Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH MATERNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU DENGAN


PERDARAHAN/PREEKLAMSIA DAN EKLAMSIA

Dosen Pengampu : Ns. Pipit Ferianti, S.Kep., MARS

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 4

Aulya Karimah 1911102411137


Delvia Ariani Rukmana 1911102411154
Heru 1911102411150
Ike Wahyuni 1911102411183
Monika Safitri 1911102411200

PRODI S1 KEPERAWATAN (ALIH JENJANG)


FAKULTAS KESEHATAN DAN FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala kebesaran dan
limpahan rahmatNya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Keperawatan
Maternitas dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Ibu dengan
Perdarahan/Preeklamsia dan Eklamsia” dalam rangka memenuhi tugas
perkuliahan. Kami menyadari pada makalah ini masih terdapat kekurangan. Oleh
karena itu, kami senantiasa mengharapkan masukan dari teman-teman sekalian.
Akhirnya, semoga makalah ini bisa berguna bagi kita semua.
Akhir kata kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai usaha kita.

Samarinda, 18 Februari 2020

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar....................................................................................................ii

Daftar Isi..............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................2
C. Tujuan........................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Pre-eklamsia.................................................................................4
B. Etiologi Pre-eklamsia ................................................................................4
C. Jenis- jenis Pre-eklamsia............................................................................6
D. Definisi Eklamsia.......................................................................................11
E. Protap Penanganan Pre-eklamsia dan Eklamsia........................................15
F. Konsep Asuhan keperawatan ....................................................................16
Pengkajian.................................................................................................16
Diagnosa Keperawatan..............................................................................18
Intervensi Keperawatan.............................................................................18
Implemntasi keperawatan .........................................................................22
Evaluasi ....................................................................................................22

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................23
B. Saran..........................................................................................................23

DAFTAR PUSKATA..........................................................................................24

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat
derajat kesehatan perempuan. AKI merupakan salah satu target yang telah
ditentukan dalam tujuan pembangunan millennium yaitu tujuan ke 5,
meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015
adalah mengurangi sampai ¾ resiko jumlah kematian ibu. Terdapat dua kategori
kematian ibu yaitu disebabkan oleh penyebab langsung obstetri yaitu kematian
yang diakibatkan langsung oleh kehamilan dan persalinannya, dan kematian yang
disebabkan oleh penyebab tidak langsung yaitu kematian yang terjadi pada ibu
hamil yang disebabkan oleh penyakit dan bukan oleh kehamilan atau
persalinannya.
Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012,
angka kematian ibu (yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas)
sekitar 359/100.000 kelahiran hidup angka ini meningkat dibandingkan dengan
tahun 2007 yaitu sekitar 228/100.000 kelahiran hidup. Trias utama kematian ibu
adalah perdarahan, hipertensi dalam kehamilan (HDK) dan infeksi. Profil
Kesehatan Indonesia Tahun 2014, hampir 30% kematian ibu di Indonesia pada
tahun 2010 disebabkan oleh HDK. Penyakit hipertensi dalam kehamilan
merupakan kelainan vaskular yang terjadi sebelum kehamilan atau timbul dalam
kehamilan atau pada masa nifas.
Data Laporan Kematian Ibu di Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat
kasus kematian ibu di Sumatera Barat pada tahun 2012 adalah 99 kasus, tahun
2013 adalah 90 kasus, sedangkan pada tahun 2014 adalah 116 kasus. Meningkat
dari tahun sebelumnya. Kota Padang merupakan daerah yang memiliki kematian
ibu tertinggi yaitu 16 kasus pada tahun 2013 dan 2014. Laporan Tahunan Dinas
Kesehatan Kota Padang penyebab kematian maternal pada tahun 2012 dan 2013

1
adalah preeklampsia-eklampsia, perdarahan, infeksi. Pada tahun 2014 penyebab
kematian ibu adalah preeklamsia-eklampsia 31,25%, perdarahan 18,75%, dan
infeksi 12,5% dapat diketahui bahwa setiap tahunnya penyebab utama kematian
ibu secara langsung di kota Padang masih sama. Preeklampsia merupakan
penyebab kematian maternal dan perinatal paling penting dalam ilmu kebidanan.
Secara umum, preeklamsi merupakan suatu hipertensi yang disertai dengan
proteinuria yang terjadi pada kehamilan. Penyakit ini umumnya timbul setelah
minggu ke-20 usia kehamilan dan paling sering terjadi pada primigravida. Jika
timbul pada multigravida biasanya ada faktor predisposisi seperti kehamilan
ganda, diabetes mellitus, obesitas, umur lebih dari 35 tahun dan sebab lainnya.
Morbiditas janin dari seorang wanita penderita hipertensi dalam kehamilan
berhubungan secara langsung terhadap penurunan aliran darah efektif  pada
sirkulasi uteroplasental, juga karena terjadi persalinan kurang bulan pada kasus-
kasus berat. Kematian janin diakibatkan hipoksia akut, karena sebab sekunder
terhadap solusio plasenta atau vasospasme dan diawali dengan pertumbuhan janin
terhambat (IUGR). Di negara berkembang, sekitar 25% mortalitas perinatal
diakibatkan kelainan hipertensi dalam kehamilan. Mortalitas maternal diakibatkan
adanya hipertensi berat, kejang grand mal, dan kerusakan end organ lainnya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka disusunlah rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apakah yang dimaksud dengan preeklamsia ?
2. Apa penyebab terjadinya preeklamsia pada ibu hamil ?
3. Apa saja jenis-jenis preeklamsia ?
4. Apa yang dimaksud dengan eklamsia ?
5. Apa saja komplikasi eklamsia ?
6. Apa saja pencegahan eklamsia ?

2
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari preeklamsia.
2. Untuk mengetahui dan memahami penyebab terjadinya preeklamsia pada ibu
hamil.
3. Untuk mengetahui dan memahami jenis-jenis preeklamsia.
4. Untuk mengetahui dan memahami eklamsia.
5. Untuk mengetahui dan memahami komplikasi eklamsia.
6. Untuk mengetahui dan memahami pencegahab eklamsia.
7. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Pre-eklampsia adalah salah satu kasus gangguan kehamilan yang bisa menjadi
penyebab kematian ibu. Kelainan ini terjadi selama masa kehamilan, persalinan,
dan masa nifas yang akan berdampak pada ibu dan bayi. Pre-eklampsia dalam
kehamilan adalah apabila dijumpai tekanan darah 140/90 mmHg setelah
kehamilan 20 minggu (akhir triwulan kedua sampai triwulan ketiga) atau bisa
lebih awal terjadi.
Preeklamsia adalah sebuah komplikasi pada kehamilan yang ditandai
dengan tekanan darah tinggi (hipertensi) dan tanda-tanda kerusakan organ,
misalnya kerusakan ginjal yang ditunjukkan oleh tingginya kadar protein pada
urine (proteinuria). Preeklamsia juga sering dikenal dengan nama toksemia atau
hipertensi yang diinduksi kehamilan.
Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria akibat
kehamilan, setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan.
Gejala ini dapat timbul sebelum 20 minggu bila terjadi penyakit trofoblastik.
Hipertensi (tekanan darah tinggi) di dalam kehamilan terbagi atas pre-
eklampsia ringan, preklampsia berat, eklampsia, serta superimposed hipertensi
(ibu hamil yang sebelum kehamilannya sudah memiliki hipertensi dan hipertensi
berlanjut selama kehamilan). Tanda dan gejala yang terjadi serta tatalaksana yang
dilakukan masing-masing penyakit di atas tidak sama.

B. Etiologi
Penyebab preeklamsia saat ini belum dapat diketahui secara pasti, walaupun
penelitian dilakukan terhadap penyakit ini sedemikian maju. Semuanya baru
didasarkan pada teori yang dihubung-hubungkan dengan kejadian. Itulah sebabnya

4
preklamsi disebut juga “disease of theory”, gangguan kesehatan yang diasumsikan
pada teori. Adapun teori tersebut antara lain :
1. Peran prostasiklin dan tromboksan
Pada preeklamsia dan eklamsi didapatkan kerusakan pada endotel
vaskuler, sehingga terjadi penurunan prostasiklin yang pada kehamilan normal
meningkat, aktivasi pengumpalan dan fibionalisis, yang kemudian akan
diganti trombin dan plasmin. Trombin akan mengkonsumsi antitrombin III,
sehingga terjadi deposit fibrin. Aktivitas trombosit menyebabkan pelepasan
tromboksan (TXA2) dan serotinin, sehingga terjadi vasospasme dan
kerusakan endotel.
2. Peran faktor imunologis
Preeklamsia sering terjadi pada kehamilan pertama dan tidak timbul lagi
pada kehamilan berikutnya. Hal ini dapat diterangkan bahwa pada kehamilan
pertama pembentukkan blocking antibodies terhadap antigen plasenta tidak
sempurna, yang semakin sempurna pada kehamilan berikutnya. Fierlie FM
(1992) mendapatkan beberapa data yang mendukung adanya sistem imun
pada penderita preeklamsi ; beberapa wanita dengan preeklamsi mempunyai
komplek imun dalam serum, beberapa studi juga mendapatkan adanya aktivasi
sistem komplemen pada preeklamsi diikuti proteiuri.
3. Faktor genetik
Beberapa bukti yang menunjukkan peran faktor genetik pada kejadian
preeklamsia antara lain :
a. Preeklamsia hanya terjadi pada manusia
b. Terdapatnya kecendrungan meningkatnya frekuensi preeklamsi pada
anak-anak dari ibu yang menderita preeklamsi
c. Kecendrungan meningkatnya frekuensi preeklamsi pada anak dan cucu
ibu hamil dengan riwayat preeklamsi dan bukan pada ipar mereka
d. Peran Renin-Angiotensin-Aldosteron Sistem (RAAS)

5
Beberapa penelitian menyebutkan ada beberapa faktor yang dapat
menunjang terjadinya preeklampsia dan eklampsia. Faktor – faktor tersebut
antara lain, gizi buruk, kegemukan dan gangguan aliran darah ke rahim.
Faktor resiko terjadinya preeklamsi, preeklamsi umumnya terjadi pada
kehamilan yang pertama kali, kehamilan di usia remaja, dan kehamilan pada
wanita diatas 40 tahun. Faktor resiko yang lain adalah: riwayat tekanan darah
tinggi yang kronis sebelum kehamilan, riwayat mengelami preeklampsia
sebelumnya, riwayat preeklampsi pada ibu atau saudara perempuan,
kegemukan, mengandung lebih dari satu orang bayi, riwayat kencing manis,
kelainan ginjal lupus atau rematoid arthritis.

C. Jenis-jenis Pre-eklamsia
1. Preeklamsi ringan
Preeklamsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan
atau edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah kehamilan.
Penyebab preeklamsi ringan belum diketahui secara jelas. Penyakit ini dianggap
sebagai “maladaptation sundrome” akibat vasospasme general segala akibat.
Gejala klinis preeklamsia ringan meliputi :
a. Kenaikan tekanan darah sistol 30 mmHg atau lebih, diastol 15 mmHg atau
lebih dari tekanan darah sebelum hamil pada kehamilan 20 minggu atau
lebih dari sistol 140 mmHg sampai kurang 160 mmHg, diastole 90 mmHg
sampai kurang 110 mmHg
b. Proteinuri: secara kuantitatif lebih dari 0,3 gr/liter dalam 24 jam atau secara
kualitatif positi 2 (+2)
c. Edema pada pretibia, dinding abdomen, lumbosakral, wajah atau tangan

6
Penangan preeklamsia ringan dapat dilakukan dua cara, tergantung gejala yang
timbul, yakni :
a. Penatalaksaan rawat jalan pasien preeklamsia ringan, dengan cara :
1) Ibu dianjurkan banyak istirahat (berbaring tidur/miring)
2) Diet: cukup protein, rendah lemak, rendah karbohidrat, dan rendah
garam
3) Pemberian sedative ringan
4) Kunjungan ulang setiap 1 minggu
5) Pemeriksaan laboratorium (Hb, Hemotokrit, trombosit, urine
lengkap,asam urat darah, fungsi hati, fungsi ginjal)
b. Penatalaksaan rawat tinggal pasien preeklamsia ringan berdasarkan
kriteria:
1) Setelah 2 minggu pengobatan rawat jalan tidak menunjukkan adanya
perbaikan dari gejala-gejala preeklamsi
2) Kenaikan berat badan ibu 1 kg atau lebih perminggu selama 2 kali
berturut-turut (2 minggu)
3) Timbul salah satu atau lebih gejala atau tanda-tanda preeklamsi berat
Perawatan obstetri pasien preeklamsia ringan :
a. Kehamilan preterm (kurang 37 minggu)
Bila desakan darah mencapai normotensif selama perawatan, persalinan
ditunggu sampai aterm. Namun bila desakan darah turun tetapi belum
mencapai normotensif selama perawatan maka kehamilannya dapat
diakhiri pada umur kehamilan 37 minggu atau lebih
b. Kehamilan aterm (37 minggu atau lebih)
Persalinan ditunggu smapai terjadinya onset persaliana atau di
pertimbangkan untuk melakukan persalianan pada taksiran tanggal
persalinan
c. Cara persalinan
Persalian dapat dilakukan secara spontan bila memperpendek kala II

7
2. Preeklamsia berat
Preeklamsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan
timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih desertai proteinuria dan/atau
edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih. Gejala dan tanda preeklamsi
berat:
a. Tekanan darah sistolik > 160 mmHg, tekanan darah diastolik > 110 mmHg
b. Peningkatan kadar enzim hati atau/dan ikterus

c. Trombosit <

d. Oliguria < 400 ml/24 jam


e. Proteinuria > 3 gr/liter
f. Nyeri episgastrium
g. Skotoma dan gangguan visus lainnya atau nyeri frontal yang berat
h. Perdarahan retina
i. Odem pulmonum

Pada preeklamsia berat juga terdapat penyulit lain, diantaranya : kerusakan


organ-organ tubuh seperti jantung, gagal ginjal, gangguan fungsi hati, gangguan
pembekuan darah, sindrome HELLP, bahkan dapat terjadi kematian pada janin,
ibu, atau keduanya bila preeklamsi tak segera diatasi dengan baik dan benar.
Penanganan preeklamsia berat, yakni
a. Perawatan aktif, sedapat mungkin sebelum perawatan aktif pada setiap
penderita dilakukan pemeriksaan fetal assessment yakni pemeriksaan
nonstress test (NST) dan USG, dengan indikasi (salah satu atau lebih) :
1) Ibu : usia khamilan 37 minggu atau lebih; adanya tanda- tanda atau
gejala impending eklamsi, kehgagalan terapi konservatif yaitu setelah
6 jam pengobatan meditasi terjadi kenaikan desakan darah atau setelah
24 jam perwatan edicinal, ada gejala-gejala satus quo (tidak ada
perbaikan)

8
2) Janin : hasil fetal assesment jelek (NST dan USG): adanya tanda
Intravena Uterine Growt retardatin (IUGR)
3) Hasil laboratorium: adanya “HELP syndrome” (hematolisis dan
peningkatan fungsi hepar, trombositopenia)
b. Pengobatan medisinal pasien preeklamsia berat (dilakukan dirumah sakit
dan atas instruksi dokter) yaitu : segera masuk RS: tirah baring kesatu sisi.
Tanda-tanda vital diperiksa setiap 30 menit, reflek patella setiap jam, infus
RL dextrose 5% dimana setiap 1 liter disleingi infus RL (60-125 cc/jam)
500CC, berikan antasida, diet cukup protein, rendah karbohidrat, rendah
lemak, dan rendah garam, pemberian obat anti kejang, MgSO4, diuretik
tidak diberikan kecuali bila ada tanda-tanda edema paru, payah jantung
kongestif atau edema anasarka, diberikan furosemid injeksi 40mg/IM
c. Antidepresa diberikan bila : tekanan darah sistolis lebih 180 mmHg.
Diastolis lebih dari 110 mmHg atau MAP lebih 125 mmHg. Sasasaran
pengobatan adalah tekanan diastolis kurang 105 mmHg (bukan kurang 90
mmHg) karena akan menurunkan perfusi plasenta, dosis antihipertensi
sama dengan dosis antihipertensi pada umumnnya.
d. Bila dibutuhkan penurunan tekanan darah secepatnya, dapat diberikan
obat-obat antihipertensi parenteral (tetesan kontinyu)
e. Bila tidak tersedia anti hipertensi parental dapat diberikan tablet anti
hipertensi secara sublingual diulang selang 1 jam, maksimal 4-5 kali.
Bersama dengan awal pemberian sublingual maka obat yang sama mulai
diberikan secara oral (Syakib Bakri, 1997)
f. Pengobatan jantung jika ada indikasinya yakni ada tanda-tanda menjurus
payah jantung, diberikan digitalisasi cepat dengan cedilanid
g. Lain-lain : konsul bagian penyakit dalam / jantung, mata.

9
Penanganan preeklamsia berat pada saat persalinan, dilakukan tindakan
penderita dirawat inap anatara lain :
a. Istirahat mutlak dan ditempatkan diruangan isolasi; berikan diet rendah
garam, lemak dan tinggi protein; berikan suntikan MgSO4 8 gr IM, 4 gr
bokong kanan, dan 4 gr bokong kiri; suntikan dapat diulang dengan dosis 4
gr setiap jam; syarat pemberia MgSO4 adalah reflek patella positif, diuresis
100 cc dalam 4 jam terakhir, respirasi 16 x/ menit dan harus tersedia
antidotnya yaitu calsium gluconas 10% dalam ampul sedia 10cc; infus
dextrose 5% dan ringer laktat; berikan obat anti hipertensi; injeksi katapres
1 ampul 1 mg dan selanjutnya dapat diberikan tablet katapres 3 X ½ tablet
atau 2 X ½ tablet sehari; diuretika tidak diberikan, kecuali terdapat edema
umum, edema paru dan kegagalan jantung kongestif. Untuk itu dapat
disuntikkan 1 ampul IV lasix; segera setelah pemberian MgSO4 kedua,
dilakukan induksi partus dengan atau tanpaamniotomi. Untuk induksi
dipakai oksitosin 10 satuan dalam infus tetes (dilakukan oleh bidan atas
instruksi dokter)
b. Kala II harus dipersingkat dalam 24 jam dengan ekstraksi wakum atau
forceps, jadi ibu dilarang mengedan ()dilakukan oleh dokter ahli
kandungan); jangan berikan methergin postpartum, kecuali bila terjadi
perdarahan yang disebabkan antonia uteri; pemberian MgSO4 kalau tidak
ada kontraindikasi, kemudia diteruskan dengan dosis 4 gr setiap 4 jam
dalam 24 jam postpartum.
c. Bila ada indikasi obstetric dilakukan seksio sesarea, perhatikan bahwa:
tidak terdapat koagulopati: anastesi yang aman atau terpilih adalah anastesi
spinal berhubungan dengan resiko (dilakukan oleh dokter kandungan)
d. Jika anastesi umum tidak tersedia atau janin mati, aterm terlau kecil,
lakukan persalinan pervaginam. Jikaservuks matang, lakukan induksi
dengan oksitosin 2-5 IU dalam 500nml dextrose 10 tetes/mnit atau dengan
prostaglandin (atas instruksi dokter boleh dilakukan oleh bidan)

10
D. Eklamsia
1. Defenisi
Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau
nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang atau koma. Sebelumnya wanita
tadi menunjukkan gejala-gejala Preeklampsia.
Eklamsia adalah komplikasi kehamilan yang ditandai tekanan darah tinggi
dan kejang sebelum, selama, atau setelah persalinan. Kondisi serius ini selalu di
dahului dengan preeklamsia sebelumnya.
Eklamsia merupakan kelanjutan dari preeklamsia. Eklamsia merupakan
kondisi yang jarang terjadi, namun harus segera ditangani karena dapat
membahayakan nyawa ibu hamil dan janin.
Eklamsia adalah penyakit akut dengan kejang dan koma pada wanita hamil
dan wanita masa nifas disertai dengan hipertensi, oedema dan protenuria.
Eklamsia lebih sering terjadi pada kehamilan kembar, hydramnion, mola
hydatidosa, dan eklamsi dapat terjadi sebelum kehamilan bulan ke-6.

2. Tanda dan gejala


Pada umumnya kejang didahului oleh makin memburuknya preeklamsia
dan terjadinya gejala-gejala nyeri kepala di daerah frontal, gangguan
penglihatan, mual, nyeri di episgastrium, dan hiperrefleksia. Bila keadaan ini
tidak dikenal dan diobati, akan timbul kejang; terutama pada persalinan, ini
bahaya besar. Konvulsi eklamsi dibagi dalam 4 tingkat, yaitu :
a. Tingkat awal atau aura. Gejala ini berlangsung kira-kira 30 detik. Mata
terbuka tanpa melihat, kelopak mata bergetar demikian pula tangannya, dan
kepala diputar kekanan atau ke kiri
b. Kemudian timbul tingkat kejang tonik yang berlangsung 30 detik. Dalam
tingkat ini seluruh otot menjadi kaku, wajahnya kelihatan kaku, tangan
menggenggam, dan kaki bengkok ke dalam. Pernafasan berhemti, muka
mulai menjadi sianotik, lidah dapat tergigit.

11
c. Stadium ini kemudian disusul oleh tingkat kejang klonik yang berlangsung
antara 1-2 menit. Spasmus tonik menghilang. Semua otot berkontraksi dan
berulang-ulang dalam tempo yang cepat. Mulut membuka dan menutup dan
lidah dapat tergigit lagi. Bola mata menonjol. Dari mulut keluar lidah
berbusa, muka menunjukkan kongesti dan sianosis. Penderita menjadi tak
sadar. Kejang klonik ini dapat demikian hebatnya, sehingga penderita dapat
terjatuh dari tempat tidurnya. Akhirnya, kejang terhenti dan penderita
menarik nafas secara mendengkur.
d. Sekarang masuk tingkat koma, lamanya ketidak sadaran tidak berlangsung
lama. Secara perlahan-lahan penderita menjadi sadar lagi, akan tetapi
serangan ini dapat terjadi secara berulang sehingga ia tetap koma.
e. Selama serangan tekanan darah meninggi, nadi cepat, dan suhu meninggkat
sampai 40 derajat Celcius. Sehingga akibat serangan dapat terjadi
komplikasi-komplikasi seperti : lidah tergigit, sehingga terjadi perlukaan
dan fraktura, gangguan pernafasan, solusio plasenta, dan perdarahan otak.

3. Diagnosis
Dengan adanya tanda-tanda dan gejala preeklamsia yang disusul dengan
serangan kejang yang telah diuraikan diatas, maka diagnosis eklamsia sudah
tidak diragukan. Walaupun demikian eklamsia harus dibedakan antara :
a. Epilepsi : dalam anamesis diketahui adanya serangan sebelum hamil atau
pada hamil muda dan tanda preeklamsi tidak ada
b. Kejang karena obat anastesi : apabila obat anastesi lokal diinjeksikan
kedalam vena, dapat timbul kejang
c. Koma karena sebab seperti diabetes, perdarahan otak, meningitis,
ensefalitis, dan lain-lain

12
Untuk memastikan eklampsia dan kerusakan organ yang sudah terjadi, akan
dilakukan pemeriksaan penunjang berikut:
a. Tes darah, untuk mengetahui jumlah sel darah secara keseluruhan
b. Tes urin, untuk memeriksa keberadaan dan kadar protein di urin
c. Tes fungsi hati, untuk mendeteksi kerusakan fungsi hati
d. Tes fungsi ginjal, termasuk ureum dan kreatin, untuk mengetahui kadar
kreatin di ginjal dan mendeteksi adanya kerusakan ginjal
e. Ultrasonografi (USG), untuk memastikan kondisi janin dalam keadaan
sehat

4. Komplikasi Eklamsia
Tanpa penanganan yang baik, eklamsia dapat menimbulkan komplikasi serius,
termasuk kematian ibu dan janin. Selain itu, ada beberapa komplikasi yang
dapat terjadi karena pengaruh persalinan atau pengobatan eklamsia, antara lain:
a. Efek samping kejang, seperti lidah tergigit, patah tulang, cedera kepala,
aspirasi atau tertelannya ludah atau isi perut ke saluran pernapasan
b. Kerusakan sistem saraf pusat, perdarahan di otak, gangguan penglihatan,
bahkan kebutaan, akibat kejang yang berulang

c. Penurunan fungsi ginjal dan gagal ginjal akut

d. Kerusakan hati (sindrom HELLP) serta gangguan sistem peredaran darah,


seperti koagulasi intravena terdiseminasi (DIC)

e. Gangguan pada kehamilan, misalnya pertumbuhan janin terhambat, solusio


plasenta, oligohidramnion, atau bayi terlahir secara prematur

f.Penyakit jantung koroner dan stroke

g. Peningkatan risiko untuk mengalami preeklamsia dan eklamsia pada


kehamilan berikutnya

13
5. Pencegahan Eklamsi

Belum ada langkah pasti untuk mencegah preeklampsia dan eklamsia. Namun,
beberapa langkah berikut bisa dilakukan untuk menurukan risiko terjadinya
eklamsia pada ibu hamil :

a. Melakukan kontrol berkala


Kontrol berkala selama kehamilan perlu dilakukan agar deteksi dini dan
pengendalian hipertensi serta preeklampsia bisa dilakukan. Dengan
melakukan pengendalian terhadap preeklampsia, maka risiko terjadinya
eklamsia bisa diturunkan.
b. Mengonsumsi aspirin dosis rendah
Aspirin dalam dosis rendah mungkin akan diberikan dokter sesuai dengan
kondisi ibu hamil. Pemberian aspirin dapat mencegah penggumpalan darah
dan pengecilan pembuluh darah, sehingga dapat mencegah munculnya
eklamsia.
c. Menerapkan gaya hidup sehat
Menerapkan gaya hidup sehat, seperti menjaga berat badan ideal dan
berhenti merokok, dapat membantu menurunkan risiko eklamsia bila ibu
hamil.
d. Mengonsumsi suplemen tambahan
Suplemen dengan arginin dan vitamin juga diduga dapat menurunkan
risiko eklamsia jika dikonsumsi mulai trimester kedua kehamilan.

14
E. Protap Penanganan Preeklamsia dan Eklamsia

PREEKLAMSI DAN EKLAMSPSIA

Pemeriksaan Dasar diagnosa klinis


1. Fisik ibu 1. Kenaikan berat badan
a. Tekanana darah 2. Kenaikan tekanan darah
b. Berat badan – edema 3. Proteinuria
c. Proteinuria 4. Oliguria
2. Janin 5. Kejang atau koma
a. gerakan janin 6. Nyeri kepala/
b. jantung janin epigastrium
c. air ketuban 7. Penglihatan kabur
3. Konsultasi dokter 8. Edema paru-paru
a. Laboratprium 9. Gangguan kesadaran
b. rujukan

Konservatif Terapi aktif


1. Kamar isolasi 1. Indikasi vital
2. Observasi 2. Gagal pengobatan 2X 24
a. Kesembanagn cairan jam
b. Infus 2000/24 jam 3. Medis teknis
3. Pengobatan a. Induksi persalinan
a. Stroganol b. Pecahkan ketuban
b. Penthotal c. Kala II forsep
c. Diazepam
d. Litik koktil
e. Magnesium sulfat
4. Evaluasi pengobatan
a. Diuresis
Seksio sesarea
b. Kesadaran membaik
1. Gagal induksi
c. Kejang berkurang
2. Indikasi obstetri
d. Nadi dan tekanan
darah menurun
e. Keluhan berkurang

15
Pengobatan konservatif berhasil
1. Pengawasan hamil intensif
2. Kahamilan
F. Konsep mencapai
Asuhan Keperawatan
aterm
1. Pengkajian
3. Persalinan pervaginam
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan.
Suatu proses kolaborasi melibatkan perawat, ibu dan tim kesehatan lainnya.
Pengkajian dilakukan melaui wawancara dan pemeriksaan fisik.
Dalam pengkajian dibutuhkan kecermatan dan ketelitian agar data yang
terkumpul lebih akurat, sehingga dapat dikelompokkan dan dianalisis untuk
mengetahui masalah dan kebutuhan ibu terhadap perawatan. Pengkajian yang
dilakukan pada ibu dengan preeklamsia/eklamsia antara lain sebagai berikut :
1) Identitas umum ibu.
2) Data riwayat kesehatana.
a. Riwayat kesehatan dahulu
1) Kemungkinan ibu menderita penyakit hipertensi sebelum hamil.
2) Kemungkinan ibu mempunyai riwayat preeklamsia pada
kehamilan terdahulu.
3) Biasanya mudah terjadi pada ibu dengan obesitas.
4) Ibu mungkin pernah menderita penyakit gagal kronis.
b. Riwayat kesehatan sekarang
1) Ibu merasa sakit kepala di daerah frontal.
2) Terasa sakit di ulu hati / nyeri epigastrum.
3) Gangguan virus : penlihatan kabur, skotoma, dan diplopia.
4) Mual dan muntah, tidak ada nafsu makan.
5) Gangguan serebral lainnya: terhuyung-huyung, refleks tinggi, dan
tidak tenang.
6) Edema pada ekstremitas.

16
7) Tengkuk terasa berat.
8) Kenaikan berat badan mencapai 1 kg seminggu
c. Riwayat kesehatan keluarga : Kemungkinan mempunyai
riwayat preeklamsia dan eklamsia dalam keluarga
d.  Riwayat perkawinan : Biasanya terjadi pada wanita yang menikah
dibawah usia 20 tahun atau diatas 35 tahun.
3) Pemeriksaan fisik biologisa.
a. Keadaan umum : lemah. 
b. Kepala : sakit kepala, wajah edema.
c. Mata : konjungtifa sedikit anemis, edema pada retina.
d. Abdomen : nyeri daerah epigastrium, anoreksia, mual dan muntah.
e. Ektremitas : oedema pada kaki juga pada tangan dan jari- jarif.
f. Sistem persyarafan : hiperrefleksia, klonus pada kaki.
g. Genituorinaria : oligura, proteinuria.
h. Pemeriksaan janin : bunyi detak janin tidak teratur, gerakan janin
melemah
4) Pemeriksaan penunjang :
a. Pemeriksaan Laboratorium 
1) Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah :
a) Penurunan hemoglobin (nilai rujukan atau kadar normal
hemoglobin untuk wanita hamil adalah sebanyak 12-14 gr% ).
b) Hematokrit meningkat ( nilai rujukan 37 – 43 vol% ).
c) Trombosit menurun ( nilai rujukan 150 – 450 ribu/mm3 ).
2) Urinalisis : Ditemukan protein dalam urine.
3) Pemeriksaan Fungsi hati :
a) Bilirubin meningkat ( N= < 1 mg/dl ). 
b) LDH ( laktat dehidrogenase ) meningkat.
c) Aspartat aminomtransferase ( AST ) > 60 ul.

17
d) Serum Glutamat pirufat transaminase (SGPT) meningkat
(N=15-45 u/ml).
e) Serum glutamat oxaloacetic trasaminase (SGOT) meningkat
(N= <31 u/l).
f) Total protein serum menurun ( N= 6,7-8,7 g/dl ).
g) Tes kimia darah : Asam urat meningkat ( N= 2,4-2,7 mg/dl ).
4) Radiologi
a) Ultrasonografi : Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra
uterus. Pernafasan intrauterus lambat, aktivitas janin lambat,
dan volume cairan ketuban sedikit.
b) Kardiofotografi : Diketahui denyut jantung janin bayi lemah
c)  USG : untuk mengetahui keadaan janin.
5) Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu
6) Tingkat kesadaran : penurunan GCS sebagai tanda adanya
kelainan pada otak
7) NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin

2. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan Perfusi perifer b/d Penurunan Kardiak output Sekunder
terhadap Vasospasme Pembuluh Darah
2) Resiko terjadi gawat janian intra uteri (Hipoksia) b/d penurunan suplay
O2 dan nutrisi ke jaringan plasenta sekunder terhadap penurunan Cardiac
output.
3) Kelebihan volume cairan b/d peningkatan retensi urine dan
edema berkaitan dengan hipertensi dalam kehamilan
4) Nyeri akut b/d peningkatan tekanan vaskuler cerebral akibat hipertensi

3. Rencana keperawatan

18
setelah data terkumpul kemudian dianalisis, langkah selanjutnya adalah
menentukan diagnosa dan intervensi keperawatan. Diagnosa yang mungkin
ditemukan pada ibu hamil dengan pre-eklamsia / eklamsia adalah
sebagai berikut : 

19
1) Gangguan perfusi jaringan b/d penurunan kardiak output sekunder
terhadap vasospasme pembuluh darah.
Tujuan :
Perfusi jaringan otak adekuat dan tercapai secara optimal.
Kriteria Hasil :
a) Tekanan systole dan diastole dalam rentang yang diharapkan
b) Menunjukan fungsi sensori motori kranial yang utuh : tingkat
kesadaran membaik, tidak ada gerakan involunter.
Intervensi :
a) Monitor poerubahan tiba-tiba atau gangguan mental kontinyu (cemas,
bingung, letargi, pingsan).
b) Observasi adanya pucat, sianosis, belang, kulit dingin/lembab, cacat
kekuatan nadi perifer
c) Kaji tanda Homan (nyeri pada betis dengan posisi dorsofleksi),
eritema, dan oedema.
d) Dorong latihan kaki aktif / pasif.
e) Pantau pernafasan
f) Kaji fungsi Gastro Intestinal, catat anoreksia, penurunan bising usus,
muntah/mual, distensi abdomen, konstipasi.

2) Resiko terjadi gawat janian intra uteri (Hipoksia) b/d penurunan suplay O2
dan nutrisi ke jaringan plasenta sekunder terhadap penurunan Cardiac
output.
Tujuan :
Gawat janin tidak terjadi, bayi dapat dipertahankan sampai umur 37 mgg
dan atau BBL > 2500 gr

20
Intervensi :
a) Anjurkan penderita untuk tidur miring ke kiri
b) Anjurkan pasien untuk melakukan ANC secara teratur sesuai dengan
masa kehamilan :
1. 1 x/ bln pada trimester I
2. 2 x/ bln pada trimester II
3. 1 x/minggu pada trimester IIIc.
c) Pantau DJJ, kontraksi uterus/his gerakan janian setiap hari.
d) Motivasi pasien untuk mneingkatkan fase istirahat

3) Risiko kejang pada ibu b/d penunrunan fungsi organ (vasospasme dan


peningkatan tekanan darah)
Tujuan :
setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi kejang pada ibu.
Kriteria hasil :
a) Kesadaran kompos mentis, GCS : 15 (4-5-6) 
b) Tekanan darah normal
Intervensi :
a) Monitor tekanan darah tiap 4 jam. Tekana diastole > 110 mmHg dan
Sistole 160 mmHg atau lebihmerupakan indikasi dari PIH.
b) Catat tingakat kesadaran pasien. penurunan kesadaran sebagai indikasi
penurunan aliran darah otak
c) Kaji adanya tanda-tanda eklamsia (hiperaktif, reflek patella
dalam, penurunan nadi dan respirasi, neri epigastrium dan oliguria).
gejala tersebut merupakan manifestasi dari perubahan padaotak, ginjal,
jantung dan paru yang mendahului status kejang
d) Monitor adanya tanda-tanda dan gejal persalinan atau adanya kontraksi
uterus. kejang akan meningkatkan kepekaan uterus yang akan
memungkinkan terjadinya persalinan.

21
e) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian anti hipertensi dan SM.
anti hipertensi untuk menurunkan tekanan darah dan SM untuk
mencegah terjadinya kejang.

4) Nyeri akut b/d peningkatan tekanan vaskuler cerebral akibat hipertensi.


Tujuan :
a) Nyeri mendekati normal
b) Nyeri terkontrol 
c) Pasien merasa nyaman
Kriteria hasil :
a) Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan
tehnik non farmakologi untuk mengurangi nyeri).
b) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen
nyeri.
c) Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekwensi dan tanda)
d) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.
Intervensi :
a) Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan.
b) Gunakan tehnik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman
nyeri.
c) Kaji penyebab nyeri.
d) Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau.
e) Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang
ketidakefektifan control nyeri masa lamapau
f) Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menentukan dukungan.
g) Control lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti
suhuruangan, pencahayaan dan kebisingan
h) Kurangi factor presipitasi

22
i) Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, nonfarmakologi,
dan interpersonal). 
j) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi.
k) Ajarkan tehnik relaksasi.
l) Berikan analgetik untuk mengurangi nyerim.
m)Evaluasi keefektifan control nyeri.
n) Tingkatkan istirahat tidur.
o) Kolaborasi dengan tim medis lain jika ada keluhan dan tindakanyang
tidak berhasil. 
p) Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri

4. Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi keperawatan yang telah
direncanakan

5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan kegiatan akhir dari proses keperawatan,
dimana perawat menilai hasil yang diharapkan terhadap perubahan diri ibu
dan menilai sejauh mana masalah ibu dapat di atasi. Disamping itu, perawat
juga memberikan umpan balik atau pengkajian ulang, seandainya tujuan yang
ditetapkan belum tercapai, maka dalam hal ini proses peawatan dapat
dimodifikasi.
Hasil Evaluasi yang mungkin didapat adalah :
1) Tujuan tercapai seluruhnya, yaitu jika pasien menunjukkan tanda atau
gejala sesuai dengan kreteria hasil yang di tetapkan.
2) Tujuan sebagian yaitu jika pasien menunjukan tanda
dangejala sebagian dari kreteria hasil yang sudah ditetapkan.
3) Tujuan tidak tercapai, jika pasien tadak menunjukan tanda dan gejala
sesuai dengan kreteria hasil yang sudah ditetapkan.

23
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Preeklamsia ialah suatu gangguan kehamilan yang menjadi penyebab
kematian ibu dan bayi. Preeklamsia terbagi menjadi dua yaitu preeklamsia ringan
dan preeklamsia berat. Penyebab terjadinya pre-eklamsia sampai saat ini belum
dapat diketahui secara pasti. Itulah sebabnya preklamsi disebut juga “disease of
theory”, gangguan kesehatan yang diasumsikan pada teori. Preklamsia ringan
ditandai dengan : kehamilan lebih dari 20 minggu; kenaikan tekanana darah
140/90 mmHg atau lebih dangan pemeriksaan 2 kali selang 6 jam dalam keadaan
istirahat (untuk pemeriksaan pertama dilakukan 2 kali setelah istirahat 10 menit);
edema tekan pada tungkai (pretibia), dinding perut, lumbosakral, wajah atau
tangan; proteinuria lebih 0,3 gr/liter/2jam, kualitatif +2.
Eklamsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau masa
nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang (bukan karena kelainan neorologik)
atau koma dimana sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala pre eklamsia.

B. Saran

Kami membuat makalah ini untuk pembelajaran bersama. Adapun tujuan


pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan
Maternitas. Makalah ini jauh dari kesempurnaan. Kami mengambil dari berbagai
sumber, jadi apabila pembaca menemukan kesalahan dan kekurangan, maka kami
sarankan untuk mencari referensi yang lebih baik. Apabila pembaca merasa ada
kekurangan dapat membaca buku yang menjadi referensi secara lengkap.
Untuk itu penulis berharap bagi yang membaca makalah ini bisa memberikan
masukan berupa kritik dan saran yang bersifat membangun tentang Asuhan
Keperawatan pada Ibu dengan Perdarahan/Preeklamsia dan Eklamsia.

24
DAFTAR PUSTAKA

Amiruddin, R., Afifah, A., Chaerunnisa, A., Ayani, W., Ambas, W., Kandi, E.
(2007). Issu Mutakhir Tentang Komplikasi Kehamilan (Preeklamsia dan
Eklamsia). Diambil dari https://www.slideshare.net. Diakses pada tanggal 17
Februari 2020.
Gusta, Dien A., N, Dkk. (2014). Faktor Resiko Kejadian Preeklamsi Pada Ibu Hamil
di RSUP M. DJAMIL Padang. Diambil dari http://jurnal.fkm.unand.ac.id.
Diakses pada tanggal 17 Februari 2020.
Pane, C., D., M. (2020). Eklamsia. Diambil dari https://www.alodokter.com. Diakses
pada tanggal 17 Februari 2020.

Pratiwi, W. (2017). Asuhan Keperawatan Pre-eklamsia Pada Maternitas. Diambil dari


https://www.academia.edu. Diakses pada tanggal 18 Febuari 2020

Yeyeh, Ai Rukiah. Lia, Y. (2010). Asuhan Kebidanan 4 Patologi Kebidanan. Jakarta:


Tim 2010.
Zakiyah, W., R. (2018). Makalah Pre-eklamsi. Diambil dari
https://www.academia.edu. Diakses pada tanggal 17 Februari 2020.

25

Anda mungkin juga menyukai