Anda di halaman 1dari 6

TUGAS IRIGASI

Perawatan saluran akar terdiri dari preparasi biomekanis, sterilisasi, dan pengisian tiga
dimensi dari saluran akar. Preparasi biomekanis bertujuan untuk pembersihan, desinfeksi, dan
pembentukan saluran akar. 1 Irigasi berperan dalam memperkuat pembersihan dan desinfeksi di
daerah sistem saluran akar yang tidak cukup dipengaruhi oleh instrumen. Pembersihan dan
desinfeksi tambahan dilakukan secara kimia dan mekanis dan penghilangan bakteri terutama
biofilm, sisa-sisa jaringan pulpa, debris dentin dan smear layer oleh bahan irigasi yang dapat
menjangkaunya. Multispesies mikroba biofilm di daerah yang tidak dapat dijangkau pada sistem
saluran akar adalah penyebab utama infeksi infeksi yang persisten, sehingga menjadi target
utama untuk dibersihkan oleh larutan irigasi.2

Irigan harus dapat berkontak langsung dengan seluruh permukaan saluran akar supaya
dapat beraksi dengan efektif.7 Kebersihan saluran akar terutama pada bagian sepertiga
apimerupakan fokus yang penting dicapai dikarenakan sulitnya bagian ini untuk dibersihkan dari
debris akibat anatomi yang lebih sempit, berlengkung, dan seringkali terdapat percabangan
saluran akar dan oleh karena itu irigasi harus dapat mencapai bagian sepertiga apikal saluran
akar. 1

Beberapa macam larutan irigasi saluran akar yang saat ini populer, adalah larutan sodium
hipoklorit, larutan kelator/ethylene diamine tetra acetic acid (EDTA), mixture of tetracycline
acid and detergent (MTAD), klorheksidin, dan iodine potasium iodide (IPI).3

Sodium hipoklorit
Sodium hipoklorit yang pertama kali digunakan sebagai larutan irigasi untuk luka infeksi
pada Perang Dunia I, sekarang merupakan larutan irigasi yang paling sering digunakan dalam
praktek dokter gigi,3 Natrium hipoklorit (NaOCl) adalah larutan irigasi yang paling populer.
NaOCl terionisasi dalam air menjadi Na + dan ion hipoklorit, OCl-, membentuk kesetimbangan
dengan asam hipoklorit (HOCl). Pada pH asam dan netral, klorin ada terutama sebagai HOCl,
sedangkan pada pH tinggi 9 ke atas, OCl mendominasi. 3 Asam hipoklorit bertanggung jawab
atas aktivitas antibakteri; ion OCl kurang efektif dibandingkan dengan HOCl yang tidak larut. 4
Kelebihan sodium hipoklorit adalah mampu melarutkan jaringan pulpa vital dan nekrotik,
membilas debris keluar dari saluran akar, bersifat anti mikroba dengan spekrum luas, sporisid,
virusid, pelumas, harganya ekonomis dan mudah diperoleh. Akan tetapi larutan sodium
hipoklorit dapat menyebabkan iritasi bila terdorong ke jaringan periapikal, tidak mampu
melarutkan komponen anorganik, menyebabkan bercak putih bila mngenai pakaian pasien dan 5-
6 aromanya tidak enak.3
Konsentrasi sodium hipoklorit yang digunakan dalam perawatan saluran akar, telah
menjadi perdebatan panjang. Konsentrasi yang lebih tinggi menunjukkan efektivitas sodium
hipoklorit yang lebih besar sesuai dengan peningkatan konsentrasi. Beberapa penelitian in vitro
menunjukkan larutan 5,25% NaOCl mampu mematikan kuman E.faecalis dalam waktu 30
detik dan semua sel jamur dalam waktu 15 detik, dibandingkan dengan waktu 10-30 menit yang
diperlukan oleh larutan 2,5% dan 0,5% NaOCl. Penelitian in vivo lain menunjukkan larutan
sodium hipoklorit 2.5% yang ditahan selama 5 menit dalam saluran akar, mampu membuat
saluran akar menjadi steril.3

Larutan kelator/EDTA

Larutan kelator yang sering digunakan dalam perawatan endodontik adalah garam
disodium dari ethylendiamin tetraacetic acid (EDTA 17% dalam larutan netral). Kelator adalah
pelarut komponen anorganik dan memiliki efek anti bakteri yang rendah, sehingga dianjurkan
sebagai pelengkap dalam irigasi saluran akar setelah sodium hipoklorit. 3 EDTA dan CA
digunakan selama 2 sampai 3 menit pada akhir instrumentasi dan setelah irigasi NaOCl.5
Larutan EDTA kini dapat ditemukan dalam bentuk pasta, akan tetapi kurang efektif
dalam menghilangkan smear layer dan dalam mengurangi tekanan yang timbul selama
instrumentasi dengan alat putar Ni-Ti. Penggunaan kelator bentuk pasta tidak dianjurkan sebagai
larutan irigasi.3

Klorheksidin
Klorheksidin diglukonat (CHX) banyak digunakan dalam desinfeksi dalam kedokteran
gigi karena aktivitas antimikroba yang baik. Ini telah mendapatkan popularitas yang cukup besar
dalam endodontik sebagai larutan irigasi dan sebagai obat intrakanal.5
Klorheksidin merupakan basa kuat dan paling stabil dalam bentuk garam klorheksidin
diglukonat yang larut dalam air. Klorheksidin sangat luas digunakan sebagai desinfektan karena
memiliki sifat antimikroba yang baik terhadap bakteri gram+, bakteri gram-, spora bakteri, virus
lipofilik, jamur dan dermatofit. Klorheksidin 0,1- 0,2% merupakan antiseptik yang secara luas
digunakan mengontrol plak rongga mulut.3
Konsentrasi 2% klorheksidin dianjurkan sebagai larutan irigasi saluran akar, karena
memiliki efek antimikoba yang luas dan dapat bertahan lama dengan kemampuannya melekat
pada dinding saluran akar. Disamping itu, klorheksidin tidak mengiritasi jaringan periapikal,
kurang toksik dibandingkan dengan larutan lainnya, dan baunya tidak menyengat. Akan tetapi
kemampuan klorheksidin tergantung dari pH dan kehadiran komponen organic.3
Beberapa penelitian telah membandingkan efek antibakteri NaOCl dan 2% CHX terhadap
infeksi intrakanal dan telah menunjukkan sedikit atau tidak ada perbedaan antara efektivitas
antimikroba. Meskipun bakteri dapat dimatikan oleh CHX, biofilm dan kotoran organik lainnya
tidak dihilangkan olehnya.4
Klorheksidin tidak dapat digunakan sebagai irigasi tunggal pada perawatan saluran akar
karena tidak memiliki kemampuan melarutkan jaringan nekrotik dan kurang efektif terhadap
bakteri gram negatif. Disamping itu, efektivitas klorheksidin berkurang dengan adanya protein
dan matriks dentin organic. Oleh sebab itu kombinasi larutan irigasi NaOCl dan klorheksidin
dianjurkan untuk meningkatkan kemampuan keduanya.3

MTAD (Mixture of tetracycline, an acid and a detergent)


Mixture of tetracycline, an acid and a detergent pertama kali diperkenalkan sebagai
larutan irigasi saluran akar oleh Torabinejad dan Johnson pada tahun 2003. Larutan ini berisi
campuran antara tetrasiklin, asam dan deterjen. Kelebihan MTAD adalah membuat irigasi lebih
sederhana karena menggabungkan kemampuan menghilangkan smear layer, sekaligus bersifat
antimikroba, dan dilaporkan kurang erosif pada dentin dibandingkan dengan EDTA.3
MTAD merupakan campuran isomer tetrasiklin, asam, dan deterjen (Biopure, Tulsa
Dentsply, Tulsa, OK, USA) dan Tetraclean adalah produk kombinasi baru untuk irigasi saluran
akar yang mengandung antibiotik, doksisiklin.4
Iodine potassium iodide (IPI)
Iodine tidak stabil dalam larutan sehingga dikembangkan senyawa iodofor seperti
povidone iodine dan poloksamer-iodine. Iodofor merupakan kompleks dari iodine dan bahan
pelarut, yang melepaskan iodine secara perlahan. Iodofor kurang aktif terhadap jamur dan virus,
dibandingkan dengan iodine yang dengan cepat mematikan mikroorganisme dengan merusak
protein, nukleotida dan menyebabkan kematian sel.3
Iodine potassium iodide luas digunakan sebagai desinfeksi permukaan gigi dan irigasi
dengan IPI sebelum medikasi dengan Ca(OH)2 dilaporkan mengurangi jumlah kuman E.faecalis
yang persisten. Akan tetapi penelitian mengenai interaksi antara IPI dan kondisi kimiawi saluran
akar nekrotik menunjukkan bahwa dentin, dalam hal ini dentin kolagen, mampu menghambat
dan meniadakan efek antibakteri dari IPI terhadap E.faecalis. Hal ini menjadi alasan sulitnya
mendapatkan saluran akar steril akibat inaktivasi senyawa iodine.3

CHX tidak memiliki aktivitas pelarutan jaringan dan telah ada upaya untuk menggabungkan
CHX dengan hipoklorit untuk mendapatkan manfaat tambahan dari kedua larutan tersebut.
Bagaimanapun, CHX dan NaOCl tidak larut satu sama lain; endapan oranye kecoklatan
terbentuk saat dicampur. Pencampuran CHX dan EDTA segera menghasilkan endapan putih.
Banyak dokter mencampur NaOCl dengan hidrogen peroksida untuk irigasi saluran akar.
Meskipun gelembungnya lebih kuat, keefektifan campuran tersebut belum terbukti lebih baik
dari NaOCl saja.4

TEKNIK IRIGASI
Irigan harus dapat berkontak langsung dengan seluruh permukaan saluran akar supaya
dapat beraksi dengan efektif. Kebersihan saluran akar terutama pada bagian sepertiga apical
merupakan fokus yang penting dicapai dikarenakan sulitnya bagian ini untuk dibersihkan dari
debris akibat anatomi yang lebih sempit, berlengkung, dan seringkali terdapat percabangan
saluran akar dan oleh karena itu irigasi harus dapat mencapai bagian sepertiga apikal saluran
akar.1
Terdapat beberapa teknik irigasi yaitu manual (konvensional) dan rotatory. Teknik
irigasi manual termasuk irigasi dengan jarum, brush, dan manual dynamic agitation dengan files
dan gutta- percha points. Irigasi dengan rotatory termasuk rotatory brushes, sonik dan ultrasonic.2
Teknik Irigasi Manual (Konvensional)
Teknik irigasi konvensional merupakan teknik irigasi yang menggunakan spuit irigasi
sebagai media untuk menyalurkan larutan irigasi ke dalam saluran akar. Penetrasi jarum
mempengaruhi seberapa banyak larutan irigasi yang dapat berkontak dengan dinding saluran
akar. Semakin banyak larutan yang berkontak maka akan semakin banyak pula debris yang dapat
dikeluarkan5
Teknik ini dilakukan dengan menggerakkan jarum dengan gerakan naik- turun. Spuit
dengan volume yang besar akan menghemat waktu, namun tekanannya lebih sulit dikontrol dan
menyebabkan bahan irigasi ekstrusi ke apikal. Penggunaan spuit dengan volume 1-5 ml lebih
dianjurkan dengan tujuan keamanan sewaktu irigasi dilakukan. Pengaplikasian teknik irigasi ini
dengan cara jarum irigasi dibengkokkan dan posisi jarum hendaknya longgar di dalam saluran
akar dengan tujuan agar terjadi refluks dari bahan irigasi dan debris akan terbawa ke koronal
saluran akar.2

Teknik Irigasi Agitasi Manual


Teknik agitasi manual merupakan teknik irigasi yang menggunakan gutta percha sebagai
bahan tambahan dalam melakukan irigasi. Gerakkan gutta percha ini dilakukan sebanyak 100
kali dalam waktu 30 detik. Gerakan gutta perca dapat menciptakan efek vapor lock pada daerah
apikal. Efek ini mempengaruhi seberapa besar penetrasi larutan irigasi dalam saluran akar.
Getaran rendah pada teknik agitasi manual dinamik ini memberikan hasil penetrasi larutan irigasi
yang lebih baik dari teknik konvensional. Gutta perca dalam teknik ini juga berfungsi untuk
menimbulkan efek hidrodinamik yang bertujuan untuk memastikan larutan irigasi yang ada
dalam saluran akar dapat lebih berpenetrasi dalam saluran akar. Efek hidrodinamik ini dapat
mengeluarkan debris lebih banyak dibanding dengan teknik konvensional5

Teknik Irigasi Ultrasonik


Teknik ultrasonik merupakan teknik yang menggunakan instrumen yang memiliki
getaran ultrasonik untuk mengeluarkan debris dari dalam saluran akar. Instrumen ultrasonik ini
mengeluarkan getaran dan panas selama teknik irigasi dilakukan. Panas yang ditimbulkan oleh
instrumen juga akan menambah penetrasi larutan irigasi di dalam saluran akar sehingga larutan
irigasi dapat masuk ke bagian yang belum terjangkau dan memaksimalkan pembersihan debris
dari dalam saluran akar. Getaran yang ditimbulkan oleh instrumen akan menambah gerakan
larutan dalam saluran akar sehingga debris yang berada dalam saluran akar akan dapat lebih
banyak dikeluarkan dibanding dengan teknik konvensional. Getaran yang berasal dari instrumen
ultrasonik akan menciptakan aliran larutan irigan yang lebih kencang sehingga dapat
memebrsihkan debris lebih banyak dibandingkan dengan teknik irigasi konvensional.5

Daftar Pustaka
1. Muryani, Anna. 2017.Perbedaan Kebersihan Sepertiga Apikal Saluran Akar yang
Diirigasi Sodium Hipoklorit 2,5% antara Teknik Non Agitasi dan Agitasi Manual
Dinamik. Universitas Padjadjaran Doi: 10.24198/jkg.v29i3.15948
2. Puspita; Djuanda; Evelyna. Perbedaan Kebersihan Sepertiga Apikal SaluranAkar dari
Smear Layer Menggunakan Sistem Aktivasi Ultrasonik dan Sonik. SOUNDE (Sound of
Dentistry) Vol. 4 No.1. Bandung
3. Tanumihardja, Maria. 2010. Laruran Irigasi Saluran Akar. Dentofasial Vol. 9 No.
2.Makassar: Universitas Hasanuddin. P: 108-115
4. Haapasalo, Markus. 2010.Irrigation in Endodontics. Esevier. P: 291-312. Doi:
10.1016/j.cden.2009.12.001
5. Widyasuti, Hafida. 2020. Perbedaan Teknik Irigasi Saluran Akar (Konvensional, Agitasi
Manual, Ultrasonik) Terhadap Kebersihan Saluran Akar. The 12th versity Research
Colloqium. UniUniversitas Aisyiyah Surakarta.p: 165-169

Anda mungkin juga menyukai