Anda di halaman 1dari 100

LAPORAN AKUNTABILITAS

KINERJA INSTANSI
PEMERINTAH (LAKIP)
DANA DEKONSENTRASI
(03-DK)TAHUN 2019

BIDANG KESMAS
DINAS KESEHATAN
PROVINSI
BENGKULU
KATA PENGANTAR

Bidang Kesehatan Masyarakat sebagai salah satu unit eselon II di Dinas


Kesehatan Provinsi Bengkulu memiliki kewajiban untuk melaksanakan Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP). Salah satu komponen SAKIP adalah
membuat Laporan Kinerja yang menggambarkan kinerja yang dicapai atas pelaksanaan
program dan kegiatan yang menggunakan APBN.
Penyusunan lapor a n kiner j a ber pedom an pada Per at ur an M ent er i
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokasi (Permenpan) Nomor 53 tahun
2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu
atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Laporan kinerja ini merupakan informasi
kinerja yang terukur kepada pemberi mandat atas kinerja yang telah dan seharusnya
dicapai. Dalam laporan kinerja ini juga menyertakan berbagai upaya perbaikan
berkesinambungan yang telah dilakukan dalam lingkup Bidang Kesehatan Masyarakat,
untuk meningkatkan kinerjanya pada masa mendatang.
Bidang Kesehatan Masyarakat, telah menyelesaikan Laporan Kinerja tahun 2019
sebagai bentuk akuntabilias perjanjian kinerja yang dibuat pada awal tahun 2019. Secara
garis besar laporan berisi informasi tentang tugas dan fungsi organisasi; rencana kinerja
dan capaian kinerja sesuai dengan Rencana Stategis (Renstra) Kementerian
Kesehatan tahun 2015-2019, disertai dengan faktor pendukung dan penghambat
capaian, serta upaya tindak lanjut yang dilakukan.
Peningkatan kualitas laporan kinerja ini menjadi perhatian kami, masukan dan
saran membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan dan penyempurnaan
penyusunan laporan di tahun yang akan datang. Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita
semua dan dapat dijadikan bahan evaluasi untuk perbaikan dan pengembangan program
di masa mendatang.

Bengkulu, Januari 2020

II| LAPORAN KINERJA BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2019


IKHTISAR EKSEKUTIF

Sebagaimana telah diatur dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia


Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan
dalam Peraturan Menteri Pedayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokasi dan
dalam PermenPAN Nomor 53 tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja,
Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, maka
Bidang Kesehatan Masyarakat menyusun laporan kinerja sebagai bentuk
pertanggungjawaban kinerja yang telah dilakukan pada tahun 2019.
Pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 adalah Program Indonesia
Sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat
melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan
perlindungan finansial dan pemeratan pelayanan kesehatan. Pelaksanaan program dan
kegiatan di lingkungan Bidang Kesehatan Masyarakat tahun 2019 mengacu pada
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019 yang ditetapkan dalam
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/MENKES/52/2015. Untuk mencapai
tujuan tersebut, dilakukan berbagai kegiatan yang dilaksanakan masing-masing unit
Seksi di lingkup Bidang Kesehatan Masyarakat. Laporan kinerja disusun berdasarkan
capaian kinerja tahun 2019 sebagaimana yang sudah ditetapkan dalam dokumen
penetapan kinerja yang terdiri dari Indikator Kerja Utama (IKU). Sumber data dalam
laporan ini diperoleh dari Seksi di lingkup Bidang Kesehatan Masyarakat tahun 2019.
Berdasarkan Perjanjian Kinerja tahun 2019 antara Direktur Jenderal Kesehatan
Masyarakat dengan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu, Bidang Kesehatan
Masyarakat memiliki 28 Indikator Kinerja dan Realisasi anggaran dilingkup Bidang
Kesehatan Masyarakat meliputi anggaran dekonsentrasi sebesar 99,59%. Keseluruhan
indikator kinerja utama program kesehatan masyarakat dilaksanakan di tingkat
Puskesmas. Oleh karena itu alokasi anggaran tersebut bertujuan untuk memastikan
indikator tersebut berjalan sebagaimana mestinya mulai dari level kebijakan, standar,
pedoman dan evaluasi.
Masalah dalam pelaksanaan kegiatan dan penyerapan anggaran di tahun 2019
dikarenakan adanya beberapa peserta tidak hadir dan sisa dari transport yang tidak
terserap.
Perbaikan ke depan perlu koordinasi lebih baik antar Seksi dalam
penyusunan rencana operasional kegiatan terutama dengan melibatkan seluruh program
dan Kabupaten/Kota sehingga rencana kegiatan yang dibuat dapat terlaksana dengan
baik. Proses pengadaan barang dan jasa perlu dipersiapkan lebih awal (tidak melewati
triwulan 2) agar tidak semua pengadaan menumpuk pada akhir tahun.

III | LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2019


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii


IKHTISAR EKSEKUTIF ........................................................................................ iii
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………iv
DAFTAR TABEL .................................................................................................... v
BAB I.......................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................. 1
B. Maksud dan Tujuan ..................................................................... 2
C. Visi, Misi dan Strategi Organisasi..................................................... 2
D. Tugas Pokok dan Fungsi .............................................................. 5
E. Potensi dan Permasalahan ........................................................... 5
F. Sistematika ............................................................................................ 7
BAB II....................................................................................................................................8
A. Perjanjian Kinerja ....................................................................... 8
B. Indikator Kinerja Program Kesehatan Masyarakat ..............................8
BAB III.................................................................................................................................12
A. Capaian Kinerja Organisasi .................................................... 12
1. Indikator Kinerja Program ............................................................... 12
B. Realisasi Anggaran .................................................................... 14
BAB IV ................................................................................................................. 15
Kesimpulan ................................................................................................... 15
Lampiran…………………………………………………………………………16

iv | LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2019


DAFTAR TABEL

Tabel 1. Indikator kinerja Bidang Kesehatan Masyarakat Tahun 2019 ...................9


Tabel 2. Capaian Indikator Kinerja Program Kesehatan Masyarakat Tahun 2019.. 12
Tabel 3. Realisasi anggaran Program Kesehatan Masyarakat Tahun 2019 .......... 14

v | LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2019


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bidang Kesehatan Masyarakat dalam melaksanakan tugas dan fungsinya,
senantiasa membangun akuntabilitas yang dilakukan melalui pengembangan
dan penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas dan terukur. Diharapkan
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan kesehatan dapat berlangsung
dengan bijaksana, transparan, akuntabel, efektif, dan efisien sesuai dengan prinsip-
prinsip good governance sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang Nomor 28
Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi
dan Nepotisme.
Sasaran pokok RPJMN 2015-2019 adalah: (1) meningkatnya status kesehatan
dan gizi ibu dan anak; (2) meningkatnya pengendalian penyakit; (3) meningkatnya
akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama di daerah terpencil,
tertinggal dan perbatasan; (4) meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal
melalui Kartu Indonesia Sehat dan kualitas pengelolaan SJSN Kesehatan, (5)
terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin; serta (6) meningkatkan
responsivitas sistem kesehatan. Berakhirnya pelaksanaan tugas tahun 2016 yang
merupakan awal tahun implementasi Rencana Strategis (Renstra) Kementerian
Kesehatan Tahun 2015-2019 yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor HK 02.02/ Menkes/52/2015 tentang Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan, yang mempunyai visi “Masyarakat Sehat yang Mandiri dan
Berkeadilan”. Pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 adalah Program
Indonesia Sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi
masyarakat melalui melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang
didukung dengan perlindungan finansial dan pemeratan pelayanan kesehatan.
Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu paradigma
sehat, penguatan pelayanan kesehatan dan jaminan kesehatan nasional: 1) pilar
paradigma sehat di lakukan dengan strategi pengarusutamaan kesehatan dalam
pembangunan, penguatan promotif preventif dan pemberdayaan masyarakat; 2)
penguatan pelayanan kesehatan dilakukan dengan strategi peningkatan akses
pelayanan kesehatan, optimalisasi sistem rujukan dan peningkatan mutu pelayanan
kesehatan, menggunakan pendekatan continuum of care dan intervensi berbasis
risiko. Bidang Kesehatan Masyarakat merupakan unit yang sangat berperan dalam
mewujudkan pilar pertama dalam “Program Indonesia Sehat”.
Pertanggungjawaban pelaksanaan kebijakan dan kewenangan dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan harus dapat dipertanggungjawabkan
kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Akuntabilitas
tersebut salah satunya diwujudkan dalam bentuk penyusunan laporan kinerja.
Laporan kinerja ini akan memberikan gambaran pencapaian kinerja Bidang
Kesehatan Masyarakat dalam satu tahun anggaran beserta dengan hasil capaian
indikator kinerja dari masing-masing unit satuan kerja yang ada di lingkungan Bidang
Kesehatan Masyarakat di tahun 2019.
Dengan perubahan Susunan Organisasi baru Permenkes Nomor 64 Tahun 2016
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan maka dilakukan perubahan
dalam penyusunan perjanjian kinerja. Perjanjian kinerja yang ditandatangani Direktur

1 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2019


Jenderal Kesehatan Masyarakat dengan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu
terdiri dari 6 sasaran dan 28 indikator kinerja.

B. Maksud dan Tujuan


Penyusunan laporan kinerja Bidang Kesehatan Masyarakat merupakan
bentuk pertanggungjawaban kinerja pada tahun 2019 dalam mencapai target dan
sasaran program seperti yang tertuang dalam rencana strategis, dan ditetapkan
dalam dokumen penetapan kinerja Bidang Kesehatan Masyarakat oleh pejabat
yang bertanggungjawab.

C. Visi, Misi dan Strategi Organisasi


1. Visi
Visi Gubernur Bengkulu, yaitu “Mewujudkan Bengkulu Yang Maju,
Sejahtera, Bermartabat, Dan Berdaya Saing Tinggi”.

2. Misi
Misi Gubernur Bengkulu yaitu:
a. Mewujudkan pemerintahan yang baik dan bersih melalui reformasi tata
kelola birokrasi.;
b. Mewujudkan sistem pengelolaan APBD yang akuntabel, transparan, dan
berorientasi pada pelayanan publik;
c. Meningkatkan kualitas dan kuantitas layanan dasar;
d. Meningkatkan dan memantapkan kapasitas infrastruktur dasar ;
e. Meningkatkan daya saing dan iklim investasi daerah;
f. Mewujudkan aparatur yang bersih dan berwibawa;
g. Mewujudkan pola pengelolaan sumberdaya alam yang berkeadilan dan
berkelanjutan
h. Meningkatkan kapasitas infrastruktur strategis dan berdaya saing;
i. Mewujudkan pembangunan kepariwisataan yang tangguh dan berdaya saing;
j. Mewujudkan pembangunan Kemaritiman yang integratif dan berdaya saing;
k. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak;
l. Mewujudkan pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan;
m. Meningkatkan daya saing Kepemudaan dan Keolahragaan;
n. Menanggulangi Kemiskinan dan Ketertinggalan;
o. Meningkatkan Peranan Usaha Kecil, Menengah dan Koperasi (UKMK)
p. Meningkatkan infrastruktur dibidang Informasi dan Telematika Globalisasi
menuntut adanya kecukupan infrastruktur informasi dan telematika yang
memungkinkan Bengkulu menjadi bagian integral dari sistem informasi
global;
q. Meningkatkan kerukunan kehidupan umat beragama Bengkulu merupakan
miniatur Indonesia yang di dalamnya terdiri dari berbagai suku, agama, dan
golongan dengan beragam kepentingan.

2 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2019


3. Tujuan
Terlaksananya pelayanan teknis administrasi kepada semua unsur di
lingkungan Bidang Kesehatan Masyarakat dalam rangka terselenggaranya
pembangunan kesehatan yang berhasil guna dan berdaya guna agar
meningkatnya status kesehatan masyarakat.

4. Nilai-nilai
Guna mewujudkan visi dan misi serta rencana strategis pembangunan
kesehatan, Bidang Kesehatan Masyarakat menganut dan menjunjung tinggi nilai-
nilai yang telah dirumuskan dalam Renstra Kementerian Kesehatan antara lain:
a. Pro Rakyat;
b. Inklusif;
c. Responsif;
d. Efektif;
e. Bersih.

5. Strategi Pembangunan Kesehatan Masyarakat


Kebijakan pembangunan kesehatan difokuskan pada penguatan upaya
kesehatan dasar (Primary Health Care) yang berkualitas terutama melalui
peningkatan jaminan kesehatan, peningkatan akses dan mutu pelayanan
kesehatan dasar dan rujukan yang didukung dengan penguatan sistem kesehatan
dan peningkatan pembiayaan kesehatan.
Strategi pembangunan kesehatan masyarakat tahun 2015-2019 meliputi:
a. Akselerasi Pemenuhan Akses Pelayanan Kesehatan Ibu, Anak, Remaja, dan
Lanjut Usia yang Berkualitas.
b. Mempercepat Perbaikan Gizi Masyarakat.
c. Meningkatkan Penyehatan Lingkungan.
d. Meningkatkan Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat.

6. Sasaran Bidang Kesehatan Masyarakat


Sasaran Bidang Kesehatan Masyarakat, adalah meningkatnya ketersediaan
dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang bermutu bagi seluruh
masyarakat.

7. Indikator Kinerja
Indikator kinerja Bidang Kesehatan Masyarakat yaitu:
a. Pembinaan Gizi Masyarakat
• Persentase Ibu hamil Kurang Energi Kronik yang mendapat
makanan tambahan;
• Persentase ibu hamil yang mendapat Tablet Tambah Darah (TTD);
• Persentase Bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapat ASI
Eksklusif;
• Persentase bayi baru lahir mendapat Inisiasi Menyusu Dini (IMD);
• Persentase balita kurus yang mendapat makanan tambahan;
• Persentase remaja putrid yang mendapatkan Tablet Tambah Darah.
b. Pembinaan Kesehatan Keluarga
• Persentase kunjungan neonatal pertama (KN 1);
• Persentase ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal ke
empat (K4);

3 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2019


• Persentase Puskesmas yang melaksanakan penjaringan kesehatan
untuk peserta didik kelas 1;
• Persentase Puskesmas yang melaksanakan penjaringan kesehatan
untuk peserta didik kelas 7 dan 10;
• Persentase Puskesmas yang meneyelenggarakan kegiatan
kesehatan remaja;
• Persentase Puskesmas yang melaksanakan kelas ibu hamil;
• Persentase Puskesmas yang melakukan Orientasi Program
Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K).
c. Pembinaan Upaya Kesehatan Kerja dan Olahraga
• Persentase Puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan kerja
dasar;
• Jumlah Pos UKK yang terbentuk di daerah PPI/TPI;
• Persentase fasilitas pemeriksaan kesehatan TKI yang memenuhi
standar;
• Persentase Puskesmas yang melaksanakan kegiatan kesehatan
olahraga pada kelompok masyarakat di wilayah kerjanya.
d. Penyehatan Lingkungan
• Jumlah desa/kelurahan yang melaksanakan STBM (Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat);
• Persentase Sarana air minum yang dilakukan pengawasan;
• Persentase Tempat-tempat umum (TTU) yang memenuhi syarat
kesehatan;
• Persentase RS yang melakukan pengelolaan limbah medis sesuai
standar;
• Persentase Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang memenuhi
syarat kesehatan;
• Jumlah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan tatanan kaeasan
sehat.
e. Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
• Persentase Kabupaten/Kota yang memiliki Kebijakan PHBS;
• Persentase desa yang memanfaatkan dana desa untuk UKBM;
• Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSRnya untuk program
kesehatan;
• Jumlah organisasi kemasyarakatan yang memanfaatkan sumber
dayanya untuk mendukung kesehatan.
f. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada
Program Pembinaan Kesehatan Masyarakat
• Persentase realisasi kegiatan administrasi dukungan manajemen
dan pelaksana tugas teknis lainnya Program Kesehatan Maysrakat.

4 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2019


D. Tugas Pokok dan Fungsi
Sesuai dengan Permenkes Nomor 64 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Kesehatan, tugas pokok Bidang Kesehatan Masyarakat
adalah menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang
kesehatan masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
Dalam melaksanakan tugas, Bidang Kesehatan masyarakat
menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:
1. Perumusan kebijakan di bidang peningkatan kesehatan keluarga, kesehatan
lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga, gizi masyarakat, serta promosi
kesehatan dan pemberdayaan masyarakat. pembinaan gizi dan kesehatan ibu
dan anak;
2. Pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan kesehatan keluarga, kesehatan
lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga, gizi masyarakat, serta promosi
kesehatan dan pemberdayaan masyarakat. pembinaan gizi dan kesehatan ibu
dan anak;
3. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang peningkatan
kesehatan keluarga, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga, gizi
masyarakat, serta promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat. pembinaan
gizi dan kesehatan ibu dan anak;
4. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang peningkatan kesehatan
keluarga, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga, gizi masyarakat,
serta promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat.
5. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang peningkatan kesehatan keluarga,
kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga, gizi masyarakat, serta
promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat.
6. Pelaksanaan administrasi Bidang Kesehatan Masyarakat, dan
7. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
Bengkulu.

Fungsi tersebut dilaksanakan oleh organisasi dengan susunan:


a. Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat;
b. Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga;
c. Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat.

E. Potensi dan Permasalahan


Potensi dan permasalahan pembangunan kesehatan akan menjadi input dalam
menentukan arah kebijakan dan strategi Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu.
Saat ini akses ibu hamil, bersalin dan nifas terhadap pelayanan kesehatan sudah
cukup baik, akan tetapi Angka Kematian Ibu masih cukup tinggi. Kondisi ini
kemungkinan disebabkan antara lain karena kualitas pelayanan kesehatan ibu hamil
dan bersalin yang belum memadai, kondisi ibu hamil yang tidak sehat dan faktor
determinan lainnya. Penyebab utama kematian ibu yaitu hipertensi dalam kehamilan
dan perdarahan post partum, selain itu penyebab karena lain-lain juga semakin
meningkat. Penyebab ini dapat diminimalisir apabila kualitas Antenatal Care
dilaksanakan dengan baik, sehingga mampu menskrining kelainan pada ibu hamil
sedini mungkin.
Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan kondisi ibu hamil tidak sehat antara
lain adalah, anemia, ibu hamil yang menderita diabetes, hipertensi, malaria, TB, HIV,
Hepatitis B dan empat terlalu (terlalu muda <20 tahun, terlalu tua >35 tahun, terlalu
dekat jaraknya 2 tahun dan terlalu banyak anaknya > 3 tahun). Sebanyak 54,2 per
1000 perempuan dibawah usia 20 tahun telah melahirkan, sementara perempuan yang

5 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2019


melahirkan usia di atas 40 tahun sebanyak 207 per 1000 kelahiran hidup. Hal ini
diperkuat oleh data yang menunjukkan masih adanya umur perkawinan pertama pada
usia yang amat muda (<20 tahun) sebanyak 46,7% dari semua perempuan yang telah
kawin.
Potensi dan tantangan dalam penurunan kematian ibu dan anak adalah jumlah
tenaga kesehatan yang menangani kesehatan ibu khususnya bidan sudah relatif
tersebar ke seluruh wilayah Indonesia, namun kompetensi masih belum memadai.
Demikian juga secara kuantitas, jumlah Puskesmas PONED dan RS PONEK
meningkat namun belum diiringi dengan peningkatan kualitas pelayanan. Peningkatan
kesehatan ibu sebelum hamil terutama pada masa remaja, menjadi faktor penting
dalam penurunan AKI dan AKB.
Dalam 5 tahun terakhir, Angka Kematian Neonatal (AKN) tetap sama yakni
19/1000 kelahiran, sementara untuk Angka Kematian Pasca Neonatal (AKPN) terjadi
penurunan dari 15/1000 menjadi 13/1000 kelahiran hidup, angka kematian anak balita
juga turun dari 44/1000 menjadi 40/1000 kelahiran hidup. Penyebab kematian pada
kelompok perinatal disebabkan oleh Intra Uterine Fetal Death (IUFD) sebanyak 29,5%
dan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) sebanyak 11,2%, ini berarti faktor kondisi ibu
sebelum dan selama kehamilan amat menentukan kondisi bayinya. Tantangan ke
depan adalah mempersiapkan calon ibu agar benar-benar siap untuk hamil dan
melahirkan dan menjaga agar terjamin kesehatan lingkungan yang mampu melindungi
bayi dari infeksi. Untuk usia di atas neonatal sampai satu tahun, penyebab utama
kematian adalah infeksi khususnya pnemonia dan diare. Ini berkaitan erat dengan
perilaku hidup sehat ibu dan juga kondisi lingkungan setempat.
Untuk status gizi remaja, hasil Riskesdas 2013, secara nasional prevalensi remaja
usia 13-15 tahun yang pendek dan amat pendek adalah 35,1% dan pada usia 16-18
tahun sebesar 31,4%. Sekitar separuh remaja mengalami defisit energi dan sepertiga
remaja mengalami defisit protein dan mikronutrien.
Pelaksanaan UKS harus diwajibkan di setiap sekolah dan madrasah mulai dari
TK/RA sampai SMA/ SMK/MA, mengingat UKS merupakan wadah untuk
mempromosikan masalah kesehatan. Wadah ini menjadi penting dan strategis, karena
pelaksanaan program melalui UKS jauh lebih efektif dan efisien serta berdaya ungkit
lebih besar. UKS harus menjadi upaya kesehatan wajib Puskesmas. Peningkatan
kuantitas dan kualitas Puskesmas melaksanakan Pelayanan Kesehatan Peduli
Remaja (PKPR) yang menjangkau remaja di sekolah dan di luar sekolah. Prioritas
program UKS adalah perbaikan gizi usia sekolah, kesehatan reproduksi dan deteksi
dini penyakit tidak menular.
Selain penyakit tidak menular yang mengancam pada usia kerja, penyakit akibat
kerja dan terjadinya kecelakaan kerja juga meningkat. Jumlah yang meninggal akibat
kecelakaan kerja semakin meningkat hampir 10% selama 5 tahun terakhir. Proporsi
kecelakaan kerja paling banyak terjadi pada umur 31-45 tahun. Oleh karena itu
program kesehatan usia kerja harus menjadi prioritas, agar sejak awal faktor risiko
sudah bisa dikendalikan. Prioritas untuk kesehatan usia kerja adalah mengembangkan
pelayanan kesehatan kerja primer dan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja di
tempat kerja, selain itu dikembangkan Pos Upaya Kesehatan Kerja sebagai salah satu
bentuk UKBM pada pekerja dan peningkatan kesehatan kelompok pekerja rentan
seperti Nelayan, TKI, dan pekerja perempuan.
Perkembangan masalah gizi di Indonesia semakin kompleks saat ini, selain masih
menghadapi masalah kekurangan gizi, masalah kelebihan gizi juga menjadi persoalan
yang harus kita tangani dengan serius. Selain itu kita dihadapi dengan masalah
stunting. Stunting terjadi karena kekurangan gizi kronis yang disebabkan oleh
kemiskinan dan pola asuh tidak tepat, yang mengakibatkan kemampuan kognitif tidak
6 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2019
berkembang maksimal, mudah sakit dan berdaya saing rendah, sehingga bisa terjebak
dalam kemiskinan. Seribu hari pertama kehidupan seorang anak adalah masa kritis
yang menentukan masa depannya, dan pada periode itu anak Indonesia menghadapi
gangguan pertumbuhan yang serius. Yang menjadi masalah, lewat dari 1000 hari,
dampak buruk kekurangan gizi sangat sulit diobati. Untuk mengatasi stunting,
masyarakat perlu dididik untuk memahami pentingnya gizi bagi ibu hamil dan anak
balita. Secara aktif turut serta dalam komitmen global (SUN-Scalling Up Nutrition)
dalam menurunkan stunting, maka Indonesia fokus kepada 1000 hari pertama
kehidupan (terhitung sejak konsepsi hingga anak berusia 2 tahun) dalam
menyelesaikan masalah stunting secara terintegrasi karena masalah gizi tidak hanya
dapat diselesaikan oleh sektor kesehatan saja (intervensi spesifik) tetapi juga oleh
sektor di luar kesehatan (intervensi sensitif). Hal ini tertuang dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan
Gizi.

F. Sistematika
Sistematika penulisan laporan kinerja Bidang Kesehatan Masyarakat adalah
sebagai berikut :
- Ringkasan Eksekutif
- Kata Pengantar
- Daftar Isi
- BAB I
Penjelasan umum organisasi Bidang Kesehatan Masyarakat, penjelasan
aspek strategis organisasi serta permasalahan utama (strategic issued) yang
sedang dihadapi organisasi.
- BAB II
Menjelaskan uraian ringkasan/ ikhtisar perjanjian kinerja Bidang Kesehatan
Masyarakat tahun 2019.
- BAB III
Penyajian capaian kinerja Bidang Kesehatan Masyarakat untuk setiap pernyataan
kinerja sasaran strategis organisasi sesuai dengan hasil pengukuran kinerja
organisasi, dengan melakukan beberapa hal sebagai berikut:
Membandingkan antara target dan realisasi kinerja tahun ini; Membandingkan
realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka menengah yang
terdapat dalam dokumen perencanaan strategis organisasi; Analisis penyebab
keberhasilan/kegagalan atau peningkatan/penurunan kinerja serta alternatif solusi
yang telah dilakukan; Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya; Analisis
program/kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan pencapaian
pernyataan kinerja dan melakukan analisa realisasi anggaran.
- BAB IV
Penutup, Pada bab ini diuraikan simpulan umum atas capaian kinerja organisasi
serta langkah di masa mendatang yang akan dilakukan organisasi untuk
meningkatkan kinerjanya.
- LAMPIRAN
Formulir PK : Pengukuran Kinerja

7 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2019


BAB II
PERENCANAAN KINERJA

A. Perjanjian Kinerja
Perjanjian kinerja Bidang Kesehatan Masyarakat telah ditetapkan dalam
dokumen penetapan kinerja yang merupakan suatu dokumen pernyataan
kinerja/perjanjian kinerja antara atasan dan bawahan untuk mewujudkan target kinerja
tertentu dengan didukung sumber daya yang tersedia.
Indikator dan target kinerja yang telah ditetapkan menjadi kesepakatan yang
mengikat untuk dilaksanakan dan dipertanggungjawabkan sebagai upaya mewujudkan
pelayanan kesehatan yang berkualitas kepada masyarakat Indonesia. Perjanjian
penetapan kinerja tahun 2019 yang telah ditandatangani bersama oleh Direktur
Jenderal Kesehatan Masyarakat dan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu berisi
Indikator, antara lain:

B. Indikator Kinerja Program Pembinaan Kesehatan Masyarakat


Indikator kinerja program Kesehatan Masyarakat terdiri dari 28 indikator di 6
sasaran yang dianggap dapat merefleksikan kinerja program.
a. Pembinaan Gizi Masyarakat
• Persentase Ibu hamil Kurang Energi Kronik yang mendapat
makanan tambahan;
• Persentase ibu hamil yang mendapat Tablet Tambah Darah (TTD);
• Persentase Bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapat ASI
Eksklusif;
• Persentase bayi baru lahir mendapat Inisiasi Menyusu Dini (IMD);
• Persentase balita kurus yang mendapat makanan tambahan;
• Persentase remaja putrid yang mendapatkan Tablet Tambah Darah.
b. Pembinaan Kesehatan Keluarga
• Persentase kunjungan neonatal pertama (KN 1);
• Persentase ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal ke
empat (K4);
• Persentase Puskesmas yang melaksanakan penjaringan kesehatan
untuk peserta didik kelas 1;
• Persentase Puskesmas yang melaksanakan penjaringan kesehatan
untuk peserta didik kelas 7 dan 10;
• Persentase Puskesmas yang meneyelenggarakan kegiatan
kesehatan remaja;
• Persentase Puskesmas yang melaksanakan kelas ibu hamil;
• Persentase Puskesmas yang melakukan Orientasi Program
Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K).
c. Pembinaan Upaya Kesehatan Kerja dan Olahraga
• Persentase Puskesmas yang menyelenggarakan kesehatan kerja
dasar;

8 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2017


• Jumlah Pos UKK yang terbentuk di daerah PPI/TPI;
• Persentase fasilitas pemeriksaan kesehatan TKI yang memenuhi
standar;
• Persentase Puskesmas yang melaksanakan kegiatan kesehatan
olahraga pada kelompok masyarakat di wilayah kerjanya.
d. Penyehatan Lingkungan
• Jumlah desa/kelurahan yang melaksanakan STBM (Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat);
• Persentase Sarana air minum yang dilakukan pengawasan;
• Persentase Tempat-tempat umum (TTU) yang memenuhi syarat
kesehatan;
• Persentase RS yang melakukan pengelolaan limbah medis sesuai
standar;
• Persentase Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang memenuhi
syarat kesehatan;
• Jumlah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan tatanan kaeasan
sehat.
e. Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
• Persentase Kabupaten/Kota yang memiliki Kebijakan PHBS;
• Persentase desa yang memanfaatkan dana desa untuk UKBM;
• Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSRnya untuk program
kesehatan;
• Jumlah organisasi kemasyarakatan yang memanfaatkan sumber
dayanya untuk mendukung kesehatan.
f. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya pada
Program Pembinaan Kesehatan Masyarakat
• Persentase realisasi kegiatan administrasi dukungan manajemen
dan pelaksana tugas teknis lainnya Program Kesehatan Maysrakat.

Tabel 1. Indikator kinerja Bidang Kesehatan Masyarakat


Tahun 2019

Sasaran Target
No Indikator Kinerja Target
Program/Kegiatan Provinsi
Pembinaan Gizi Persentase Ibu hamil Kurang Energi Kronik yang
1 a. 95% 95%
Masyarakat mendapat makanan tambahan
Persentase ibu hamil yang mendapat Tablet
b. 98% 98%
Tambah Darah (TTD)
Persentase Bayi usia kurang dari 6 bulan yang
c. 50% 50%
mendapat ASI Eksklusif
Persentase bayi baru lahir mendapat Inisiasi
d. 50% 50%
Menyusu Dini (IMD)
9 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2019
Persentase balita kurus yang mendapat makanan
e. 90% 90%
tambahan
Persentase remaja putrid yang mendapatkan
f. 30% 30%
Tablet Tambah Darah
Pembinaan Kesehatan
2 a. Persentase kunjungan neonatal pertama (KN 1) 90% 90%
Keluarga
Persentase ibu hamil yang mendapatkan
b. 80% 80%
pelayanan antenatal ke empat (K4)
Persentase Puskesmas yang melaksanakan
c. penjaringan kesehatan untuk peserta didik kelas 70% 70%
1
Persentase Puskesmas yang melaksanakan
d. penjaringan kesehatan untuk peserta didik kelas 60% 60%
7 dan 10
Persentase Puskesmas yang meneyelenggarakan
f. 45% 45%
kegiatan kesehatan remaja
Persentase Puskesmas yang melaksanakan kelas
g. 90% 90%
ibu hamil
Persentase Puskesmas yang melakukan Orientasi
h. Program Perencanaan Persalinan dan 100% 100%
Pencegahan Komplikasi (P4K)
Pembinaan Upaya
Persentase Puskesmas yang menyelenggarakan
3 Kesehatan Kerja dan a. 80% 80%
kesehatan kerja dasar
Olahraga
b. Jumlah Pos UKK yang terbentuk di daerah PPI/TPI 730 151
Persentase fasilitas pemeriksaan kesehatan TKI
c. 100% -
yang memenuhi standar
Persentase Puskesmas yang melaksanakan
d. kegiatan kesehatan olahraga pada kelompok 60% 60%
masyarakat di wilayah kerjanya
Jumlah desa/kelurahan yang melaksanakan
4 Penyehatan Lingkungan a. 45,000 618
STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat)
Persentase Sarana air minum yang dilakukan
b. 50% 50%
pengawasan
Persentase Tempat-tempat umum (TTU) yang
c. 58% 58%
memenuhi syarat kesehatan
Persentase RS yang melakukan pengelolaan
d. 36% 36%
limbah medis sesuai standar
Persentase Tempat Pengelolaan Makanan (TPM)
f. 32% 32%
yang memenuhi syarat kesehatan
Jumlah Kabupaten/Kota yang menyelenggarakan
g. 386 3
tatanan kaeasan sehat
Promosi Kesehatan dan
Persentase Kabupaten/Kota yang memiliki
5 Pemberdayaan a. 80% 80%
Kebijakan PHBS
Masyarakat
Persentase desa yang memanfaatkan dana desa
b. 50% 50%
untuk UKBM
10 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2019
Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSRnya
c. 20 20
untuk program kesehatan
Jumlah organisasi kemasyarakatan yang
d. memanfaatkan sumber dayanya untuk 15 15
mendukung kesehatan
Dukungan Manajemen
dan Pelaksanaan Tugas Persentase realisasi kegiatan administrasi
6 Teknis Lainnya pada a. dukungan manajemen dan pelaksana tugas 94% 94%
Program Pembinaan teknis lainnya Program Kesehatan Maysrakat
Kesehatan Masyarakat

11 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2019


BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
A. Capaian Kinerja Organisasi
Perkembangan terbaru membuktikan bahwa manajemen tidak cukup hanya
memastikan bahwa proses pengelolaan manajemen berjalan dengan efisien. Diperlukan
instrumen baru, pemerintahan yang baik (good governance) untuk memastikan bahwa
manajemen berjalan dengan baik. Selain itu, budaya organisasi turut mempengaruhi
penerapan pemerintahan yang baik di Indonesia. Pengukuran kinerja dalam penyusunan
laporan akuntabilitas kinerja dilakukan dengan cara membandingkan target kinerja
sebagaimana telah ditetapkan dalam penetapan kinerja pada awal tahun anggaran
dengan realisasi kinerja yang telah dicapai pada akhir tahun anggaran.
Laporan kinerja merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi
yang dipercayakan kepada setiap instansi pemerintah atas penggunaan anggaran. Hal
terpenting yang diperlukan dalam penyusunan laporan kinerja adalah pengukuran kinerja dan
evaluasi serta pengungkapan (disclosure) secara memadai hasil analisis terhadap
pengukuran kinerja

1. Indikator Kinerja Program

Program Kesehatan Masyarakat adalah salah satu program Kementerian Kesehatan


dengan upaya prioritas untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian
Bayi (AKB) dan prevalensi gizi kurang. Sebagaimana telah termuat dalam dokumen
Perjanjian Kinerja (PK) tahun 2019.

Capaian kinerja program dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2. Capaian Indikator Kinerja Program Kesehatan Masyarakat Tahun 2019

Sasaran Target Capaian


No Indikator Kinerja Target
Program/Kegiatan Provinsi Target
Persentase Ibu hamil Kurang Energi
Pembinaan Gizi
1 a. Kronik yang mendapat makanan 95% 95% 104,8 %
Masyarakat
tambahan
Persentase ibu hamil yang mendapat
b. 98% 98% 86,2 %
Tablet Tambah Darah (TTD)
Persentase Bayi usia kurang dari 6 bulan
c. 50% 50% 144,2 %
yang mendapat ASI Eksklusif
Persentase bayi baru lahir mendapat
d. 50% 50% 124,9 %
Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Persentase balita kurus yang mendapat
f. 90% 90% 110,7%
makanan tambahan
Persentase remaja putri yang
g. 30% 30% 93%
mendapatkan Tablet Tambah Darah
Pembinaan Persentase kunjungan neonatal pertama
2 a. 90% 90% 103,9 %
Kesehatan Keluarga (KN 1)
Persentase ibu hamil yang mendapatkan
b. 80% 80% 109,4 %
pelayanan antenatal ke empat (K4)
Persentase Puskesmas yang
c. melaksanakan penjaringan kesehatan 70% 70% 131,7%
untuk peserta didik kelas 1

12 | LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2017


Persentase Puskesmas yang
d. melaksanakan penjaringan kesehatan 60% 60% 149%
untuk peserta didik kelas 7 dan 10
Persentase Puskesmas yang
f. meneyelenggarakan kegiatan kesehatan 45% 45% 179%
remaja
Persentase Puskesmas yang
g. 90% 90% 110,4 %
melaksanakan kelas ibu hamil
Persentase Puskesmas yang melakukan
Orientasi Program Perencanaan
h. 100% 100% 98,89 %
Persalinan dan Pencegahan Komplikasi
(P4K)
Pembinaan Upaya
Persentase Puskesmas yang
3 Kesehatan Kerja dan a. 80% 80% 100%
menyelenggarakan kesehatan kerja dasar
Olahraga
Jumlah Pos UKK yang terbentuk di
b. 730 151 246
daerah PPI/TPI
Persentase fasilitas pemeriksaan
c. 100% - -
kesehatan TKI yang memenuhi standar
Persentase Puskesmas yang
melaksanakan kegiatan kesehatan
d. 60% 60% 100%
olahraga pada kelompok masyarakat di
wilayah kerjanya
Jumlah desa/kelurahan yang
Penyehatan
4 a. melaksanakan STBM (Sanitasi Total 45,000 618 1121
Lingkungan
Berbasis Masyarakat)
Persentase Sarana air minum yang
b. 50% 50% 41%
dilakukan pengawasan
Persentase Tempat-tempat umum (TTU)
c. 58% 58% 78%
yang memenuhi syarat kesehatan
Persentase RS yang melakukan
d. 36% 36% 92%
pengelolaan limbah medis sesuai standar
Persentase Tempat Pengelolaan
f. Makanan (TPM) yang memenuhi syarat 32% 32% 64%
kesehatan
Jumlah Kabupaten/Kota yang
g. menyelenggarakan tatanan kawasan 386 3 3
sehat
Promosi Kesehatan
Persentase Kabupaten/Kota yang
5 dan Pemberdayaan a. 80% 80% 100%
memiliki Kebijakan PHBS
Masyarakat
Persentase desa yang memanfaatkan
b. 50% 50% 90,69 %
dana desa untuk UKBM
Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan
c. 20 20 72
CSRnya untuk program kesehatan
Jumlah organisasi kemasyarakatan yang
d. memanfaatkan sumber dayanya untuk 15 15 39
mendukung kesehatan

13 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESMAS DINAS KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2019
Dukungan
Manajemen dan
Persentase realisasi kegiatan administrasi
Pelaksanaan Tugas
dukungan manajemen dan pelaksana
6 Teknis Lainnya pada a. 94% 94% 99, 77%
tugas teknis lainnya Program Kesehatan
Program Pembinaan
Maysrakat
Kesehatan
Masyarakat

I. PEMBINAAN GIZI MASYARAKAT


A. Persentase Ibu hamil Kurang Energi Kronik yang mendapat makanan
tambahan
Capaian Indikator Ibu Hamil KEK yang mendapat makanan tambahan pada tahun
2019 secara nasional melebihi dari target yang ditetapkan dalam Renstra Kemenkes
RI 2015-2019, yaitu 99,5%, dimana target yang ditetapkan pada tahun 2019 sebesar
95%. Secara keseluruhan, indikator ibu hamil KEK yang mendapat makanan
tambahan (PMT) mencapai target yang ditetapkan,

GRAFIK A.1
Ibu Hamil KEK yang Mendapat PMT Tahun 2019

Target 2019 : 95 %
100

100

100

100
99.8
99.6
99.5
99.4
99.3
98.6
98.5

KAUR
LEBONG

BENGKULU

LEBONG

BENGKULU

BENGKULU

MUKO - MUKO

BNEGKULU

BENGKULU

SELUMA

KEPAHIANG
REJANG

PROVINSI

SELATAN
TENGAH
UTARA

KOTA

Sumber: Laporan Rutin Bulanan tahun 2019

14 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESMAS DINAS KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2019
GRAFIK A. 2
Pencapaian Indikator Ibu Hamil KEK
yang Mendapat PMT Tahun 2016-2019

120

98.6 98.6 99.5


80
82

40

0
2016 2017 2018 2019

Sumber : Laporan Tahunan 2016-2019

Sementara itu bila dilihat trend pencapaian antar tahun, terlihat pencapaian yang sama
pada tahun 2018 dan 2019.

1) Faktor pendukung:
a. Proses pengadaan PMT bumil KEK dilakukan oleh Direktorat Gizi Kemenkes RI di
Jakarta, Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu pada tahun 2019 mendapat alokasi
PMT bumil KEK sebanyak 31.500 Kg dengan rincian alokasi per Kabupaten/Kota
sebagai berikut :
Tabel A. 1
Daftar Alokasi PMT Bumil KEK Provinsi Bengkulu Tahun 2019
Sumber Direktorat Gizi Kemenkes RI
No Kabupaten/Kota Jumlah PMT (Kg)
1 Muko – Muko 1.512
2 Bengkulu Tengah 1.512
3 Bengkulu Selatan 756
4 Seluma 3.780
5 Rejang Lebong 2.646
6 Kepahiang 1.134
7 Lebong 756
8 Kota Bengkulu 3.024
Total 15.120

15 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESMAS DINAS KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2019
b. Distribusi PMT dari Pusat ke Provinsi hingga Puskesmas dilakukan dengan cepat
dan jumlah yang cukup sesuai dengan jumlah sasaran bumil KEK. Dan mulai
didistribusi pada bulan November ke 179 puskesmas se Provinsi Bengkulu. Daftar
alokasi PMT bumil KEK per puskesmas terlampir
c. Kesadaran pengelola program gizi di kabupaten/kota dalam pencatatan dan
pelaporan sudah baik walaupun belum tepat waktu setiap tanggal 10 bulan
berikutnya.
d. Saat ini telah diterapkan system pencatatan dan pelaporan distribusi makanan
tambahan di puskesmas melalui aplikasi e-PPGBM yang langsung dapat diakses
oleh daerah maupun pusat.
e. Ketersediaan logistic buffer stok makanan tambahan bagi ibu hamil KEK yang
diadakan oleh APBD I sangat membantu mengurangi ketergantungan daerah
kepada logistik dari Pusat (Kemenkes). Pada tahun 2019 melalui dana DAK Non
Fisik provinsi mengadakan penyediaan PMT bumil KEK sebanyak KG, dengan
alokasi per Kabupaten/Kota sebagai berikut :

Tabel A. 2
Daftar Alokasi PMT Bumil
Sumber DAK non Fisik Provinsi Bengkulu
No Kabupaten/Kota Jumlah PMT (Kg)
1 Bengkulu Utara 7.045
2 Kaur 11.693
Total 18.738

f. Daya terima makanan tambahan pada ibu hamil KEK baik, sebagian ibu hamil
dapat menghabiskan makanan tambahan yang diterima dari puskesmas.
g. Petugas kesehatan selalu memberikan penjelasan kepada ibu hamil KEK sebagai
sasaran penerima PMT antara lain: bahaya kurang gizi pada masa kehamilan,
bagaimana cara mencegah kurang gizi, alasan ibu menerim PMT, mamfaat
setelah mengkonsumsi PMT dan mematuhi aturan mengosumsi PMT.

2) Hambatan dan kendala


a. Masih kurangnya sosialisasi pencatatan dan pelaporan bumil KEK mendapat PMT
melalui aplikasi e-PPGBM sehingga petugas kesehatan masih belum memahami
mekanisme pencatatan dan pelaporan dengan baik.
b. Integrasi tenaga gizi dan bidan dalam pemberian makanan tambahan ibu hamil,
sehingga makanan tambahan bumil KEK yang ada di puskesmas sudah
terdistribusi sesuai sasaran.

16 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESMAS DINAS KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2019
c. Kurangnya buku pedoman dan sosialisasi pedoman penanggulangan Kurang
Energi Kronik pada ibu hamil oleh pusat.
d. Masalah gudang sebagai tempat penyimpanan, di puskesmas tidak tersedia
gudang khusus tempat penyimpanan PMT sehingga masih tergabung dengan
tempat penyimpanan obat dan alat kesehatan.
e. Masalah tingkat kepatuhan dari sasaran bumil KEK untuk dapat menghabiskan
biskuit yang diberikan petugas dengan alasan masih mual untuk banyak makan.
f. Masalah makanan pendamping dan keberlanjutan pangan di tingkat keluarga.
g. Alasan Ibu hamil KEK tidak menghabiskan PMT antara lain: dimakan oleh
anggota keluarga lain, rasa terlalu manis, tidak suka tekstur, ada efek samping
(diare, alergi, dll)

3). Alternatif pemecahan masalah


a. Melakukan konfirmasi data IMT (Indeks Massa Tubuh) ibu hamil KEK yang
mendapat makanan tambahan.
b. Melakukan konfirmasi ketersediaan makanan tambahan atau pembiayaan untuk
makanan tambahan bagi ibu hamil, misalnya melalui dana BOK berupa bahan
pangan lokal.
c. Melakukan peningkatan kapasitas tenaga kesehatan di Puskesmas dalam
penanganan masalah ibu hamil KEK, serta peningkatan sistem pencatatan dan
pelaporan melalui aplikasi e PPGBM.
d. Monitoring dan evaluasi suplementasi gizi dilaksanakan pada akhir tahun 2019
dengan tujuan memantau distribusi PMT dan sosialisasi aplikasi pencacatan dan
pelaporan sasaran penerima PMT.
e. Memberikan edukasi pentingnya kepatuhan terhadap konsumsi PMT sehingga
memberi dampak untuk peningkatan status gizi.

B. Persentase ibu hamil yang mendapat Tablet Tambah Darah (TTD)


Capaian indikator ibu hamil yang mendapat TTD 90 tablet selama kehamilan di
Provinsi Bengkulu sebesar 98,10%. Angka tersebut sudah sedikit melampaui angka
yang ditetapkan dalam Renstra Kemenkes untuk tahun 2019 yaitu sebesar 98%.Di
Provinsi Bengkulu seluruh kabupaten/kota belum mencapai target yang telah
ditetapkan. Angka terendah yaitu 91,5% (Bengkulu Tengah) dan tertinggi sebesar
100% (Kabupaten Seluma).

17 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESMAS DINAS KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2019
GRAFIK B. 1
Ibu Hamil yang Mendapat Tablet Tambah Darah (TTD) 90 Tablet selama kehamilan

Target 2019 : 98%

99.6

100
99.4
99.4
99.1
99.1
98.8
98.4
96.6
93.8
91.5

Kota Bengkulu

Provinsi Bengkulu
Lebong

Bengkulu Utara

Seluma
Kepahiang

Bengkulu Selatan
Bengkulu Tengah

Muko - muko
Rejang Lebong
GRAFIK B. 2 Kaur

Ibu Hamil yang Mendapat Tablet Tambah Darah (TTD) 90 Tablet selama kehamilan
Tahun 2016-2019

120

80 98.1
86.7 86.4
77.3

40

0
2016 2017 2018 2019

Sumber : Laporan Tahunan 2016-2019

1) Faktor pendukung:
a. Tersedianya alokasi anggaran untuk belanja obat program bersumber dari DAK
kabupaten/kota sehingga ketersediaan TTD di Provinsi Bengkulu lebih dari cukup
untuk memenuhi kebutuhan kabapaten/kota.
a. TTD sudah masuk dalam e-catalog, sehingga kabupaten/kota dapat untuk
memenuhi TTD bila mengadakan sendiri dari sumber dana lainnya (misalnya

18 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESMAS DINAS KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2019
dana DAK non fisik)
b. Program pemberian TTD pada ibu hamil merupakan program yang sudah
berlangsung lama, sehingga dsitribusi dan pencatatannya sudah terbangun
dengan baik.
c. Bila ketersediaan TTD di puskesmas dan bidan desa tidak mencukupi Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota segera mengirim TTD ke puskesmas.

2) Hambatan dan kendala


a. Dropping pusat sudah memenuhi semua cakupan sasaran ibu hamil, ini
dibuktikan dengan cakupan pemberian TTD yang sudah 98,1%.

3) Alternatif pemecahan masalah


a. Menginformasikan kepada Penanggung jawab program kesga dan gizi
kabupaten/kota yang membutuhkan TTD agar segera menyurati ke Kepala
Dinas Kesehatan Provinsi agar mengirimkan stock TTD yang ada di provinsi
sesuai kebutuhan daerah
b. Memastikan dan memantau proses distribusi TTD tahun mendatang yang
dilaksanakan oleh Dit. Farmalkes.
c. Bila TTD masih tersedia cukup banyak, maka puskesmas harus melakukan
peningkatan integrasi dengan program KIA khususnya kegiatan Ante Natal Care
(ANC)
d. Melakukan pembinaan kepada puskesmas dengan cakupan rendah.

C. Persentase Bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapat ASI Eksklusif

Capaian indikator bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapat ASI Eksklusif di
Provinsi Bengkulu sebesar 72.05%. Angka ini melebihi target yang ditetapkan
dalam Renstra Kemenkes RI untuk tahun 2019 sebesar 50%. Secara keseluruhan,
indikator bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapat ASI Eksklusif mencapai
target yang ditetapkan, hanya ada satu kabupaten yang masih belum mencapai
target yaitu Kota Bengkulu (65.9%).

19 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESMAS DINAS KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2019
TABEL C.1
Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan
yang Mendapat ASI Eksklusif Tahun 2019

Target 2019 : 50%

83.3
82.1
79.4
76.6
73.8
72.1
69.5
67.3
65.9
64.4

KAUR
LEBONG

LEBONG
BENGKULU

BENGKULU

BENGKULU

BENGKULU

BENGKULU
KEPAHIANG
SELUMA
MUKOMUKO

REJANG

PROVINSI
SELATAN

TENGAH
UTARA
KOTA

GRAFIK. C.1
Bayi Usia Kurang dari 6 Bulan
yang Mendapat ASI Eksklusif Tahun 2016-2019

120

80

73.5 74.9 72.1


65.7
40

0
2016 2017 2018 2019

Sumber : Laporan Tahunan 2016-2019

BIla dilihat dari trend pencapaian antar tahun, terlihat bahwa ada penurunan pencapaian
sebesar 2,8% indikator tersebut pada tahun 2019 dibandingkan dengan tahun 2018.
1) Faktor pendukung :
a. Adanya kebijakan yang mendukung pemberian ASI Eksklusif, yaitu:
a) PP No 33 tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif.
b) Permenkes No 15 tahun 2013 tentang Tatacara Penyediaan Fasilitas
Khusus Menyusui dan /atau Memerah Air Susu Ibu.
20 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESMAS DINAS KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2019
c) Permenkes No 39 tahun 2013 tentang Susu Formula Bayi dan Produk Bayi
Lainnya
d) Permenkes no 15 Tahun 2014 tentang Tata cara Pengenaan sanksi
Administrasi bagi Tenaga Kesehatan, Penyelenggara Fasilitas Pelayanan
Kesehatan, Penyelenggara Satuan Pendidikan Kesehatan, Pengurus
Organisasi Profesi di Bidang Kesehatan, serta Produsen dan Distributor
Susu Formula Bayi dan/atau Produk Bayi lainnya.
e) Permenkes No 49 Tahun 2014 tentang Standar Mutu Gizi, Pelabelan dan
Periklanan Susu Formula Pertumbuhan dan Formula Pertumbuhan Anak
Usia 1-3 Tahun.
f) Perda Gizi No. 13 Tahun 2013 di Provinsi Bengkulu terdapat pasal tentang
ASI Esklusif yang turut menguatkan pelaksanaan pemberian ASI Eksklusif
pada bayi usia kurang dari 6 bulan.
b. Pedoman tentang pemberian makanan bayi dan anak sudah diterbitkan sebagai
acuan bagi petugas kesehatan dalam memberikan penyuluhan dan konseling
kepada ibu menyusui.
c. Komitmen petugas pelayanan kesehatan dalam mendukung tercapainya ASI
Eksklusif semakin baik, terutama petugas kesehatan di RS Pemerintah maupun
Swasta dan di Puskesmas.
2) Hambatan dan kendala
a. Pemasaran susu formula masih gencar dilakukan untuk bayi 0-6 bulan yang
tidak ada masalah medis.
b. Belum maksimalnya kegiatan edukasi, sosialisasi, advokasi dan kampanye
terkait pemberian ASI dan belum semua RS melaksanakan 10 langkah menuju
keberhasilan menyusui (LMKM).
c. Penerapan sanksi terkait PP no. 33 tahun 2012 belum terlaksana.
d. Ketersediaan sarana dan prasarana KIE ASI masih terbatas.
e. Sistem pencatatan dan pelaporan yang belum terbangun maksimal.
f. Masih banyak bayi yang tidak diberi ASI Eksklusif karena tingkat pengetahuan
ibu yang kurang.
g. Ibu beranggapan bahwa bayi menangis berarti lapar, dan ibu merasa ASI tidak
cukup memenuhi kebutuhan bayi, sehingga bayi membutuhkan makanan
tambahan (bubur, pisang, sagu, dll). Akibatnya bayi mendapat makanan
pendamping ASI secara dini (kurang dari enam bulan).
h. Pola asuh yang kurang tepat seperti : penanggung jawab masalah bayi adalah
sang nenek, yang menentukan cara (metode) terkait menyusui bayi (kapan,
seberapa sering dan lamanya menyusui).

21 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESMAS DINAS KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2019
3) Alternatif Pemecahan Masalah
a. Terus menggerakkan dukungan pemberian ASI Eksklusif melalui Pekan ASI
Nasional.
b. Bekerjasama dengan lintas program dan sektor dalam mendukung pemberian
ASI Eksklusif di tempat kerja.
c. Membangun kembali sistem pencatatan dan pelaporan dengan lebih baik.
d. Meningkatkan kemampuan petugas puskesmas dan rumah sakit dalam
melakukan konseling ASI.
e. Membina puskesmas untuk memberdayakan konselor dan motivator ASI yang
telah dilatih.
f. Pendampingan ibu yang mempunyai bayi sehingga mampu menyusui hingga 6
bulan tercapai.
g. Peningkatan cakupan dan kualitas IMD melalui peningkatan pengetahuan
petugas kesehatan

D. Persentase bayi baru lahir mendapat Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Capaian indikator bayi baru lahir mendapat IMD di Provinsi Bengkulu sebesar 69.3 %
(IMD <1 jam). Bila dibandingkan dengan target nasional, sudah mencapai target yang
ditetapkan, yaitu 50 %. Jika dilihat pencapaian antar kabupaten/kota, terdapat 1
kabupaten dengan angka dibawah target nasional.Angka terendah sebesar 38.5%
(Kabupaten Lebong) dan tertinggi sebesar 88,9% (Kabupaten Muko - Muko).

GRAFIK D.1
Cakupan Bayi Baru Lahir mendapat IMD Tahun 2019

Target 2019 : 50 %
88.9
84.4
82.8
79.4
77.8
69.6

69.3
64.4
58.7
46.7
38.5

KAUR

KEPAHIANG
LEBONG

LEBONG

SELUMA
BENGKULU

BENGKULU

BENGKULU

BENGKULU

BENGKULU
MUKOMUKO
REJANG

SELATAN
TENGAH

UTARA
KOTA

GRAFIK D.1

22 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESMAS DINAS KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2019
GRAFIK D.2
Tren Capaian Bayi Baru Lahir mendapat IMD Tahun 2016-2019

120

80

74 74.5 70.3 69.3


40

0
2016 2017 2018 2019

Sumber : Laporan Tahunan 2016-2019

Bila dilihat pencapaian antar tahun, diketahui bahwa trend pencapaian indikator
bayi baru lahir mendapat IMD terlihat menurun dari 70,3% menjadi 69,3%.

1) Faktor pendukung
a. Adanya peraturan pemerintah No 33 tahun 2012 tentang pemberian Air Susu Ibu
Eksklusif, dimana pada pasal 9 tercantum butir tentang praktek IMD yang harus
dilakukan pada bayi baru lahir.
b. Terbitnya PERDA GIZI No, 13 Tahun 2013 yang didalamnya tertuang pasal
tentang ASI Eksklusif yang turut menguatkan pelaksanaan IMD pada bayi baru
lahir.
c. Adanya buku petunjuk teknis “Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial” sebagai
Pedoman Teknis Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama, Kemenkes RI tahun
2018
d. Tersosialisasinya kegiatan IMD kepada petugas kesehatan khususnya Bidan
yang membantu persalinan untuk dapat meningkatkan cakupan dan kualitas IMD.

2) Hambatan dan Kendala


a. Indikator ini adalah indikator baru sehingga banyak daerah yang belum
membangun sistem pencatatan dan pelaporannya dari puskesmas ke kabupaten
selanjutnya ke provinsi, bahwa indikator IMD belum tercatat pada kohort bayi.
b. Sosialisasi mengenai indicator IMD yang berkualitas belum maksimal, sehingga
belum tercipta pemahaman yang sama terkait definisi operasional serta
pencatatan dan pelaporannya.

23 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESMAS DINAS KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2019
3) Alternatif pemecahan masalah
a. Sosialisasi secara berkesinambungan mengenai indikator persentase bayi baru
lahir mendapat IMD beserta definisi operasionalnya agar mudah pelaksanaannya
di daerah.
b. Sosialisasi mengenai impelementasi 1000 HPK kepada petugas kesehatan dan
masyarakat.
c. Kerjasama lintas program dan lintas sektor dengan unit teknis penanggung
jawab pengelolaa persalinan RS, Puskesmas dalam upaya penataan dan
penempatan konselor ASI pada ruang persalinan.
d. Kampanye melawan Makanan Pendamping ASI dini seperti susu formula, madu,
pisang, dll sesuai budaya yang dianut masyarakat setempat.
e. Pendampingan kepada ibu yang mempunyai bayi
f. Edukasi tentang makanan kaya gizi dan stimulasi bayi
g. Pemberian makanan ibu selama menyusui

E. Persentase balita kurus yang mendapat makanan tambahan

Capaian indikator balita kurus yang mendapat makanan tambahan di Provinsi Bengkulu
sebesar 99.1%.Angka ini melebihi target yang ditetapkan dalam Renstra Kemenkes RI
untuk tahun 2019 sebesar 90%.Secara keseluruhan telah mencapai target yang
ditetapkan.

GRAFIK E.1
Balita Kurus yang Mendapat Makanan Tambahan Tahun 2019

Target 2019 : 90%


100

100

100

100

100

100

100

100
99.7
99.0
98.5

KAUR

KEPAHIANG
SELUMA

LEBONG

LEBONG
BENGKULU

BENGKULU

BENGKULU

BENGKULU

BENGKULU
MUKOMUKO

REJANG
PROVINSI

SELATAN
TENGAH

UTARA
KOTA

24 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESMAS DINAS KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2019
GRAFIK E.2
Balita Kurus yang Mendapat Makanan TambahanTahun 2016-2019

120

99.4 99.1
80 93.5

73.5

40

0
2016 2017 2018 2019

Sumber : Laporan Tahunan 2016-2018

1) Faktor yang mendukung


a. Penyediaan MP ASI pabrikan dari Pusat dan dukungan MP ASI lokal dari
daerah (melalui dana BOK). Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu pada tahun
2019 mendapat alokasi PMT bumil KEK sebanyak 25.196 Kg dengan rincian
alokasi per Kabupaten/Kota sebagai berikut :

Tabel E.1
Daftar Alokasi Pemberian Makanan Tambahan Balita Kurus
Provinsi Bengkulu Tahun 2019
Sumber Direktorat Gizi Kemenkes RI

No Kabupaten/Kota Jumlah PMT (Kg)


1 Bengkulu Utara 5.040
2 Muko – Muko 2.520
3 Bengkulu Tengah 1.512
4 Bengkulu Selatan 2.520
5 Seluma 2.520
6 Kaur 1.760
7 Rejang Lebong 3.024
8 Kepahiang 1.008
9 Lebong 1.260
10 Kota Bengkulu 4.032
Total 25.196

25 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESMAS DINAS KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2019
b. Distribusi PMT balita kurus dari Pusat ke Provinsi hingga Puskesmas dilakukan
dengan cepat dan jumlah yang cukup sesuai dengan jumlah sasaran bumil
KEK. Dan mulai didistribusi pada bulan November ke 179 puskesmas se
Provinsi Bengkulu.
c. Kesadaran pengelola program gizi di daerah dalam pencatatan dan pelaporan
yang belum maksimal.
d. Saat ini telah diterapkan system pencatatan dan pelaporan distribusi makanan
tambahan di puskesmas melalui aplikasi e-PPGBM yang langsung dapat
diakses oleh daerah maupun pusat.
e. Daya terima makanan tambahan pada ibu hamil KEK baik, sebagian besar ibu
hamil dapat menghabiskan makanan tambahan yang diterima dari puskesmas.

2) Hambatan dan kendala


a. Diperlukan satu tahap konfirmasi untuk menentukan status balita kurus yang
menerima PMT.
b. Masalah gudang sebagai tempat penyimpanan, di puskesmas tidak tersedia
gudang khusus tempat penyimpanan PMT sehingga masih tergabung dengan
tempat penyimpanan obat dan alat kesehatan.
c. Pencatatan dan pelaporan yang ada belum maksimal dan tertata dengan baik,
seharusnya balita penerima PMT juga diiput dalam aplikasi e PPGBM.
d. Masalah makanan pendamping ASI dan keberlanjutan pangan PMT di keluarga
yang dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu dan ketersediaan bahan pangan
di rumah tangga.
e. Beberapan alasan balita tidak menghabiskan PMT adalah ; Ibu tidak sempat
memberikan PMT, aroma tidak enak, dimakan anggota rumah tanggal yang lain,
anak menolak (bosan), jenis kurang variasi, rasa tidak enak, ada efek samping
(diare, alergi, dll)

3) Alternatif Pemecahan Masalah


a. Melakukan konfirmasi data status gizi balita kurus sudah tepat oleh petugas gizi
puskesmas sehingga perlu mendapat makanan tambahan untuk proses
pemulihan.
b. Melakukan konfirmasi ketersediaan makanan tambahan atau pembiayaan untuk
makanan tambahan bagi balita kurus pada tingkat rumah tangga, misalnya
melalui dana BOK berupa bahan pangan lokal.
c. Melakukan peningkatan kapasitas tenaga kesehatan di Puskesmas dalam
penanganan masalah balita kurus, serta peningkatan sistem pencatatan dan
pelaporan melalui aplikasi e PPGBM.

26 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESMAS DINAS KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2019
d. Monitoring dan evaluasi suplementasi gizi dilaksanakan pada akhir tahun 2019
dengan tujuan memantau distribusi PMT dan sosialisasi aplikasi monev PMT.
e. Memberikan edukasi pentingnya kepatuhan terhadap konsumsi PMT sehingga
memberi dampak untuk peningkatan status gizi balita kurus

F. Persentase Remaja Puteri yang mendapat Tablet Tambah Darah (TTD)

Capaian indikator remaja putri yang mendapat TTD sebesar 27.9%. Angka
tersebut telah dibawah target yang ditetapkan Renstra Kemenkes untuktahun 2019,
yaitu 30 %. Bila dilihat pencapaian antar kabupaten/kota, terdapat 2 kabupaten
dengan capaian di bawah target dan 8 kabupaten/kota yang sudah mencapai target.
Angka terendah sebesar 4.5% (Kabupaten Kaur) dan tertinggi sebesar 28,3%
(Kabupaten Rejang Lebong).

Gambar 3.6
Cakupan remaja putri yang mendapat TTD Tahun 2019

Target 2019 : 20 %

49.6
42.0
41.7
28.5
28.1

27.9
25.8
21.6
18.4
L E B O N G 7.4
K A U R 4.6

KEPAHIANG

LEBONG

BENGKULU
BENGKULU

BENGKULU

BENGKULU

SELUMA

BENGKULU
MUKOMUKO
REJANG

PROVINSI
SELATAN
TENGAH
UTARA

KOTA

Gambar 3.2
Tren Capaian remaja putri yang mendapat TTD Tahun 2016-2019

27 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESMAS DINAS KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2019
120

80

44.4 47.1

40 27.9

3
0
2016 2017 2018 2019

Sumber : Laporan Tahunan 2016-2018

1) Faktor yang mendukung


a. Adanya Stock tablet tambah darah di Dinkes Provinsi Bengkulu yang digunakan
untuk memberikan TTD bagi remaja putri.
b. Beberapa kabupaten sudah melaksanakan program pemberian TTD pada remaja
putri sebelum program ini dilaksanakan secara nasional dan mengadakan TTD
bagi remaja putri melalui dana APBD.
c. Berapa sekolah di kabupaten/kota telah melaksanakan program ini
menggunakan TTD mandiri sehingga tidak tergantung dari Dinkes Provinsi
Bengkulu.

2) Hambatan dan Kendala


a. Beberapa puskesmas hasil monev tim gizi provinsi tidak mempunyai stock TTD,
sehingga target tidak tercapai.
b. Belum semua sekolah SMP dan SMA di 10 kabupaten dan kota tersosialiasinya
pedoman TTD bagi remaja putri dengan baik.
c. Program Kesehatan Remaja di puskesmas belum optimal.
d. Cakupan pemberian dan tingkat kepatuhan minum TTD masih rendah.
e. Edukasi gizi (penganekaragaman pangan dan citra tubuh yang sehat) belum
kontinyu dilakukan.
f. Sistem pencatatan dan pelaporan pemberian TTD rematri yang menggunakan
kohort per minggu menyulitkan petugas UKS dan kader remaja sebaya untuk
melakukan pencatatan, sehingga pelaporan oleh petugas gizi puskesmas
diwilayah kerjanya semakin lambat.

28 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESMAS DINAS KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2019
3) Alternatif pemecahan masalah
a. Seksi Kesga dan Gizi Masyarakat akan terus berkoordinasi dengan seksi Farmasi
dalam melaksanakan distribusi TTD Rematri untuk 10 kabupaten/kota se Provinsi
Bengkulu.
b. Mensosialisasi pedoman TTD bagi remaja putri agar pelaksanaan, pencatatan
dan pelaporan pemberian TTD remaja putri dapat berjalan lancar.
c. Membangun sistem pencatatan dan pelaporan yang lebih baik dengan
berkoordinasi pihak sekolah (guru UKS dan kader sebaya) yang
menyelenggarakan pemberian TTD di sekolah SMP/SMA.
d. Meningkatkan cakupan dan tingkat kepatuhan pemberian TTD (sedian Fe yang
menarik dan tidak bau).
e. Penguatan program kesehatan remaja (pencegahan kehamilan diluar nikah,
perkawinan usia dini)
f. Untuk puskesmas yang cakupan rendah, agar dapat melakukan peningkatan
integrasi program UKS.

II. PEMBINAAN KESEHATAN KELUARGA


A. Persentase Kunjungan Neonatal Pertama (KNI)
Cakupan Kunjungan Neonatal Pertama atau yang dikenal dengan sebutan
dengan KN1, merupakan indikator yang menggambarkan upaya kesehatan yang
dilakukan untuk mengurangi risiko kematian pada periode neonatal yaitu 6 - 48 jam
setelah lahir, dengan cara mendeteksi sedini mungkin permasalahan yang mungkin
dihadapi bayi baru lahir, sekaligus memastikan pelayanan yang seharusnya didapatkan
oleh bayi baru lahir yang diantaranya terdiri dari konseling perawatan bayi baru lahir,
ASI eksklusif, pemberian Vitamin K1 injeksi (bila belum diberikan) dan Hepatitis B 0
(nol) injeksi (bila belum dberikan). Kunjungan ini dilakukan dengan pendekatan MTBM
(Manajemen Terpadu Bayi Muda).
Perhitungan cakupan ini dilakukan dengan cara membandingkan bayi baru lahir
yang mendapatkan kunjungan neonatal pertama dengan jumlah seluruh bayi baru lahir
di wilyahnya yang kemudian dikonversi dalam bentuk persentase. Target Indikator KN 1
diawal Renstra 2015 -2019 adalah sebesar 75 % (2015),
penentuan target ini dibuat berdasarkan data Riskesdas tahun 2013 dengan cakupan
KN 1 sebesar 73% dan besar peningkatan rata-rata KN 1 sebesar 2 poin sehingga
ditentukan target KN 1 sebesar 75%. Indikator KN1 pada Renstra 2014-2015 dengan
Renstra 2015-2019 adalah hal yang berbeda, yang semula berfokus pada akses
(Renstra 2014-2015) dan pada Renstra 2015-2019 difokuskan pada kualitas
pelaksanaan KN1. Dapat dikatakan bahwa terjadi peningkatan hal yang ingin dicapai
melalui kegiatan KN 1.

29 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESMAS DINAS KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2019
Grafik 29. Trend Cakupan Kunjungan Neonatal Pertama
Provinsi Bengkulu Tahun 2015 sd Tahun 2019
95.00 94.41
94.50
94.00
93.50 93.86 93.56
93.00 92.40
92.50
92.00
91.50
91.00

Renstra 2016 : 78%, 2017 : 81%, 2018 : 85%, 2019 : 90

Berdasarkan grafik di atas, Analisa Capaian Kinerja Sepanjang Renstra 2015 –


2019, untuk indikator KN 1 terlihat fluktuatif setiap tahunnya. Namun secara pencapaian
Provinsi selalu melebihi Target setiap Tahunnya. Terjadi peningkatan cakupan KN 1
dari Kondisi awal Tahun 2016 sebesar 92,40% menjadi 93,56% Pada Akhir RPJMN
2019. Artinya secara Nasional Provinsi sudah berhasil dalam meningkatkan
keterjangkauan Bayi Baru Lahir mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar.
Sebanyak 34.712 Bayi Baru Lahir mendapatkan pelayanan sesuai standar dari sasaran
lahir hidup 37.103 (Sumber BPS). Dengan cakupan tersebut capaian kinerja Seksi
Kesga dan Gizi Masyarakat adalah sebesar 103,9%.

Begitu juga Bila dilihat menurut kabupaten/Kota, untuk Indikator Kunjungan


Neonatal Pertama (KN 1) Provinsi Bengkulu sudah melebihi Target yaitu sebesar
93,56%, termasuk 6 Kabupaten/Kota lainnya melebihi Target Nasional 90%.
Sebagaimana terlihat pada grafik di bawah ini:

Grafik 30. Persentase Kunjungan Neonatal 1 Menurut Kabupaten/Kota


Tahun 2019

83.45 86.98 87.77 87.93 90.20 90.75 96.10 93.96 101.96104.14 93.56
120.00
100.00
80.00
60.00
40.00
20.00
0.00

30 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESMAS DINAS KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2019
T: 90%

Pada akhir RPJMN 2019 ada 4 Kabupaten yang KN 1 nya belum mencapai
target yaitu Kabupaten Mukomuko dengan 83,45%, Kabupaten Bengkulu Tengah
dengan 86,98%, Kabupaten Lebong 87,77 % dan Kabupaten Seluma 87,93%. Dari
grafik di atas juga terlihat 2 kabupaten/Kota yaitu Kabupaten Rejang Lebong dan Kota
Bengkulu memiliki pencapaian target melebihi 100%, yaitu Kabupaten Rejang Lebong
sebesar 104,14% dan Kota Bengkulu sebesar 101,96%, hal ini dikarenakan jumlah
Real bayi Baru lahir lebih tinggi dari sasaran Pusdatin/BPS yang diwajibkan oleh
kementerian Kesehatan sebagai pembanding dalam penghitungan persentase capaian
program. Walaupun Provinsi sudah berhasil dalam pencapaian Cakupan KN 1, namun
masih ada beberapa bayi baru lahir tidak mendapat pelayanan sesuai standar (tertuang
dalam PMK Nomor 25 Tahun 2014 tentang upaya kesehatan Anak). Baru 34.712 Bayi
Baru Lahir yang mendapatkan Pelayanan kesehatan sesuai standar pada usia 6 jam-48
Jam dari 37.103 bayi yang lahir Hidup Pada Tahun 2019 (Sasaran Bayi lahir Hidup
Pusdatin/BPS).
Analisa Keberhasilan Kunjungan neonatal pertama didaerah terutama dilakukan
oleh bidan. Kementerian Kesehatan RI (Pusat) di era desentralisasi membagi
wewenangnya dengan daerah. Kerjasama pusat dan daerah (kementrian Kesehatan
dan jaringannya serta adanya dukungan Jejaring terkait; Pemerintah Daerah,
Organisasi Profesi, Perguruan Tinggi, Lintas Sektor/Lintas program, PKK, Perangkat
Desa dan masyarakat, Media elektronik,dll) memiliki peran yang sangat besar didalam
menjamin setiap bayi yang baru lahir mendapatkan pelayanan kesehatan pada Bayi
baru Lahir yang berkualitas (sesuai standar).
Faktor pendukung terlaksananya kegiatan yang menunjang capaian KN1 seperti
yang disampaikan di atas, diantaranya :
b. Adanya pedoman Neonatal Esensial yang menjadi dasar/ standar pelayanan
kesehatan bayi baru lahir yang didalamnya termasuk adalah kunjungan neonatal.
Indikator KN 1 saat ini menjadi target RPJMN dan RPJMD, oleh sebab itu maka
perencanaan dan anggaran untuk mendukung kegiatan ini menjadi lebih kuat
c. Diperolehnya dukungan dari organisasi profesi dan lintas program dalam
penggerakan anggotanya untuk melaksanakan KN 1. Dukungan ini dapat
diperoleh melalui advokasi dan sosialisasi yang dilakukan terhadap organisasi
profesi, dan pelibatan organisasi profesi terkait didalam kegiatan.
d. Terdapatnya pedoman di instansi pelayanan kesehatan. Di awal distribusi ini
dilakukan di pusat untuk kemudian diadvokasi ke daerah untuk
menyelenggarakan secara mandiri. Dengan telah semakin tersebar dan
terdistribusinya buku saku pelayanan neonatal esensial maka cakupan dapat

31 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESMAS DINAS KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2019
tercapai. Buku ini menjadi pedoman sekaligus suatu bentuk perlindungan
terhadap nakes didalam melaksanakan Kunjungan Neonatal Pertama.
e. Upaya peningkatan kuantitas dan kualitas pelaksanaan KN 1 di integrasikan dan
menjadi satu kesatuan dengan kegiatan upaya mendorong persalinan di fasilitas
kesehatan. Melalui persalinan di fasilitas kesehatan maka diharapkan bayi yang
dilahirkan juga akan mendapatkan pelayanan sesuai standar.
f. Sosialisasi kepada masyarakat saat event nasional sebagai contoh adalah saat
Perayaan Hari Anak Nasional
g. Peningkatan kapasitas SDM kesehatan,
h. Penempatan bidan/perawat di Desa (termasuk desa yang aksesnya jauh dari
Fasyankes,
i. Pemenuhan sarana prasarana,
j. Dukungan anggaran,
k. Dukungan masyarakat dimana Animo masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan sudah cukup tinggi,
l. Pembinaan Program secara berkala sudah dilakukan (Superfisi fasilitatif, Monev,
Bimbingan teknis program secara terpadu)
m. Adanya Inovasi dari beberapa Kabupaten untuk Kesehatan Anak

B. Persentase Ibu Hamil yang mendapatkan Pelayanan Antenatal Ke empat (K4)

Cakupan K4 adalah cakupan ibu hamil yang sesuai dengan standar, paling
sedikit empat kali dengan distribusi waktu 1 kali pada trimester ke-1, 1 kali pada
trimester ke-2 dan 2 kali pada trimester ke-3 disuatu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu. Dengan indikator ini dapat diketahui cakupan pelayanan antenatal secara
lengkap (memenuhi standar pelayanan dan menepati waktu yang ditetapkan), yang
menggambarkan tingkat perlindungan ibu hamil disuatu wilayah, disamping
menggambarkan kemampuan manajemen ataupun kelangsungan program KIA.
Dengan demikian maka secara operasional, pelayanan antenatal disebut lengkap
apabila dilakukan oleh tenaga kesehatan serta memenuhi standar tersebut. Ditetapkan
pula bahwa frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama kehamilan,
dengan ketentuan waktu pemberian pelayanan yang dianjurkan sebagai berikut :
• Minimal 1 kali pada triwulan pertama
• Minimal 1 kali pada triwulan kedua
• Minimal 2 kali pada triwulan ketiga
Indikator ini memperlihatkan akses pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil dan
tingkat kepatuhan ibu hamil dalam memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan
minimal 4 kali, sesuai dengan ketetapan waktu kunjungan. Disamping itu, indikator ini

32 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESMAS DINAS KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2019
menggambarkan tingkat perlindungan ibu hamil di suatu wilayah, Melalui kegiatan ini
diharapkan ibu hamil dapat dideteksi secara dini adanya masalah atau gangguan atau
kelainan dalam kehamilannya dan dilakukan penanganan secara cepat dan tepat. Pada
saat ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan, tenaga kesehatan memberikan
pelayanan antenatal secara lengkap (10 T) yang terdiri dari: timbang badan dan ukur
tinggi badan, ukur tekanan darah, nilai status gizi (ukur LiLA), ukur tinggi fundus uteri,
tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin, skrining status imunisasi TT dan
bila perlu pemberian imunisasi Td, pemberian tablet besi (90 tablet selama kehamilan),
test lab sederhana (Golongan Darah, Hb, Glukoprotein Urin) dan skrining terhadap
Hepatitis B, Sifilis, HIV, Malaria, TBC, tata laksana kasus, dan temu wicara/ konseling
termasuk P4K serta KB PP. Melalui konseling yang aktif dan efektif, diharapkan ibu
hamil dapat melakukan perencanaan kehamilan dan persalinannya dengan baik serta
memantapkan keputusan ibu hamil dan keluarganya untuk melahirkan ditolong tenaga
kesehatan di fasilitas kesehatan.
Bila dilihat dari grafik di bawah ini, Trend cakupan Indikator K4 bersifat
Fluktuatif, dari ditetapkannya Renstra Kemenkes 2015-2019 yang merubah target
layanan dari Kuantitas (Renstra 2010-2015) menjadi Berkualitas/sesuai Standar
dimana Tenaga kesehatan dituntut untuk melakukan pelayanan sesuai standar,
sementara banyak faktor yang belum mendukung, seperti Anggaran, SDM, Kompetensi
Nakes, dll. Ini dapat terlihat dari tahun 2015 terjadi penurunan Cakupan Indikator K4
dari kondisi awal tahun 2015 sebesar 89,45% menjadi 85,70% pada tahun 2016, dan
naik kembali pada tahun 2017 sebesar 87,3% dan turun menjadi 86,25 pada tahun
2018. Namun atas berbagai upaya penguatan program dan upaya Inovasi yang
dilakukan secara berjenjang di tiap level, Tahun 2019 Sesuai dengan harapan yang
dituangkan dalam Renstra Kemenkes 2019, Cakupan Indikator K4 naik dari Tahun
2018 dan mencapai target pada tahun 2019.

Grafik 16. Grafik Trend Persentase Ibu Hamil Mendapatkan Pelayanan Antenatal (K4)
Provinsi Bengkulu Tahun 2015 sd Tahun 2019
90
89
88 89.45 86.25
85.70 87.49
87
87.3
86
85
84
83

RPJMD 2015 : 72%, 2016 : 74%, 2017 : 76%, 2018 : 78%, 2018 : 80%
RENSTRA 2019 80%

33 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESMAS DINAS KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2019
Keberhasilan pencapaian target untuk Indikator ini, dikarenakan beberapa hal, yaitu :
1) Provinsi sudah memiliki 1.395 Kelas Ibu
2) Pelaksanaan kelas Ibu sudah mengarah pada peningkatan kualitas, sehingga
setiap Ibu Hamil yang mengikuti kelas ibu semua diarahkan untuk mendapatkan
Pelayanan ANC sesuai standar
3) Adanya dukungan anggaran untuk pemenuhan sarana prasarana untuk pelayanan
ANC sesuai standar (10T)
4) Komitmen kuat SDMK untuk melaksanakan kelas Ibu sesuai Tupoksinya dan
melakukan pelayanan ANC sesuai standar.
5) Peran Promkes dalam memaksimalkan kesadaran dan keinginan masyarakat untuk
bisa mendapatkan pelayanan standar sesuai haknya sebagai masyarakat.

Walaupun secara pencapaian indikator sudah berhasil mencapai Target, Seksi


kesga dan Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu terus berupaya meningkatkan
peran dan Fungsinya untuk mengurangi/meminimalisir permasalahan yang ada,
diantaranya :
- Meningkatkan kerjasama lintas program dan lintas sektor
- Melakukan sosialisasi, koordinasi dean advokasi program kesehatan keluarga
- Meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan
- Melakukan penguatan pelayanan kesehatan sesuai standar
- Melakukan penguatan kualitas pencatatan dan pelaporan
- Melakukan bimbingan teknis ke kab/kota
- Konsultasi Program Kesga ke Pusat
- Pemenuhan sarana prasarana
Bila dilihat dari cakupan menurut Kabupaten/Kota dimana semuanya sudah
mencapai target Nasional dan Provinsi, namun belum semua mencapai 100% sesuai
dengan harapan Standar pelayanan minimal untuk Kabupaten/ Kota.

34 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESMAS DINAS KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2019
Grafik 17. Grafik Persentase Ibu Hamil Mendapatkan Pelayanan Antenatal (K4) Menurut
Kabupaten/Kota Tahun 2019

100 99.34
80.26 83.20 84.34 86.66
85.69 87.97 87.49
80 82.82
83.86 99.39
60
40
20
0

Target 80

Ada beberapa Permasalahan yang menyebabkan Pencapaian belum 100%,


diantaranya :
• Persentase mengggunakan denominator sasaran Ibu Hamil brdasarkan data
BPS/Pusdatin
• Pemahaman SDMK tentang definisi Operasional pencatatan K4 termasuk
pencatatan untuk sasaran yang pindah wilayah Puskesmas
• Masih ada beberapa sasaran yang pindah wilayah setelah mendapatkan pelayanan
pertamanya (K1)
• Keterbatasan Buku KIA dan Stiker
• Kurangnya pengetahuan Ibu Hamil dan Keluarga tentang kesehatannya
• Masih banyak sasaran yang berada di Daerah Terpencil dan letak rumahnya
berjauhan sehingga memerlukan waktu khusus untuk melakukan ANC

C. Persentase Puskesmas yang melaksanakan Penjaringan Kesehatan untuk


Peserta Didik Kelas I
Penjaringan Kesehatan dilakukan pada peserta didik kelas 1 (tingkat sekolah
dasar), kelas 7 (tingkat Sekolah Menengah Pertama) dan Kelas 10 (Sekolah Menengah
Umum) di seluruh sekolah-sekolah yang tersebar di seluruh kabupaten/kota se-
provinsi Bengkulu. Kegiatan penjaringan untuk memenuhi Standar Pelayanan Minimun
(SPM) sebagaimana yang amanahkan dalam Permenkes RI Nomor : 4 Tahun 2019
tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan sebagaimana yang tertuang
dalam Pasal 2 ayat 2 poin e) Setiap anak Usia Pendidikan Dasar mendapatkan
Skrining Kesehatan sesuai Standar. Gambaran pelaksanaan Penjaringan Kesehatan se
Provinsi Bengkulu dapat dilihat pada grafik di bawah ini :

35 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESMAS DINAS KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2019
Grafik 36. Persentase Puskesmas Melaksanakan Penjaringan Kesehatan Kelas 1
2. Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2019

120.00 85.71 95 100 100


100 100 100 100
100.00 64.29 68.75
92.22
80.00
60.00
40.00
20.00
0.00

70%

Bila dilihat dari grafik di atas, secara Provinsi sudah berhasil dalam pencapaian
Indikator Ini, dengan pencapaian 131,74% . Cakupan provinsi sebesar 92,22% dari
target 70% yang telah ditentukan. Artinya ada 166 Puskesmas yang melaksanakan
Penjaringan Kesehatan di Kelas 1 dari 180 Puskesmas (sasaran Pusdatin).
Pencapaian ini ditunjang dengan pencapaian 8 Kabupaten Lainnya yang sudah
melebihi target. Namun Ada 2 Kabupaten dengan cakupan yang belum mencapai
target yaitu Kabupaten lebong sebanyak 64,29% dan Kabupten Kaur sebanyak
68,75%. Menurut Kabupaten, Puskesmas sudah pasti melakukan penjarkes di kelas 1,
namun tidak tercatat dan terlaporkan secara berjenjang.

D. Persentase Puskesmas yang melaksanakan Penjaringan Kesehatan untuk


Peserta Didik Kelas 7 dan 10
Untuk Indikator persentase Puskesmas melaksanakan Penjaringan Kesehatan
Kelas 7 dan 10 juga tertuang dalam Renstra Kemenkes 2016 sd 2019 dan pada akhir
2019 ini Provinsi Bengkulu dan seluruh Kabupaten/Kota sudah berhasil mencapai target
Indikator. Bila di lihat dari pencapaiannya masih ada puskesmas yang belum
melaksanakan Penjaringan Kesehatan di Kelas 7 dan 10. Masih ada 18 Puskesmas lagi
yang belum melaksanakan penjaringan kesehatan dikelas 7 dan dan 19 Puskesmas lagi
yang belum melaksanakan penjaringan kesehatan di kelas 10.
Permasalahannya Masih ada ketidakpatuhan Puskesmas/tenaga kesehatan untuk
melaksanakan penjaringan kesehatan di kelas 7 dan 10 sesuai standar, selain itu Formulir
pemeriksaan Penjaringan kesehatan untuk lanjutan, cukup banyak dan memerlukan
pendidikan kesehatan sebelum hari pelaksanaan skrining. Gambaran pelaksanaan
puskesmas melaksanakan penjaringan kesehatan di kelas 7 dan 10 serta pelaksanaan
Puskesmas melaksanakan penjaringan kesehatan di kelas 1,7 dan 10 Tahun 2019 dapat
dilihat pada grafik di bawah ini :
36 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESMAS DINAS KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2019
Grafik 37. Persentase Puskesmas Melaksanakan Penjaringan Kesehatan Kelas 7 dan 10
Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2019

120.00 100 100


100 100 100 100
100.00 75 80.95 92.22
68.75
80.00 64.29
60.00
40.00
20.00
0.00

60%

➢ Persentase Puskesmas melaksanakan Penjaringa Kelas 1,7 dan 10


Grafik 37. Persentase Puskesmas Melaksanakan Penjaringan Kesehatan Kelas 7 dan 10
Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2019

120.00 95 100
100 100
100.00 75
80.95 100 100
88.89
80.00 64.29 68.75

60.00
40.00
20.00
0.00

Selain pada masalah pencatatan dan pelaporan, masih ada beberapa


hambatan lain dalam upaya pencapaian ke tiga Indikator Penjarkes ini, diantaranya :
1. Dana
Berdasarkan hasil bintek dan monev ke Dinas Kesehatan Kab/kota dan
Puskesmas, petugas Puskesmas yang melakukan Penjaringan Kesehatan dan
Pelayanan kesehatan remaja kekurangan dana untuk melakukan kegiatan tersebut
untuk seluruh sekolah-sekolah diwilayah mereka, tapi hasil temuan ini belum
dilakukan singkornisasi dengan pengelola anggaran Puskesmas dan dinas

37 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESMAS DINAS KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2019
kesehatan kab/kota, selain itu tidak selarasnya penyerapan anggaran BOK
penjarkes dengan pencapaian Indikator. Sebagai contoh, anggaran terserap
seluruhnya tapi Penjarkes di kelas 1 saja belum semua sekolah dilakukan.

2. Tenaga
Kekurangan tenaga kesehatan di setiap puskesmas menjadi kendala yang
sangat besar dalam pelaksanaan penjaringan kesehatan dan pelayanan kesehatan
remaja.

3. Pengetahuan
Selain kekurangan tenaga kesehatan, pengetahuan petugas kesehatan pun
sangat terbatas atau kurang memadai dalam melakukan kegiatan penjaringan
kesehatan dan pelayanan kesehatan remaja, tenaga yang sudah dilatih sering kali
dipindah tugas ke program lain atau pun ke tempat lain sehingga keadaan ini
menambah besarnya masalah dalam pelaksanaan kegiatan, Belum maksimal
melakukan penjarkes dengan formulir pencatatan sesuai buku pedoman.

4. Tindak lanjut
Disebabkan oleh kekurangan tenaga kesehatan dalam pelaksanaan
penjaringan kesehatan dan pelayanan kesehatan remaja serta di perparah dengan
kurangnya pengetahuan petugas dalam melaksankanan kegiatan mengakibatkan
hampir disetiap sekolah tidak ada tindaklanjut hasil pemeriksaan penjaringan
kesehatan dan pelayanan kesehatan remaja yang dilakukan.
Puskesmas tidak melakukan feedback hasil penjaringan kesehatan dan pelayanan
kesehatan remaja ke sekolah dan tidak ada tindak lanjut dari temuan atau haasil
pemeriksaan siswa/siswi yang dilakukan, seingga terkesen kegiatan yang
dilakukan hanya menyelesaikan SPJ kegaiatan tanpa manifestasi atau tindaklanjut
dari kegiatan tersebut.

5. Komitmen Dinas Kesehatan Kab/Kota dan Kepala Puskesmas


Bimbingan, pengawasan dan evaluasi dari dinas kesehatan Kab/kota pada
pelaksanaan penjaringan kesehatan dan pelayanan kesehatan remaja yang
dilakukan oleh Puskesmas di wilayah masing-masing sangatlah kurang bahkan
bisa dikatakan tidak ada, Dinas Kesehatan Kab/Kota hanya menerima laporan
pelaksanaan tanpa dilakukan evaluasi dari laporan tersebut. Begitu juga halnya
dengan Kepala Puskesmas, tidak melakukan evaluasi dari pelaksanaan
penjaringan kesehatan dan pelayanan kesehatan remaja.
Hasil temuan bintek, hampir seluruh kepala puskesmas tidak mengetahui

38 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESMAS DINAS KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2019
pelaksanaan penjaringan kesehatan dan pelayanan kesehatan remaja, sehingga
puskesmas tidak melakukan fiedback ke sekolah dan tidak melakukan tidaklanjut
kegiatan di sekolah tersebut. Dalam pelaksanaan penjaringan kesehatan dan
pelayanan kesehatan remaja yang dilakukan oleh petugas puskesmas di sekolah-
sekolah dalam wilayah binaan puskesmas seringkali tidak dilaporkan secara riil
pelaksanaan dan ini tidak di evaluasi oleh kepala Puskesmas dan Dinas kesehatan
Kab/kota.
Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota tidak melakukan Monitoring dan
Evaluasi pada Pelaksanaan Penjaringan Kesehatan, pemeriksaan berkala dan
pelayanan kesehatan remaja di Puskesmas-puskesmas diwilayah masing-masing

6. Komitmen Kepala sekolah dan guru UKS dan guru BP/BK Sekolah
Kepala sekolah dan guru UKS banyak yang belum memahami manfaat
pelaksanaan kegiatan pemeriksaan penjaringan kesehatan dan pelaksanaan
kesehatan remaja, sehingga antara sekolah dengan puskesmas tidak punya
komunikasi yang baik dalam pelaksanaan kegiatan Penjaringan Kesehatan dan
pelayanan kesehatan remaja, bahkan sekolah memberikan waktu yang singkat
untuk pelaksanaan kegiatan tersebut, seingga petugas puskesmas dalam
melakukan kegiatan tidak cukup waktu sehingga target pemeriksaan tidak tercapai

E. Persentase Puskesmas yang menyelenggarakan Kegiatan Kesehatan Remaja


Indikator Puskesmas yang menyelenggarakan kegiatan kesehatan remaja
mengukur upaya peningkatan akses pelayanan kesehatan untuk remaja. Ruang lingkup
pelayanan kesehatan remaja adalah usia 10-18 tahun UU kesehatan (dan 19 Tahun
batasan WHO). Setiap remaja berhak mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar.
Sejauh ini Kementerian Kesehatan telah memberikan perhatian terhadap
permasalahan dan perkembangan remaja melalui pengembangan Pelayanan Kesehatan
Peduli Remaja (PKPR) di Puskesmas. Pendekatan ini bertujuan untuk mendorong agar
Puskesmas mampu memberikan pelayanan Kesehatan yang berkualitas,mampu
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan remaja dalam mencegah masalah
kesehatan dan melibatkn remaja dalam pelayanan sejak dari perencanaan,pelaksanaan
sampai penilaian.Suatu Puskesmas dapat di katakan mampu laksana PKPR apabila
Puskesmas telah memenuhi kriteria minimal yang telah di tetapkan yaitu :
1. Memberikan Pelayanan konseling kepada semua remaja yang memerlukan
konseling.
2. Melakukan pembinaan minimal 1 (satu) sekolah dengan melakukan kegiatan KIE
Kesehatan Reproduksi minimal 2 (Dua) kali dalam setahun.
3. Melatih Kader Kesehatan Remaja/konselor sebaya di sekolah minimal 10% dari

39 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESMAS DINAS KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2019
jumlah murid di sekolah binaan.
Cakupan Kabupaten/Kota minimal memiliki 4 (empat) Puskesmas mampu
laksana PKPR sudah terlaksana di Provinsi Bengkulu,tetapi belum sesuai dengan
Standar Nasional Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR), yang melihat kualitas
PKPR dari 5 aspek yaitu : Sumber Daya Masyarakat (SDM), Fasilitas Kesehatan,
Remaja, Jejaring dan Manejemen Kesehatan. Standar Nasional PKPR di harapkan
menjadi acuan bagi tenaga Kesehatan dalam memberikan layanan PKPR yang
berkualitas.Dalam hal ini pemegang dan pengelola program Kesehatan remaja di
Puskesmas,Kabupaten/Kota di harapkan memahami dan dapat menerapkan
Standar Nasional PKPR agar kualitas dari layanan PKPR dapat di tingkatkan.
Gambaran evaluasi pelaksanaan Puskesmas melaksanakan Pelayanan
Kesehatan Remaja dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

Grafik 38. Persentase Puskesmas Menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Remaja


Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2019

90 100
120.00 64.29 87.50 100 100 100 100 80.56
100.00
80.00
60.00
36.36 40
40.00
20.00
0.00

T. 45%

Bila dilihat dari grafik di atas, Provinsi sudah berhasil dalam pencapaian
Indikator Ini. Dengan pencapaian cakupan 80,56% dari target 45% yang telah
ditentukan. 8 Kabupaten/Kota semua sudah mencapai target nasional, tapi bila di
breakdown di tingkat kabupaten/Kota, belum semua Puskesmas
menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Remaja. Masih ada 34 Puskesmas
lagi yang belum menyelenggarakan pelayanan sesuai standar. Yang belum
mencapai target hanya Kabupaten seluma dengan 36,36% dan Kabupaten
Bengkulu Tengah dengan 40%. Belum mencapainya Target pada Indikator ini
dikarenakan beberapa hal diantaranya :
- Masih ada beberapa Pengelola data yag belum memahami Kriteria

40 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESMAS DINAS KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2019
Puskesmas melaksanakan pelayanan kesehatan remaja yaitu Memiliki tenaga
kesehatan terorientasi/terlatih pelayanan kesehatan peduli remaja, Memiliki
pedoman kesehatan remaja, Melakukan pelayanan konseling pada remaja
- Minimnya tenaga Kesehatan terlatih PKPR
- Minimnya sarana prasarana Pendukung seperti untuk pelaksanaan
Konseling, standarnya memerluakan ruangan khusus Puskesmas yang
tidak melalui Pintu Masuk Puskesmas, sehingga memerlukan pembiayaan
atau alternatif pemanfaatan gedung puskesmas yang tidak di pakai
sebagai ruang konseling.
Selain itu Puskesmas yang peduli remaja standarnya memiliki gedung yang
warnaya menarik remaja, artinya juga memerlukan biaya untuk pewarnaan, dll
- Masih ada beberapa pihak sekolah yang belum maksimal bekerjasama
dengan petugas Puskesmas.
- Minimnya anggaran pendukung
- Nakes terlatih dipindahtugaskan
- Kurangnya konselor sebaya sebagai perpanjang tangan Puskesmas
menjangkau remaja terakses dengan Fasyankes
Untuk meningkatkan kualitas pelayanan Kesehatan Remaja Dinas
Kesehatan Provinsi Bengkulu telah melakukan berbagai upaya diantaranya
mendorong Kabupaten/Kota melaksanakan Sekolah Sehat. Sebagai bentuk
kerjasama Dinas Kesehatan dengan 3 Kementerian lainnya yangkerjasamanya
tertuang dalam SKB 4 Menteri (Dinas Pendidikan, kementerian Agama dan Bidang
Kesra Pemda Provinsi). Tahun 2018 untuk kegiatan UKS/Sekolah Sehat di lakukan
Sosialisasi Sekolah/Madrasah Sehat di 5 Kabupaten yaitu Kaur, Seluma, Bengkulu
Tengah, Bengkulu Utara dan Lebong dengan mengundang ke 4 sektor yang
berhubungan erat dengan UKS sesuai denga Keputusan bersama 4 Kementerian
yaitu dari Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Kesra dan Kantor Kementrian
Agama Kabupaten tersebut.
Tahun 2019 ini, kegiatan UKS/Sekolah Sehat di lakukan Sosialisasi
Sekolah/Madrasah Sehat di 10 Kabupaten / Kota dan Pembinaan UKS dan PKPR
dilakukan di 10 Kabupaten / Kota dan 10 sekolah sasaran. Pembinaan
Sekolah/Madrasah Sehat dan Posyandu Remaja di lakukan di Seluruh Kab/kota
dengan memberi ruang gerak yang luas kepada Kab/kota untuk melakukan
pembinaan sekolah/sehat dan posyandu remaja yang dilakukan pembinaan
langsung oleh Puskesmas diwilayah masing-masing. Pembinaan ini khusus
dilakukan di :
- Sekolah yang menjadi perwakilan Provinsi Bengkulu di LSS Tingkat Nasional.

41 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESMAS DINAS KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2019
- Selain itu Pembinaan juga dilakukan khusus pada Sekolah, TP UKS Kecamatan
dan TP UKS Kab untuk menghadapi Penilaian Nominasi LSS pada Tingkat
Nasional dan tahun 2019 adalah SMA Negeri 2 Bengkulu Selatan

Tabel. 5 Daftar Sekolah Perwakilan Provinsi Bengkulu di LSS Tingkat Nasional


Tahun 2019
No Nama Sekolah Kabupaten/Kota
1. SD Negeri 158 Rejang Lebong Rejang Lebong
2. MTs Negeri 1 Kota Bengkulu Kota Bengkulu
3. SMA Negeri 2 Bengkulu Selatan Bengkulu Selatan

Dari 3 sekolah yang diikutkan pada Lomba Sekolah Sehat Tahun 2019, Hasil
yang diraih pada tahun 2019 yaitu Juara III Nasional kat2gori Best Achivesment
tingkat SMA/SMK/MA yang diperoleh oleh SMA Negeri 2 Bengkulu Selatan.
Secara keberhasilan, Provinsi Bengkulu sudah tiga tahun berturut-turut berhasil
membawa perwakilan sekolah ke tingkat nasional.
- Tahun 2017 Juara1 Tingkat Nasional , Lomba Sekolah Sehat Tk. Sd Kategori Best
Achievment Untuk Kabupaten Rejang Lebong
- Tahun 2018 Juara 2 Tingkat Nasional , Sekolah Sehat Tk. Sma Kategori Best Best
Permormance Untuk Kabupaten Rejang Lebong
Secara umum, ada beberapa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan
pembinaan sekolah sehat di Provinsi Bengkulu. Beberapa diantaranya :
• Permasalahan di Tim Pembina UKS/M
1) Tim Pembina UKS Provinsi.
Tim Pembina UKS/M Tingkat Provinsi belum bekerja maksimal dan
beberapa OPD ataupun Pemengang Jabatan yang sudah di SK belum
mengetahui dan memahami Tugas dan fungsinya sebagaimana mestinya
sesuai dengan aturan dan perundang-undang yang berlaku
Belum ada Sekretariat yang TP UKS/M yang permanen dan Tim Sekretariat
TP UKS belum terbentuk
Anggaran Pembinaan UKS/M baik di Biro Pembangunan dan Kesra, Dinas
Pendidikan dan Dinas Kebudaayaan, Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu
porsinya sangat kecil sehingga banya kegiatan UKS yang belum dapat di
laksanakan. Anggaran UKS di Kanwil Kementerian Agama sebagai
lembaga vertikal juga sangat kurang.
2) Tim Pembina UKS Kabupaten/Kota,
Rata-rata Tim Pembina UKS/M Kab/Kota belum terbentuk dan baru hanya
membentuk SK dan Sekretariat UKS/M dalam menghadapi LSS bukan untuk

42 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESMAS DINAS KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2019
pembinaan yang berkelanjutan
Belum mamhami tugas dan fungsi TP UKS/M
Anggaran UKS sangat kecil dan UKS belum menjadi Prioritas bagi
Pemerintahan Kab/Kota
Pemerintahan Kab. Bengkulu Utara merupakan satu-satunya Kabupten
yang telah mempunyai sekretariat dan Tim Sekretariat UKS/M dan telah
mepunyai payung hukum yang tetap yaitu Peraturan Bupati Bengkulu Utara
tentang Sekolah Sehat
3) Tim Pembina UKS Kecamatan dan
Tim Pembina UKS Kecamatn lebih parah lagi dan Camat sebagai pejabat di
Kecamatan belum mengetahui tentang peran, tugas dan fungsunya sebagai
leading sektor UKS di Kecamat.
4) Tim Pelaksana UKS/M
Tim Pelaksana UKS/M sama halnya dengan TP UKS/M, belum dibentuk
sesuai dengan aturan yang berlaku

• Permasalahan di OPD dan Satuan Kerja


1) Pada Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu
- Kegiatan UKSM [ Sekolah Sehat ] belum menjadi prioritas dalam kegiatan-
kegiatan lintas program di Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu, sehingga
program-program kesehatan seperti Gizi, Kesling, Promkes, Kesjaor,
kesjiwa, Imunisasi dan lain-lain jalan sendiri tanpa melihat kepentingan
UKS/M dan tindak lanjut dari Pelaksanaan Program masing-masing
- Anggaran Pmembinaan UKS/M belum berpihak dan belum menjadi prioritas
sehingga pembinaan yang dilakukan banyak terkendala karena anggaran
tidak mendungkung.
- Kurangnya koordinasi antara penanggung jawab program/pejabat yang
terkait untuk melakukan pembinaan terpadu untuk UKS/M atau Sekolah
Sehat

2) Pada Dinas Kesehatan Kab/Kota


- Dinas Kesehtan Kabupaten/Kota belum berkomitmen dan belum
memprioritaskan Program UKS/M dan PKPR /sekolah Sehat
- Pengelola Program Kesehatan anak Usia Sekolah dan Remaja belum
konsen dalam melakuka program, belum ada inovasi dan terkesan hanya
melaksanakan program seadanya
- Pembinaan dan evaluasi program ke Puskesmas belum dilaksanakan
dengan baik.

43 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESMAS DINAS KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2019
3) Pada Puskesmas
- Puskesmas belum melakukan Penjaringan kesehatan dan pelayanan
kesehatan remaja sesuai denga juknis yang telah ditentukan
- Tidak ada fiedback hasil pelaksanaan penjaringan kesehatan dan
pelayanan kesehatan remaja ke sekolah
- Belum ada tindaklanjut hasil penjaringan kesehatan dan pelayanan
kesehatan remaja di sekolah

4) Pada Sekolah
- Pihak sekolah banyak yang belum memahami pelaksanaan penjariangan
kesehatan dan pelayanan kesehatan renaja yang di adakan di sekolah dan
puskesmasa serta program-program pendukung lainnya, sekolah masih
berfikir bahwa pelaksanaan kegiatan teresebut merupakan kebutuhan
Puskesmas dan dinas kesehatan Kab/Kota sehingga pelaksanaan program
tidak menjadi perhatian dari pihak sekolah
- Sekolah tidak melakukan flashback pelaksanaan pemeriksaan penjaringan
kesehatan dan pelaksnaan pelayan kesehatan remaja ke orang tua /wali
siswa/i
Terkait permasalahan di atas, Seksi Kesga dan gizi Masyarakat sudah berupaya
menemukan alternatif solusi pemecahan masalah, diantaranya :
• Pengambil kebijakan baik ditingkat Provinsi maupun kab/kota lebih memprioritaskan
kegiatan penjaringan kesehatan dan pelayanan kesehatan remaja/sekolah sehat
dengan kebijakan yang jelas dan ditunjang dengah anggaran yang cukup
• Harus selalu dilakukan pembinaan dan bimbingan teknis pada petugas kesehatan
dalam melaksanakan kegiatan penjaringan kesehatan dan pelayanan kesehatan
remaja

F. Persentase Puskesmas yang melaksanakan Kelas Ibu Hamil


Kelas Ibu Hamil ini merupakan sarana untuk belajar bersama tentang kesehatan
bagi ibu hamil, dalam bentuk tatap muka dalam kelompok yang bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu-ibu mengenai kehamilan, persalinan,
nifas, KB pasca persalinan, pencegahan komplikasi, perawatan bayi baru lahir dan
aktivitas fisik/ senam ibu hamil. Kelas Ibu Hamil adalah kelompok belajar ibu-ibu hamil
dengan jumlah peserta maksimal 10 orang. Di kelas ini ibu-ibu hamil akan belajar
bersama, diskusi dan tukar pengalaman tentang kesehatan Ibu dan anak (KIA) secara
menyeluruh dan sistematis serta dapat dilaksanakan secara terjadwal dan
berkesinambungan. Kelas ibu hamil difasilitasi oleh bidan/tenaga kesehatan dengan
menggunakan paket Kelas Ibu Hamil yaitu Buku KIA, Flip chart (lembar balik),

44 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESMAS DINAS KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2019
Pedoman Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil, dan Pegangan Fasilitator Kelas Ibu Hamil.
Sehingga pelaksanaan kelas ibu yang berkualitas dapat mengungkit beberapa Indikator
Renstra Program Kesga seperti dengan adanya kelas Ibu diharapkan semua Ibu hamil
bersalin di Fasyankes, ANC berkualitas,Terlaksananya Orientasi P4K berkualitas, dan
lain-lain.
Berdasarkan data rutin Seksi kesga dan Gizi masyarakat Tahun 2019 Provinsi
Bengkulu sudah memiliki 179 Puskesmas yang menerapkan Kelas Ibu, dengan 1.395
Kelas Ibu yang terbentuk.
Pencapaian Indikator Puskesmas melaksanakan Kelas Ibu sebesar 100%. Sudah
melebihi target Renstra Kemenkes (90%) dengan pencapaian sebesar 111%. Bila
dilihat setiap Tahunnya dari Tahun 2016 sd Tahun 2019 terjadi Peningkatan Cakupan
Indikator yang sangat Significant dan selalu melebihi Target setiap tahunnya.
Terjadinya penurunan Cakupan indikator dari Tahun 2015 sd 2016 dikarenakan Pada
Tahun 2016 terjadi perubahan Definisi Operasional Kelas Ibu dari hanya Kuantitas
diarahkan ke Kualitas Pelayanan. Artinya Yang masuk dalam Pelaporan Seksi Kesga
dan Gizi adalah yang sesuai Standar. Trend Pencapaian Indikator Puskesmas
melaksanakan Kelas Ibu, dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

Grafik 18. Grafik Trend Persentase Puskesmas Melaksanakan Kelas Ibu Provinsi
Bengkulu
Tahun 2016 sd Tahun 2019
105.00 100
97.77
100.00
95.00 92.30 98.33

90.00
85.00

Renstra 2016 : 81%, 2017 : 84%, 2018 : 87%, 2019 90%


Renstra 2019 90%

Secara cakupan Provinsi untuk Indikator Puskesmas melaksanakan kelas Ibu


sudah mencapai dan melebihi target Renstra Tahun 2019 sebesar 100% (Target 90%).
Dapat dikatakan Provinsi Bengkulu sudah berhasil dalam meningkatkan cakupan
Puskesmas melaksanakan kelas Ibu sesuai standar dengan pencapaian target sebesar
111%. Trend setiap tahun naik dari Kondisi awal tahun 2016 sebesar 92,30%, Tahun
2019 sudah dapat mencapai target Nasional dan Provinsi.
Analisa keberhasilan pencapaian Indikator Puskemas melaksanakan kelas Ibu,

45 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESMAS DINAS KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2019
dikarenakan beberapa hal, yaitu :
1) Adanya target Indikator Puskesmas Melaksanakan kelas Ibu yang tertuang dalam
Rentra dalam upaya meningkatkan Kualitas Kesehatan Keluarga (ibu dan
Reproduksi)
2) Adanya dasar hukum pemberian pelayanan kesehatan sesuai standar pada Ibu
hamil, Ibu bersalin, Ibu nifas sesuai dengan PMK Nomor 97 Tahun 2014
3) Adanya peningkatan komitmen Bidan untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan
Kelas Ibu
4) Dukungan Masyarakat untuk menggerakkan Sasaran Ibu Hamil mengikuti kelas
Ibu.
5) Dukungan perangkat desa untuk pemanfaatan dana desa mendukung pelaksanaan
kelas Ibu (Sarana, Tempat, dll), serta ikut menggaungkan dan mendorong Ibu
Hamil mengikuti kelas Ibu
6) Dukungan anggaran BOK Puskesmas
7) Memiliki SDMK /tenaga Kesehatan terlatih ; Kelas Ibu
8) Adanya penempatan bidan di Desa/daerah terpencil perbatasan kepulauan
sehingga kelas Ibu bisa terlaksana di desa terpencil
9) Beberapa Kabupaten/Kota memiliki Inovasi Program seperti Kelas Ibu Online yang
di bentuk di Kota Bengkulu karena kesulitan untuk menghadirkan Ibu ke kelas Ibu
karena kesibukan.
Namun walaupun sudah berhasil secara program, dalam pelaksanaannya, tetap
masih ditemukan kendala/hambatan, diantaranya :
- Memiliki sasaran berada di Daerah Terpencil dan letak rumahnya berjauhan
sehingga kesulitan akses untuk mengumpulkan sasaran ke kelas Ibu
- Tidak sesuainya jadwal kelas Ibu Puskesmas dengan jadwal kerja sasaran
(Sasaran banyak yang tinggal dikebun dan akan ke luar wilayah pada saat musim
panen saja).
- Minimnya kebijakan pemerintah yang mengatur tentang pelayanan kesehatan Ibu
- Minimnya SDM Terlatih
- Koordinasi Lintas Sektor yang belum maksimal
- Masih minimnya pengetahuan Ibu hamil tentang kesehatannya
Dari permasalahan di atas, Provinsi Bengkulu memiliki beberapa peluang untuk
mengatasi permasalahan, diantaranya :
- Memiliki jejaring lintas sektor, lintas program terkait, Organisasi Profesi
- Adanya dukungan anggaran BOK untuk peningkatan kualitas kelas Ibu dan
Peningkatan kapasitas SDM

46 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESMAS DINAS KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2019
Pencapaian Puskesmas yang melaksanakan melaksanakan Kelas Ibu (Ibu
hamil dan Ibu Balita) se-Provinsi Bengkulu dapat dilihat pada grafik di bawah ini :

Grafik 19. Persentase Puskesmas Melaksanakan Kelas Ibu Hamil Menurut


Kabupaten/Kota
Tahun 2019
100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
100
80
60
40
20
0

T 90

Grafik 20. Persentase Puskesmas Melaksanakan Kelas Ibu Balita Menurut


Kabupaten/Kota Tahun 2019
100 100 100 100 100 100 100 100
100 88.27
80
60 43.75
40
14.29
20
0

T 90

Tahun 2016 terjadi peribahan Definisi Operasional terhadap Indikator Kelas Ibu.
Di mana sebelumnya Hanya Indikator Persentase Kelas Ibu Hamil menjadi Persentase
Puskesmas Melaksanakan Kelas Ibu Balita. Standarnya Satu Puskesmas harus
menerapkan Kelas Ibu Hamil dan Ibu Balita. Dengan tujuan agar Ibu hamil yang ikut
pada kelas Ibu, setelah melahirkan bisa merawat anaknya. Sasaran kelas ibu balita ini
adalah semua ibu yang memiliki balita. Namun karena keterbatasan jadwal Puskesmas,
Masih adanya daerah sasaran yang sulut dijangkau atau letaknya berjauhan antar Ibu
hamil sehingga pelaksanaan kelas Ibu balita masih ada kendala dibeberapa Kabupaten
. Dari grafik di ata Pencapaian terencah pada Kabupaten Bengkulu Selatan sebesar
47 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESMAS DINAS KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2019
14,29% (Hanya 2 Puskesmas yang menerapkan Kelas Ibu Balita, sementara Kelas Ibu
Hamilnya mencapai 100%), Kabupaten Kaur juga mendapatkan raport merah untuk
pencapaian kelas ibu balita yaitu sebesar 43,75% (Baru 7 dari 16 Puskesmas yang ada
melaksanakan Kelas Ibu Balita). Pencapaian kedua Kabupaten ini secara tidak
langsung mempengaruhi pencapaian target Indikator secara Provinsi. Belum bisa
mencapai target Nasional/Provinsi (Pencapaian 88,27% dari Target 90%)

G. Persentase Puskesmas yang melakukan Orientasi Program Perencanaan


Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)
Kematian Ibu disebabkan oleh perdarahan, tekanan darah yang tinggi saat
hamil (eklampsia), infeksi, persalinan macet dan komplikasi keguguran. Sedangkan
penyebab langsung kematian bayi adalah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan
kekurangan oksigen (asfiksia).Penyebab tidak langsung kematian ibu dan bayi baru
lahir adalah karena kondisi masyarakat seperti pendidikan, sosial ekonomi dan
budaya.Kondisi geografi serta keadaan sarana pelayanan yang kurang siap ikut
memperberat permasalahan ini.Beberapa hal tersebut mengakibatkan kondisi 3
terlambat (terlambat mengambil keputusan, terlambat sampai di tempat pelayanan dan
terlambat mendapatkan pertolongan yang adekuat) dan 4 terlalu (terlalu tua, terlalu
muda, terlalu banyak, terlalu rapat jarak kelahiran),
Keterlambatan pengambilan keputusan di tingkat keluarga dapat dihindari apabila ibu
dan keluarga mengetahui tanda bahaya kehamilan dan persalinan serta tindakan yang
perlu dilakukan untuk mengatasinya di tingkat keluarga.
Salah satu upaya terobosan dan terbukti mampu meningkatkan indikator proksi
(persalinan oleh tenaga kesehatan) dalam penurunan Angka Kematian Ibu dan Angka
Kematian Bayi adalah Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi
(P4K).Program dengan menggunakan stiker ini, dapat meningkatkan peran aktif suami
(suami Siaga), keluarga dan masyarakat dalam merencanakan persalinan yang
aman.Program ini juga meningkatkan persiapan menghadapi komplikasi pada saat
kehamilan, termasuk perencanaan pemakaian alat/ obat kontrasepsi pasca persalinan.
Selain itu, program P4K juga mendorong ibu hamil untuk memeriksakan kehamilan,
bersalin, pemeriksaan nifas dan bayi yang dilahirkan oleh tenaga kesehatan terampil
termasuk skrining status imunisasi tetanus lengkap pada setiap ibu hamil. Kaum ibu
juga didorong untuk melakukan inisiasi menyusu dini (IMD) dilanjutkan pemberian ASI
eksklusif selama 6 bulan
Orientasi P4K menitikberatkan pada kegiatan monitoring terhadap ibu hamil dan
bersalin. Pemantauan dan pengawasan yang menjadi salah satu upaya deteksi dini,
menghindari risiko kesehatan pada ibu hamil dan bersalin yang dilakukan diseluruh
Indonesia dalam ruang lingkup kerja Puskesmas setempat serta menyediakan akses

48 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESMAS DINAS KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2019
dan pelayanan di fasilitas kesehatan tingkat pertama yang sekaligus merupakan
kegiatan yang membangun potensi masyarakat khususnya kepedulian masyarakat
untuk persiapan dan tindakan dalam menyelamatkan ibu dan bayi baru lahir. Dalam
pelaksanaan P4K, bidan diharapkan berperan sebagai fasilitator dan dapat
membangun komunikasi persuasif dan setara diwilayah kerjanya agar dapat terwujud
kerjasama dengan ibu, keluarga dan masyarakat sehingga pada akhirnya dapat
meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap upaya peningkatan kesehatan ibu dan
bayi baru lahir dengan menyadarkan masyarakat bahwa persalinan di fasilitas
pelayanan kesehatan akan menyelamatkan ibu dan bayi baru lahir.
Evaluasi pencapaian indikator Persentase Puskesmas yang melakukan
Orientasi Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) dapat
dilihat dari grafik di bawah ini.

Grafik 25. Persentase Puskesmas Melaksanakan Program Perencanaan Persalinan


dan Pencegahan Komplikasi (P4K) Menurut Kabupaten/Kota
Tahun 2019
101.00 100
100.00
99.00 98.89
98.00
97.00 95.00
96.00
95.00 96.11
94.00
93.00
92.00

Renstra 2016 : 83%, 2017 : 88%, 2018 : 95%, 2019 : 100%

Analisa Capaian Kinerja berdasarkan Trend realisasi Indikator Puskesmas


melaksanakan Orientasi P4K terlihat dari Tahun 2016 menuju akhir RPJMN 2019
terjadi peningkatan hingga mencapai 98,89% dari Target 100%. Dimana seharusnya
pencapaian sudah 99,44% (178 Puskesmas). Pencapaian 98,89% dikarenakan
denominator penghitungannya menggunakan sasaran Puskesmas dari Pusdatin
sejumlah 180 Puskesmas.
Namun walaupun sudah tercapai, tetap dalam pelaksanaannya menemukan
berbagai kendala :
- Belum semua pemahaman SDM tentang P4Kdan Stiker sesuai standar
- Peran serta masyarakat untuk mendukung P4K seperti ketersediaan kendaraan,
donor, dll masih belum optimal
- Kerjasama dengan LP,LS masih kurang (kader, Program PIS PK, dll)
- Masih banyak sasaran yang berada di Daerah Terpencil dan letak rumahnya

49 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESMAS DINAS KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2019
berjauhan sehingga kesulitan akses Tenaga kesehatan menuju lokasi
- Pemahaman DO Pengelola Program masih kurang.
Pencapaian 100% pada tahun 2017 dikarenakan pada tahun tersebut adanya revisi
Definisi Operasional agar DO lebih dipertajam dengan melihat kemampuan
Puskesmas menerapkan Orientasi P4K dan Stiker, sehingga akhir tahun 2017
semua Puskesmas melaporkan sudah melaksanakan Orientasi P4K dan Stiker.
Namun dari hasil analisa dan konfirmasi data ke Kabupaten/Kota Belum semua
Puskesmas menerapkan P4K dan Stiker sesuai standar yang tertuang dalam PMK
Nomor 97 Tahun 2014 tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa
Hamil, Persalinan, Dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan
Kontrasepsi, Serta Pelayanan Kesehatan Seksual. Data yang terlaporkan beberapa
baru kuantitas belum kualitasnya
.
Grafik 26. Persentase Puskesmas Melaksanakan Program Perencanaan Persalinan
dan Pencegahan Komplikasi (P4K) Menurut Kabupaten/Kota
Tahun 2019

102.00 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 99.44
100.00
98.00
96.00 93.75
94.00
92.00
90.00

T.100%

Dari grafik di atas hanya Kabupaten Kaur yang belum mencapai semua
Puskesmas melaksanakan Orientasi P4K. Baru 15 Puskesmas melaksanakan
Orientasi P4K dari 16 Puskesmas yang ada. Hasil analisa Program baik di Tingkat
Provinsi maupun Kabupaten Kaur, permasalahannya masih ada beberapa
Pelaksanaan belum sesuai standar yang seharusnya semua syarat pada PMK 97
2014 harus diterapkan, Yaitu :
- Pendataan dan pemetaan sasaran ibu hamil;
- Penyiapan donor darah;
- Penyiapan tabungan ibu bersalin (tabulin) dan dana sosial ibu bersalin
(dasolin);
- Penyiapan ambulans (transportasi);
- Pengenalan tanda bahaya kehamilan dan Persalinan; d
- Penandatanganan amanat Persalinan

50 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESMAS DINAS KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2019
Seksi Kesga dan Gizi Masyarakat sudah melakukan berbagai upaya untuk
meningkatkan capaian Indikator Program diantaranya :
- Meningkatkan kerjasama lintas program dan lintas sektor
- Melakukan sosialisasi, koordinasi dan advokasi program kesehatan keluarga
- Meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan
- Melakukan penguatan pelayanan kesehatan sesuai standar
- Melakukan penguatan kualitas pencatatan dan pelaporan
- Melakukan bimbingan teknis ke kab/kota
- Konsultasi Program Kesga ke Pusat
- Pemenuhan sarana prasarana

III. PEMBINAAN UPAYA KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA


A. Persentase Puskesmas yang Menyelenggarakan Kesehatan Kerja Dasar

TABEL 4.14
JUMLAH PUSKESMAS YANG MELAKUKAN KESEHATAN KERJA DASAR
PROVINSI BENGKULU TAHUN 2019

No Kabupaten/Kota Target Realisasi Persentase


(%)
1 Bengkulu Selatan 14 14 100
2 Rejang Lebong 21 20 100
3 Bengkulu Utara 22 22 100
4 Kaur 16 16 100
5 Seluma 22 22 100
6 Mukomuko 17 17 100
7 Lebong 13 13 100
8 Kepahiang 14 14 100
9 Bengkulu Tengah 20 20 100
10 Kota Bengkulu 20 20 100
PROVINSI 179 179 100

Dari table 4.14 diatas menunjukkan bahwa seluruh Puskesmas di Provinsi


Bengkulu sudah menyelenggarakan kesehatan kerja dasar, dengan hasil
100%.

51 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESMAS DINAS KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2019
Grafik 4.15
JUMLAH PUSKESMAS YANG MELAKUKAN KESEHATAN KERJA DASAR
PROVINSI BENGKULU
TAHUN 2019

25 21 20 22 22 22 22 20 20 20 20
20 16 16 17 17
14 14 13 13 14 14
15
10
5
0

Target Capaian

Grafik 4.16
PERSENTASE PUSKESMAS YANG MELAKUKAN
KESEHATAN KERJA DASAR
PROVINSI BENGKULU
TAHUN 2019

100 100
100

80

60

40

20

0
Target Realisasi

52 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESMAS DINAS KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2019
B. Jumlah Pos UKK yang terbentuk di daerah PPI/TPI
TABEL 4.15
JUMLAH POS UKK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PROVINSI BENGKULU
TAHUN 2019
No Kabupaten/Kota Target Realisasi Persentase
(%)
1 Bengkulu 14 9
Selatan 64
2 Rejang Lebong 21 24 120
3 Bengkulu Utara 22 24 109
4 Kaur 16 14 88
5 Seluma 22 15 107
6 Mukomuko 17 27 135
7 Lebong 13 18 138
8 Kepahiang 14 38 224
9 Bengkulu 20 16
Tengah 76
10 Kota Bengkulu 20 45 205
PROVINSI 179 230 128
Dari table 4.15 di atas, dapat dilihat bahwa jumlah pos UKK yang terbentuk
di wilayah kerja puskesmas di Provinsi Bengkulu sudah melebihi dari target,
yang belum mencapai Bengkulu Utaratarget ada 3 Kabupaten yaitu
Kabupaten Kaur, Bengkulu Selatan da Bengkulu Tengah.
Grafik 4.17
PERSENTASE POS UKK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
PROVINSI BENGKULU
TAHUN 2019

Persentase
250 224
205
200
138 135
150 120 109 107
88 76
100 64
50

Persentase

53 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESMAS DINAS KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2019
Grafik 4.18
JUMLAH POS UKK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
PROVINSI BENGKULU
TAHUN 2019

250 230

200 179

150

100

50

0
Target Realisasi

TABEL 4.16
JUMLAH POS UKK DI WILAYAH TPI/PPI PROVINSI BENGKULU
TAHUN 2019
No Kabupaten/Kota Target Realisasi Persentase
(%)
1 Bengkulu 2 1
Selatan 50
2 Rejang Lebong 2 2 100
3 Bengkulu Utara 6 6 100
4 Kaur 6 8 133
5 Seluma 0 0 0
6 Mukomuko 10 7 70
7 Lebong 0 0 0
8 Kepahiang 9 9 100
9 Bengkulu 0 0
Tengah 0
10 Kota Bengkulu 5 3 60
PROVINSI 40 36 90

Dari table 4.16 di atas, dapat dilihat bahwa jumlah pos UKK yang terbentuk

54 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESMAS DINAS KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2019
di wilayah kerja TPI/PPI di Provinsi Bengkulu belum mencapai target, yang
belum mencapai target ada 3 Kabupaten yaitu Kabupaten Seluma, Lebong
dan Bengkulu Tengah

Grafik 4.19
PERSENTASEPOS UKK DI WILAYAH TPI/PPI
PROVINSI BENGKULU
TAHUN 2019

Persentase
133
140
120 100 100 100
100
80 70
60
60 50
40
20 0 0 0
0

Persentase

Grafik 4.20
JUMLAH POS UKK DI WILAYAH TPI/PPI
PROVINSI BENGKULU
TAHUN 2019

40
40

39

38

37
36
36

35

34
Target Realisasi

55 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESMAS DINAS KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2019
A. Analisa kegagalan
1. Dalam perencanaan penyusunan program belum adaya perencanaan
terintegrasi,perencanaan kegiatan masih berdasarkanusulan seksi masing-
masing. Setiap usulan perencanaan kegiatan yang disampaikandiakomodir
tetapi terkendala pada alokasi anggaran yang sudah ditetapkan.
2. Belum terbangunnya sistem pelaporan kesehatan kerja berbasis elektron,
kuantitas dan kualitas laporan yang masih kurang serta penyampaian laporan
yang tidak tepat waktu.
3. Pelaksanaan kegiatan kesehatan kerja melibatkan sektor formal dan informal
sehingga perlu memperkuat jejaring kemitraan, dan kapasitas SDM
4. Proses peningkatan perubahan perilaku tidak dapat dilakukan secara cepat,
cenderung membutuhkan waktu yang relatif lama dan kecukupan
pendampingan petugas kepada masyarakat / pekerja untuk menerapkan
perilaku kerja yang lebih sehat dalam bekerja secara berkesinambungan
5. Masyarakat pekerja belum banyak memahami pentingnya kesehatan kerja bagi
pekerja
6. Penyelengaraan kesehatan kerja dasar sudah memenuhi target yang sudah
ditetapkan, hanya saja ada beberapa Puskesmas di Kabupaten/Kota yang
pemahaman tentang kesehatan kerja masih kurang bahkan masih ada yang
belum tahu sama sekali karena sering berganti petugas / pengelola program
kesehatan kerja
2. Masih perlunya pembinaan dan peningkatan kualitas pos UKK, baikdari
pelaksanaan kegiatan maupun keaktifan dari pos UKK yang sudah dibentuk
3. Masih kurangnya dukungan sarana dan prasarana dalam pelaksanaan
pembinaan terkait pos UKK
4. Belum adanya pelaksanaan kegiatan yang terencana dan terprogram dalam
rangka mengimplementasikan Kegiatan Gerakan Pekerja Perempuan Sehat
Produktif (GP2SP)di perusahaan/ tempat kerja, belum ada tim Pembina GP2SP
tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota dan Puskesmas.

- Alternatif Solusi
Upaya yang dilakukan dalam mengatasi hambatan untuk peningkatan kegiatan
kesehatan kerja
1. Membangun sistem pelaporan kesehatan kerja dari Puskesmas,
DinasKesehatan Kabupaten dan Provinsi dengan menggunakan format dan
ketentuan yang sudah ada,selalu berkoordinasi dan membangun komunikasi
yang berkesinambungan dalam hal penyampaian laporan secara teratur dan
tepat waktu.

56 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESMAS DINAS KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2019
2. Melakukan koordinasi secara terus menerus terkait program kesehatan kerja
dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan kerja difasilitas-fasilitas
pelayanan kesehatan yang ada baik kepada petugas/pengelola, pejabat di
Kabupaten/Kota dan Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu
3. Pembinaan/ orientasi terpadu terkait kesehatan kerja untuk mensosialisasikan
pedoman pelaksanaan kegiatan kesehatan kerja dan meningkatkan kapasitas
petugas kesehatan kerja di Kabupaten/Kota dan Provinsi Bengkulu
4. Pembinaan dan pemberi dukungan sarana dan prasarana pada pos UKK
5. Bermitra dengan dunia usaha, swasta dan kelompok pekerja dalam
pelaksananan kesehatan kerja berbasis masyarakat pekerja
6. Pembentukan SK Tim Gerakan Pekerja Perempuan Sehat Produktif (GP2SP) di
Kabupaten/Kota dan Provinsi Bengkulu
7. Melakukan sosialisasi secara khusus tentang kesehatan kerja terhadap pekerja
perempuan di perusahan/ tempat kerja
8. Usulan pemberian dana dekon yag lebih untuk mendukung pelaksanaan
kegiatan kesehatan kerja.
5. Kerjasama lintas program terkait upaya pelaksanaan kesehatan kerja, misalnya
dengan program promosi kesehatan dan program Penyakit Tidak Menular
(PTM) untuk kegiatan pembinaan dan pemeriksaan kesehatan pekerja di pos
UKK.
6. Dukungan pusat terkait buku-buka Pedoman tentang kesehatan kerja sampai ke
Kabupaten/ Kota dalam rangka meningkatkan pengetahuan petugas/ pengelola
program kesehatan kerja di fasilitas pelayanan kesehatan.

C. Persentase Puskesmas yang melaksanakan kegiatan Kesehatan Olahraga pada


Kelompok Masyarakat di Wilayah Kerjanya

TABEL 4.17
PERSENTASE PUSKESMAS YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN KESEHATAN
OLAHRAGA PADA MASYARAKAT DI WILAYAH KERJA
PROVINSI BENGKULU TAHUN 2019
No Kabupaten/Kota Target Realisasi Persentase
(%)
1 Bengkulu 13 13
Selatan 100
2 Rejang Lebong 20 20 100
3 Bengkulu Utara 22 22 100
4 Kaur 16 16 100
5 Seluma 14 14 100
6 Mukomuko 20 20 100
7 Lebong 13 13 100
8 Kepahiang 17 17 100

57 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESMAS DINAS KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2019
9 Bengkulu 21 21
Tengah 100
10 Kota Bengkulu 22 22 100
PROVINSI 179 179 100

Dari table 4.17 di atas, dapat dilihat bahwa persentase puskesmas


yang melaksanakan kesehatan olahraga pada masyarakat di wilayah
kerjanya sudah 100 %.

Grafik 4.21
PERSENTASE PUSKESMAS YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN
KESEHATAN OLAHRAGA PADA MASYARAKAT DI WILAYAH KERJA
PROVINSI BENGKULU TAHUN 2019

Persentase
120 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100
100
80
60
40
20
0

Persentase

Grafik 4.22
PERSENTASE PUSKESMAS YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN
KESEHATAN OLAHRAGA PADA MASYARAKAT DI WILAYAH KERJA
PROVINSI BENGKULU TAHUN 2019

200 179 179

150

100

50

0
Target Realisasi

- Analisa Kegagalan
Ada beberapa faktor yang menjadi hambatan keberhasilan program kesehatan
olahraga bagi anak Sekolah Dasar, yaitu;
1. Belum meratanya jumlah tenaga kesehatan di Dinas Kesehatan/Kota, dimana

58 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESMAS DINAS KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2019
satu orang tenaga kesehatan di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
memegang beberapa program sehingga tidak efektif dalam melaksanakan
atau mengerjakan laporan program
2. Masih kurangnya kerjasama lintas program di Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota terlihat dari data yang tidak sama
3. Tidak adanya dana pendukung program untuk melaksanakan kesehatan
olahraga di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

- Alternatif Solusi
Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan untuk pencapaian kesehatan
olahraga bagi anak Sekolah Dasar;
1. Berkoordinasi ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota terkait penambahan
tenaga kesehatan
2. Berkoordinasi dan memberi motivasi ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
supaya bekerjasama dalam hal pembuatan data dan laporan program terkait
kesehatan olahraga
3. Berkoordinasi dan memberi motivasi ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
supaya bekerjasama dengan lintas sektor dalam pelaksanaan program
kesehatan olahraga

IV. PENYEHATAN LINGKUNGAN

A. Jumlah Desa/ Kelurahan yang melaksanakan STBM (Sanitasi Total Berbasis


Masyarakat)

Desa yang melaksanakan STBM adalah desa/kelurahan yang sudah melakukan


pemicuan, mempunyai tim kerja masyarakat/natural leader, dan telah
mempunyai rencana kerja masyarakat.

59 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESMAS DINAS KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2019
TABEL 4.1
DESA/KELURAHAN YANG MELAKSANAKAN STBM
PROVINSI BENGKULUTAHUN 2019
JUMLAH DESA YANG
NO KABUPATEN/ JUMLAH MELAKSANAKAN
KOTA DESA/KELURAHAN STBM
1 BENGKULU SELATAN 159 138
2 REJANG LEBONG 156 135
3 BENGKULU UTARA 229 223
4 KAUR 195 96
5 SELUMA 199 114
6 MUKOMUKO 152 142
7 KEPAHANG 104 98
8 LEBONG 117 88
9 BENGKULU TENGAH 143 79
10 KOTA BENGKULU 67 67
PROVINSI 1.521 1.180
Sumber data : stbm_indonesia.org,2019

Grafik 4.1
Target dan Realisasi
Indikator Jumlah Desa Yang Melaksanakan STBM Tahun 2019

250 229223
195 199
200
159 156 152142
138 135 143
150 114 117
96 104 98
88 79
100 67 67
50

Jumlah Desa/Kel Jumlah Desa Melaksanakan STBM

60 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESMAS DINAS KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2019
Grafik 4.2
Persentase Desa/Kelurahan yang Melaksanakan STBM
Tahun 2019

120
100 97.38
100 94.24 93.42
86.79 86.54

80 75.21

57.29 55.24
60
49.23

40

20

0
Kota Bengkulu Kepahiang Mukomuko Bengkulu Rejang Lebong Seluma Bengkulu Kaur
Bengkulu Utara Selatan Lebong Tengah

% Desa/Kel Melaksanakan STBM

Pada tahun 2019, target indikator Jumlah desa yang melaksanakan STBM
sebesar 1.521 desa/kelurahan. Realisasi indikator tersebut sebesar 1.180
desa/kelurahan. Capaian kinerja indikator sebesar 77,58 %.

TABEL 4.2
DESA/KELURAHAN OPEN DEFECATION FREE (ODF)
PROVINSI BENGKULU TAHUN 2019

NO KABUPATEN/ JUMLAH JUMLAH


KOTA DESA/KELUR DESA ODF
AHAN
1 BENGKULU SELATAN 159 33
2 REJANG LEBONG 156 42
3 BENGKULU UTARA 229 33
4 KAUR 195 9
5 SELUMA 199 13
6 MUKOMUKO 152 32
7 KEPAHANG 104 6
8 LEBONG 117 30
9 BENGKULU TENGAH 143 12

61 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESMAS DINAS KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2019
10 KOTA BENGKULU 67 29
PROVINSI 1.521 239
Sumber data: : stbm_indonesia.org,2019

Grafik 4.3
Realisasi Persentase Desa/Kelurahan Open Defecation Free (ODF)

50
43.28
45
40
35
30 26.92 25.64
25 21.05 20.75
20 14.41
15
8.39
10 6.53 5.77 4.61
5
0

Persentase Desa/Kelurahan ODF

- Analisa Kegagalan
1. Masih adanya pergantian fasilitator STBM Kabupaten pada pertengahan tahun.
2. Kurangnya pendampingan fasilitator kabupaten terhadap sanitarian dalam
implementasi STBM
3. Kurangnya dukungan/optimalnya penggunaan dana BOK puskesmas untuk
kegiatan STBM
4. Tidak meratanya kapasitas Faskab (SDM) dalam penerapan strategi STBM
5. Belum terbentuknya tim STBM Kabupaten/Provinsi
6. Lemahnya proses up date data oleh sanitarian
7. Sering bermasalahnya server induk di pusat
8. Belum bisanya instalasi web STBM smart untuk sanitarian baru

- Alternatif Solusi
1. Adanya peraturan, perjanjian kerja yang jelas terkait dengan fasilitator STBM
Kabupaten (Faskab)
2. Perlunya kerjasama antara faskab dan sanitarian dalam mengimplementsikan
STBM di desa sasaran
3. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Seksi Kesling lebih aktif dalam

62 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESMAS DINAS KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2019
mengadvokasi Puskesmas terkait dana BOK
4. Meningkatkan pengetahuan fasilitator kabupaten melalui pertemuan yang
membahas capaian dan strategi yang digunakan dalam Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM)
5. Memberikan masukan ke Pusat terkait server induk dan instalasi STBM Smart
bagi petugas Puskesmas yang ganti nomor HP dan petugas yang baru
mendaftar STBM Smart

B. Persentase Sarana Air Minum yang dilakukan Pengawasan


Kualitas air minum adalah kualitas air minum yang memenuhi syarat secara
fisik/kimia/mikrobiologi sesuai dengan peraturan menteri kesehatan nomor
492/Menkes/per.iv/2010. Sedangkan tentang pengawasan kualitas air minum diatur
oleh peraturan menter kesehatan nomor 736/menkes/per/VI/2010 tentang tata laksana
dan pengaasan kualitas air inum, bahwa pengawasan internal dilakukan oleh
penyelenggara air minum komersial dan pengawasan eksternal oleh Dinas kesehatan
Kabupaten/Kota
Pengawasan kualitas air minum adalah penyelenggara air minum yang diawasi
kualitas hasil produksinya secara eksternal oleh Dinas kesehatan
Provinsi/Kabupaten/Kota dan KKP yang dibuktikan dengan jumlah sampel pengujian
kualitas air.
Penyelenggara air minum adalah :
1. PDM/BPAM/PT yang terdaftar di Persatuan Perusahaan air minum seluruh
indonesia (Perpamsi)
2. Sarana Air Minum perpipaan non PDAM
3. Sarana air minum bukan jaringan perpipaan komunal
Cara perhitungan indikator ini adalah jumlah sarana air minum yang diawasi dibagi
dengan jumlah sarana air minum yang ada.

TABEL. 4.3
PENGAWASAN KUALITAS AIR MINUM PADA E MONEV PKAM
TAHUN 2019
No Kabupaten/Kota Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah MS TMS
Sarana di IKL R+S Sampel
1 Bengkulu Selatan 114 114 92 0 0 0
2 Rejang Lebong 190 190 176 0 0 0
3 Bengkulu Utara 147 147 141 0 0 0
4 Kaur 0 0 0 0 0 0
5 Seluma 4 4 4 0 0 0

63 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESMAS DINAS KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2019
6 Mukomuko 508 384 357 0 0 0
7 Lebong 2 0 0 0 0 0
8 Kepahiang 0 0 0 0 0 0
9 Bengkulu Tengah 2 2 2 0 0 0
10 Kota Bengkulu 173 173 167 0 0 0
Jumlah 1.140 1.014 939 0 0 0

Grafik 4.4
PENGAWASAN KUALITAS AIR MINUM TAHUN 2019

167
Kota Bengkulu 173
173
2
Bengkulu Tengah 2
2
0
Kepahiang 0
0
0
Lebong 0
2
357
Mukomuko 384
508
4
Seluma 4
4
0
Kaur 0
0
141
Bengkulu Utara 147
147
176
Rejang Lebong 190
190
92
Bengkulu Selatan 114
114

0 100 200 300 400 500 600

Jumlah R + S Jumlah IKL Jumlah sarana

Grafik 4.5
PRESENTASE SARANA AIR MINUM YANG DILAKUKAN INSPEKSI KESEHATAN
LINGKUNGAN (IKL) TAHUN 2019

120 100 100 100 100 100 100


100 75.6
80
60
40
20 0 0 0
0

Persentase

64 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESMAS DINAS KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2019
Indikator persentase sarana air minum yang dlakukan pengawasan dari grafik di atas
sudah mencapai target yang ditetapkan sebesar 50 %, sedangkan capaiannya
sebesar 67,6%.
- Analisi Kegagalan

1. Masih kurangnya kuantitas dan kualitas petugas puskesmas melakukan inspeksi


kualitas lingkungan sarana air minum
2. Data sarana air minum berbasis elektronik belum optimal dimanfaatkan oleh
petugas kesling
3. Aplikasi e monev PKAM yang baru belum disosialisasikan Pusat ke Provinsi dan
Provinsi ke Kabupaten
4. Seringnya terjadi pergantian petugas, yang sudah dilatih dipindahkan ke
program lain, petugas baru kurang memahami program
5. Sering terjadi gangguan server e monev pkam, sehingga pelaporan belum
optimal
6. Laporan manual dari Kabupaten/Kota belum rutin dikirim ke Provinsi
7. Tahun 2019 tidak ada anggaran APBN dan APBD untuk program PKAM

- Alternatif Solusi
1. Peningkatan kapasitas SDM tenaga kesehatan lingkungan
2. Memberikan penguatan kepada petugas kesehatan lingungan Puskesmas
dalam pengisian laporan e monev
3. Mempelajari manual book terkait e monev PKAM
4. Memberiikan masukan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk tidak
memindah tugaskan petugas yang baru menjadi pengelola program
5. Menegaskan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota untuk mengirimkan laporan
secara rutin dan tepat waktu ke Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu
6. Mengusulkan perencanaan anggaran program pengawasan kualitas air minum

C. Persentase Tempat-Tempat Umum (TTU) yang Memenuhi Syarat Kesehatan

TABEL 4.5
Tempat-Tempat Umum (TTU) yang Memenuhi Syarat Kesehatan
Provinsi Bengkulu
Tahun 2019

NO KABUPATEN/ TARGET REALISASI %


KOTA
1 BENGKULU SELATAN 237 195 82,28
2 REJANG LEBONG 337 256 75,96
3 BENGKULU UTARA 408 380 93,14
65 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESMAS DINAS KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2019
4 KAUR 128 60 46,88
5 SELUMA 281 223 79,36
6 MUKOMUKO 289 251 86,85
7 KEPAHANG 174 69 39,66
8 LEBONG 189 107 56,61
9 BENGKULU TENGAH 186 140 75,27
10 KOTA BENGKULU 321 306 95,33
PROVINSI 2.550 1.987 77,92

Grafik 4. 11
Persentase TTU yang Memenuhi Syarat Kesehatan
Provinsi Bengkulu
Tahun 2019
120
95.33 93.14
100 86.85
82.28 79.36 77.92
75.96 75.27
80
56.61
60 46.88
39.66
40

20

Persentase

Grafik 4.12
Tempat-Tempat Umum (TTU) yang Memenuhi Syarat Kesehatan
Provinsi Bengkulu Tahun 2019

77.92
80
58
60

40

20

Target Indikator Realisasi Indikator

Indikator persentase tempat-tempat umum yang memenuhi syarat sudah


melebihi target, realisasi 77,92 % dari target 2019 sebesar 58 %.

66 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESMAS DINAS KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2019
- Analisa Kegagalan
1. Masih kurangnya koordinasi antar lintas program dan lintas sektor terkait dengan
standar kesehatan dalam pembangunan TTU
2. Masih banyak Kabupaten yang belum mengirimkan laporan secara rutin ke Dinas
Kesehatan Provinsi
3. Belum ada SDM yang telah mengikuti pelatihan TTU
4. Masih banyak sekolah yang belum mendapatkan sosialisasi tentang kesehatan
yang seharusnya diberikan oleh pihak puskesmas atau dinas kesehatan
5. UKS di sekolah belum terlalu diperhatikan karena guru atau tim UKS sekolah tidak
insentif. Kabupaten mengusulkan agar dinas kesehatan bisa memberikan insentif
kepada guru/tm UKS sekolah
6. Masih ada sekolah yang bangunan, kantin sekolah dan tatanan sekolah yang
belum sesuia standar SOP sekolah sehat

- Alternatif Solusi
1. Mengadakan pertemuan antar lintas program dan lintas sektor sehingga dalam
pertemuan dapat dijelaskan terkait program TFU sesuai dengan standar kesehatan
2. Lebih meningkatkan lagi komunikasi antar Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan
Dinas Kesehatan Provinsi
3. Mengirimkan Sumber Daya Manusia (SDM) pemegang program untuk mengikuti
pelatihan TFU
4. Menjalin kemitraan antara pihak sekolah, Puskesmas dan Dinas Kesehatan
sehinggal dapat penjadwalan dan informasi tentang kesehatan dari Dinas
Kesehatan dan Puskesmas bisa disampaikan ke sekolah, dalam hal ini harus
dibuat MoU antara Sekolah dan Puskesmas
5. Pihak Sekolah hendaknya membuat kebijakan dalam hal memberikan insentif untk
guru/tim UKS sekolah karena Dinas Kesehatan bukannya tidak mau memberikan
insentif tetapi Dinas Kesehatan belum mampu untuk memberikan dana untuk
pembiayaan insentif untuk guru/tim UKS sekolah.
6. Pembangunan sekolah yang dananya dari pembangunan sekolah setiap tahunnya
hendaknya langsung disesuaikan dengan SOP bangunan dan pengelolaan kantin
sehat yang mana makanan yang dijual yaitu makanan yang dibuat sendiri dan tidak
menjual minuman yang berwarna.

67 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESMAS DINAS KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2019
Tabel 4.6
PERSENTASE PASAR YANG DI IKL YANG MEMENUHI SYARAT KESEHATAN
PROVINSI BENGKULU TAHUN 2019

No Kabupaten/Kota Pasar
IKL MS Persentase
Jumlah Jumlah %
1 Rejang Lebong 4 1 25
2 Bengkulu Tengah 4 1 25
3 Kaur 1 0 0
4 Mukomuko 4 1 25
5 Bengkulu Utara 2 0 0
6 Kepahiang 2 1 50
7 Lebong 1 0 0
8 Seluma 11 1 9,1
9 Bengkulu Selatan 12 0 0
10 Kota Bengkulu 10 1 10
Provinsi 51 6 11,76

Dari 51 pasar yang dilakuka Inspeksi kesehatan lingkungan, 11,76 % sudah


memenuhi syarat kesehatan.

Grafik 4.13
PERSENTASE PASAR YANG DI IKL YANG MEMENUHI SYARAT KESEHATAN
PROVINSI BENGKULU TAHUN 2019

60
50
50

40

30 25 25 25

20
10 9.09
10
0 0 0 0
0

Persentase

68 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESMAS DINAS KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2019
- Analisa kegagalan
1. Kurangnya pertemuan atau koordinasi lintas sektor
2. Kurangnya SDM yang terlatih
3. Kurangnya koordinasi dengan intas sektor terkait tentang kesehatan lingkungan
pasar sehat
4. Masih banyak pedagang yang belum mendapatkan informasi tentang kesehatan
lingkungan pasar/pasar sehat
5. Pembinaan berkaitan pasar sehat/kesehatan lingkungan pasar belum optimal

- Alternatif solusi
1. Adanya dukungan untuk pelaksanaan pertemuan atau rapat koordinasi antar
lintas sektor
2. Adanya dukungan untuk pelaksanaan pelathan SDM tentang pasar
3. Meningkatkan koordinasi atau rapat terhadap pedagang agar pedagang
mendapatkan informasi tentang kesehatan lingkungan pasar/pasar sehat
4. Meningkatkan koordinasi dengan lintas sektor terkait tentang pasar sehat
5. Mengoptimalkan pembinaan berkaitan pasar sehat/kesling pasar

D. Persentase RS yang melakukan Pengelolaan Limbah Medis sesuai Standar


Program pengawasan limbah dan radiasi bagian dari program di Seksi
Kesehatan Lingkungan dengan ruang lingkup kegiatan pengawasan, pemantauan,
evaluasi dan pelaporan bahan berbahaya dan beracun dari fasilitas pelayanan
kesehatan (fasyankes). Adapun fasilitas kesehatan tersebut terdiri dari Rumah Sakit,
Puskesmas dan Klinik Kesehatan. Pelaksanaan Program Pengawasan Limbah dan
Radiasi harus terlaksana secara berkesinambungan antara Pengawasan/Pembinaan
Tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota, Pemantauan dan Pelaporan. Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3) diatur dalam Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup pada pasal 60
setiap orang dilarang untuk melakukan pembuangan/dumping limbah dan/atau bahan
ke media lingkungan hidup tanpa izin. Oleh sebab itu, limbah yang dihasilkan wajib
diolah oleh penghasil limbah B3 dan dapat bekerjasama dengan pihak lain dalam
pengelolaan limbah medis (pasal 59), dan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan No. P.56 Tahun 2015 tentang Tata Cara dan Persyaratan teknis
Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun dari fasilitas pelayanan kesehatan.
Pengelolaan limbah B3 wajib dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Hal itu diperlukan sebagai salah satu cara untuk melindungi lingkungan
hidup agar terus lestari dan dapat dimanfaatkan oleh generasi berikutnya. Sehingga
tercipta keadilan untuk lingkungan dan generasi berikutnya.

69 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESMAS DINAS KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2019
Kegiatan program limbah dan radiasi seksi kesehatan lingkungan kesjaor
Dinas Kesehatan Provinsi Bnegkulu tahun 2019 adalah :
1. Pengawasan dan pembinaan Rumah Sakit
Jumlah Rumah Sakit yang dilaksanakan pengawasan sebanyak 18 Rumah Sakit
dengan rincian pada tabel 4.7 sebagai berikut :

Tabel 4.7
RUMAH SAKIT YANG DILAKSANAKAN PENGAWASAN
PROVINSI BENGKULU
TAHUN 2019

No Kabupaten/Kota Jumlah RS Persentase


RS yang
diawasi
1 Bengkulu Selatan 2 1 50,00 %
2 Rejang Lebong 2 1 50,00 %
3 Bengkulu Utara 4 1 25,00 %
4 Kaur 1 1 100,00 %
5 Seluma 1 1 100,00 %
6 Mukomuko 2 1 50,00 %
7 Lebong 1 1 100,00 %
8 Kepahiang 1 1 100,00 %
9 Bengkulu Tengah 1 1 100,00 %
10 Kota Bengkulu 9 9 100,00 %
PROVINSI 24 18 75,00 %

Dari tabel 4.7 Jumlah Rumah Sakit se Provinsi Bengkulu sebanyak 24 Rumah Sakit,
yang telah dilaksanakan Pengawasan sebanyak 18 Rumah Sakit (75,00 %) dan yang
belum dilaksanakan pengawasan sebanyak 6 RS (25,00 %) yaitu : RS.Asy Syifa
Bengkulu Selatan, Rumkitban Curup, RSIA Al-Barra Mukomuko, RS. Hana Caritas
Bengkulu Utara, RS. Lagita Bengkulu Utara, RS. Enggano Bengkulu Utara.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No 07 Tahun 2019 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit bahwa pengawasan harus dilaksanakan minimal
1 kali dalam setahun setiap Rumah Sakit.
Grafik 4.14
RUMAH SAKIT YANG DILAKSANAKAN PENGAWASAN
PROVINSI BENGKULU
TAHUN 2019
24
25
20 18

15
10
5
0
Jumlah Rumah Sakit RS yang diawasi

Jumlah Rumah Sakit RS yang diawasi

70 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESMAS DINAS KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2019
2. Fasyankes yang melaksanakan Pelaporan secara Elektronik Monitoring dan Evaluasi
(e-monev) Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3) berbasis online:
a. Rumah Sakit
1). Rumah Sakit yang sudah melaksanakan pelaporan secara elekronik (e-monev)
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun adalah pada tabel 48 berikut:

Tabel 4.8
RUMAH SAKIT YANG SUDAH MELAKSANAKAN PELAPORAN SECARA E LEKTRONIK
PROVINSI BENGKULU
TAHUN 2019

No Kabupaten/Kota Jumlah RS e- Persentase


RS monev
1 Bengkulu Selatan 2 2 100 %
2 Rejang Lebong 2 2 100 %
3 Bengkulu Utara 4 4 100 %
4 Kaur 1 1 100 %
5 Seluma 1 1 100 %
6 Mukomuko 2 2 100 %
7 Lebong 1 1 100 %
8 Kepahiang 1 1 100 %
9 Bengkulu Tengah 1 1 100 %
10 Kota Bengkulu 9 8 88,90 %
PROVINSI 24 23 95,83 %

Dari Tabel 4.8 Rumah Sakit yang melaksanakan Pelaporan secara elekronik (e-
monev) sudah mencapai 95,83%, karena 1 RS di Kota Bengkulu baru beroperasional
pada bulan oktober 2019 (RS. Swasta Gading Medika) dan belum dapat
menyampaikan data limbahnya secara triwulan. Secara kuantitas sudah melaporkan
kegiatan pengelolaan limbah secara online, tetapi secara kaulitatif laporan masih di
temukan kesalahan perhitungan volume limbah per kg/hari dalam tiga bulan terakhir,
sehingga mempengaruhi data jumlah timbulan limbah medis yang ada di Provini
Bengkulu, baik limbah padat maupun limbah cair, serta pengisian data lainnya, seperti
jumlah tenaga sanitarian, perizinan, dan dokumen lingkungan yang dimiliki.
b. Puskesmas
Jumlah Puskesmas yang melaksanakan pelaporan secara online (e-monev) seperti
tabel 4.6 berikut :

71 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESMAS DINAS KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2019
Tabel 4.9
PUSKESMAS YANG MELAKSANAKAN PELAPORAN SECARA ONLINE
PROVINSI BENGKULU
TAHUN 2019

No Kabupaten/Kota Jumlah PKM PKM e- Persentase (%)


monev
1 Bengkulu Selatan 14 5 35,72
2 Rejang Lebong 21 18 85,71
3 Bengkulu Utara 22 22 100,00
4 Kaur 16 12 75,00
5 Seluma 22 2 9,09
6 Mukomuko 17 17 100,00
7 Lebong 13 7 53,85
8 Kepahiang 14 11 78,57
9 Bengkulu Tengah 20 20 100,00
10 Kota Bengkulu 20 20 100,00
PROVINSI 179 134 74,86

Dari Tabel 4.9 diatas, bahwa Puskesmas yang telah melaksanakan monitoring dan
evaluasi menggunakan elektronik (e-monev) limbah bahan berbahaya dan beracun
(LB3) secara online ke website limbah fasyankes Kementerian Kesehatan dari Januari
– Desember 2019 sebanyak 134 Puskesmas (74,86%) dari jumlah 179 Puskesmas,
Kabupaten terbaik yang telah 100 % adalah Kabupaten Mukomuko 17 PKM
(100,00%), Bengkulu Utara 22 PKM (100,00%), dan Kota sebanyak 20 PKM
(100,00%), Bengkulu Tengah 20 PKM (100,00%), Rejang Lebong 18 PKM
(76,85,71%), Kepahiang 11 PKM (78,57%), Kaur 12 PKM (75,00%), Lebong 7 PKM
(53,85%).Sedangkan Puskesmas e-monev terendah adalah Kabupaten Seluma 2
PKM (9,09 %) dari 22 PKM (90,91%) tidak melaksanakan e-monev dan Kabupaten
Bengkulu Selatan hanya 5 PKM (35,72 %), dan Total yang belum melaksanakan e-
monev Limbah B3 sebanyak 45 PKM (25,14%).
3. Fasyankes yang melaksanakan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
(LB3) sesuai standar

a. Rumah Sakit

TABEL 4.10
JUMLAH RUMAH SAKIT YANG MELAKUKAN PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS PADAT
SESUAI STANDAR PROVINSI BENGKULU TAHUN 2019

No Kabupaten/Kota Jumlah RS RS Melakukan Persentase


Pemilahan (%)
Limbah Padat
sesuai standar
1 Bengkulu Selatan 2 2 100,00
2 Rejang Lebong 2 1 50,00
3 Bengkulu Utara 4 3 75,00

72 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESMAS DINAS KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2019
4 Kaur 1 1 100,00
5 Seluma 1 1 100,00
6 Mukomuko 2 2 100,00
7 Lebong 1 1 100,00
8 Kepahiang 1 1 100,00
9 Bengkulu Tengah 1 1 100,00
10 Kota Bengkulu 9 9 100,00
PROVINSI 24 22 91,67

Dari tabel 4.10 diatas, bahwa berdasarkan hasil laporan monitoring dan evaluasi (e-
monev) dari 24 RS se- Provinsi Bengkulu yang telah melaksanakan Pengolahan
Limbah Medis Padat sesuai standar adalah 22 RS (91,67 %), dan yang belum
melaksanakan pengelolaan limbah sesuai standar adalah Rumkitban Curup
Kabupaten Rejang Lebong dan RS Bergerak Enggano Kabupaten Bengkulu Utara
(8,33%).

TABEL 4.11
JUMLAH RUMAH SAKIT YANG MELAKUKAN PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS CAIR
SESUAI STANDAR PROVINSI BENGKULU TAHUN 2019

No Kabupaten/Kota Jumlah RS Melakukan Persentase


RS Pengolahan Limbah (%)
Cair sesuai standar
1 Bengkulu Selatan 2 2 100,00
2 Rejang Lebong 2 0 00,00
3 Bengkulu Utara 4 3 75,00
4 Kaur 1 1 100,00
5 Seluma 1 1 100,00
6 Mukomuko 2 1 50,00
7 Lebong 1 1 100,00
8 Kepahiang 1 1 100,00
9 Bengkulu Tengah 1 1 100,00
10 Kota Bengkulu 9 9 100,00
PROVINSI 24 20 87,50

Dari tabel 4.11 diatas, bahwa berdasarkan hasil laporan monitoring dan evaluasi (e-
monev) dari 24 RS se- Provinsi Bengkulu yang telah melaksanakan Pengolahan
Limbah Medis Cair sesuai standar adalah 20 RS (83,33%), dan yang belum
melaksanakan pengelolaan limbah sesuai standar sebanyak 4 Rumah Sakit (16,67%)
adalah RSUD Curup dan Rumkitban Curup di Kabupaten Rejang Lebong, RSIA Al-
Barra Kabupaten Mukomuko dan RS Bergerak Enggano Kabupaten Bengkulu Utara.

73 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESMAS DINAS KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2019
b. Puskesmas
TABEL 4.12
JUMLAH PUSKESMAS YANG MELAKUKAN PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS PADAT
SESUAI STANDAR PROVINSI BENGKULU
TAHUN 2019
No Kabupaten/Kota Jumlah PKM Melakukan Pemilahan Persentase
Puskesmas Limbah Padat sesuai standar (%)
1 Bengkulu Selatan 14 0 -
2 Rejang Lebong 21 12 57,14
3 Bengkulu Utara 22 21 95,46
4 Kaur 16 0 -
5 Seluma 22 1 04,55
6 Mukomuko 17 5 29,41
7 Lebong 13 1 07,69
8 Kepahiang 14 0 -
9 Bengkulu Tengah 20 0 -
10 Kota Bengkulu 20 14 70,00
PROVINSI 179 54 30,17

Dari Tabel 4.12 diatas bahwa Jumlah Puskesmas yang melaksanakan Pengelolaan
Limbah Medis Padat sesuai standar (minimal Pemilahan) berdasarkan laporane-
monev LB3 secara online sebanyak 54 PKM (30,17%) dan Puskesmas yang tidak
mengelola limbah Padat sesuai standar sebanyak 125 PKM (69,83%)

TABEL 4.13
JUMLAH PUSKESMAS YANG MELAKUKAN PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS CAIR
SESUAI STANDAR PROVINSI BENGKULU
TAHUN 2019
No Kabupaten/Kota Jumlah PKM Melakukan Pemilahan Persentase
Puskesmas Limbah Cair sesuai standar (%)
1 Bengkulu Selatan 14 0 -
2 Rejang Lebong 21 2 52,38
3 Bengkulu Utara 22 0 -
4 Kaur 16 4 25,00
5 Seluma 22 0 -
6 Mukomuko 17 1 29,41
7 Lebong 13 5 38,46
8 Kepahiang 14 7 64,29
9 Bengkulu Tengah 20 2 -
10 Kota Bengkulu 20 0 -
PROVINSI 179 21 11,73

Dari Tabel 4.13 diatas bahwa Jumlah Puskesmas yang melaksanakan Pengelolaan
Limbah Medis Cair sesuai standar (minimal mempunyai IPAL) berdasarkan laporane-
monev LB3 secara online sebanyak 21 PKM (11,73%) dan Puskesmas yang tidak
melaksanakan pengolahan limbah cair sebanyak 158 PKM (88,27%).

74 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESMAS DINAS KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2019
- ANALISA KEGAGALAN
Dalam pelaksanaan program pengelolaan limbah dan radiasi menemui beberapa
penyebab kegagalan, yaitu:
1. Jumlah tenaga sanitarian Puskesmas di 9 Kabupaten dan 1 Kota belum merata,
termasuk tenaga sanitarian kesehatan lingkungan di Dinas Kesehatan Kabupaten
sebagian besar tugas dan fungsi kesehatan lingkungan masih dijabat oleh tenaga
kesehatan lainnya dengan tupoksi lain dan rangkap, sehinga kegiatan kesehatan
lingkungan di tingkat kecamatan kurang mendapat perhatian penuh bahkan belum
berjalan sesuai peraturan yang berlaku.
2. Kurangnya komitmen pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan tentang pentingnya
penanganan pengelolaan limbah medis di rumah sakit dan puskesmas, sehingga
program kesehatan lingkungan, khususnya pengelolaan limbah medis, baik padat
maupun limbah cair di fasyankes.
3. Masih rendahnya pengetahuan petugas sanitasi rumah sakit dan puskesmas di tingkat
Kabupaten dan Puskesmas/Kecamatan tentang tata cara dan Persyaratan teknis
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3), sehingga pelaksanaan
pengelolaan limbah medis dan/atau limbah B3 belum dilaksanakan sesuai standar
dan peraturan yang berlaku.
4. Belum pernah ada sosialisasi dari Dinas Lingkungan Hidup setempat tentang Tata
cara dan Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
(LB3) ke Fasyankes, dan baik ke Rumah Sakit dan Puskesmas , sektor kesehatan,
sehingga pihak-pihak manajemen fasyankes Kabupaten/Kota masih banyak yang
belum mengetahui kebijakan, kewajiban, tata cara dan sanksi jika tidak melaksanakan
pengelolaan limbah medis sesuai peraturan yang berlaku dan masih banyak yang
mengabaikan kewajiban untuk mengolah limbah yang dihasilkan.
5. Tingginya biaya pemusnahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3) oleh
pihak transporter, dan kurang efisiensinya pengangkutan, serta kurangnya jumlah
transporter di wilayah Bengkulu membuat rumah sakit mengeluh, karena pembiayaan
yang dikeluarkan tidak seimbang dengan penghasilan rumah di Rumah Sakit dan
Puskesmas terutama di Kabupaten.

- ANALISA SOLUSINYA
Berdasarkan analisa kegagalan di atas, maka analisa cara solusinya adalah:
1. Seksi Kesling dan Kesjaor Kabupaten/Kota menyampaikan data kekurangan tenaga
sanitarian ke Pemerintah Daerah (Kabupaten/Kota) dengan cara membuat analis
jabatan sanitarian berdasarkan data jumlah fasyankes dan ruang lingkup kesehatan
lingkungan melalui Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.
2. Adanya kebijakan pusat secara tertulis yang disampaikan kepada pimpinan rumah

75 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESMAS DINAS KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2019
sakit dan pimpinan puskesmas, bahwa pengelolaan limbah medis yang dihasilkan
harus dibebankan kepada anggaran masing-masing RS/Puskesmas yang
bersangkutan berdasarkan perundang-undangan, dan diberi peringatan tertulis bagi
pimpinan fasyankes yang tdak bersedia melaksanakan pengelolaan limbah medisnya
sesuai standar
3. Peserta pertemuan koordinasi/orientasi pengelolaan limbah medis di
prioritaskan/diutamakan tenaga sanitarian yang bekerja di kesehatan lingkungan
rumah sakit dan puskesmas, karena terkait manajemen

E. Persentase Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang memenuhi Syarat


Kesehatan
Berdasarkan hasil data yang didapatkan dari 10 kabupaten/kota yang ada di
provinsi Bengkulu yang didapati dari aplikasi E-Monev HSP dimana data tersebut
setelah diolah terlihat seperti pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.4
LAPORAN PROFIL NOVEMBER
TEMPAT PENGELOLAAN MAKAN (TPM) MENURUT STATUS HIGIENE SANITASI
PROVINSI BENGKULU
TAHUN 2019

TPM MEMENUHI SYARAT HIGIENE SANITASI TPM TIDAK MEMENUHI SYARAT HIGIENE SANITASI
JUMLAH RUMAH DEPOT AIR SENTRA RUMAH DEPOT AIR SENTRA
NO Kabupaten/Kota MAKANAN KANTIN KANTIN MAKANAN KANTIN KANTIN
TPM JASA BOGA MAKAN/ MINUM MAKANAN TOTAL % JASA BOGA MAKAN/ MINUM MAKANAN TOTAL %
JAJANAN SEKOLAH INSTITUSI JAJANAN SEKOLAH INSTITUSI
RESTORAN (DAM) JAJANAN RESTORAN (DAM) JAJANAN

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

1 BENGKULU SELATAN 152 0 3 15 33 0 0 0 51 34 2 39 17 38 4 1 0 101 66


2 REJANG LEBONG 320 0 4 2 2 0 0 1 9 3 4 95 38 134 2 2 36 311 97
3 BENGKULU UTARA 203 0 0 15 23 0 15 0 53 26 12 23 65 6 1 2 41 150 74
4 KAUR 76 0 1 6 3 0 0 1 11 14 4 22 16 5 1 0 17 65 86
5 SELUMA 63 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 18 35 8 0 0 2 63 100
6 MUKO-MUKO 541 2 58 92 135 1 12 34 334 62 13 28 6 41 1 9 109 207 38
7 LEBONG 100 0 0 1 3 0 0 0 4 4 4 29 33 15 1 2 12 96 96
8 KEPAHIANG 48 0 5 4 10 0 0 0 19 40 2 9 4 9 0 5 0 29 60
9 BENGKULU TENGAH 134 5 15 5 6 0 0 9 40 30 9 29 25 6 1 2 22 94 70
10 KOTA BENGKULU 522 3 34 147 55 0 0 0 239 46 12 54 161 47 1 5 3 283 54
JUMLAH (KAB/KOTA) 2159 10 120 287 270 1 27 760 35 62 346 400 309 12 28 1399 65

Dari tabel data TPP diatas untuk kondisi Hasil yang didapatkan dari 10
kabupaten/kota. Data TPP yang memenuhi syarat berdasarkan data yang
diperoleh di tahun 2019 menunjukan sudah mencapai target yaitu 35,2 %
dimana target yang ditentukan pusat untuk tahun 2019 adalah 32 %. Sedangkan
dari data aplikasi E-Monev HSP sampai akhir Tahun 2019 yang tidak memenuhi
syarat pada data 10 kab/kota di provinsi Bengkulu adalah 64,8 %. Dari data di
atas dikarenakan belum optimal dan maksimal petugas puskesmas pemegang
program HSP maupun petugas yang ada di Dinas Kesehatan Kab/kota

76 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESMAS DINAS KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2019
mengupdet data dalam aplikasi dikarekan SDM nya memegang lebih dari satu
program atau merangkap memegang program lain. Penyebab lainnya SDM
kab/kota yang sudah dilatih di tingkat propinsi sering terjadi perpindahan tugas
(mutasi), dan bisa juga dikarenakan tidak tersedianya wifi yang memedai di
kab/kota untuk menunjang program HSP ini.

Data dalam bentuk grafik TPP MS Higiene Sanitasi dan TPP TMS Higiene
Sanitasi berdasarkan 10 kab/kota adalah:

Grafik 4.6

KOTA BENGKULU 55
147
34

BENGKULU TENGAH 6
5
15

KEPAHIANG 10
4
5

LEBONG 3
1
0

MUKO-MUKO 135
92
58

SELUMA 0
0
0

KAUR 3
6
1

BENGKULU UTARA 23
15
0

REJANG LEBONG 2
2
4

BENGKULU SELATAN 33
15
3

0 20 40 60 80 100 120 140 160


1. Biru tua jasa boga 5. Biru Laut Sentra makanan jajanan

2. Merah Hati R.M/Restoran 6. Orenge kantin sekolah

3. Hijau Depot Air Minum 7. Biru Langit kantin institusi


(DAM)

4. Ungu Makanan Jajanan

77 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESMAS DINAS KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2019
Dari grafik di atas bahwa Kabupaten Mukomuko capaian tertinggi urutan
pertama dari jumlah TPP sebanyak 541 yang MS adalah 334 dengan rincian
sebagaiberikut : jasa boga 2, RM/restoran 58, DAM 92, makanan jajanan 135,
sentra makanan jajanan 1, kantin sekolah 12 dan kantin institusi 34. Urutan
kedua adalah Kota Bengkulu dari jumlah TPP sebanyak 522 yang MS adalah
239 dengan rincian sebagai berikut : jasa boga 3, RM/restoran 34, DAM 147 dan
makanan jajanan 55.
Kabupaten yang terendah pertama adalah Rejang Lebong 320 dari jumlah TPP
sebanyak 9 yang MS adalah : Rm/restoran 4, DAM 2, makanan jajanan 2 dan
kantin institusi 1. urutan kedua adalah kabupaten Lebong jumlah TPP sebanyak
100 yang MS adalah 4 dengan rincian sebagai berikut DAM 1 dan makanan
jajanan 3.

Grafik 4.7

TPP TIDAK MEMENUHI SYARAT HIGIENE SANITASI

180
160
140
120
100
80
60
40
20
0

Dari grafik 4.7 TPP TMS higiene sanitasi diatas kabupaten yang tertinggi
pertama adalah Rejang Lebong 320 dari jumlah TPP sebanyak 311 yang TMS
dengan rincian sebagai berikut : jasa boga 4, RM/restoran 95, DAM 38,
makanan jajanan 134, sentra makanan jajanan 2, kantin sekolah 2 dan kantin
institusi 36. Urutan kedua terbanyak kota bengkulu 522 dari jumlah TPP
sebanyak 283 yang TMS dengan rincian sebagai berikut : jasa boga 12,
RM/restoran 54, DAM 161, makanan jajanan 47, sentra makanan jajanan 1,
kantin sekolah 5 dan kantin institusi 3
Kabupaten terendah pertama adalah Kepahiang 29 dari jumlah TPP sebanyak
48 yang TMS dengan rincian sebagai berikut : jasa boga 2, RM/restoran 9,
DAM 4, makanan jajanan 9 dan kantin sekolah 5 terendah ke dua adalah
Seluma 63 dari jumlah TPP sebanyak 63 yang TMS dengan rincian sebagai
berikut : RM/restoran 18, DAM 34, makanan jajanan 8 dan kantin institusi 2

78 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESMAS DINAS KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2019
Grafik dari aplikasi E-Monev HSP se Provinsi Bengkulu adalah sebagai berikut:

Grafik 4.8

Dari data keseluruhan dari 34 provinsi yang ada di Indonesia berdasarkan hasil
rekapan pusat sampai akhir bulan ini maka Bengkulu berada pada urutan ke 22
di atas Propinsi Kalimantan Selatan dan di bawa Propinsi Sumatra Barat. Ini
dikarenakan selain sering ada gangguan aplikasi sinyal aplikasi E-Monev
dikarenakan tidak semua wilayah puskesmas bisa menangkap sinyal dengan
baik. Penyebab lain karena SDM di wilayah puskesmas terbatas disebabkan
mereka memegang lebih dari satu program sehingga perlu adanya penambahan
SDM. Kurangnya juga pengawasan dan pemantauan yang dilakukan oleh pihak
pemegang program HSP di Dinas Kesehatan 10 kab/kota.

79 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESMAS DINAS KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2019
Grafik 4.9

1. KLB (Kejadian Luar Biasa) Keracunan Pangan


Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air baik
yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukan sebagaimakanan atau
minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan
baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan ,
pengolahan dan atau pembuatan makanan atau minuman.
Keracuanan pangan adalah seseorang yang menderita sakit dengan gejala dan
tanda keracunan yang disebabkan karena mengkonsumsi pangan yang diduga
mengandung cemaran biologi atau kimia
KLB keracunan pangan adalah suatu kejadian dimana terdapat dua orang atau
lebih yang menderita sakit dengan gejala yang sama atau hampir sama setelah
mengkonsumsi pangan, dan berdasarkan analisis epidemiologi, pangan tersebut
terbukti sebagai sumber keracunan.

80 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESMAS DINAS KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2019
LAPORAN KLB KERACUNAN PANGAN PROVINSI BENGKULU 2018
NO KABUP KECA KELUR LOKUS KLB (v) KETERANGAN (JENIS KEGIATAN)
ATEN MATA AHAN
N
jasab Masakan Pangan Pangan jajanan Pangan Dan
oga rumah jajanan Sekolah kemasan lain-
tangga lain
1 Kota Sunga Pasar - V - - - - KLB keracunan “Sambal Hijau”
i Beng resepsi tanggal 15 April 2018 di
Serut kulu kelurahan Belakang Pondok,
Ratu Penur disebabkan kuman bakteri
Samb unan Baccilus Cereus, Salmonella,
an Staphylococus dan Vibrio
Parahaemolitycus. Adapun
gejalanya : mual, muntah, diare
dan pusing Jumlah penderita 239
orang Kasus kejadian jenis
kelamin perempuan 54 %, jenis
kelamin laki-laki 46 %. Diketahui
pengolahan makanan
menggunakan bahan makanan
diolah 2 hari sebelum acara (2x24
jam)

2 Beng Tanju - - V - - - - Kejadian Luar Biasa (KLB)


kulu ng keracunan pangan (cendol) di
Utara Agun desa Lubuk Gading Kecamatan
g Tanjung Agung Palik tanggal 09
Palik – 11 Oktober 2018 . dalam
rangka gotong royong menanam
padi di ladang didesa tgl 09 Okt
2018 berjumlah 131 (Laki2 : 49
orang dan Perempuan : 82 Org).
Kasus lebih banyak perempuan
(52,5%) dibanding laki-laki dan
banyak menyerang usian 31-40
Tahun . Attack Rate keracunan
makanan sebesar 97,03% engan
case fatality Rate 0% Dari gejala
massa inkubasi rata-rata serta
keluhan yang dirasakan penderita
keracunan makanan , penyebab
keracunan ini dicurigai adalah
Parahaemolitycus atau
Staphylococus Aureus

3 Rejan Berm Kamp V Tanggal 24 Oktobr 2018 telah


g ani ung Kejadian Luar Biasa keracuanan
Lebo Ulu Mela pangan di Kelurahan Kampung
ng yu Melayu pada kegiatan sunatan
masal pukul 11.00, dari 50
orang siswa SD yang
mengkonsumsi minuman susu
dalam kemasan Gejala : pusing,
mual dan sakit perut dan dibawa
gurunya ke pusk.kampung
melayu keesokkan harinya tgl 25
Okt 2018 siswa sudah beraktifitas
lagi disekolohan

Untuk KLB keracunan pangan data di tahun 2019 tidak ada laporan tetapi di tahun 2018
ada 3 kab/kota yaitu kota bengkulu kejadiannya di Kecamatan sungai serut dan ratu
samban pada 15 April 2018 korban berasal dari masyarakat umum yang menghadiri acara
pernikahan disebabkan sambal hijau di kelurahan pasar bengkulu dan penurunan, Bengkulu
Utara di kecamatan tanjung agung palik pada 09 – 11 Oktober 2018...korban berasal dari
masyarakat umum yang bergotong royang dikarenakan memakan cendol dan Rejang
lebong kecamatan bermandi ulu di kelurahan kampung melayu 24 Oktobr 2018 dikarenakan
mengkonsumsi susu kemasan dan korbannya adalah anak sekolah dasar dalam kegiatan

81 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESMAS DINAS KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2019
sunatan masal.
Ini dikarenakan masih banyak pengusaha-pengusaha atau pengelola makanan tidak
memahami apa arti pentinya keamanan dalam mengolah makanan agar tidak terjadi
keracunan. Masih banyaknya pengelola atau pengusaha makanan siap saji ataupun
kemasan belum mendapatkan palatihan terkait dengan keamanan penjamah makanan.
Selain itu dikarenakan kurangnya pengawasan dan sosialiosasi dari pihak – pihak terkait
akan pentingnya keamanan dalam penyajian maupun pengolahan makanan.

Grafik 4.10
Target dan Realisasi
Indikator Persentase Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang Memenuhi
Syarat Kesehatan
Tahun 2019

36
35.2
35

34

33
32
32

31

30
Target Indikator Realisasi Indikator

- Analisa penyebab kegagalan


Didalam kegiatan program HSP pendataan dilakukan melalui aplikasi e monev HSP dan
bila dilihat dari data yang ada memang sudah tercapai target yang diinginkan untuk tingkat
nasional 32 % sedangkan capaian provinsi Bengkulu 35 % tetapi belum semua
Kabupaten/Kota melaksanakan secara optimal dikarenakan adanya beberapa kendala
seperti:
1. SDM khususnya tenaga sanitarian yang tidak mencukupi karena satu orang
memegang beberapa program
2. SDM yang sudah dilatih dimutasi sehingga menghambat program yang sedang
berjalan
3. Dalam melakukan input data aplikasi e monev sering mengalami gangguan sinyal
internet
4. Kurangnya dalam melakukan kegiatan pengawasan dan pembinaan baik dari Dinas
Kesehatan Kab/Kota maupun dari penanggungjawab program Puskesmas di wilayah kerja

82 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESMAS DINAS KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2019
masing-masing

- Alternatif solusi
5. Mengupayakan peningkatan /penambahan SDM terutama tenaga sanitarian ditingkat
Kab/Kota sampai tingkat Puskesmas
6. Diharapkan tenaga yang sudah dilatih untuk kurun waktu tertentu tidak dimutasi
sebelum ada penggantinya
7. Diharapkan adanya peningkatan pelatihan atau pertemuan bagi penjamah makanan
atau hygiene sanitasi makanan tingkat Kab/Kota dan Provinsi bagi pengusaha TPM
untuk mempunyai daya ungkit ketercapaian program
8. Adanya pengajuan dana atau pengalokasian dana untuk menunjang kegiatan TPM
dalam penunjangan kegiatan pengawasan dan pembinaan untuk kegiatan pertemuan
bagi penjamah makanan dan peningkatan jaringan wifi

F. JUMLAH KABUPATEN/ KOTA YANG MENYELENGGARAKAN TATANAN


KAWASAN SEHAT

Pelaksanaan Kabupaten/Kota Sehat, diwujudkan dengan menyelenggarakan


semua program yang menjadi permasalahan di daerah secara bertahap dimulai
kegiatan prioritas bagi masyarakat di sejumlah kecamatan pada sejumlah
desa/kelurahan atau bidang usaha yang bersifat sosial ekonomi dan budaya di
kawasan tertentu.
Pelaksanaan Kabupaten/Kota Sehat dilaksanakan dengan mendapatkan
masyarakat sebagai pelaku pembangunan, yaitu melalui pembentukan atau
pemanfaatan Forum Kota atau nama lainnya yang disepakati masyarakat, dengan
dukungan pemerintah daerah dan mendapatkan fasilitasi dari sektor terkait melalui
program yang telah direncanakan daerah. Setiap Kabupaten/Kota menetapkan
kawasan potensial, sebagai “ entry point ”, yang dimulai dengan kegiatan sederhana
yang disepakati masyarakat, kemudian berkembang dalam satu kawasan atau aspek
yang lebih luas.
Kesepakatan tentang pilihan tatanan Kabupaten/Kota sehat dengan kegiatan
yang menjadi pilihan, serta jenis dan besaran indikatornya ditetapkan oleh forum
Kabupaten/Kota Sehat bersama-sama dengan Pemerintah Daerah. Pemerintah
Daerah memfasilitasi kegiatan yang menjadi pilihan masyarakat termasuk penggalian
sumber daya masyarakat yang diperlukan. Program-program yang belum menjadi
pilihan masyarakat diselenggarakan secara rutin oleh masing-masing sektor yang
secara bertahap program-program tersebut disosialisasikan secara intensif kepada
masyarakat dari sektor terkait melalui pertemuan-pertemuan yang diseenggarakan

83 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESMAS DINAS KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2019
oleh Forum Kabupaten/Kota.

TABEL 1.
KABUPATEN / KOTA YANG BELUM MEMBENTUK TIM PEMBINA DAN FORUM KABUPATEN /
KOTA SEHAT TAHUN 2019

NO NAMA TIM PEMBINA


FORUM KKS KETERANGAN
KABUPATEN/KOTA KKS
1 BENGKULU SELATAN ADA ADA Aktif

2 REJANG LEBONG ADA ADA Aktif

3 BENGKULU UTARA BELUM ADA BELUM ADA

4 KAUR BELUM ADA BELUM ADA

5 SELUMA BELUM ADA BELUM ADA

6 MUKO MUKO BELUM ADA BELUM ADA

7 LEBONG ADA ADA Tidakaktif

8 KEPAHIANG ADA ADA TidakAktif

9 BENGKULU TENGAH BELUM ADA BELUM ADA

10 KOTA BENGKULU ADA ADA

Di Provinsi Bengkulu, dari 10 (sepuluh) Kabupaten/Kota yang telah terbentuk


dan telah menyelenggarakan kegiatan Forum Kabupaten/Kota Sehat ada 2 (dua)
Kabupaten dan 1 (satu) Kota yaitu Kabupaten Rejang Lebong, Kabupaten Bengkulu
Selatan dan Kota Bengkulu yang aktif. Sedangkan 2 (dua) Kabupaten yaitu :Kabupaten
Lebong dan Kabupaten Kepahiang yang tidak aktif. Dan sampai kegiatan ini
berlangsung belum juga terbentuk forum Kabupaten Sehat di Kabupaten Mukomuko,
Kabupaten Bengkulu Utara, Kabupaten Seluma, Kabupaten Kaur, dan Kabupaten
Bengkulu Tengah,.

JUMLAH KAB/KOTA YANG MENYELENGGARAKAN KABUPATEN/KOTA SEHAT


Kabupaten/kota yang melaksanakan Kota Sehat adalah Kabupaten/Kota yang
memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dan dikelompokakn berdasarkan kawasan dan
permasalahan khusus.

84 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESMAS DINAS KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2019
TABEL 2 :
KAB/KOTA YANG MELAKSANAKAN KABUPATEN KOTA SEHAT
PROVINSI BENGKULU TAHUN 2019
JUMLAH JUMLAH
KABUPATEN/KOTA KABUPATEN/KOTA
No KABUPATEN/KOTA YANG MELAKSANAKAN
KABUPATEN KOTA
SEHAT
1 BENGKULU SELATAN 1 1
2 REJANG LEBONG 1 1
3 BENGKULU UTARA 1 0
4 KAUR 1 0
5 SELUMA 1 0
6 MUKO MUKO 1 0
7 KEPAHIANG 1 0
8 LEBONG 1 0
9 BENGKULU TENGAH 1 0
10 KOTA BENGKULU 1 1
PROVINSI 10 3

Grafik 1.
Capaian Jumlah Kabupaten Kota yang Menyelenggarakan Kab/Kota Sehat
120

100

80

60
Realisasi
40

20

0
Bengkulu selatan Kota Bengkulu Rejang Lebong Provinsi Bengkulu

PadaTahun 2019, Provinsi Bengkulu menargetkan jumlah Kab/Kota yang


menyelenggarakan Kabupaten Kota Sehat sebanyak 3 kab/kota. Realisasi indicator
adalah sebesar 3 kab/kota.Capaian kinerja indicator untuk Kabupaten/Kota Sehat
Provinsi Bengkulu sudah tercapai yaitu sebesar 100 %.

85 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESMAS DINAS KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2019
Grafik 2.
KAB/KOTA YANG MENERIMA PENGHARGAAN SWASTI SABA TAHUN 2007 SD 2019 DI PROVINSI
BENGKULU

10
2007 : 2009 : 2011 : 2013 : 2015 : 2017 : 2019
Kab. Rejang Kab. Rejang Kab. Rejang 1. Kab. Rejang 1. Kab. Rejang Kota Bengkulu 1.Bengkulu selatan
8 Lebong Lebong Lebong Lebong Lebong 2. Rejang Lebong
2. Kota Bengkulu 2. Kota Bengkulu 3. Kota Bengkulu
6

4
2
2 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0
2007 2009 2011 2013 2015 2017 2019
Padapa Wiwerda Wistara

Pada grafik diatas dapat dilihat bahwa kabupaten/Kota yang menerima


Penghargaan Swasti Saba dari tahun 2015 sampai denganTahun 2019 terjadi
peningkatan. Dan di tahun 2019 ada 3 (tiga) Kabupaten/Kota yang mengikuti verifikasi
penilaian Kabupaten/kota Sehat Tingkat nasional dan mendapatkan 3 (tiga)
Penghargaan Swasti Saba dengan kategori Pada pa untuk Kabupaten Bengkulu
Selatan, kategori Wiwerda untuk Kabupaten Rejang Lebong dan kategori Wistara
untuk Kota Bengkulu. Tahun 2021 di Provinsi Bengkulu menargetkan 6 (enam)
Kabupaten/Kota yang akan mengikuti Verifikasi Penghargaan Kabupaten/Kota Sehat
Tingkat Nasional.
.
- MASALAH/HAMBATAN
1. Masih belum tersosialisasinya Forum Kabupaten/Kota Sehat di Lintas Sektor
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Dari 10 (sepuluh) Kabupaten/Kota yang ada
di Provinsi Bengkulu hanya 4 (empat) Kabupaten yang telah membentuk Forum
Kabupaten/Kota Sehat yaitu: Kota Bengkulu, Kabupaten Rejang Lebong,
Kabupaten Bengkulu Selatan dan Kabupaten Lebong.
2. Masih adanya ego dari lintas sektor terkait bahwa Forum Kabupaten/Kota Sehat
hanya tanggung jawab Dinas Kesehatan, sedangkan untuk mencapai
Kabupaten/Kota Sehat melibatkan banyak Lintas Sektor dan Pemangku
Keputusan dari Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota/Provinsi.
3. Tim Pembina Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat di Provinsi Bengkulu
belum melakukan pembinaan dan koordinasi terhadap Kabupaten/Kota yang
akan mengikuti seleksi/verifikasi dokumen Kabupaten/Kota yang
menyelenggarakan Kabupaten/Kota Sehat.
86 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESMAS DINAS KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2019
4. Verifikasi tahun 2021 diharapkan akan dilakukan secara selektif pada
Kabupaten/Kota yang kemudian diusulkan oleh Provinsi dengan melampirkan
surat pengantar yang ditandatangani oleh Gubernur.

- CARA MENGATASINYA
1. Lintas sektor dapat melakukan Sosialisasi Forum Kabupaten/Kota Sehat
khususnya di Kabupaten :Seluma, Bengkulu Tengah, Bengkulu Utara, Mukomuko
dan Kaur.
2. Forum Kabupaten/Kota Sehat di dalam pelaksanaanya diharapkan menjadi team
kerja yang saling bersinergi dari berbagai Organisasi Perangkat Daerah di
Kabupaten/Kota.
3. Tim Pembina Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat di Provinsi Bengkulu
diharapkan melakukan pembinaan dan koordinasi terhadap Kabupaten/Kota yang
akan mengikuti seleksi/verifikasi dokumen Kabupaten/Kota yang
menyelenggarakan Kabupaten/Kota Sehat sebelum Kabupaten/Kota
menyampaikan Dokumen Kabupaten/Kota Sehat.
4. Tahun 2021 Provinsi Bengkulu menargetkan 6 (enam) Kabupaten/Kota yang
dapat mengikuti Verifikasi Penghargaan Kabupaten/Kota Sehat Tingkat Nasional.

V. PROMOSI KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT


1. Persentase Kabupaten Kota yang Memiliki Kebijakan PHBS

Kabupaten/kota yang memiliki kebijakan yang mendukung PHBS maksudnya


adalah adanya minimal 1 kebijakan baru tiap tahunnya. Kebijakan tersebut dapat
berupa peraturan daerah, peraturan bupati/walikota, instruksi bupati/walikota, surat
keputusan bupati/walikota, surat edaran/himbauan bupati/walikota pada tahun
tersebut yang isinya mendukung program PHBS.
Capaian indikator persentase kabupaten/kota yang memiliki kebijakan PHBS
targetnya adalah 80% dan capaiannya 100%. Kabupaten Bengkulu Utara
mengeluarkan kebijakan publik berwawasan kesehatan terbanyak (8) kebijakan.
Kabupaten Rejang Lebong 4 kebijakan dan Kabupaten Kaur4 kebijakan. Kabupaten
yang tidak mengeluarkan kebijakan PHBS ditahun 2018 adalah Kabupaten Bengkulu
Tengah.

2. Persentase Desa yang memanfaatkan dana Desa untuk UKBM


Banyak desa yang difasilitasi oleh Puskesmas untuk memanfaatkan dana
desa untuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM). Fasilitasi yang
dilakukan Puskesmas adalah advokasi kepada pengambil keputusan (Kepala Desa

87 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESMAS DINAS KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2019
dan tokoh masyarakat); pendamping proses perencanaan; dan monitoring
pelaksanaan kegiatan untuk UKBM yang bersumber dari dana desa. Kegiatan
fasilitasi Puskesmas didanai melalui BOK/DAK Non Fisik maupun sumber lain yang
sah di Puskesmas.
Capaian indikator Persentase desa yang memanfaatkan dana desa untuk
Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM)Provinsi Bengkulu adalah
90,38% melebihi dari target yaitu 50% ditahun 2019. Dengan rincian dari 9
Kabupaten seluruhnya sudah melebihi target.

3. Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSR-nya untuk program kesehatan


Indikator ini berkaitan dengan jumlah dunia usaha yang memiliki MoU
dengan Kementerian Kesehatan/Pemerintah Daerah/Dinas Kesehatan yang
memanfaatkan CSR-nya untuk mendukung upaya promotif preventif bidang
kesehatan.
Target program ini sebesar 20% Dunia Usaha turut andil dalam kegiatan
promotif/preventif dan capaiannya ada 72% dunia usaha turut serta mensukseskan
program promotif dan preventif. Sebagaimana data yang kami peroleh Provinsi
Bengkulu mampu menggandeng 28 dunia usaha, Kabupaten Bengkulu Utara dapat
menggaet 7 dunia usaha, disusul Kabupaten Mukomuko 5 dan Bengkulu Tengah 4
dunia usaha.Masalahnya belum semu kabupaten/kota berhasil mengandeng dunia
usaha turut berpartisipasi. Ada 3kabupaten yang belum berhasil memenuhi target
indicator ini, yaitu: Kepahiang, Lebong dan Kaur.Solusi kedepannya perlu
peningkatan upaya bimtek program CSR dan lebih memfokuskan pada
kabupaten/kota yang belum berhasil.

4. Jumlah organisasi kemasyarakatan yang memanfaatkan sumber dayanya


untuk mendukung kesehatan.
Indikator ini berkaitan dengan jumlah organisasi kemasyarakatan yang telah
memiliki MoU dengan Kementerian Kesehatan/Pemerintah Daerah/Dinas
Kesehatan yang memanfaatkan sumberdayanya untuk mendukung program
kesehatan.Sama halnya dengan capaian program CSR, indicator jumlah ormas
yang memanfaatkan sumber dayanya untuk mendukung program kesehatan juga
melebihi target. Ada 3 Capaian yang melebihi target yaitu Kabupaten Rejang
lebong, Seluma, Bengkulu Utara, dan Provinsi, sementara yang mencapai target
yaitu Kabupaten Kepahiang, Kaur, Benteng, Muko-Muko, dan Kota Bengkulu.
Permasalahannya ada 3 kabupatenyang berhasil menggandeng ormas mendukung
program kesehatan yaitu Lebong dan Bengkulu Utara. Hal ini terkait banyak
petugas promkes belum bisa masuk/bermitra dengan ormas karena kurang kejelian

88 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESMAS DINAS KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2019
dan komunikasi dengan ormas yang ada di wilayahnya. Upaya yang dapat
ditempuh adalah meningkatkan pembinaan ke kabupaten/kota agar meningkatkan
kerjasama dengan ormas dan perlu pertemuan yang dapat memacu terjalinnya
kerjasama dengan ormas ditingkat provinsi maupun kabupaten/kota.

- HAMBATAN DALAM PENCAPAIAN INDIKATOR PROGRAM PROMKES


Capaian indikator program tingkat Provinsi Bengkulu semua tercapai melebihi
target, tetapi beberapa pencapaian indikator hanya didukung oleh beberapa
kabupaten/kota.
Capaian indikator program tingkat kabupaten/kota di beberapa kabupaten/kota
tidak tercapai, hal ini disebabkan :
1. Dukungan anggaran yang masih kurang
2. Adanya mutasi pimpinan
3. Jumlah, kemampuan dan motivasi SDM yang masih kurang dan terbatas

- SOLUSI DALAM PENCAPAIAN INDIKATOR PROGRAM PROMKES


1. Peningkatan pengetahuan dan kemamppuan masyarakat dalam mengenali
dan mengatasi permasalahan kesehatan yang dihadapi;
2. Peningkatan kesadaran masyarakat melalui penggerakkan masyarakat;
3. Penguatan dan peningkatan advokasi kepada pemangku kepentingan
4. Peningkatan kemitraan dan partisipasi lintas sektor, lembaga
kemasyarakatan, organisasi kemasyarakatan, dan swasta
5. Peningkatan pemanfaatan potensi dan sumber daya baik dana, tenaga serta
sosial budaya
6. Pengintegrasian antar program dan/atau kegiatan dan/atau kelembagaan
Pemberdayaan Masyarakat yang sudah ada

B. Realisasi Anggaran

Sumber daya anggaran merupakan unsur utama selain SDM dalam menunjang
pencapaian indikator kinerja. Peranan pembiayaan sangat berpengaruh terhadap
penentuan arah kebijakan dan pelaksanaan kegiatan yang berhubungan dengan upaya
pembangunan Program Kesehatan Masyarakat. Dana Dekonsentrasi ini merupakan
sumber dana terbesar di Bidang Kesehatan Masyarakat sehingga kelancaran implementasi
program sangat bergantung pada dana Dekonsentrasi ini. Lebih terperinci alokasi dan
realisasi anggaran dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 3. Realisasi anggaran Program Kesehatan Masyarakat Tahun 2019

89 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESMAS DINAS KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2019
No Kegiatan Alokasi Realisasi SP2D % Realisasi
SP2D
Pembinaan Gizi
1 Masyarakat 1.752.608.000 1.741.173.500 99,35

Dukungan
Manajemen dan
Pelaksanaan
2 659.082.000 657.574.000 99,77
Tugas Teknis
Lainnya

Pembinaan
Upaya Kesehatan
3 736.071.000 734.591.000 99,80
Kerja dan
Olahraga

Pembinaan
4 Kesehatan 1.183.500.000 1.179.108.000 99,63
Keluarga
Promosi
Kesehatan dan
5 3.205.718.000 3.196.153.350 99,70
Pemberdayaan
Masyarakat
Penyehatan
6 735.635.000 730.545.300 99,31
Lingkungan

TOTAL 8.272.614.000 8.239.145.150 99,59

Sumber Data: Laporan Keuangan Bidang Kesehatan Masyarakat TA 2019

Kesimpulan
1. Indikator kinerja (IK) Bidang Kesehatan Masyarakat terdiri atas 28 indikator di
6 sasaran dimana terdapat 2 indikator yang masih kuning yaitu Persentase
Sarana air minum yang dilakukan pengawasan dengan target 50 % tetapi di
Tahun 2019 baru tercapai 41 %, Persentase ibu hamil yang mendapat Tablet
Tambah Darah (TTD) dengan target 98 % tetapi baru tercapai 86,2 % di Tahun
2019, 2 indikator sudah hijau, dan sisanya 24 indikator sudah biru atau melebihi
target.

2. Ke 28 indikator tersebut dilaksanakan di tingkat Puskesmas, di mana Dinkes


Provinsi Bengkulu berperan sebagai pembinaan untuk memastikan indikator
tersebut berjalan sebagaimana mestinya melalui dukungan dari tahap
perencanaan (Juknis, Juklak, Pedoman), pelaksanaan (sosialisasi,
orientasi, refreshing) dan monitoring evluasi sekaligus pembiayaan.

90 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESMAS DINAS KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2019
3. Analisa keberhasilan indikator terutama adalah ketersediaan data, format
laporan rutin, kejelasan mekanisme pelaporan dan tidak adanya perubahan
indikator.

4. Untuk analisa penghambat, beberapa point yang perlu digaris bawahi adalah
belum adanya sistem pencatatan dan pelaporan terintegrasi satu pintu dan
masih berjalan berdasarkan program masing-masing, selain itu adanya
perubahan perangkat organisasi dan tata kelola berakibat pengelola program
perlu belajar memahami kembali tiap indikator tersebut.

5. Alternatif solusi yang dapat diberikan, antara lain memaksimalkan pembinaan


penyelenggaraan program dan terfokus pada daerah sasaran yang aktif
kepada seluruh pengelola kesehatan di daerah dalam percepatan pencapaian
target indikator program serta memaksimalkan komunikasi aktif baik melalui
media elektronik maupun surat menyurat kepada seluruh pimpinan daerah
dalam rangka implementasi serta monitoring evaluasi data dan pelaporan
tepat waktu.

91 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2019


6.LAMPIRAN

92 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2019


93 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2019
94 | LAPORAN KINERJA BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN 2019

Anda mungkin juga menyukai