Di Susun oleh :
FENLY FEBRIAN.E
201701105
VIC KEPERAWATAN
B. Etiologi
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan
besar yaitu : (Lany Gunawan, 2009 )
C. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi : (Menurut : Edward K
Chung, 2005).
a. Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter
yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah
terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
b. Gejala yang lazim Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang
menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam
kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan
pasien yang mencari pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni (2001). manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita
hipertensi yaitu :
a. Mengeluh sakit kepala, pusing
b. Lemas, kelelahan
c. Sesak nafas
d. Gelisah
e. Mual muntah
f. Epistaksis
g. Kesadaran menurun
D. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak
ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini,
neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut
saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor
seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh
darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat
sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas
mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla
adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks
adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat
respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin.
Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah
menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan
keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan
structural dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab
pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan
tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan
penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya
menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume
sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan
tahanan perifer (Smeltzer, 2001). Pada usia lanjut perlu diperhatikan
kemungkinan adanya hipertensi palsu disebabkan kekakuan arteri brachialis
sehingga tidak dikompresi oleh cuff sphygmomanometer (Darmojo, 1999).
Pathway Hipertensi
Kurang
Perubahan nutrisi Koping individu
pengetahuan
berlebih
Renin (ginjal)
Angiotensin I
Substrat renin (Protein Plasma)
Convertinh enzim (paru)
A III
Angiotensin II
Tekanan darah
Shock
Intoleransi Aktifitas
E. DATA PENUNJANG
a. Hemoglobin / hematokritUntuk mengkaji hubungan dari sel sel
terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan factor
factor resiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia. BUN : memberikan
informasi tentang perfusi ginjal.
b. Glukosa. Hiperglikemi (diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi)
dapat diakibatkan oleh peningkatan katekolamin (meningkatkan
hipertensi).
c. Kalium serum. Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron
utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
d. Kalsium serum. Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan
hipertensi
e. Kolesterol dan trigliserid serum. Peningkatan kadar dapat
mengindikasikan pencetus untuk / adanya pembentukan plak
ateromatosa (efek kardiovaskuler).
f. Pemeriksaan tiroid. Hipertiroidisme dapat menimbulkan
vasokonstriksi dan hipertensi.
g. Kadar aldosteron urin/serum. Untuk mengkaji aldosteronisme primer
(penyebab)
h. Urinalisa. Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan
atau adanya diabetes.
i. Asam urat. Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko
hipertensi
j. Steroid urin. Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
k. IVP. Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit
parenkim ginjal, batu ginjal / ureter
l. Foto dada. Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub,
perbesaran jantung
m. CT scan. Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati
n. EKG. Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan,
gangguan konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda
dini penyakit jantung hipertensi.
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan
mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan
pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
Penanggulangan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi dua
jenis penatalaksanaan:
G. PENGKAJIAN
a. Aktivitas
1) Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
2) Tanda :Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung,
takipnea.
b. Sirkulasi
1) Gejala : Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung
koroner/katup dan penyakit cebrovaskuler, episode palpitasi.
2) Tanda : Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis,
radialis, tikikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena
jugularis, kulit pucat, sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer)
pengisian kapiler mungkin lambat/ tertunda.
c. Integritas Ego
1) Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, factor stress
multiple (hubungan,keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan).
2) Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan continue
perhatian, tangisan meledak,otot muka tegang, pernafasan
menghela, peningkatan pola bicara.
d. Eliminasi
1) Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau
riwayat penyakit ginjal pada masa yang lalu).
e. Makanan/cairan
2) Gejala: Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi
garam, lemak sertakolesterol, mual, muntah dan perubahan BB
akhir akhir ini (meningkat/turun), Riwayatpenggunaan diuretic
3) Tanda: Berat badan normal atau obesitas, adanya edema,
glikosuria.
f. Neurosensori
1) Gejala: Keluhan pening pening/pusing, berdenyut, sakit kepala,
suboksipital (terjadi saatbangun dan menghilangkan secara
spontansetelah beberapa jam), Gangguan penglihatan (diplobia,
penglihatan kabur,epistakis).
2) Tanda: Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi
bicara,efek, proses piker,penurunan keuatan genggaman tangan.
g. Nyeri/ ketidaknyaman
1) Gejala: Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan jantung),
sakitkepala.
h. Pernafasan
1) Gejala: Dispnea yang berkaitan dari kativitas/kerja
takipnea,ortopnea,dispnea, batuk dengan/tanpa pembentukan
sputum, riwayat merokok.
2) Tanda: Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan
bunyinafas tambahan(krakties/mengi), sianosis.
i. Keamanan
1) Gejala: Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural.
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan hipertensi
adalah sebagai berikut:
Cardiac Pump effectiveness Monitor status pernafasan yang menandakan gagal jantung
Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada Monitor abdomen sebagai indicator penurunan perfusi
kelelahan
Monitor balance cairan
Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada
asites Monitor adanya perubahan tekanan darah
Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi
untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan) Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien
Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan
menggunakan manajemen nyeri Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
- Pain control Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang
ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau
Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas,
frekuensi dan tanda nyeri) Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan
dukungan
- Comfort level
Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
Tingkatkan istirahat
Analgesic Administration
Tekanan systole dandiastole dalam rentang Gunakan sarun tangan untuk proteksi
yang diharapkan
Batasi gerakan pada kepala, leher dan punggung
Tidak ada ortostatikhipertensi
Monitor kemampuan BAB
Tidak ada tanda tanda peningkatan tekanan
intrakranial (tidak lebih dari 15 mmHg) Kolaborasi pemberian analgetik
memproses informasi
Mampu melakukan aktivitas sehari hari Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara
(ADLs) secara mandiri berlebihan
Keterangan :
1. : Laki-laki
2. : Perempuan
3. : Meninggal
4. : Garis Keturunan
5. : Garis Pernikahan
6. : Klien
G. Pemeriksaan Fisik
a. Umum
Keadaan umum :
Klien composs mentis dan kooperatif. Klien dapat melakukan ADL secara
mandiri dan melakukan segala aktifitas sendiri tanpa bantuan orang lain.
Nyeri: klien mengatakan nyeri bagian punggung dikarenakan duduk terlalu
lama.
Pengkajian Nyeri
P : duduk terlalu lama
Q : Terasa cenut- cenut
R : Punggung
S : Skala 4 (rentang 1-10)
T : Hilang timbul
b. Sistem persepsi sensori
1. Pendengaran
Terdapat gangguan pada sistem pendengaran, Klien sudah berkurang
pendengaranya, baik pada telinga kanan atau telinga kiri tidak terdapat
serumen, klien tidak menggunakan alat bantu dengar, tidak ada kelainan
pada bentuk daun telinga, tidak ada nyeri, dan tidak ada luka pada
telinga.
2. Penglihatan
Perubahan penglihatan :
Penglihatan klien pada mata sebelah kiri tidak sempurna dan kanan
masih baik meskipun ia mengatakan mata kiri kabur. Klien tidak
mengunakan kaca mata
3. Pengecap/Penghidu
Tidak terdapat gangguan pada sistem pengecap, masih berfungsi dengan
normal, lidah klien tampak bersih, dapat membedakan antara rasa manis,
asin, pahit, dan asam. Klien dapat mencium bau harum dan bau tidak
sedap
Alergi : Klien mengatakan tidak memiliki alergi
4. Mulut :
Tidak menggunakan gigi palsu, adanya karang gigi, gigi sebagian besar
sudah tanggal, gusi tidak ada yang luka, lidah bersih, keadaan bibir
lembab dan tidak stomatitis.
Kesulitan menelan :
Klien mengatakan bahwa tidak ada kesulitan dalam menelan makanan
5. Peraba :
Masih dapat membedakan rangsangan rasa panas, dingin, sakit maupun
nyeri. Turgor kulit menurun, kulit tampak keriput dan tidak elastis.
c. Sistem Pernapasan
Thorax
- Inspeksi : bentuk dada simestris, tidak ada jejas atau luka, tidak ada
pembengkakan, ekspansi dada sama, terlihat sudut costa, angel of the
ribs normal 450
- Palpasi : ekspansi dinding dada normal
- Perkusi : suara paru terdengar resonan
- Auskultasi: suara paru terdengar vesikuler
d. Sistem Kardiovaskular
Capillary refill : < 2 detik
- Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
- Perkusi : Suara perkusi pada jantung pekak.
- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
- Auskultasi: Suara jantung normal S1 dan S2 (tidak ada bunyi
tambahan pada auskultasi jantung).
e. Sistem Gastrointestinal
Mual Muntah Nyeri abdomen Hematemesis
- Inspeksi : Bentuk simestris, tidak ada jejas ataupun luka.
- Auskultasi: Suara peristaltic usus (+), yaitu 15x/menit.
- Perkusi : Suara abdomen timpani.
- Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada empat kuadran abdomen dan
tidak ada pembesaran hepar pada saat diraba.
Perubahan kebiasaan defekasi :
Diare Konstipasi Melena
Hemorroid
Melena Perdarahan rectum
Pola defekasi biasanya :
Saat dilakukan pengkajian, klien mengatakan tidak memiliki masalah
dalam buang air besar dan biasanya klien selalu BAB pada pagi hari.
f. Sistem Saraf Pusat
Masalah Koordinasi : Klien tidak mengalami kesulitan dalam koordinasi
Tremor/ Spasme/ Tic : Klien tidak mengalami tremor, spasme ataupun tic
Kesadaran : Compos mentis
Pengkajian 12 saraf kranial:
a. Nervus olfatorius : Klien masih bisa membedakan antara
bermacam-macam bau-bau yang berbeda.
b. Nervus optikus : Klien mengatakan pandangan sudah mulai kabur,
visus: OD: 4/5 dan OS: 4/5
c. Nervus okulomotorius, trokhlearis, dan abdusens : gerakan mata
normal pada mata sebelah kiri, klien tampak dapat menggangkat
kelopak mata, pupil saat terkena cahaya mengecil.
d. Nervus trigeminus : Klien dapat menunjuk arah wajah yang dicubit.
e. Nervus fasial : Klien dapat mengekspresikan wajah baik ekspresi
sedih dan senang.
f. Nervus glosofaringius : Klien masih bisa membedakan rasa manis,
asam, pahit, asin.
g. Nervus vagus : Saat menelan klien tidak merasa sakit.
h. Nervus asesori : Tidak ada kelemahan otot pada klien
i. Nervus hipoglosus : klien dapat menggerakkan lidah keatas
kebawah dan ditekuk.
Orientasi orang : Klien tidak mengalami disorientasi orang.
Orientasi waktu : Klien tidak mengalami disorientasi waktu karena dapat
membedakan siang dan malam, dan mengetahui tanggal serta hari.
g. Sistem Muskuloskleletal
1. Rentang gerak : Normal, ROM aktif pada kedua tangan dan kaki.
Klien tampak berjalan pelan pelan. Jumlah jari pada ekstremitas atas
dan bawah lengkap, kuku pendek-pendek.
2. Kemampuan ADL: Hasil Kartz Index adalah 6 yang artinya Mandiri.
3. Kekuatan otot
Lengan kanan : 5 Lengan Kiri : 5
Kaki Kanan : 3 Kaki Kiri : 3
Keterangan:
0 = otot sama sekali tidak mampu bergerak
1= tidak kontraksi atau ada sedikit gerakan dan ada tahanan sewaktu
jatuh
2= mampu menahan gaya gravitasi tetapi akan jatuh hanya dengan
sentuhan
3= mampu menahan tegak walaupun sedikit didorong tetapi tidak
mampu melawan tekanan/ dorongan dari pemeriksa
4= kekuatan kurang dibanding sisi lain
5= kekuatan utuh
Hendrich II Fall Risk Model : 35 (Resiko Rendah)
h. Sistem Integumen
Kulit klien tidak terdapat memar atau kelainan
Pressure Ulcer : kulit klien tampak keriput, tidak terdapat kelainan
pigmentasi pada kulit klien. Skor Braden Scale : 15 (Berisiko)
i. Sistem Reproduksi
Penyakit kelamin : Klien tidak memiliki penyakit kelamin
Lesi : Tidak terdapat lesi pada kemaluan klien
Aktivitas seksual: Klien sudah tidak mempunyai istri dan sudah tidak
melakukan hubungan.
Riwayat menstruasi : Klien mengatakan pertama kali haid pada umur 13
tahun.
Riwayat menopause : -
j. Sistem Perkemihan
Disuria Menetes Hematuria Poliuria
Oligoria Nokturia Inkontinensia Nyeri saat
berkemih
Ket : Klien tidak memiliki keluhan saat berkemih
Data Penunjang
1. Laboratorium : tidak ada
2. Radiologi : tidak ada
Tidur
3. mampu mengetahui
manfaat manajemen penyakit
4. mampu mengetahui
spesifik penyakit
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
NO Jam Implementasi Evaluasi (SOAP)
DX
1 10.30 1. membina hubungan S:
10.35 saling percaya - Klien mengatakan
2. mengobservasi reaksi sekarang sudah
10.40 nonverbal dari mengetahui penyebab
ketidaknyamanan nyeri yang dialaminya
10.45 3. mengkaji penyebab, P : riwayat jatuh
kualitas, lokasi, skala Q : terasa cenut-
dan waktu/durasi cenut
nyeri. R : punggung
4. Mengukur TTV S : Skala 4 (1-10)
T : hilang timbul
- Klien mengatakan
terasa nyaman setelah
dilakukan teknik
napas dalam
- Klien mengatakan
akan melakukan
napas dalam ini lagi
apabila nyerinya
muncul kembali
O:
- Klien kooperatif saat
diajak berbincang-
bincang
- Klien dapat
mempraktekkan
kembali cara napas
dalam
- TD : 160/90 mmHg
- RR: 20 x/ menit
- HR : 86 x/ menit
A:
Masalah belum
teratasi :
- Klien masih
merasakan
nyeri
P:
Lanjutkan intervensi:
- Evaluasi penerapan
nafas dalam
- Motivasi menerapkan
nafas dalam.
- Kaji tingkat nyeri
2 10.30 1. Memonitor keluhan S : Klien
10.35 utama klien mengatakan lebih
2. Mengukur tanda- tenang setelah
tanda vital (tekanan dilakukan
darah, nadi, pemeriksaan TTV
respirasi, dan suhu). O:
- TD : 150/90
mmHg
- RR : 20 x/mnt
- HR : 86 x/mnt
A : Masalah
belum teratasi,
yaitu klien
merasa pusing
dan TTV tidak
normal
P : Lanjutkan
intervensi
(monitor tanda-
tanda vital)
3 09.00 1. Menenentukan S:
aktivitas tidur klien
2. Mengintruksikan - Klien mengatakan
klien untuk monitor tadi pagi bangun
pola tidurnya pukul 03.00 WIB.
3. Memoonitor pola - Klien mengatakan
tidur klien dan jam waktu tidurnya
tidur klien dimulai dari pukul
4. Menganjurkan klien 22.00 dan bangun
untuk tidur dengan 03.00 WIB.
maksimal - Klien mengatakan
5. Mendiskusikan badan nya terasa
dengan klien capek dan tidak
tentang pentingnya mengikuti aktivitas
tidur karena capek.
O:
- Klien terlihat
kelelahan
- Mata klien terlihat
cekung
- Timbul garis hitam
dibawah mata tanda
kurang tidur
- Klien jarang terlihat
melakukan atau
mengikuti aktivitas
pada pago hari.
A : Masalah belum
teratasi ditandai dengan
klien masih bangun dini
hari dan tidur saat
seharusnya harus
beraktivitas.
P: Lanjutkan intervensi
keperawatan
1. Monitor pola tidur
klien dan jam tidur
klien
2. Anjurkan klien untuk
tidur dengan
maksimal
3. Diskusikan dengan
klien tentang
pentingnya tidur
4 10.30 1. Memonitor gaya S:
berjalan (kecepatan, - Klien mengatakan
10.35 keseimbangan, dan ketika berjalan
kelelahan). terasa kesulitan
2. Berbagi dengan karena kakinya
10.40 pasien terkait (hasil) sakit.
observasi pada gaya - Klien mengatakan
berjalan terutama pernah jatuh di
kecepatan, dapur.
keseimbangan, dan - Klien mengatakan
kelelahan. akan berjalan pelan
3. Mengidentifikasi dan lebih berhati-
perilaku dan faktor hati.
yang mempengaruhi O:
risiko jatuh. - Klien berjalan
menggunakan alat
bantu.
- Klien terlihat
paham dalam
menyebutkan
faktor-faktor yang
dapat
mempengaruhi
risiko jatuh.
A: Masalah belum
teratasi:
- Klien masih
sering jatuh
- Klien belum
mengerti
bagaimana cara
menghindari jatuh
P: Lanjutkan
intervensi :
- Monitor gaya
berjalan
(kecepatan,
keseimbangan,
dan kelelahan).
- Sarankan klien
untuk
menggunakan
alas kaki yang
aman.
- Ajarkan pasien
bagaimana jika
jatuh untuk
meminimalkan
cedera.
5 10.30 1. Mengkaji tingkat S:
pengetahuan pasien
10.35 terkait dengan - pasien
proses penyakit mengatakan tidak
2. Menjelaskan tanda tahu tentang
10.40 dan gejala penyakit penyakit yang
3. Menjelaskan dideritanya
11.00 mengenai proses
O:
penyakit
4. Member informasi - pasien tampak
pada pasien tenang ketika
mengenai dijelaskan
kondisinya mengenai
5. Mengedukasi pasien penyakitnya
menggenai tindakan
sesuai kebutuhan - Pasien tampak
6. Mengevaluasi mendengarkan
pengetahuan pasien selama penjelasan
A : masalah
belum teratasi
P : Lanjutkan
intervensi
- Menjelaskan
tanda dan gejala
penyakit
- Menjelaskan
mengenai proses
penyakit
- Member
informasi pada
pasien mengenai
kondisinya
- Mengedukasi
pasien menggenai
tindakan sesuai
kebutuhan
- Mengevaluasi
pengetahuan
pasien
Hari Pertama : 29 Juni 2020
A : Masalah belum
teratasi, yaitu klien
merasa pusing dan
TTV tidak normal
P : Lanjutkan intervensi
(monitor tanda-tanda vital)
3 10.00 1. Monitor pola tidur klien dan jam S:
tidur klien Candra
2. Anjurkan klien untuk tidur - Klien mengatakan tadi
dengan maksimal pagi terbangun pukul
3. Diskusikan dengan klien tentang 01.00 WIB
pentingnya tidur - Klien mengatakan
badan nya terasa capek
dan tidak mengikuti
aktivitas karena capek.
O:
- Klien terlihat kelelahan
- Mata klien terlihat
cekung
- Timbul garis hitam
dibawah mata tanda
kurang tidur
- Mengedukasi
pasien menggenai
tindakan sesuai
kebutuhan
- Mengevaluasi
pengetahuan pasien
Hari Ketiga : 01 Juli 2020
N Jam Implementasi Evaluasi Paraf
O (SOAP)
DX
1 09.00 1. Mengkaji penyebab, kualitas, S:
lokasi, skala dan waktu/durasi - Klien
09.10 nyeri. mengatakan
2. Mengukur TTV masih terasa
nyeri di bagian
punggung pada Candra
ssat bangun
tidur
P : Riwayat jatuh
Q : Terasa cenut-
cenut
R : punggung
S : Skala 2 (1-10)
T : hilang timbul
O:
- Klien tampak
lemes dan
binggung
TD : 140/70
mmHg
RR : 20 x/mnt
HR : 80 x/mnt
A : Masalah teratasi
P : lanjutkan
intervensi
(evaluasi cara
control nyeri non
farmakologi dan
farmakologi saat
nyeri muncul
kembali)
2 08.30 1. Memonitor keluhan utama klien S : Klien Candra
mengatakan
08.35 2. Mengukur tanda-tanda vital lebih tenang
(tekanan darah, nadi, respirasi, setelah
dan suhu). dilakukan
pemeriksaan
TTV
O:
- TD : 130/70
mmHg
- RR : 20 x/mnt
- HR : 80 x/mnt
A : Masalah
teratasi
P : Lanjutkan
intervensi
(monitor
tanda-tanda
vital)
A : Masalah belum
teratasi ditandai
dengan klien masih
bangun dini hari
P: Lanjutkan
intervensi
keperawatan
1. Monitor pola tidur
klien dan jam
tidur klien
2. Anjurkan klien
untuk tidur
dengan maksimal
3. Diskusikan
dengan klien
tentang
pentingnya tidur
08.30 1. Memonitor gaya berjalan S: Candra
4 (kecepatan, keseimbangan, dan - Klien
08.35 kelelahan) mengatakan
belum bisa
2. Mengajarkan pasien bagaimana mempraktikan
jika jatuh untuk meminimalkan teknik jatuh
cedera. untuk
meminimalkan
cedera.
O:
- Klien terlihat
kesulitan
melakukan
teknik jatuh
untuk
meminimalkan
cedera.
A:
- Masalah
teratasi
P: Lanjutkan
intervensi :
- Monitor gaya
berjalan
(kecepatan,
keseimbangan,
dan
kelelahan).
- Ajarkan
kembali
pasien
bagaimana
jika jatuh
untuk
meminimalkan
cedera.
5 08.30 a. Mengedukasi pasien menggenai S: Candra
tindakan sesuai kebutuhan
08.35 b. Mengevaluasi pengetahuan - Pasien
pasien mengatakan
09.00
sudah tau atas
penyakitnya.
- Klien
mengatakan
setelah diberi
informasi secara
terus menerus
pasien jadi
mengeri atas apa
yang diderita dan
tandanya
O:
- klien tampak
menyebutkan
nama
penyakitnya
- klien tampak
memahami
informasi
A : masalah
teratasi
P : intervensi
dihentikan
Daftar Pustaka
Azizah. L. K. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Brunner & Suddarth. 2008. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2,
Jakarta, EGC.
Jaime L. Stockslager. 2007. Asuhan Keperawatan Geriatrik. Jakarta : EGC
Kumar, Vinay. Et.al. 2007. Buku Ajar Patologi Robbins. Vol.2 Ed. 7. Jakarta :
EGC.
Marilynn E Doenges, dkk., 2010, Rencana Asuhan Keperawatan, Penerbit Buku
Kedokteran, EGC, Jakarta.
Zul Dahlan. 2005. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi II, Jakarta : Balai Penerbit FKUI.