Anda di halaman 1dari 2

“Kapten Smakalha”

STORYLINE

1. Naskah Cerita

Cahaya matahari masuk melalui jendela. Siang ini terasa lebih panas dari hari kemarin. Waktu
terasa berjalan sangat lambat. Sepasang langkah kaki berjalan menuju kursi barisan belakang. Sebuah
tangan dihentakkan ke meja milikku. Di tangan tersebut terdapat selembar kertas ujian bertuliskan
angka 68 dengan tinta berwarna merah. Aku mendongakkan kepalaku keatas. Kulihat Pak Guru sedang
memandangku dengan tatapan kecewa. "68?! Ini sudah kesekian kalinya kamu mendapat nilai di bawah
KKM. Ingin jadi apa kamu nanti hah?!?! Menjawab soal seperti ini saja kamu tidak bisa." seru Pak Guru.
Puluhan pasang mata menuju ke arahku. Kai dan Rara mulai berbisik kepada satu sama lain sembari
menatap sinis ke arahku. Aku hanya bisa menunduk dan terdiam.

Bunyi bel istirahat memecah keheningan. Pak Guru melangkah keluar kelas. Sontak, Kai dan Rara
menghampiriku. "Pfftt... Materi ulangan kali ini adalah materi kelas 9. Masa kamu tidak bisa?" ujar Kai, ia
menahan tawanya. "Mungkin saja... kamu sebenarnya belum lulus SMP ya? Hahaha." Tawa Kai dan Rara
menggema di seluruh kelas. Merasa tidak tahan, aku berjalan keluar kelas dengan menutup kedua
telingaku.

Kakiku melangkah dengan lemas menyusuri lorong sekolah. Langkahku terhenti tepat di depan
papan mading. Selembar kertas berukuran A3 menarik perhatianku. "Perlombaan Jalan Cepat 10.000
Meter Tingkat Kabupaten" tertulis dengan warna biru mencolok. Tiba - tiba sebuah tangan menepuk
bahuku. "Ikuti saja lomba itu, mungkin bakatmu ada di bidang olahraga. Siapa tau kamu bisa menjadi
seperti Hendro Yap, Atlet Jalan Cepat Indonesia.". Aku menoleh ke kanan dan kulihat Adam, satu -
satunya teman yang tidak pernah meremehkanku. Mendengar perkataan Adam, aku menarik nafas
dalam - dalam. "Hendro Yap, atlet jalan cepat asal Indonesia yang berhasil memecahkan rekor pada SEA
Games 2017 di umur 18 tahun. Tentunya keahliannya sudah tidak diragukan lagi. Namun, apakah aku
bisa menjadi seperti beliau?" sautku. "Kamu tidak akan pernah tau jika kamu tidak melakukannya, aku
akan selalu mendukungmu." Adam menjawab sembari tersenyum kepadaku. "Benar juga, aku tidak
akan pernah tau jika aku tidak mencobanya. Aku akan membuktikan kepada guru dan teman - temanku
bahwa aku bisa menjadi yang terbaik!", pikirku. "Baiklah! Aku akan mengikuti perlombaan ini dan
berusaha untuk melakukan yang terbaik!" ujarku pada Adam.

Selama berminggu - minggu, aku terus berlatih di lapangan. Adam selalu meluangkan waktunya
untuk menemaniku berlatih. Usaha serta kerja kerasku untuk menjadi yang terbaik tidak membungkam
mulut teman - temanku untuk tidak meremehkanku. "Percuma usaha, dia kan tidak berbakat di segala
hal," seru Kai. Rara yang ada disampingnya hanya ikut tertawa. Mendengar perkataan mereka, aku
menundukkan pandanganku. "Sudah, jangan dihiraukan. Mereka hanya ingin mencari - cari
kesalahanmu," ucap Adam sembari menyodorkan air minum untukku. Aku menghiraukan perkataan Kai
dan melanjutkan latihanku.

Tiba saatnya hari yang ku tunggu - tunggu. Hari ini Perlombaan Jalan Cepat Tingkat Kabupaten
diadakan di Gelanggang Olahraga Kabupaten Bogor. Teman – temanku datang untuk sekedar memberi
semangat kepadaku. Jantungku berdegup kencang dan tanganku tidak berhenti bergetar. Aku berjalan
menuju lintasan bersama beberapa peserta lain. Aba – aba mulai diberikan. Bunyi pistol yang terdengar
nyaring menandakan bahwa lomba sudah dimulai. Kaki kanan dan kiriku dengan cepat bergantian
melangkah. Pandanganku tertuju ke depan dan tangan digerakkan seirama dengan kaki secara
bergantian.

Beberapa menit setelah lomba dimulai, keringat mulai bercucuran di pelipisku. Hanya dalam
beberapa langkah lagi, aku mencapai garis finish. Aku menarik nafasku dalam - dalam dan berusaha
semaksimal mungkin. Dalam hitungan detik, aku berhasil melewati garis finish. Sautan dan sorakan
bahagia terdengar dari bangku penonton. Rasa syukur dan bahagia tidak dapat kubendung. Aku
tersenyum lebar dan melambaikan kedua tanganku. Samar - samar kulihat teman - teman dan guruku
tersenyum bangga ke arahku.

Setelah lomba selesai, teman – teman dan guruku datang untuk memberi selamat kepadaku.
Tidak pernah kusangka, bahwa Kai, Rara, dan Pak Guru akan datang untuk memberi selamat kepadaku.
“Selamat atas kemenangannya ya. Maafkan kami karena pernah meremehkanmu,” ucap Kai dengan
kepala menunduk. Aku hanya tersenyum dan memaafkan mereka. (bantuin gua nyari amanat dari cerita
ini plis)

2. Penokohan

a. Nama : Raka
Tokoh : Seorang murid yang tidak berbakat di bidang akademis, namun ambisius dan gigih.
b. Nama : Adam
Tokoh : Teman dekat Raka, memiliki sifat baik, setia kawan, dan bijaksana.
c. Nama : Kai
Tokoh : Teman sekelas Raka, sering meremehkan kemampuan Raka dalam bidang akademis.
Memiliki sifat sombong dan angkuh.
d. Nama : Rara
Tokoh : Teman dekat Kai,
e. Nama : Bapak Guru
Tokoh : Guru yang meremehkan Raka karena Raka tidak pandai dalam bidang akademis.

Anda mungkin juga menyukai