyata dalam kasus-kasus penyakit tertentu justru lebih berhasil
daripada cara-cara pengobatan modern, dimana cara-cara dan hasilnya sering dipandang sebagai hal
yang kurang rasional. Keadaan ini tidak jarang menimbulkan persepsi pro dan kontra terhadap
pengobatan tradisional sebagai akibat dari digunakannya pengobatan modern/model barat sebagai
tolak ukur dalam menilai kebenaran suatu cara dari hasil suatu pengobatan.

Pebedaan yang terutama di antara pengobatan alternatif dengan pengobatan modern berdasarkan cara-
pikir pengobatannya. Pengobatan pertama berpola-pikir logika yang menganggap penyakit yang
bersifat lahir. Pola-pikir alternatif yang menganggap penyakit yang bersifat batin bersamaan dengan
sifat lahir juga. Menurut Walcott (2004), bahwa ada kecenderungan untuk banyak orang untuk
memilih pengobatan modern sebagai pilihan utama kemudian memilih pengobatan alternatif jika tidak
bisa disembuhkan. Walaupun masyarakat mengutamakan pengobatan modern mereka masih sadar dan
bergantung pada tersedianya pengobatan alternatif seperti pengobatan yang memakai tenaga dalam.
Penelitian dilakukan untuk menunjukkan sejauh mana masyarakat peduli dengan permasalahan
kesehatan mereka, terutama perilaku mereka dalam memilih sumber perawatan kesehatan yang ada.
Selanjutnya akan dilihat faktor apa saja yang menentukan pemilihan dan pandangan masyarakat
terhadap praktek pengobatan

8
 2.4. Pendekatan edukatif

1. Filosifi dasar pemikiran dalam pendekatan edukatif adalah :

1. pengembangan potensi masyarakat yang paling baik.


2. Masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat adalah hasil prilaku masyarakat sendiri.
3. Petugas dan masyarakat harus merupakaqn mitra yang saling mendukung.
4. Kerjasama lintas sektoral.
5. Pelayanan yang diberikan hendaknya diterima oleh masyarakat setempat.

2. prinsip – prinsip pendekatan edukatif

Prinsip-prinsip tersebut adalah:

a) Prinsip motivasi

Dalam interaksi edukatif tidak semua anak didik termotivasi untuk bidang studi tertentu. Motivasi
anak didik untuk menerima pelajaran tertentu berbeda-beda, ada anak didik yang memiliki motivasi
yang tinggi, ada yang sedang, dan ada sedikit sekali memiliki motivasi yang tinggi. Hal ini perlu
disadari oleh guru agar dapat memberi motivasi yang bervariasi kepada anak didik.

b) Prinsip berangkat dari persepsi yang dimiliki

Setiap anak didik yang hadir di kelas memiliki latar belakang pengalaman dan pengetahuan yang
berbeda. Menyadari akan hal ini guru dapat memanfaatkannya guna kepentingan pengajaran.
Kebingungan yang guru hadapi di antaranya disebabkan oleh penjelasan guru yang sukar dipahami
oleh sebagian besar anak didik. Hal ini terjadi karena penjelasan guru yang mengabaikan pengalaman
dan pengetahuan yang bersifat apersepsi dari setiap anak didik.

c) Prinsip mengarah kepada titik pusat perhatian tertentu atau fokus tertentu

Pelajaran yang direncanakan dalam suatu bentuk atau pola tertentu akan mampu mengaitkan bagian-
bagian yang terpisah dalam suatu pelajaran. Tanpa suatu pola, pelajaran dapat terpecah-pecah dan
anak didik akan sulit memusatkan perhatian. Titik pusat dapat tercipta melalui upaya merumuskan
masalah yang hendak dipecahkan, merumuskan pertanyaan yang hendak dijawab, atau merumuskan
konsep yang hendak ditemukan.

d) Prinsip keterpaduan

Salah satu sumbangan guru untuk membantu anak didik dalam upaya mengorganisasikan perolehan
belajar adalah penjelasan yang mengaitkan antara suatu pokok bahasan dengan pokok-pokok bahasan

9
yang lain dalam mata pelajaran yang berbeda. Dengan begitu, bahan pelajaran dari setiap pokok
bahasan yang diberikan oleh guru dapat dengan mudah diorganisasikan oleh anak didik, sehingga
menjadi padu.

e) Prinsip pemecahan masalah yang dihadapi

Masalah perlu pemecahan, bukan dihindari. Menghindari masalah sama halnya tidak mau membina
diri untuk terbiasa memecahkan masalah. Namun begitu, masalah jangan dicari. Mencari masalah
sama halnya dengan mengundang masalah.

f) Prinsip mencari, menemukan, dan mengembangkan sendiri

Anak didik sebagai individu pada hakikatnya mempunyai potensi untuk mencari dan mengembangkan
dirinya. Lingkunganlah yang harus diciptakan untuk menunjang potensi anak didik tersebut. Dalam
upaya ini guru tidak perlu berdaya upaya menjejali anak didik dengan segudang informasi, sehingga
membuat anak didik kurang kreatif dalam mencari dan menemukan informasi ilmu pengetahuan yang
ada dalam buku-buku bacaan

g) Prinsip belajar sambil bekerja

Belajar secara verbal terkadang kurang membawa hasil bagi anak didik. Karena itulah dikembangkan
konsep belajar secara realistis, atau belajar sambil bekerja (learning by doing). Belajar sambil
melakukan aktivitas lebih banyak mendatangkan hasil bagi anak didik, sebab kesan yang diperoleh
anak didik lebih tahan lama tersimpan di dalam benak anak didik.

h) Prinsip hubungan sosial

Dalam belajar tidak selamanya anak didik harus seorang diri, tetapi sewaktuwaktu anak didik harus
juga belajar bersama dalam kelompok. Konsepsi belajar seperti ini dimaksudkan untuk mendidik anak
terbiasa bekerja sama dalam kebaikan.

i) Prinsip perbedaan individual

Ketika guru hadir di kelas, guru akan berhadapan dengan anak didik dengan segala perbedaannya.
Perbedaan ini perlu guru sadari, sehingga guru tidak akan terkejut melihat tingkah laku dan perbuatan
anak didik yang berlainan antara satu dengan yang lainnya.

Materi Penyuluhan Posyandu Harus Lebih edukatif

MASIH tinggi angka stunting di Indonesia, karena masyarakat masih belum paham betul soal gizi. Di
sisi lain, penyuluhan posyandu pun sepertinya belum menyentuh seluruh lapisan masyarakat atau
belum tepat sasaran.Ketua bidang advokasi Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI)

10
Yuli Supriati mengungkapkan, saat terjun ke masyarakat melakukan edukasi tentang gizi, pihaknya
tak jarang mendapati anak-anak yang masih mengkonsumsi kental manis. “Awal September ini, saat
kami bersama PP Aisyiyah melakukan penelitian mengenai persepsi masyarakat mengenai kental
manis dan kaitannya dengan gizi buruk, di desa Parung, Kab Bogor, ada 5 anak dari 3 keluarga yang
mengkonsumsi kental manis sehari-hari. Mereka mengatakan mereka minum susu. Orang tua
mengaku tidak tahu cara penggunaan kental manis yang tepat, mereka pikir kental manis adalah susu
untuk anak,

Peraturan BPOM No 31 Tahun 2018 tentang label pangan olahan, yang juga memuat aturan tentang
produk kental manis sudah memasuki tahun keduanya. Artinya, tinggal 1 tahun lagi batas waktu
penyesuaian yang diberikan BPOM terhadap produsen kental manis.Di antara yang diatur terkait
kental manis dalam peraturan tersebut adalah label bahwa kental manis bukan untuk usia dibawah 12
bulan, dilarang menampilkan visual anak-anak dan susu di dalam gelas pada label dan iklan serta
kental manis bukan sebagai sumber gizi tunggal.Sayangnya, hingga saat ini belum terlihat langkah
konkrit pemerintah dalam menyosialisasikan kepada masyarakat bagaimana seharusnya penggunaa
kental manis. Hal itu terlihat dari masih banyaknya anak-anak, balita bahkan bayi berusia dibawah 12
bulan yang mengkonsumsi kental manis sebagai asupan nutrisi harian mereka.

2.5. Program penyuluhan terpadu

a) Prinsip Keterpaduan. Dalam prinsip ini menerangkan bagaimana perencanaan penilaian


tersebut harus dilakukan secara bersamaan dengan perencanaan satuan program pengajaran,
dan disarankan lagi bahwa hendaknya yang dilakukan oleh seorang guru sebelum pelajaran
dimulai bisa melakukan penilaian awal (pre test) yang akan dibandingkan kemudian dengan
penilaian akhir (post test). Penilaian yang dilaksanakan sebelumnya itu sekaligus merupakan
paduan pula dalam melaksanakan program kegiatan belajar-mengajar.

1. Keefektifan komunikasi secara luas sebagai tujuan pembelajaran

2. Situasi pembelajaran bahasa menurut konteks

Mungkin konsep keterpaduan yang paling mendasar ialah bahwa pembelajaran bahsa akan
menjadi optimal jika diusahakan dalam konteks yang bermakna.

3. Memaksimalkan hubungan antar ketrampilan berbahasa

Prinsip ketiga untuk mencapai keterpaduan ialah memaksimalkan hubungan berbagai cara
berkomunikasi.

11
BAB III

PENUTUP
3.1. Kesimpulan

Psikologi kesehatan fokus pada pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, seperti bagaimana
mendorong individu mengembangkan kebiasaan hidup sehat, bagaimana meningkatkan aktivitas fisik,
dan bagaimana merancang suatu kampanye yang dapat mendorong orang lain memperbaiki pola
makannya. Maupun kesehatan mental. Individu yang salah penyesuaian dirinya terkadang melakukan
tindakan-tindakan yang tidak realistis, bahkan cenderung melarikan diri dari tanggung jawabnya

3.2.    Saran

Diharapkan kepada pemerinah untuk segera memenuhi kebutuhan masyarakat untuk


pelayanan kesehatan yang optimal dan prima sehingga masyarakat dapat merasakan dampak
dari pelayanan kesehatan masyarakat.

12
Daftar Pustaka
https://www.google.com/search?
q=komunikasi+dalam+pendidikan+kesehatan&oq=komunikasi+dalam+pendidikan+kesehata
n&aqs=chrome..69i57j0l7.18184j0j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8

https://voice-teacher.blogspot.com/2019/08/prinsip-prinsip-interaksi-edukatif.html

https://www.google.com/search?
q=latar+belakang+makalah+psikologi+kesehatan&oq=latar+belakang+makalah+psikologi+k
es&aqs=chrome.0.0j69i57.48851j0j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8

13

Anda mungkin juga menyukai