Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

Faktor Fisik di PT PERTAMINA (PERSERO) Refinery Unit IV Cilacap

Disusun oleh :
Kelompok 5
1. Abi Ahmad Wiguna (J3K119002)
2. Azighah Zahra (J3K119027)
3. Rezki Febrian (J3K119116)
4. Alfina Zahra Shabila (J3K219137)
5. Yogi Lesmana (J3K219188)
Kelas : MNI A Prk 1

Dosen Penganmpu : Fahriza, S.Hut, M.Si

PROGRAM STUDI MANAJEMEN INDUSTRI


SEKOLAH VOKASI
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Faktor Fisik di PT PERTAMINA (PERSERO) Refinery Unit IV Cilacap”.

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memberikan wawasan
kepada pembaca mengenai faktor fisik di PT PERTAMINA (PERSERO) Refinery
Unit IV Cilacap, seperti tingkat kebisingan, tingkat radiasi, dan keadaan suhu dan
kelembapan. Dengan hal ini, kita mendapatkan pengetahuan mengenai keadaan faktor
fisik di PT PERTAMINA (PERSERO) Refinery Unit IV Cilacap khususnya pada
tingkat kebisingan, radiasi, dan cara menanggulangi keadaan tersebut. Tidak hanya
itu, tujuan pembuatan makalah ini juga untuk memenuhi tugas mata kuliah
Ketenagakerjaan dan K3.

Makalah ini dapat terselesaikan bukan karena hasil kerja sama kami saja, namun
juga adanya bantuan dari pihak lain. Untuk itu, kami mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Bapak Fahriza, S.Hut, M.Si. selaku dosen pengampu mata
kuliah Ketenagakerjaan dan K3 yang telah memberi arahan dan masukan guna
terciptanya makalah yang kami buat.
Makalah ini belumlah dapat dikatakan sempurna. Untuk itu, kami selaku tim
penyusun meminta kritik dan saran yang membangun agar makalah ini bisa lebih baik
lagi kedepannya. Semoga makalah ini bermanfaat untuk pembaca sekalian.

Bogor, 14 Maret 2021

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................................iii
BAB I......................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................5
1.3 Tujuan.....................................................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.....................................................................................................................6
2.1 Profil perusahaan PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap...............6
2.2 Tingkat Kebisingan................................................................................................6
2.3 Tingkat Radiasi......................................................................................................7
2.4 Tingkat Suhu dan Kelembapan.............................................................................8
BAB III.................................................................................................................................12
PENUTUP.............................................................................................................................12
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................12
3.2 Saran.....................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................14

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 PT. Pertamina (Persero).....................................................................................6


Gambar 2. 2 Hasil Pengukuran Kebisingan Overall Area KPC..............................................7
Gambar 2. 3 Hasil Pengukuran Suhu Gedung Control Room Area KPC..............................10
Gambar 2. 4 Hasil Pengukuran Kelembapan Gedung Control Room Area KPC..................10

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Hasil Pengukuran Laju Dosis Sumber Radioaktif Unit 84.....................................8


Tabel 2. 2 Hasil Pengukuran Suhu dan Kelembapan di Area Gedung Control Room KPC.....9

iii
4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lingkungan kerja adalah kehidupan sosial, psikologi, dan fisik dalam perusahaan
yang berpengaruh terhadap pekerja dalam melaksanakan tugasnya. Kehidupan
manusia tidak terlepas dari berbagai keadaan lingkungan sekitarnya, antara manusia
dan lingkungan terdapat hubungan yang sangat erat. Dalam hal ini, manusia akan
selalu berusaha untuk beradaptasi dengan berbagai keadaan lingkungan sekitarnya.
Demikian pula halnya ketika melakukan pekerjaan, karyawan sebagai manusia tidak
dapat dipisahkan dari berbagai keadaan disekitar tempat mereka bekerja, yaitu
lingkungan kerja. Selama melakukan pekerjaan, setiap pegawai akan berinteraksi
dengan berbagai kondisi yang terdapat dalam lingkungan kerja.

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat


juga perkembangan penyakit yang menyebar di kalangan masyarakat. Untuk
mendapatkan hasil produksi yang optimal maka tenaga kerja harus didukung dengan
keadaan lingkungan kerja yang menjamin kenyamaan dalam bekerja. Misalnya
dengan system penerapan ergonomi faktor fisik (Sumardiyono, 2007).
Penilaian faktor fisik lingkungan kerja di tempat kerja telah diatur dalam
Kepmenaker No. Kep-51/ME N/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika1 di
Tempat Kerja. Peraturan ini dibuat untuk melindungi tenaga kerja dari berbagai
macam resiko yang kemungkinan dapat menyebabkan penyakit akibat kerja. Faktor
fisik lingkungan kerja merupakan hal penting yang dapat mempengaruhi kesehatan
dan keselamatan tenaga kerja. PT PERTAMINA (PERSERO) Refinery Unit IV
Cilacap merupakan salah satu dari 7 jajaran unit pengolahan di tanah air, yang
memiliki kapasitas produksi terbesar yakni 348.000 barrel/hari, dan terlengkap
fasilitasnya. Kilang ini bernilai strategis karena memasok 34% kebutuhan BBM
nasional atau 60% kebutuhan BBM di Pulau Jawa. Selain itu kilang ini merupakan
satu-satunya kilang di tanah air saat ini yang memproduksi aspal dan base oil untuk
kebutuhan pembangunan infrastruktur di tanah air.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana rincian profil perusahaan PT PERTAMINA (PERSERO) Refinery
Unit IV Cilacap?
2. Bagaimana tingkat kebisingan pada PT PERTAMINA (PERSERO) Refinery
Unit IV Cilacap?
3. Bagaimana tingkat radiasi pada PT PERTAMINA (PERSERO) Refinery Unit
IV Cilacap?
4. Bagaimana keadaan suhu dan kelembaban pada PT PERTAMINA
(PERSERO) Refinery Unit IV Cilacap?
5. Bagaimana pengendalian potensi bahaya di PT PERTAMINA (PERSERO)
Refinery Unit IV Cilacap?
.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui rincian profil perusahaan PT PERTAMINA (PERSERO)
Refinery Unit IV Cilacap.
2. Untuk mengetahui keadaan tingkat kebisingan pada PT PERTAMINA
(PERSERO) Refinery Unit IV Cilacap.
3. Untuk mengetahui tingkat radiasi pada PT PERTAMINA (PERSERO)
Refinery Unit IV Cilacap.
4. Untuk mengetahui keadaan suhu dan kelembaban pada PT PERTAMINA
(PERSERO) Refinery Unit IV Cilacap.
5. Untuk mengetahui pengendalian potensi bahaya di PT PERTAMINA
(PERSERO) Refinery Unit IV Cilacap.

5
6

BAB II

PEMBAHASAN

.1 Profil perusahaan PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap

PT Pertamina (Persero) Refinery Unit IV Cilacap merupakan industri hilir


(downstream) yang mengembangkan potensi sumber daya alam yaitu minyak dan gas
bumi di sektor pengolahan dan pemurnian. Minyak mentah dimurnikan dan diproses
menjadi berbagai produk petroleum baik itu BBM maupun Non BBM (NBM) dan
produk petrokimia lainnya. PT Pertamina (Persero) RU IV Cilacap yang beralamat di
Jalan Letjen Haryono MT 77 Lomanis, Cilacap Jawa Tengah, merupakan salah satu
unit pengolahan yang mempunyai kapasitas produksi terbesar. Kilang Pertamina RU
IV ini merupakan kilang terbesar se-Asia Tenggara dan satu-satunya kilang di
Indonesia yang memproduksi aspal juga base oil.

Gambar 2. 1 PT. Pertamina (Persero)

.2 Tingkat Kebisingan

Pengukuran kebisingan dilakukan secara rutin dan non rutin. Pengukuran rutin
dilakukan tiga bulan sekali dan non rutin dilakukan sesuai permintaan unit operasi.
Pengukuran intensitas bising yang dilakukan adalah pengukuran kebisingan overall
dan pengukuran analisa frekuensi. Pengukuran intensitas bising overall dengan
menggunakan alat Sound Level Meter Quest 2900, sedangkan analisa frekuensi
bising dilakukan dengan menggunakan alat octave band analyzer pada frekuensi yang
mempengaruhi pendengaran manusia (1000 Hz, 2000 Hz, 4000 Hz dan 8000 Hz).
Sumber bising di area KPC antara lain berasal dari steam, shaft kompresor, shaft
pompa, fin-fan, furnace, dan lain-lain.
Nilai intensitas bising tertinggi sebesar 95,1 dBA terdapat di unit 85 yaitu
Sulfolane unit dan unit 86 yaitu Totaray unit. Sumber kebisingan tersebut berasal dari
mesin steam. Peraturan yang digunakan sebagai acuan pengukuran kebisingan adalah
Peraturan Menteri Kesehatan No. 70 Tahun 2016 tentang Standar & Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Kerja Industri. Berdasarkan peraturan tersebut, Nilai Ambang
Batas (NAB) yang diperbolehkan yaitu 85 dB selama 8 jam sehari atau 40 jam
seminggu. Hasil pengukuran kebisingan overall area KPC dapat dilihat pada

Gambar 2. 2 Hasil Pengukuran Kebisingan Overall Area KPC

dapat disimpulkan bahwa sebagian besar bahaya kebisingan di area KPC(Non BBM
dan Petrokimia) telah memenuhi NAB. Kebisingan yang memenuhi NAB sebesar
52%, sedangkan yang tidak memenuhi NAB sebesar 48%.

.3 Tingkat Radiasi

Unit CCR atau unit 84 merupakan sumber radioaktif di area KPC (Non BBM dan
Petrokimia). Sumber radioaktif yang digunakan adalah Cs-137. Penggunaan
radioaktif pada Unit 84 adalah untuk gauging level katalis. Gauging adalah teknik
pengukuran yang memanfaatkan aplikasi teknik nuklir untuk mengukur tebal,
ketinggian, densitas, sebagai kendali mutu atau proses produk. Lokasi pengukuran
sumber radioaktif.
Laju dosis radiasi diukur setiap bulannya dengan menggunakan alat
surveimeter/Inspector 34134. Pengukuran dilakukan pada casing pelindung dan
detektor sumber radioaktif pada dua keadaan, yaitu pada permukaan dan jarak satu
meter. Pengukuran paparan dilakukan oleh Petugas Proteksi Radiasi (PPR). Peraturan
yang digunakan sebagai acuan pengukuran bahaya radiasi PT Pertamina (Persero) RU
IV Cilacap adalah Peraturan Kepala BAPETEN No.6 Tahun 2009 tentang
Keselamatan Radiasi dalam Penggunaan Zat Radioaktif dan Pesawat Sinar-X untuk

7
Peralatan Gauging. Berdasarkan peraturan tersebut laju dosis maksimal yang
diperbolehkan adalah 500 μSv/jam dengan jarak 5 cm dari permukaan dan 10
μSv/jam dengan jarak 1 m dari permukaaan. Hasil pengukuran laju dosis radiasi unit
84 dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Hasil
Pengukuran
Permukaan Jarak 1 meter
Kontener Detektor Kontener Detektor
No Tag No. Lokasi
μSv/hr μSv/hr μSv/hr μSv/hr
1 84LT - 307 84V-251 1.229 3.461 0.153 1.599

2 84LT - 309 84R-201 2.086 2.452 0.169 0.481

3 84LT - 347 84V-256 4.293 0.093 0.182 0.070

4 84LT - 340A 84V-255A 1.212 3.104 0.298 2.124


84LT-340B 84V-255B Tidak terjangkau 2.227
5

6 84LT-340C 84V-255C 1.501 0.303 0.233 0.116

7 84LT-349 84V-253 4.871 18.38 0.158 4.494

Tabel 2. 1 Hasil Pengukuran Laju Dosis Sumber Radioaktif Unit 84

Pada tabel menunjukkan bahwa laju dosis radiasi terukur masih jauh dibawah
nilai laju dosis maksimal yang diizinkan oleh BAPETEN. Hal ini menandakan bahwa
paparan radioaktif di area KPC masih tetap ada, namun hanya dalam jumlah yang
sangat kecil dan telah memenuhi NAB secara keseluruhan.

.4 Tingkat Suhu dan Kelembapan

Pengukuran suhu dan kelembaban dilakukan pada beberapa ruangan di dalam


gedung control room KPC dan juga pada beberapa area unit KPC lainya. Suhu dan
kelembaban diukur setahun sekali dengan menggunakan alat thermohygrometer
KINO HD 200. Peraturan yang digunakan sebagai acuan pengukuran temperatur dan
kelembaban lingkungan kerja gedung control room KPC PT Pertamina (Persero) RU

8
IV Cilacap adalah Peraturan Menteri Kesehatan No. 70 Tahun 2016 tentang Standar
& Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Industri.
Berdasarkan peraturan tersebut suhu dan kelembaban terbagi dalam dua kondisi
yaitu kondisi lingkungan perkantoran dan kondisi lingkungan industri. NAB
lingkungan perkantoran yaitu suhu 18°C-28°C dan kelembaban 40-60%, sedangkan
pada lingkungan industri yaitu suhu 18°C-30°C dan kelembaban 65-95%. Hasil
pengukuran suhu dan kelembaban gedung control room area KPC dapat dilihat pada
tabel 2.1 dibawah ini.

Hasil Pemantauan Temperatur


NO Titik pengukuran
Lokasi
Suhu RH
Tempat B/K/M B/K/M
(oC) (%)
1 R. DAPUR 30,1 MELEBIHI 58,9 KURANG

2 KM. NO 14 29,6 BAIK 60,9 KURANG

3 KM. NO 15 29,5 BAIK 60,8 KURANG

4 R. LOKER 29 BAIK 57,1 KURANG

5 R. ADM 29,1 BAIK 57,2 KURANG

6 R. MUSHOLA 28,5 BAIK 59,4 KURANG

7 PARAXYE R. OFFICER 28,6 BAIK 59,5 KURANG


NE
R. SR
8 28,7 BAIK 59,6 KURANG
SUPERVISOR B
R. SR
9 28,8 BAIK 59,7 KURANG
SUPERVISOR C

1 R. LOBBY 29,1 BAIK 58,8 KURANG


0

1 R. RAPAT 28,8 BAIK 56,5 KURANG


1

1 CONTROL ROOM 28,2 BAIK 57 KURANG


2

1 R. PWS JAGA 28,2 BAIK 59,5 KURANG


3

1 LORONG CR 28,6 BAIK 57,4 KURANG


4

9
Tabel 2. 2 Hasil Pengukuran Suhu dan Kelembapan di Area Gedung Control Room KPC

LORONG
1 30,5 MELEBIHI 70,1 BAIK
5 BASSEMENT

1 SENTRAL AC 30,4 MELEBIHI 62,4 KURANG


6

1 R. SUBSTATION 25,8 BAIK 59,2 KURANG


7

Menunjukkan bahwa sebagian besar suhu lingkungan industri di area KPC telah
memenuhi NAB, kecuali pada ruang dapur, lorong basement, dan AC central yang
memiliki suhu diatas 30°C. Lorong basement memiliki suhu tertinggi yaitu mencapai
30,5°C. Suhu lorong basement yang tinggi disebabkan oleh pengaruh suhu
lingkungan luar, sedangkan pada pengukuran kelembaban di area KPC sebagai besar
tidak memenuhi NAB, kecuali pada lorong basement yang memiliki kelembaban
sebesar 70,1%. Hasil pengukuran suhu gedung control room area KPC dapat dilihat
di gambar 2.3.

Gambar 2. 3 Hasil Pengukuran Suhu Gedung Control Room Area KPC

Dan dapat disimpulkan bahwa sebagian besar suhu pada gedung control room area
KPC telah memenuhi NAB, yaitu 85% telah memenuhi NAB dan 15% tidak
memenuhi NAB.
Hasil Pengukuran Kelembapan Gedung Control Room Area KPC dapat dilihat pada
Gambar 2.4.

10
Gambar 2. 4 Hasil Pengukuran Kelembapan Gedung Control Room Area KPC

Dan dapat disimpulkan bahwa sebagian besar kelembaban pada gedung control room
Area KPC tidak memenuhi NAB, yaitu 5% memenuhi NAB dan 95 % tidak
memenuhi NAB.

.5 Pengendalian Potensi Bahaya di PT Pertamina (persero) RU IV Cilacap di


Area KPC

Secara umum pengendalian potensi bahaya di PT Pertamina (persero) RU IV


Cilacap khususnya area KPC dilakukan melalui tiga cara yaitu pengendalian secara
teknis atau rekayasa, pengendalian secara administratif, dan pengendalian dalam hal
penggunaan APD.
1) Pengendalian secara teknis atau rekayasa (Engineering Control)
a. Perawatan mesin dan peralatan yang digunakan di area KPC
b. Perawatan diperlukan guna menjaga serta mencegah peralatan-peralatan yang
telah berumur tua agar tidak menimbulkan potensi bahaya seperti kebisingan.
c. Isolasi sumber potensi bahaya
Isolasi sumber potensi bahaya dilakukan pada perpipaan dan peralatan lain
guna mengurangi potensi bahaya yang terjadi.
d. Penggunaan silencer pada beberapa mesin
Pengendalian bahaya bising dapat dilakukan dengan pemasangan silencer
seperti pada mesin furnance dan mesin kompresor.

2) Pengendalian secara administratif (Administrative Control)


a. Memberlakukan Standard Operational Procedure (SOP)
Pengelola organisasi PT Pertamina (Persero) RU IV Cilacap menerapkan
Sistem Tata Kerja (STK) sebagai SOP. STK adalah suatu sistem terstruktur
yang mengatur penyelenggaraan kegiatan tertentu dari perusahaan, yang
terdiri dari kebijakan, prosedur, instruksi, dan hasil pelaksanaannya. STK

11
terdiri atas Pedoman, Tata Kerja Organisasi (TKO), Tata Kerja Individu (TKI)
dan Tata Kerja Penggunaan Alat (TKPA).
b. Melakukan sosialisasi dan pelatihan K3 kepada para pekerja
Pelatihan merupakan aspek yang sangat penting dalam HSSE, karena
pengetahuan dan informasi yang diperoleh oleh pekerja melalui suatu
pelatihan dapat berguna untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja.
c. Melakukan pemeriksaan kesehatan dengan bekerja sama oleh Rumah Sakit
Pertamina Cilacap (RSPC).
d. Pemasangan hazard sign di lingkungan kerja.
e. Chemical biological monitoring adalah suatu pengukuran bahan kimia atau
hasil metabolisme yang diambil dari sampel darah, urin, dan lain-lain dari
tubuh pekerja untuk mengetahui paparan dan absorbsi bahan kimia pada
pekerja.
f. Pekerjaan non-rutin seperti kontraktor atau mitra kerja PT Pertamina (Persero)
RU IV Cilacap, komunikasi mengenai K3 dengan beberapa kegiatan yaitu
safety induction, safety talk, dan toolbox meeting.

3) Pengendalian pada Alat Pelindung Diri (APD)


APD merupakan pilihan terakhir dari semua jenis pengendalian potensi bahaya.
APD yang digunakan di area KPC diantaranya ear plug dan ear muff , respiratory
half mask dan SCBA, safety helmet, safety shoes, safety gloves, safety glases, dan
coverall.

12
13

BAB III

PENUTUP

.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil uraian yang telah diteliti dan dirangkumkan, adapun


kesimpulannya adalah sebagai berikut:
1) Potensi bahaya pada area KPC terdiri dari bahaya fisik dan bahaya kimia. Bahaya
fisik berupa kebisingan, radiasi, suhu, dan kelembaban. Sedangkan bahaya kimia
berupa benzene dan xylene.
2) Sistem pengendalian bahaya pada area KPC PT Pertamina (Persero) RU IV
Cilacap adalah pengendalian teknis, pengendalian administratif, dan penggunaan
APD.
3) Evaluasi potensi bahaya pada area KPC PT Pertamina (Persero) RU IV Cilacap
adalah sebagai berikut:
a. Pada potensi bahaya kebisingan, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar titik
pengukuran pada area KPC telah memenuhi NAB, yaitu 52% memenuhi NAB
dan 48% tidak memenuhi NAB.
b. Pada potensi bahaya radiasi, dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan
titik pengukuran pada area KPC telah memenuhi NBD 100%.
c. Pada potensi bahaya suhu dapat disimpulkan bahwa sebagian besar titik
pengukuran suhu pada gedung control room area KPC telah memenuhi NAB,
yaitu 85% memenuhi NAB dan 15% tidak memenuhi NAB.
d. Sedangkan pada pengukuran kelembaban, dapat disimpulkan bahwa sebagian
besar titik pengukuran tidak memenuhi NAB, yaitu 5% memenuhi NAB dan
95% tidak memenuhi NAB.
e. Pada potensi bahaya benzene, dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan
titik pengukuran pada area KPC telah memenuhi NAB, yaitu 100% memenuhi
NAB.
f. Pada potensi bahaya xylene, dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan
titik pengukuran pada area KPC telah memenuhi NAB, yaitu 100% memenuhi
NAB.

4) Rekomendasi pengendalian terhadap upaya PT Pertamina (Persero) RU IV


Cilacap dalam pengendalian potensi bahaya khususnya di area KPC.
a. Menerapkan sanksi yang lebih tegas bagi karyawan maupun kontraktor yang
tidak menggunakan APD dengan lengkap.
b. Meningkatkan sosialisasi hasil pengukuran potensi bahaya kepada pekerja
area KPC.
c. Memperbaiki dokumentasi terkait pendataan hasil pengukuran potensi bahaya.
d. Meningkatkan perawatan terhadap

.2 Saran

Saran yang dapat diberikan untuk dapat menjaga tingkat Keamanan dan
Keselamatan Kerja KPC PT Pertamina (Persero) RU IV Cilacap agar tetap menjadi
lingkungan kerja yang sehat dan aman.
1. Segera mengevaluasi dan memperbaiki tempat dan lingkungan kerja yang tidak
memenuhi NAB 100% agar memenuhi NAB secara optimal
2. Meningkatkan program perawatan dan melakukan penggantian alat-alat yang
mengalami kebocoran, kerusakan, dan pengkaratan untuk mengurangi dan
menghilangkan potensi bahaya di area kilang.
3. Meningkatkan program promosi kesehatan dan sosialisasi K3 kepada pekerja PT
Pertamina (Persero) RU IV Cilacap.
4. Meningkatkan penerapan good housekeeping baik dalam proses produksi maupun
non produksi.
5. Memperketat peraturan pemakaian APD dan menerapkan sanksi yang tegas bagi
pekerja yang melanggarnya.

14
15
DAFTAR PUSTAKA

Irawati, Yana. 2010. Analisis resiko kesehatan pajanan xylene pada pekerja bengkel
sepatu ‘x’ di kawasan perkampungan industri kecil (PIK) Pulo Gadung Jakarta
Timur. Depok : Universitas Indonesia.
Ramadhan R. 2019. Evaluasi keselamatn dan kesehatan kerja (k3) pt. pertamina
(persero) ru iv Cilacap terkait penilaian risiko bahaya di area kliang paraxylene
complex [Laporan Kerja Praktik]. Jakarta Selatan: Universitas Pertamina.
Tanoga AE, Adi P. Analisis tingkat kebisingan di unit utilities pt pertamina ru vi
balongan. Semarang: Fakultas Teknik, Universitas Diponogoro.
Tanjung AD. 2019. Penerapan program keselamatan dan kesehatan kerja di area
terbatas pt. Pertamina (persero) terminal bbm sibolga [Skripsi]. Sumatera Utara :
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara.

16

Anda mungkin juga menyukai