ِ هللا َأن َّ ُه َال ِإ َهل ِإ الَّ ه َُو َو الْ َمآلئِ َك ُة َو ُأ ْولُوا الْ ِعمْل
ُ ََشهِد Allah s.w.t. juga berfirman:
ُ قَآئِ ًما اِب لْ ِق ْسطِ َال ِإ َهل ِإ الَّ ه َُو الْ َع ِز ْي ُز الْ َح ِكمْي ُق ْل ه َْل ي َْس َت ِوي اذَّل ِ ْي َن ي َ ْعلَ ُم ْو َن َو اذَّل ِ ْي َن َال ي َ ْعلَ ُم ْو َن
“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada
Tuhan melainkan Dia yang berhak disembah, “Tanyakanlah: “Adakah sama orang-orang
Yang menegakkan keadilan, para malaikat yang mengetahui dengan orang-orang yang
dan orang-orang yang berilmu (171), juga tidak mengetahui?” (az-Zumar [39]: 9).
menyatakan yang demikian itu. Tidak ada
Tuhan melainkan Dia yang berhak disembah, Juga firman Allah s.w.t.:
Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
(Ali ‘Imran [3]: 18). هللا مِنْ عِ َبا ِد ِه ْال ُعلَ َما ُء
َ إِ َّن َما َي ْخ َشى
Perhatikan bagaimana Allah s.w.t. memulai “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di
dengan diri-Nya Sendiri, dilanjutkan antara hamba-hamba-Nya, hanyalah orang-
kemudian dengan para malaikat-Nya, yang orang yang berilmu (para ulama)”. (182)
ditutup dengan ahli ilmu (para ulama Islam). (Fathir [35]: 28).
Semua itu bertujuan untuk menegaskan
keutamaan, kemuliaan, dan ketinggian Pada ayat lain, Allah s.w.t. berfirman:
derajat ilmu bagi pemiliknya. Juga firman
Allah s.w.t.: ُ قُ ْل َكفى اِب ِهلل َشهِ ْيدً ا بَيْيِن ْ َو بَيْنَمُك ْ َو َم ْن ِع ْندَ ُه ِعمْل
ْال ِكتَ ِاب
1
“Katakanlah: “Cukuplah Allah menjadi saksi ََّو ِتكْل َ اَأل ْمث َُال نَرْض ِ هُب َا ِللنَّ ِاس َو َما ي َ ْع ِقلُهَا ال
antara aku dan kalian, juga antara orang yang ْ ِ ِإ
mempunyai ilmu Al-Kitab” (193) (ar-Ra‘d ال َعال ُم ْو َن
[13]: 43).
“Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami
Allah s.w.t. juga berfirman:
(Allah) buat untuk manusia; tiada yang
memahaminya, kecuali orang-orang yang
قَا َل اذَّل ِ ْي ِع ْندَ ُه ِعمْل ٌ ِّم َن ْال ِكتَ ِاب َأاَن آ ِت ْي َك ِب ِه berilmu.” (al-‘Ankabut [29]: 43).
“Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu Di samping itu, Allah ‘azza wa jalla juga
dari Al-Kitab (204): “Aku akan membawa berfirman:
singgasana itu kepadamu.” (an-Naml [27]:
40). َو لَ ْو َرد ُّْو ُه ىَل َّالر ُس ْو ِل َو ىل ُأ ْويِل اَأل ْم ِر ِمهْن ُ ْم
ِ َ ِ ذَّل ِإ ِإ
Semua itu semakin menguatkan posisi ilmu,
ْ ِ
ل َعل َم ُه ا ْي َن ي َْس َتنب ُِط ْون َ ُه مهْن ُ ْم
ketetapan tentangnya, dan kedudukan mulia
mereka yang memiliki ilmu dalam “Dan kalau mereka menyerahkannya kepada
pandangan Allah s.w.t. Rasul beserta Ulil Amri (215) di antara
mereka, tentulah orang-orang yang ingin
Pada ayat lain, Allah ‘azza wa jalla mengetahui kebenarannya akan dapat
berfirman: mengetahuinya dari mereka (Rasul maupun
Ulil Amri).” (226) (an-Nisa’ [4]: 83).
ِ َو قَا َل اذَّل ِ ْي َن ُأ ْوتُوا الْ ِعمْل َ َويْلَمُك ْ ثَ َو ُاب
هللا َخرْي ٌ ِل ّ َم ْن
Ayat ini memberikan penjelasan kepada kita,
آ َم َن َو مَع ِ َل َصا ِل ًحا bahwa untuk menentukan hukum dari segala
kejadian adalah dengan menyerahkan
“Berkatalah orang-orang yang dianugerahi sepenuhnya kepada pemahaman para ahli
ilmu: “Kecelakaan yang besarlah bagi kalian, ilmu yang ada di antara mereka. Oleh karena
pahala Allah adalah lebih baik bagi orang- itu, penyebutan dan pensifatan terhadap
orang yang beriman dan beramal shalih.” (al- mereka disejajarkan dengan para Rasul,
Qashash [28]: 80). terutama dalam mengungkapkan rahasia di
balik hukum-hukum Allah s.w.t.
Ayat ini semakin menjelaskan kepada kita,
bahwa untuk meraih kebahagiaan negeri Ada pula pendapat yang mengaitkannya
akhirat hanya bisa dicapai melalui dengan firman Allah s.w.t. berikut ini:
penguasaan terhadap ilmu mengenai akhirat.
اَي بَيِن ْ آ َد َم قَ ْد َأ ْن َزلْنَا عَلَ ْيمُك ْ ِل َب ًاسا يُ َو ِار ْي َس ْو َءا ِتمُك ْ َو
Allah ‘azza wa jalla juga berfirman:
ِريْشً ا
2
“Wahai anak Adam, (237) sesungguhnya “Sebenarnya, Al-Qur’an itu adalah ayat-ayat
Kami (Allah) telah menurunkan kepada yang nyata di dalam dada orang-orang yang
kalian pakaian untuk menutup aurat kalian, diberi ilmu.” (2610) (al-‘Ankabut [29]: 49).
dan pakaian indah.” (al-A‘raf [7]: 26), bahwa
yang dimaksud dari uraian ini adalah “ilmu”. Pada ayat berbeda, Allah ‘azza wa jalla
Sedangkan kalimat, ()و ِر ْي ًشا َ “Untuk menutup berfirman:
aurat kalian,” (al-A‘raf [7]: 26), yang
dimaksud adalah “keyakinan”. Adapun kata ( َخلَ َق ا ن ْ َس َان عَل َّ َم ُه الْ َب َي َان
“ ) َو لِ َباسُ ال َّت ْقوىDan pakaian takwa,” (248) (al- ِإل
A‘raf [7]: 26), adalah “rasa malu”. Demikian
penjelasan menurut sebagian mufassirīn. “Dia (Allah) menciptakan manusia.
Mengajarnya pandai berbicara.” (ar-Rahman
Kemudian Allah ‘azza wa jalla berfirman [55]: 3-4).
pada ayat yang lain:
Tujuan dari ayat ini adalah, agar manusia
memahami betapa berartinya nikmat yang
ٍ َو لَ َق ْد ِج ْئنَامُه ْ ِب ِكتَ ٍاب فَ َّصلْنَا ُه عَىل ِعمْل Allah s.w.t. berikan berupa ilmu, Dia ajarkan
kepada manusia setelah Dia ciptakan.
“Dan sesungguhnya Kami (Allah) telah
mendatangkan sebuah Kitab (Al-Qur’an) Demikian penjelasan di seputar ketinggian
kepada mereka yang Kami telah dan keutamaan ilmu yang terangkum dalam
menjelaskannya atas dasar pengetahuan firman-firmanNya.
Kami.” (259) (al-A‘raf [7]: 52).
Adapun kelebihan dan kemuliaan ilmu yang
Pada ayat yang lain, Allah ‘azza wa jalla terangkum dalam sabda Nabi s.a.w. dapat
juga berfirman: kami sebutkan rangkaiannya berikut ini.
Rasulullah s.a.w. pernah bersabda:
ٍ فَلَنَ ُق َّص َّن عَلَهْي ِ ْم ِب ِعمْل هللا َخرْي ً ا يُ َف ِقّهْ ُه يِف ّ ِادل ْي ِن َو يُلْهِ ْم ُه ُر ْشدَ ُه
ُ َم ْن يُ ِر ِد
“Maka sesungguhnya akan Kami (Allah)
kabarkan kepada mereka apa-apa yang telah “Siapa saja yang Allah kehendaki kebaikan
mereka perbuat, sedang Kami mengetahui ada pada dirinya, maka Dia anugerahkan
keadaan mereka.” (al-A‘raf [7]: 7). kepada hamba tersebut ilmu (pemahaman)
dalam urusan agama, serta diilhamkan-Nya
Allah ‘azza wa jalla juga berfirman: kepada hamba itu petunjuk yang bisa ia
ikuti.” (2711).
َ ات يِف ْ ُصدُ ْو ِر اذَّل ِ ْي َن ُأ ْوتُوا الْ ِعمْل
ٌ َب َ ْل ه َُو آاَي ٌت ب َ ِي ّن
Rasulullah s.a.w. juga pernah bersabda:
Jika demikian, kedudukan apakah yang bisa Oleh karena itu, jangan pernah kita
melebihi posisi orang yang para malaikat meragukan kedudukan dan kebenaran yang
langit dan bumi selalu memintakan ampunan disampaikan melalui hadis ini. Sebab,
bagi mereka, sementara mereka yang keraguan lebih disebabkan kepicikan
dimintakan ampunan tengah sibuk dengan pemahaman keagamaan orang-orang yang
urusan masing-masing? hidup di penghujung zaman; seperti saat ini.
Pemahaman keagamaan terhadap kualitas isi
Pada hadis lain, Nabi s.a.w. juga pernah pada hadis dimaksud tidak seperti yang
bersabda: terlanjur kita asumsikan sekarang ini,
sebagaimana akan dijelaskan nanti, insyā’
Allāh. Minimal, pemahaman seorang ahli
ََّن الْ ِحمْك َ َة تَ ِزيْدُ الرَّش ِ يْ َف رَش َ فًا َو تَ ْرفَ ُع الْ َم ْملُ ْوك (orang yang berilmu) akan lebih mengetahui
َِحىَّت يُ ْد ِركَ َمدَ ِاركَ الْ ُملُ ْوك ِإ jika kemuliaan kehidupan akhirat jauh lebih
baik daripada kehidupan di alam dunia.
Dengan kata lain, bagi mereka yang
“Sesungguhnya hikmah di balik ilmu itu bisa memiliki ilmu, kepicikan pemahaman
memuliakan orang yang sudah mulia, dan terhadapa suatu persoalan bisa dihindarkan,
meninggikan derajat seorang budak, hingga diminimalisir, sekaligus mampu menepis
mencapai kedudukan (derajat) para raja.” sikap riya’ yang sangat merugikan bagi diri
(3014). sendiri.
4
Karena itu, Nabi s.a.w. pernah mengingatkan disampaikan oleh para Rasul. Sedangkan arti
dalam sabda beliau: orang yang berjihad, ia bersedia menegakkan
perjuangan di jalan Allah dengan pedang
َ اس ْالم ُْؤمِنُ ْال َعالِ ُم الَّذِيْ إِ ِن احْ ِتي
َو إِ ِن،ْج إِلَ ْي ِه َن َف َع َ أَ ْف
ِ ض ُل ال َّن (berani mati) demi membela apa yang telah
اسْ ُت ْغن َِي َع ْن ُه أَ ْغ َنى َن ْف َس ُه dibawa oleh para Rasul Allah (akidah
Islam).” (3418).
“Manusia terbaik adalah seorang Mukmin
yang berilmu. Yaitu, jika dibutuhkan, maka Rasulullah s.a.w. juga pernah bersabda:
ia berguna bagi sesamanya. Namun, jika
tidak dibutuhkan, ia dapat mengurus dan لَ َم ْو ُت ِق ِب ْيةَل ٍ َأيْرَس ُ ِم ْن َم ْو ِت عَا ِل ٍم
mengendalikan kebutuhan dirinya sendiri.”
(3216).
“Kematian seluruh suku pada sebuah bangsa
Rasulullah s.a.w. juga pernah bersabda: sesungguhnya masih lebih terasa ringan
ketimbang meninggal dunianya seorang yang
َا يْ َم ُان ُع ْراَي ٌن َو ِل َب ُاس ُه ات َّ ْق َوى َو ِزيْن َ ُت ُه الْ َح َيا ُء َو berilmu (‘ālim) di antara mereka.” (3519).
ثَ َم َرتُ ُه الْ ِع ُمْل ِإْل Lebih lanjut Rasulullah s.a.w. pernah
bersabda:
َو َأ َّما َأ ْه ُل الْ ِجهَا ِد فَ َجا َهدُ َوا ِبَأ ْس َيا ِفه ِْم عَىَل،ُّالر ُس ُل Rasulullah s.a.w. juga pernah bersabda:
َما َج َاء ْت ِب ِه ُّالر ُس ُل ُّ يُ ْو َز ُن ي َ ْو َم الْ ِق َيا َم ِة ِمدَ ا ُد الْ ُعلَ َما ِء بِدَ ِم
الشهَدَ ا ِء
“Posisi manusia yang derajatnya sangat
“Tinta para ulama (orang-orang yang
dekat dengan derajat kenabian adalah orang
berilmu dan mengamalkan ilmunya di jalan
yang berilmu dan berjihad. Adapun makna
Allah) akan ditimbang pada Hari Kiamat
orang yang berilmu, ia memberi petunjuk
kepada manusia lain dengan apa yang pernah
5
menggunakan takaran yang setara dengan Rasulullah s.a.w. juga pernah bersabda:
darah para syuhada.” (3721).
Rasulullah s.a.w. juga pernah bersabda: “Seorang yang berilmu adalah kepercayaan
Allah di muka bumi.” (4226).
هللا َع َّز َو َ َم ْن مَح َ َل ِم ْن ُأ َّميِت ْ َأ ْرب َ ِعنْي َ َح ِديْثًا لَ ِق َي Sabda beliau s.a.w. selanjutnya:
َج َّل ي َ ْو َم الْ ِق َيا َم ِة فَ ِقهْي ًا عَا ِل ًما
ِص ْن َف ِان ِم ْن ُأ َّميِت ْ َذا َصلُ ُح ْوا َصلُ َح النَّ ُاس َو َذا
ْ ِإ ِإ
“Siapa saja dari umatku mampu menghafal
َ َ ُأْل َ
ا َم َرا ُء َو الفقهَا ُء:فَ َسدُ ْوا ف َسدَ النَّ ُاس
َ
40 (empat puluh) hadis, maka ia akan
bertemu dengan Allah pada Hari Berbangkit “Ada dua golongan di antara umatku yang
kelak sebagai seorang yang ahli dalam apabila keduanya baik niscaya baiklah
bidang fikih dan ‘ālim (berilmu).” (3923). umatku, dan jika keduanya rusak niscaya
rusak pulalah umatku; penguasa (umara’)
Rasulullah s.a.w. juga pernah bersabda: dan ahli fikih (fuqaha’).” (4327).
َأمَه َّ ُه َو َر َزقَ ُه ِم ْن َح ْي ُث َال حَي ْ ت َ ِس ُب ِ َذا َأىَت عَيَل َّ ي َ ْو ٌم َال َأ ْزدَا ُد ِف ْي ِه ِعلْ ًما يُ َق ّ ِربُيِن ْ ىَل
هللا
ِإ ِإ
“Siapa saja yang memahami agama Allah,
َّ َِع َّز َو َج َّل فَ َال بُ ْو َركَ يِل يِف ْ ُطلُ ْوع
َ الش ْم ِس ذكِل
niscaya Allah cukupkan kebutuhannya, dan الْ َي ْو ِم
diberikan-Nya rezeki dari arah yang tidak
pernah ia sangka (duga).” (4024).
6
“Jika suatu hari tiba kepadaku, tapi ilmuku Selanjutnya, beliau s.a.w. juga pernah
untuk mendekatkan diri kepada Allah tidak bersabda:
bertambah, maka tidak diberikan kepadaku
berkah saat matahari terbit hari itu.” (4428). َّ اَألنْ ِب َيا ُء مُث َّ الْ ُعلَ َما ُء مُث:ي َْش َف ُع ي َ ْو َم الْ ِق َيا َم ِة ثَ َالثَ ٌة
Nabi s.a.w. juga pernah bersabda mengenai الشهَدَ ا ُء َّ
keutamaan ilmu dari ibadah lainnya dan mati
syahid.
“Yang bisa memberi syafa‘at (pertolongan)
pada Hari Kiamat nanti ada tiga golongan;
فَضْ ُل الْ َعا ِل ِم عَىَل الْ َعا ِب ِد َكفَضْ يِل ْ عَىَل َأ ْدىَن َر ُج ٍل ِم ْن para nabi, orang-orang yang berilmu,
ْ َأحْص َ ايِب kemudian orang-orang yang mati syahid.”
(4731).
“Kelebihan seorang ahli ilmu atas seorang Kedudukan ahli ilmu ditinggikan posisinya
ahli ibadah laksana kelebihan diriku (Nabi) sesudah derajat kenabian, serta masih di atas
atas seseorang yang terendah derajat atau posisi mereka yang meninggal dunia dalam
kualitas ibadahnya dari sahabatku.” (4529). keadaan syahid; berikut apa saja yang pernah
disebutkan dalam banyak riwayat mengenai
Perhatikanlah, betapa beliau s.a.w. kelebihan para ahli ilmu.
mengaitkan antara ilmu dengan derajat
kenabian. Dan, betapa Nabi menganggap
rendah derajat seorang ahli ibadah yang
beramal tanpa didasari ilmu. Karena, ibadah
yang dilakukan tidak terlepas dari kebutuhan
ilmu tentang tata cara pelaksanaannya. Masih
menurut beliau, jika tanpa ilmu maka hakikat
amalan yang dilakukan bukanlah bernilai
ibadah. Beliau s.a.w. juga pernah bersabda:
فَضْ ُل الْ َعا ِل ِم عَىَل الْ َعا ِب ِد َكفَضْ ِل الْ َق َم ِر لَ ْيةَل َ الْ َب ْد ِر عَىَل
َسائِ ِر ْال َك َوا ِك ِب
“Kelebihan orang yang berilmu dan orang
yang gemar beribadah – tanpa ilmu – seperti
kelebihan bulan purnama yang bersinar
sangat terang atas gugusan bintang lainnya.”
(4630).