1. PENDAHULUAN
Rapid prototyping merupakan sebuah Teknik untuk mengubah suatu data gambar CAD (Computer Aided Man-
ufacturing) menjadi suatu produk dengan cara mencetak dengan menambahkan material secara lapis demi lapis
sesuai dengan yang telah di atur [1], contohnya mesin 3D printer FDM. Printer 3D yang menggunakan
teknologi ini membangun bagian lapis demi lapis, dari bawah ke atas dengan memanaskan dan mengekstrusi
filamen termoplastik sesuai dengan data 3D yang dipasok ke printer. Setiap lapisan mengeras karena diletakkan
dan mengikat ke lapisan sebelumnya [2].
Sebelum dicetak oleh mesin, data CAD perlu diubah menggunakan aplikasi antarmuka disebut aplikasi
pengiris (software slicer) untuk mengubah desain yang berupa data STL atau OBJ menjadi sebuah data bahasa
pemrograman printer 3D, dengan menggunakan serangkaian instruksi yang berasal dari komputer akan dapat
diterjemahkan ke dalam perintah yang dimengerti oleh printer 3 dimensi yaitu G-code[3], [4]. G-code adalah
singkatan dari “Geometric Code” fungsi utamanya untuk menginstruksikan mesin dalam menggerakkan nozzle
bagaimana cara bergerak secara geometris dalam 3 dimensi [5]. Terdapat beberapa aplikasi slicer yang biasa
digunakan yaitu TinkerCAD, Cura, Sculptris, Sketchup, Meshmixer, Ideamaker, 3D slash, Freecad,
RepetierHost, dll.
Dari perspektif ilmiah tentang evaluasi pengenalan dan pemilihan aplikasi slicer terjadi perbedaan yaitu
"kemudahan penggunaan" dan "ruang lingkup fungsi" akan tetapi berpengaruh terhadap pemilihan parameter
pencetakan yang lebih sepesifik [6]. Sejauh ini, belum ada penelitian yang dilakukan mengenai pemilihan opsi
mode slicer dan pengaruh parameter pada bagian akhir [7]. Sehingga dapat dikatakan terjadi pengaruh dalam
cara pembuatan dan hasil pencetakan yang dihasilkan pada setiap slicer yang berbeda.
Hasil pencetakan yang dilakukan secara berlapis ditemukan bagian produk yang melayang (dalam
keadaan kemiringan tertentu) sehingga dibutuhkan penopang (Support) yang membentuk agar produk tidak
menjadi cacat. Penentuan orientasi pencetakan benda 3D memberi pengaruh yang berarti terhadap kekasaran
dan dimensi produk yang dihasilkan [8]. Pengaruh orientasi cetak pada waktu pemrosesan & akurasi dimensi
yang dicetak menunjukkan bahwa proses pencetakan dengan orientasi memiliki perbedaan hasil waktu, tebal
lapisan-lapisan (layer) pada proses printing juga menentukan kualitas permukaan & efisiensi waktu proses[9],
[10]. Penelitian yang dilakukan berfokus untuk memperbaiki kualitas hasil produk dari Mesin 3D printing, baik
berupa peningkatan hasil ukuran dimensi dan kualitas permukaan [11]. Oleh karena itu, dilakukan penelitian
yang membutuhkan penopang (Support) tepatnya di sisi miring & sisi radius.
Pada perancangan ini, hasil analisis ketelitian dimensi dan kekasaran permukaan terhadap slicer yang
berbeda dengan orientasi pencetakan yang membutuhkan support menunjukkan slicer Cura menghasilkan yang
paling baik.
Pada pengambilan data pengukuran, Produk Dicetak sebanyak 3 kali. Kemudian setelah selesai dicetak, diukur
dimensi dari beberapa titik yang berbeda. Dimensi adalah kuantitas atau properti yang mencakup panjang,
lebar, tinggi, luas dan lainnya. Misalnya: diameter, panjang, volume dan lainnya [12]. Ketelitian (Akurasi)
adalah perbedaan kuantitas benda ukur dan nilai benda sebenarnya. Definisi akurasi merupakan suatu
parameter yang tidak memiliki kuantitas dengan nilai karena nyatanya dalam setiap pengukuran, nilai ukur
tidak dapat diketahui karena ada faktor ketidakpastian (uncertainty) [12]. Diambil 3 titik yang berbeda dari
ukuran produk yang dicetak. Sisi yang diukur dimensinya adalah sisi yang membutuhkan pendukung saja.
Terdapat 2 sisi yang diukur, yaitu sisi 1 & sisi 2. Kemudian data yang diambil dari 3 produk cetak dihitung
dimensi rata-rata.
Surface roughness atau roughness, adalah komponen dari tekstur permukaan. Cara mengukur dengan
melihat penyimpangan kearah gaya normal permukaan nyata dari bentuk idealnya. Jika penyimpangan besar,
maka permukaan kasar; jika kecil maka permukaan halus. [13]. Karena parameter R{a} merupakan parameter
yang paling umum mudah untuk digunakan maka digunakan parameter tersebut. Kekasaran diambil di sisi
yang sama seperti ketelitian dimensi, yaitu sisi yg terkena pendukung adalah sisi 1 & sisi 2. Terdapat 2 sisi
yang diukur kekasaran permukaannya, yaitu sisi 1 & sisi 2. Kemudian diukur kekasaran permukaan sebanyak
3 kali pada setiap 3 produk cetak yang dihasilkan; dihitung kekasaran permukaan rata-rata.
Mesin 3D Printer
Pada penelitian ini yang digunakan adalah mesin FDM dengan merk MakerGear M2 yang telah dimodifikasi
dari single extruder menjadi dual extruder [14]
Alat ukur
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini yaitu jangka sorong tipe 530-104 merk Mitutoyo & alat
uji kekasaran permukaan (surface roughness tester) tipe surftest SJ-310 merk Mitutoyo.
Author 1, Author 2, Author 3; Rekayasa Mesin, v. 00, n. 0, pp. xx – xx, 2013.
(a) (b)
Gambar 4: (a). Jangka Sorong, (b). Alat Uji Kekasaran Permukaan
3. PEMBAHASAN
(a) (b)
Gambar 5: (a). Desain Benda Uji, (b). Desain Produk Keadaan Terbalik
Author 1, Author 2, Author 3; Rekayasa Mesin, v. 00, n. 0, pp. xx – xx, 2013.
Repetier-Host Sisi 1 10,2 10,15 10,2 10,2 10,2 10,15 10,1 10,15 10,15 10,166
Setelah dilakukan pengukuran ketelitian dimensi, benda uji kemudian diukur dengan Alat Uji Kekasaran Per-
mukaan (Surface Roughness Tester). Dilakukan kalibrasi sebelum menguji, didapat nilai Ra= 2,97.
Dilakukan pengukuran kekasaran permukaan terhadap benda uji Cura, Ideamaker & Repetier-Host. Benda uji
dilakukan pengujian kekasaran permukaan pada sisi 1 (lebar =10 m) & sisi 2 (ukuran diameter = 8 mm) dengan
hasil pengukuran pada Tabel 5 & 6.
Author 1, Author 2, Author 3; Rekayasa Mesin, v. 00, n. 0, pp. xx – xx, 2013.
10,2
10,166
10,15
10,105
10,1 10,083
Dimensi (mm)
10,05
10
10
9,95
9,9
Rata-rata (x̄)
8,150
8,100
8,100
8,050
Dimensi (mm)
8,000 8,006
8,000
7,956
7,950
7,900
7,850
Rata-rata (x̄)
27,500
26,973
27,000
Kekasaran Permukaan (μm)
26,500
26,000
25,500 25,279
24,907
25,000
24,500
24,000
23,500
Rata-rata (x̄)
Gambar 11 Pembandingan Penyimpangan Kekasaran Permukaan Benda Uji Slicer pada Sisi 1.
Berdasarkan hasil dari perhitungan kekasaran permukaan produk yang mempunyai kekasaran
permukaan paling akurat adalah benda uji slicer Cura pada sisi 1 =24,907.
Author 1, Author 2, Author 3; Rekayasa Mesin, v. 00, n. 0, pp. xx – xx, 2013.
30,000
26,968
24,375
15,000
10,000
5,000
0,000
Rata-rata (x̄)
Gambar 12 Pembandingan Penyimpangan Kekasaran Permukaan Benda Uji Slicer pada Sisi 2.
Berdasarkan hasil dari perhitungan kekasaran permukaan produk yang mempunyai kekasaran
permukaan paling akurat adalah benda uji slicer Cura pada sisi 2 =20,363.
4. KESIMPULAN
Pada hasil analisis ketelitian dimensi dan kekasaran permukaan terhadap slicer yang berbeda dengan orientasi
pencetakan yang membutuhkan support menunjukkan slicer Cura menghasilkan yang paling baik. Dalam
pencetakan benda uji penggunaan slicer yang berbeda mempengaruhi ketelitian dimensi dan kekasaran
permukaan. Terjadi perbedaan kekasaran permukaan pada sisi 2 karena kesalahan umum disebabkan
kesalahan pencetakan dari peneliti.
5. DAFTAR PUSTAKA
[1] A. I. Pambudi, “Analisis Pengaruh Internal Geometri Terhadap Sifat Mekanik Material Polylactic Acid
( Pla ) Dipreparasi Menggunakan 3D Printing,” 2017.
[2] M. S. M, “A Review on Design and Development of 3D Printer,” vol. 4, no. 5, pp. 41–44, 2017.
[3] Mpik, “Mengenal G-Code, Perintah-perintah Yang Digunakan Pada Printer 3D,” 2019. [Online].
Available: http://indoprinter3d.com/software/mengenal-g-code-perintah-perintah-yang-digunakan-
pada-printer-3d/.
[4] CENTI, “Pentingnya Software Slicer untuk 3D Printing,” 2020. [Online]. Available:
https://www.centralab-jogja.com/pentingnya-software-slicer-untuk-3d-printing/#:~:text=Slicer atau
dalam bahasa indonesia,gambar menjadi perintah pergerakan mesin.
[5] Dibya Chakravorty, “3D Printer G-code Commands List & Tutorial,” 2020. [Online]. Available:
https://all3dp.com/g-code-tutorial-3d-printer-gcode-commands/.
[6] S. Junk and C. Kuen, “Review of Open Source and Freeware CAD Systems for Use with 3D-Printing,”
Procedia CIRP, vol. 50, pp. 430–435, 2016, doi: 10.1016/j.procir.2016.04.174.
[7] Y. I. Wei, D. Tay, M. Y. Li, and M. J. E. N. Tan, “Effect of printing parameters in 3D concrete printing :
Printing region and support structures Effect of printing parameters in 3D concrete printing : printing
region and support structures,” no. April, 2019, doi: 10.1016/j.jmatprotec.2019.04.007.
[8] Sobron Lubis and D. Sutanto, “Pengaturan Orientasi Posisi Objek pada Proses Rapid Prototyping
Menggunakan 3D Printer Terhadap Waktu Proses dan Kwalitas Produk,” J. Tek. Mesin, vol. 15, no. 1,
pp. 27–34, 2014, doi: 10.9744/jtm.15.1.27-34.
[9] S. Lubis et al., “PENGARUH ORIENTASI OBJEK PADA PROSES 3D PRINTING BAHAN
POLYMER PLA DAN ABS TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETELITIAN DIMENSI
PRODUK,” pp. 27–35.
[10] Y. Y. Tanoto, J. Anggono, W. Budiman, and K. V. Philbert, “Strength and Dimension Accuracy in
Fused Deposition Modeling : A Comparative Study on Parts Making Using ABS and PLA Polymers,”
J. Rekayasa Mesin, vol. 11, no. 1, pp. 69–76, 2020, doi: 10.21776/ub.jrm.2020.011.01.8.
Author 1, Author 2, Author 3; Rekayasa Mesin, v. 00, n. 0, pp. xx – xx, 2013.
[11] W. Budiman, J. Anggono, Y. Tanoto, P. Studi, T. Mesin, and U. Kristen, “PENGARUH ORIENTAS
OBYEK HASIL FUSED DEPOSITION MODELING PADA WAKTU PROSES,” vol. 16, no. 2, pp.
41–46, 2016, doi: 10.9744/jtm.16.2.41-46.
[12] W. P. Syam, “Metrologi Manufaktur Pengukuran geometri dan analisis ketidakpastian.”
[13] Kompasiana, “Surface Roughness,” 2015.
[14] S. Cahyati, B. Satriawan, J. Teknik, M. Fakultas, T. Industri, and U. Trisakti, “Ketelitian Dimensi
Produk Hasil Proses Modifikasi Mesin Fdm Dual Extruder,” Semin. Nas. Pakar ke 2, pp. 1–7, 2019.
[15] T. H. Saputra, Herianto, and H. A. Pamasaria, “ANALISA PENGARUH PEMILIHAN KOMPONEN
TERHADAP KETELITIAN DIMENSI DAN KUALITAS PERMUKAAN PRODUK PADA MESIN
3D PRINTING JENIS FDM (FUSED DEPOSITION MODELLING),” pp. 208–214, 2019.