KEPERAWATAN KRITIS
NIM : .................................................
2021
1
JUDUL BUKU :
KEPERAWATAN KRITIS
TIM PENYUSUN :
Edisi ke-1
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun tanpa seizin tertulis
dari Tim Keperawatan Kritis Fakultas Ilmu Kesehatan UMP
2
Visi Program Studi
3
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, atas rahmat yang diberikan sehingga
Buku Parktik Keperawatan Kritis ini dapat tersusun. Tak lupa kami ucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan buku
ini.
Buku ini dibuat sebagai pedoman untuk mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto dalam melaksanakan praktek
keperawatan kritis di laboratorium.
Dengan terbitnya buku standar operating procedur ini diharapkan mahasiswa dapat
mengetahui dan mampu melakukan pertolongan pada klien dengan kasus critical care.
Semoga dengan kehadiran buku ini dapat menyumbangkan kemajuan bagi dunia
keperawatan pada umumnya, dan tak lupa sumbang saran kami butuhkan untuk
penyempurnaan buku ini. Terima kasih
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Penyusun :
4
DAFTAR ISI
T-Piece ………………………………………………………………………….. 44
5
TATA TERTIB PENGGUNAAN LABORATORIUM
6
PROSEDUR PENGAMBILAN DARAH ARTERI
Pengertian
Analisa Gas Darah (AGD) atau disebut juga analisa gas darah arteri adalah tes untuk mengukur
jumlah oksigen dan karbon dioksida darah serta keasaman (pH) darah.
Indikasi
1. Ada pembedahan sebelumnya pada are punksi (seperti pemotongan atau pembedahan
arteri femoralis).
2. Pasien sedang menggunakan antikoagulan atau diketahui menderita koagulopati.
3. Infeksi kulit atau kerusakan kulit lainnya (seperti luka bakar) pada tempat punksi.
4. Menurunya sirkulasi kolateral.
5. Aterosklerosis berat.
6. Cedera serius pada ekstremitas.
7. Terapi trombolitik atau direncanakan akan melakukan tindakan serupa.
Persiapan Alat
7
Persiapan Pasien
1. lokasi ini sebaiknya dihindari karena berisiko komplikasi (seperti hematoma atau Memilih
tempat punksi tergantung pada keadaan klinis, seberapa cepatnya sampel dibutuhkan,
dan status sirkulasi pasien. Tempat yang lebih disukai kebanyakan pasien adalah arteri
radialis (Gambar 1).
Tempat kedua tersering adalah arteri brakialis. Arteri femoralis paling sering digunakan
pada pasien dengan penyakit kritis atau cedera, namun hemorrhage, perdarahan lebih
sulit dikontrol).
1. Jika arteri radialis yang dipilih sebagai tempat punksi sebaiknya lakukan pengecekan
sirkulasi kolateral pada tangan dengan melakukan tes Allen. Lakukan hal-hal berikut ini:
Tinggikan tangan dan lengan pasien beberapa detik. Minta pasien membuka dan
mentup kepalan tangannya beberapa kali. Bendunglah arteri radialis dan ulnaris secara
bersamaan sampai tampak pucat. Jika pasien tidak sadar atau tidak kooperatif angkat
tangan lebih tinggi dari level jantung dan tekanlah hingga tampak pucat.
Saat penekanan pada arteri telah dilakukan, mintalah pasien membuka genggaman
dan merileks-kan tangannya.
Lepaslah tekanan pada arteri ulnaris sementara arteri radialis tetap ditekan. Amatilah
dengan seksama tangan dan telapak tangan yang segera memerah, yang
mengindikasikan kepatenan arteri ulnaris. Keseluruhan tangan harus kembali
berwarna dalam 5 – 10 detik. Tangan yang kemerahan dalam 15 detik menunjukkan
sirkulasi kolateral yang adekuat sehingga arteri radialis boleh digunakan untuk punksi
arteri.
8
2. Posisi ekstremitas:
Radialis: Setabilkan pergelangan tangan dengan gulungan handuk kecil. Pergelangan
tangan sebaiknya dorsofleksi 30 derajat.
Brakialis: Tempatkan gulungan handuk kecil di bawah sikut pasien dengan
hiperekstensi sikut. Putarlah pergelangan tangan pasien ke arah luar.
Femoralis: Putarlah tungkai sedikit ke arah luar. Pilih tempat punksi di dekat lipatan
inguinal, sekitar 2 cm di bawah ligamen inguinal.
Langkah-langkah Prosedur
6. Pada pasien cemas lebih baik dilakukan anestesi lokal. Injeksikan 0,2 – 0,3 ml anestesi
subkutan di dekat arteri atau di atas arteri. Lakukan aspirasi sebelum menginjeksikan
anestesi untuk mencegah injeksi ke dalam pembuluh darah. Tunggulah 3 sampai 4 menit
hingga anestesi efektif.
7. Bersihkan kulit dengan larutan antiseptik.
8. Gunakan jari telunjuk yang tidak memegang jarum untuk meraba denyut arteri proksimal
dari tempat punksi. Teknik lainnya adalah membatasi pulsasi arteri dengan dua jari dan
lakukan punksi di antara dua jari itu.
9. Peganglah spuit seperti memegang pensil. Arahkan jarum ke atas siku dan lakukan punksi
pada kulit secara perlahan pada sudut sekitar 45 – 60 derajat pada arteri radialis atau
brakialis (90 derajat pada arteri femoralis). Perhatikan poros jarum sampai darah terlihat.
10. Saat darah tampak, hentikan memasukkan jarum dan biarkan darah masuk dengan leluasa
ke dalam spuit. Darah harus terisi ke dalam spuit tanpa aspirasi, kecuali pasien mengalami
hipotensi berat. Darah arteri seharusnya tampak secara spontan tampak pada poros
jarum. Pada pasien hipotensi berat boleh dilakukan aspirasi ringan untuk mendapatkan
sampel.
9
11. Jika punksi tidak berhasil, kedua dinding arteri mungkin sudah tertembus jarum. Tariklah
jarum perlahan-lahan hingga ujung jarum kembali masuk ke dalam arteri dan darah
mengalir ke dalam spuit. Jika jarum gagal masuk ke dalam arteri dan denyut masih ada,
tariklah jarum dan arahkan kembali pada titik denyut maksimal. Lakukan setidaknya tiga
kali sebelum berhenti dan pindah ke tempat punksi lainnya. Jika mau bisa menggunakan
jarum kupu-kupu (Gambar 3).
Gambar 3. Menggunakan jarum kupu-kupu saat prosedur sulit dilakukan (Reis, n. d.).
12. Tidak adanya denyut biasanya menunjukkan spasme arteri atau terjadi hematoma. Jika ini
terjadi, tarik jarum segera, lakukan penekanan langsung dan pilihlah tempat lainnya.
13. Dapatkan sampel darah 1-2 ml. Angkatlah jarum dari arteri, lakukan penekanan pada
tempat punksi dengan kassa/kapas kering setidaknya 5 menit (lebih lama lagi pada pasien
yang menggunakan antikoagulan dan kelainan pembekuan darah) . Tiga langkah berikut ini
dikerjakan oleh asisten:
Siapkan sampel darah untuk laboratorium dengan membuang gelembung udara ke
luar. Arahkan spuit dan jarum ke atas, dorong gelembung udara keluar pada kapas
kering untuk menyerap tetes darah.
Masukkan jarum ke dalam penutupnya atau angkat jarum dengan penjepit dan tutup
spuit dengan pentup karet. Putarlah spuit dengan perlahan-lahan untuk
mencampurkan heparin dan darah.
Spuit diberi label nama dan suhu tubuh. Peningkatan suhu tubuh akan meningkatkan
tekanan parsial oksigen (PO2) dengan signifikan. Tempatn spuit di dalam es dan segera
bawa ke laboratorium untuk dianalisa.
14. Tempatkan kapas atau kassa steril pada bekas tempat punksi dan diplester. Cek sirkulasi
dan denyut nadi ekstremitas setiap 15 menit.
Pertimbangan Usia
1. Tempat punksi yang lebih disukai pada anak-anak adalah arteri radialis.
2. Arteri brakialis lebih besar daripada arteri radialis, dan karenanya lebih mudah diraba pada
anak-anak.
3. Arteri femoralis sebaiknya digunakan sebagai pilihan ketiga, karena tempat ini memiliki
risiko lebih besar kmplikasi.
10
4. Gunakan jarum kupu-kupu 23- atau 25-G, jarum dan spuit harus berisi heparin.
5. Ambil sekitar 0,5 – 1 ml untuk analisa gas darah, sisanya digunakan untuk tes laboratorium
lainnya jika diperlukan.
Komplikasi
1. Neuropati kompresi dapat terjadi sekunder dari hematoma yang disebabkan oleh punksi
arteri, terutama berisiko pada pasien yang menggunakan antikoagulan.
2. Jika gelembung udara tidak dikeluarkan dari sampel darah, PO2 dapat meningkat dan hasil
tes menjadi tidak akurat.
3. Sampel darah mungkin membeku jika heparin dan darah tidak bercampur dengan adekuat.
4. Spasme arteri atau terjadi hematoma mungkin terjadi karema gangguan sirkulasi pada
ekstermitas, khususnya pada arteri brakialis, karena tidak ada sirkulasi kolateral.
5. Cedera saraf munkin terjadi akibat dari punksi pada saraf secara tak disengaja.
pH 7.35-7.45
11
Pengkajian Cepat Asam – Basa
Contoh-contoh:
12
PENILAIAN PENCAPAIAN KOMPETENSI ASPEK KETERAMPILAN PEMERIKSAAN AGD
NILAI
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT
0 1 2
A. Alat
d. Antiseptik. 1
f. Kassa pembalut. 1
g. Anestesi lokal. 1
2. Mencuci tangan. 1
C. Tahap Orientasi
D. Tahap Kerja
13
NILAI
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT
0 1 2
5. Tempatkan peralatan pada tempat yang mudah dijangkau. 1
14
NILAI
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT
0 1 2
pembekuan darah). Tiga langkah berikut ini dikerjakan oleh
asisten:
E. Tahap Terminasi
1. Merapikan pasien. 1
3 Membereskan alat-alat. 1
4. Mencuci tangan. 1
Total 50
Purwokerto, .....................................
Evaluator
___________________
15
INTUBASI ENDOTRAKEAL ORAL
Indikasi
Untuk menempatkan selang melalui mulut. Rute oral biasanya digunakan untuk pasien-pasien
koma, apneu, sedasi, atau paralisis. Indikasinya sebagai berikut:
Tidak ada indikasikontra absolut untuk intubasi oral, namun prosedur harus dipertimbangkan
dengan hati-hati dan dilakukan apabila pasien dalam keadaan berikut ini:
Perlengkapan
16
Persiapan Pasien
1. Letakkan pasien pada posisi supinasi dengan kepala pada posisi tegap sebab jika tidak
berisiko menimbulkan cedera tulang belakang servikal. Setabilkan kepala secara manual
apabila pergerakan spinalis adalah indikasi kontra.
2. Lakukan hiperventilasi awal dengan oksigen 100% menggunakan sungkup berkantong-
katup (bag-valve-mask).
3. Lakukan monitor jantung dan saturasi oksigen.
4. Berikan sedatif, agen paralitik atau anestesia topikal sesuai yang diresepkan.
5. Lakukan restrain (pembatasan) pada pasien sesuai indikasi untuk mencegah kecelakaan
ekstubasi.
Langkah-langkah Prosedur
17
Pertimbangan Khusus Usia
Intubasi oral adalah metode intubasi yang disukai untuk anak-anak (Manley, 1997).
Komplikasi
1. Intubasi esofagus: Merupakan komplikasi yang serius karena paru-paru pasien tidak akan
dapat melakukan ventilasi dan kemungkinan terjadi distensi lambung. Distensi lambung
meningkatkan risiko muntah dan kemungkinan menurunkan volume tidal.
2. Pergeseran posisi selang: Diperlukan pengkajian ulang yang sering khususnya setelah
pasien mampu bergerak.
3. Kerusakan gigi, mukosa hidung, faring posterior atau laring (tergantung metode
pemasukan selang).
Pendidikan Pasien
1. Memberitahu pasien bahwa mereka tidak akan dapat berbicara selama selang intubasi
terpasang.
2. Memberitahukan pasien bahwa upaya menelan akan membantu mengurangi keterbatasan
pada mulut pasien.
3. Memberitahukan pasien agar tidak memindahkan atau memanipulasi selang dengan cara
apapun.
Gambar 1.Laringoskop diangkat ke atas (lifted up) dan keluar intubator untuk
meluruskan struktur jalan napas (Proehl, 1999).
18
Gambar 2.Setelah korda tervisualisasikan, selang harus di masukkan melewati korda
(Proehl, 1999).
19
PENILAIAN PENCAPAIAN KOMPETENSI ASPEK KETERAMPILAN
Persiapan Pasien 0 1
1 Letakkan pasien pada posisi supinasi dengan kepala pada posisi tegap
sebab jika tidak berisiko menimbulkan cedera tulang belakang servikal.
Setabilkan kepala secara manual apabila pergerakan spinalis adalah
indikasi kontra.
Porsedur Tindakan
20
10 *Visualisasikan epiglotis dan korda vokalis (lihat gambar 2).
11 Jika korda tidak tampak lakukan penekanan pada krikoid (sering disebut
juga manuver Sellick) sehingga memungkinkan glotis menjadi tampak
(Benumof, 1996). Manuver ini diakukan dengan menempatkan jari
telunjuk dan jempol pada membran krikoid dan melakukan penekanan di
belakang krikoid (posterior pressure) untuk menyumbat esofagus.
Manuver Sellick mungkin juga dilakukan untuk mencegah aspirasi karena
emesis dengan menyumbat esofagus selama intubasi (Sellick, 1961).
14 Angkat stilet.
1 = Dilakukan sempurna
21
PULSE OXIMETRY
INDIKASI
Untuk monitor saturasi oksigen dengan cepat dan non invasive pada pasien dengan resiko
hipoksemia. Digunakan saturasi oksigen arteri dengan pulsa oximetri dibandingkan analisa gas
darah. Hasil yang didapatkan dari analisa gas darah dan pembacaan oximetri mungkin akan
berbeda tergantung alat yang digunakan dan keadaan pasien.
Tidak ada kontraindikasi mutlak untuk pulse oximetri, tetapi ada beberapa keadaan yang data
yang kurang akurat. (Baker et al,. 1988)
PERALATAN
22
PERSIAPAN PASIEN
Hapuskan cat kuku bila mungkin, karena warna cat kuku mempengaruhi penilaian. Bila cat
kuku tak bisa dihapus dengan cepat, dan oksimeter tak dapat mendeteksi Spo2 dengan akurat,
cobalah untuk menempelkan sensor di sisi jari. Teknik ini berguna untuk pasien yang berkuku
panjang.
LANGKAH PROSEDUR
1. Pilih sensor yang sesuai dengan ukuran pasien dan tempat penempelan.
2. Tempel sensor pada lokasi. Pembacaan yang akurat bergantung pada pemasangan sensor
pada posisi yang tepat. Sensor terdiri merah dan sumber inframerah dan detector cahaya.
Untuk mendapatkan pembacaan yang tepat , penting untuk untuk menempatkan 2 sumber
cahaya langsung berlawanan dengan dengan fotodetektor.
3. Bila belum berhasil, nilai ulang :
a. sirkulasi di ekstremitas, kapilari refill, warna dan suhu.
b. Posisi sensor baik dari sumber cahaya melalui dasar pulsasi arteri dan ke sensor.
c. Sumber cahaya dalam ruangan
d. Noda atau darah pada sensor pada sumber cahaya atau pada foto detektor.
e. Gerakan pasien.
4. Pilihan pemecahan masalah
a. Ganti lokasi, jenis sensor atau keduanya. Pada keadaan aliran rendah, pindahkan pulse
oksimetri pada daerah yang memiliki perfusi lebih baik seperti telinga dan hidung,
untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
b. Reposisi sensor untuk meyakinkan bahwa sumber cahaya berlawanan dengan
fotodetektor.
c. Kurangi cahaya luar dengan mematikan sumber cahaya eksternal, tutuplah tirai, atau
tutplah sensor dengan kain atau selimut.
d. Ganti probe dengan yang baru (disposible) atau bersihkan probe (nondisposible)
5. Bila pembacaan oximetri tidak sesuai dengan keadaan klinis, nilai pulsa dari atas atau
melingkar dan bandingkan dengan pembacaan pulse pada oximeter. Bila berbeda, ulangi
langkah 4 a- d atau lakukan analisa gas darah.
23
PERTIMBANGAN UMUR
1. Pulse oximetri ditempatkan pada seluruh tangan dan kaki pada bayi kecil.
2. Pulsaoximetri adalah akurat adanya HbFetal.
KOMPLIKASI
EDUKASI PASIEN
Tahanlah ekstremitas saat sensor ditempatkan selama mingkin untuk mendapatkan hasil yang
tepat.
24
TERAPI OKSIGEN
Pengertian
Terapi oksigen adalah memasukkan oksigen tambahan dari luar ke paru melalui saluran
pernafasan dengan menggunakan alat sesuai kebutuhan. ( Standar Pelayanan Keperawatan di
ICU, Dep.Kes. RI, 2005 )
Terapi oksigen adalah pemberian oksigen dengan konsentrasi yang lebih tinggi dari yang
ditemukan dalam atmosfir lingkungan. Pada ketinggian air laut konsentrasi oksigen dalam
ruangan adalah 21 %, ( Brunner & Suddarth,2001 )
1. Klien dengan kadar oksigen arteri rendah dari hasil analisa gas darah.
2. Klien dengan peningkatan kerja nafas, dimana tubuh berespon terhadap keadaan
hipoksemia melalui peningkatan laju dan dalamnya pernafasan serta adanya kerja otot-
otot tambahan pernafasan.
3. Klien dengan peningkatan kerja miokard, dimana jantung berusaha untuk mengatasi
gangguan oksigen melalui peningkatan laju pompa jantung yang adekuat.
1. Humidifier harus steril dan selalu terisi aquades yang juga steril, sebatas garis bertuliskan
“batas aqua” dan harus diganti / dibersihkan tiap hari, bila aqua steril hendak
ditambahkan, sisa aquades sebelumnya harus dibuang terlebih dahulu.
2. Kalau perlu menggunakan humidifier dingin sekali pakai (Aquapak), yang terbukti selama
pemakaian 58 hari tidak terjadi pertumbuhan kuman.
3. Awasi atau batasi pengunjung. Hindari kontak dengan orang yang menderita infeksi
saluran nafas atas.
4. Turunkan faktor risiko nosokomial melalui cuci tangan yang tepat pada semua perawat.
5. Gunakan alat terapi oksigen sekali pakai, dan bila harus menggunakan yang reuse, harus
disteril terlebih dahulu. Satu alat untuk satu pasien.
6. Pertahankan hidrasi adekuat dan nutrisi. Dorong cairan 2500 ml/hari (dewasa) dalam
toleransi jantung.
25
7. Berikan isolasi pernafasan bila diindikasikan. Tergantung pada diagnosis khusus pasien
memerlukan perlindungan dari orang lain atau harus mencegah transmisi infeksi ke orang
lain.
8. Khusus pada ventilator yang dipakai dalam jangka waktu lama, humidifier dan sirkuit harus
diganti dan disteril maksimal tiap 3 hari.
a. Kateter Nasal
Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan oksigen secara kontinyu
dengan aliran 1 – 6 liter/mnt dengan konsentrasi 24% - 44%. Lebih jarang digunakan
dari pada kanul nasal. Prosedur pemasangan kateter ini meliputi insersi kateter
oksigen ke dalam hidung sampai naso faring. Persentase oksigen yang mencapai paru-
paru beragam sesuai kedalaman dan frekuensi pernafasan, terutama jika mukosa nasal
membengkak atau pada pasien yang bernafas melalui mulut.
26
Keuntungan Kateter Nasal
Pemberian oksigen stabil, klien bebas bergerak, makan dan berbicara, dan
membersihkan mulut, murah dan nyaman serta dapat juga dipakai sebagai kateter
penghisap. Dapat digunakan dalam jangka waktu lama.
Kerugian Kateter Nasal
Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen yang lebih dari 44%, tehnik memasukan
kateter nasal lebih sulit dari pada kanula nasal, nyeri saat kateter melewati nasofaring,
dan mukosa nasal akan mengalami trauma, fiksasi kateter akan memberi tekanan pada
nostril, maka kateter harus diganti tiap 8 jam dan diinsersi kedalam nostril lain, dapat
terjadi distensi lambung, terjadi iritasi selaput lendir nasofaring, aliran dengan lebih
dari 6 liter/mnt dapat menyebabkan nyeri sinus dan mengeringkan mukosa hidung,
serta kateter mudah tersumbat dan tertekuk.
b. Kanul Nasal
Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan oksigen kontinyu dengan
aliran 1 – 6 liter/mnt dengan konsentrasi oksigen sama dengan kateter nasal yaitu 24
% - 44 %. Persentase O2 pasti tergantung ventilasi per menit pasien. Pada pemberian
oksigen dengan nasal kanula jalan nafas harus paten, dapat digunakan pada pasien
dengan pernafasan mulut.
Flows FiO2
• 1 Liter /min : 24 %
• 2 Liter /min : 28 %
• 3 Liter /min : 32 %
• 4 Liter /min : 36 %
• 5 Liter /min : 40 %
• 6 Liter /min : 44 %
Formula : ( Flows x 4 ) + 20 % / 21 %
27
Critical Point :
Mengkaji klien akan kebutuhan oksigen sehingga metode yang diberikan tepat.
Penjelasan terhadap klien tentang tindakan yang akan dilakukan terutama tujuan
dan prosedur.
Membersihan lubang hidung agar oksigen bisa masuk secara maksimal.
Kanul yang digunakan harus diperiksa kepatenannya, jangan sampai tersumbat
atau bocor sehingga oksigen yang masuk sesuai yang diberikan.
Humidifier diberi cairan sesuai dengan ukuran untuk menjaga kelembaban udara
yang masuk.
Flow oksigen yang diberikan harus sesuai dengan advis, maksimal 6 liter/menit.
Berikut tabel pemberian oksigen melalui nasl kanul menurut Hudak 1997 :
Cara memasang selang pada hidung dan fiksasi pada hidung/telinga, jangan
terlalu ketat sehingga psien tetap nyaman dan tidak terjadi iritasi oleh selang
oksigen
Periksa letak ujung kanul tiap 8 jam dan pertahankan humidifier terisi aqua steril
setiap waktu. Untuk memastikan kepatenan kanul dan aliran oksigen, mencegah
inhalasi oksigen tanpa dilembabkan
Observasi hidung, pengeringan mukosa hidung, nyeri sinus, epistaksis dan
permukaan superior kedua telinga klien untuk melihat adanya kerusakan kulit.
Terapi oksigen menyebabkan mukosa nasal mengering, nyeri sinus dan epistaksis.
Tekanan pada telinga akibat selang kanul atau selang elastis menyebabkan iritasi
kulit.
Inspeksi klien untuk melihat apakah gejala yang berhubungan dengan hipoksia
telah hilang. Untuk mengevalusi apakah kekrangan oksigen telah tertangani atau
belum.
Pemberian oksigen stabil dengan volume tidal dan laju pernafasan teratur,
pemasangannya mudah dibandingkan kateter nasal, murah, disposibel, klien bebas
makan, minum, bergerak, berbicara, lebih mudah ditolerir klien dan terasa nyaman.
Dapat digunakan pada pasien dengan pernafasan mulut, bila pasien bernapas melalui
mulut, menyebabkan udara masuk pada waktu inhalasi dan akan mempunyai efek
venturi pada bagian belakang faring sehingga menyebabkan oksigen yang diberikan
melalui kanula hidung terhirup melalui hidung.
Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen lebih dari 44%, suplai oksigen berkurang
bila klien bernafas melalui mulut, mudah lepas karena kedalaman kanul hanya 1/1.5
cm, tidak dapat diberikan pada pasien dengan obstruksi nasal. Kecepatan aliran lebih
dari 4 liter/menit jarang digunakan, sebab pemberian flow rate yang lebih dari 4 liter
tidak akan menambah FiO2, bahkan hanya pemborosan oksigen dan menyebabkan
28
mukosa kering dan mengiritasi selaput lendir. Dapat menyebabkan kerusakan kulit
diatas telinga dan di hidung akibat pemasangan yang terlalu ketat.
c. Simple Mask
Digunakan untuk konsentrasi oksigen rendah sampai sedang. Merupakan alat
pemberian oksigen jangka pendek, kontinyu atau selang seling. Aliran 5 – 8 liter/mnt
dengan konsentrasi oksigen 40 – 60%. Masker ini kontra indikasi pada pasien dengan
retensi karbondioksida karena akan memperburuk retensi. Aliran O2 tidak boleh
kurang dari 5 liter/menit untuk mendorong CO2 keluar dari masker.
FiO2 estimation :
Flows FiO2
5-6 Liter/min : 40 %
6-7 Liter/min : 50 %
7-8 Liter/min : 60 %
Critical Point :
Mengkaji klien akan kebutuhan oksigen sehingga metode yang diberikan tepat.
Penjelasan terhadap klien tentang tindakan yang akan dilakukan terutama tujuan
dan prosedur.
Ukuran masker yang tepat, agar oksigen masuknya efektif.
Membebaskan jalan nafas dengan menghisap sekresi bila perlu, karena syarat
terapi oksigen adalah jalan nafas harus bebas, karena dengan jalan nafas yang
bebas menjamin aliran oksigen lancer.
Humidifier diberi cairan sesuai dengan ukuran untuk menjaga kelembaban udara
yang masuk.
Flow oksigen yang diberikan harus sesuai dengan advis. Aliran yang efektif
diberikan 6 – 8 liter/menit dengan konsentrasi oksigen 40% – 60% .
29
Mengatur tali pengikat sungkup agar menutup rapat dan nyaman jika perlu dengan
kain kasa pada daerah yang tertekan, untuk mencegah kebocoran sungkup,
mencegah iritasi kulit akibat tekanan.
Memasang kapas kering pada daerah yang tertekan sungkup dan tali pengikat
untuk mencegah iritasi kulit.
Konsentrasi oksigen yang diberikan lebih tinggi dari kateter atau kanula nasal, sistem
humidifikasi dapat ditingkatkan melalui pemilihan sungkup berlubang besar, dapat
digunakan dalam pemberian terapi aerosol.
Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen kurang dari 40%, dapat menyebabkan
penumpukan CO2 jika aliran rendah. Menyekap, tidak memungkinkan untuk makan dan
batuk.Bisa terjadi aspirasi bila pasien mntah. Perlu pengikat wajah, dan apabila terlalu
ketat menekan kulit dapat menyebabkan rasa pobia ruang tertutup, pita elastik yang
dapat disesuaikan tersedia untuk menjamin keamanan dan kenyamanan.
6 : 35 %
30
8 : 40 – 50 %
10 – 15 : 60 %
Critical Point :
Mengkaji klien akan kebutuhan oksigen sehingga metode yang diberikan tepat.
Penjelasan terhadap klien tentang tindakan yang akan dilakukan terutama tujuan
dan prosedur.
Ukuran masker yang tepat, agar oksigen masuknya efektif.
Membebaskan jalan nafas dengan menghisap sekresi bila perlu, karena syarat
terapi oksigen adalah jalan nafas harus bebas, karena dengan jalan nafas yang
bebas menjamin aliran oksigen lancer
Humidifier diberi cairan sesuai dengan ukuran untuk menjaga kelembaban udara
yang masuk.
Flow oksigen yang diberikan harus sesuai dengan advis. Aliran yang efektif
diberikan 6 – 10 liter/menit dengan konsentrasi oksigen 50% – 80% .
Mengisi O2 ke dalam kantong dengan cara menutup lubang antara kantong
dengan sungkup minimal 2/3 bagian kantong reservoir. Untuk mencegah kantong
terlipat, menjaga kepatenan sungkup, mencegah penumpukan CO2 yang terlalu
banyak.
Mengikat tali masker O2 dibelakang kepala melewati bagian atas telinga, untuk
menjaga kepatenan sungkup, mencegah iritasi mata.
Memasang kapas kering pada daerah yang tertekan sungkup dan tali pengikat,
untuk mencegah iritasi kulit.
Membersihkan muka pasien tiap 2 jam, observasi terhadap iritasi, muntah,
aspirasi akibat terapi, dan menjaga kenyamanan pasien.
Sungkup dibersihkan/diganti tiap 8 jam, untuk menjaga kepatenan alat,
mencegah infeksi, meningkatkan kenyamanan
31
Kerugian Partial Rebreathing Mask
Konsentrasi oksigen lebih tinggi dari sungkup muka sederhana, tidak mengeringkan
selaput lendir.
FiO2 estimation :
Flows ( lt/mt ) FiO2 ( % )
6 : 55 – 60
8 : 60 – 80
10 : 80 – 90
12 – 15 : 90
32
Critical Point :
Mengkaji klien akan kebutuhan oksigen sehingga metode yang diberikan tepat.
Penjelasan terhadap klien tentang tindakan yang akan dilakukan terutama
tujuan dan prosedur.
Ukuran masker yang tepat, agar oksigen masuknya efektif.
Membebaskan jalan nafas dengan menghisap sekresi bila perlu, karena syarat
terapi oksigen adalah jalan nafas harus bebas, karena dengan jalan nafas yang
bebas menjamin aliran oksigen lancer.
Humidifier diberi cairan sesuai dengan ukuran untuk menjaga kelembaban udara
yang masuk.
Flow oksigen yang diberikan harus sesuai dengan advis. Aliran yang efektif
diberikan 8 – 12 liter/menit dengan konsentrasi oksigen 80% – 100%.
Mengisi O2 kedalam kantong dengan cara menutup lubang antara kantong
dengan sungkup minimal 2/3 bagian kantong reservoir, untuk mencegah
kantong terlipat dan terputar.
Mengikat tali non rebreathing mask dibelakang kepala melewati bagian atas
telinga, untuk mencegah kebocoran sungkup.
Memasang kapas kering pada daerah yang tertekan sungkup dan tali pengikat,
untuk mencegah iritasi kulit.
Muka pasien dibersihkan tiap 2 jam, dan observasi terhadap iritasi, muntah,
aspirasi akibat terapi, serta menjaga kenyamanan pasien.
Sungkup dibersihkan/diganti tiap 8 jam, untuk menjaga kepatenan alat,
mencegah infeksi, meningkatkan kenyamanan
Keuntungan Non Rebreathing Mask
Konsentrasi oksigen yang diperoleh dapat mencapi 90%, tidak mengeringkan selaput
lendir.
a. Venturi Mask
Merupakan metode yang paling akurat dan dapat diandalkan untuk konsentrasi yang
tepat melalui cara non invasif. Masker dibuat sedemikian rupa sehingga
33
memungkinkan aliran udara ruangan bercampur dengan aliran oksigen yang telah
ditetapkan. Masker venturi menerapkan prinsip entrainmen udara (menjebak udara
seperti vakum), yang memberikan aliran udara yang tinggi dengan pengayaan oksigen
terkontrol. Kelebihan gas keluar masker melalui cuff perforasi, membawa gas tersebut
bersama karbondioksida yang dihembuskan. Metode ini memungkinkan konsentrasi
oksigen yang konstan untuk dihirup yang tidak tergantung pada kedalaman dan
kecepatan pernafasan.Diberikan pada pasien hyperkarbia kronik ( CO2 yang tinggi )
seperti PPOK yang terutama tergantung pada kendali hipoksia untuk bernafas, dan
pada pasien hypoksemia sedang sampai berat.
FiO2estimation
Warna dan flows ( liter/menit ) FiO2 ( % )
Biru : 4 : 24
Kuning : 4 – 6 : 28
Putih : 6 - 8 : 31
Hijau : 8 – 10 : 35
Merah muda : 8 – 12 : 40
Oranye :12 : 50
Mengkaji klien akan kebutuhan oksigen sehingga metode yang diberikan tepat,
indikasi diberikan pada pasien dengan tipe ventilasi yang tidak teratur dan pasien
dengan hiperkarbia yang disertai dengan hipoksemia sedang sampai berat.
Penjelasan terhadap klien tentang tindakan yang akan dilakukan terutama tujuan
dan prosedur.
Ukuran masker yang tepat, agar oksigen masuknya efektif.
Membebaskan jalan nafas dengan menghisap sekresi bila perlu, karena syarat
terapi oksigen adalah jalan nafas harus bebas, karena dengan jalan nafas yang
bebas menjamin aliran oksigen lancar.
Humidifier diberi cairan sesuai dengan ukuran untuk menjaga kelembaban udara
yang masuk.
Flow oksigen yang diberikan harus sesuai dengan advis, Aliran yang efektif
diberikan 4 – 8 liter/menit dengan konsentrasi oksigen 24% – 40%.
34
Tidak memungkinkan makan atau batuk, masker harus dilepaskan bila pasien
makan, minum, atau minum obat.
Bila humidifikasi ditambahkan gunakan udara tekan sehingga tidak mengganggu
konsentrasi O2.
35
Kosentrasi oksigen pada pemakaian Bag Valv Mask (BMV)
36
PENILAIAN PENCAPAIAN KOMPETENSI ASPEK KETERAMPILAN
PEMBERIAN OKSIGEN
NILAI
NO ASPEK YANG DINILAI
0 1
TAHAP PRA INTERAKSI
1. Mengecek catatan medik
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat : Kanul nasal, tabung oksigen lengkap, aqua
TAHAP ORIENTASI
4. Memberi salam dan memperkenalkan diri
5. Mengenalkan tujuan dan prosedur tindakan
6. Menyebutkan kontrak waktu
7. Memberi kesempatan bertanya
TAHAP KERJA
8. Mengatur posisi yang nyaman
9. Menghubungkan kanul ke unit oksigen
10. Mengatur kecepatan aliran oksigen sesuai dosis
11. Memasang kanul oksigen ke hidung pasien
12. Mengatur pengikat kanul dan pastikan kanul terikat dengan aman
14. Mengecek kembali kecepatan aliran oksigen pada flowmeter
15. Rapikan alat
TAHAP TERMINASI
16 Mengevaluasi reaksi klien
17 Membuat kontrak selanjutnya
18 Mencuci tangan
19 Mendokumentasikan semua tindakan keperawatan
20 Komunikasi teraupetik
37
ENDOTRACHEAL ATAU TRACHEOSTOMI SUCTIONING
INDIKASI
PERALATAN
1. Portable (mesin yang mudah dibawa ) atau unit wall-continuous dengan regulator
2. Suction canister
38
3. Suction yang menghubungkan pipa.
4. Kateter suction steril dengan lubang kontrol suction intermitten atau system suction
tertutup (lihat bagian teknik alternatif)
5. Sarung tangan steril
6. Wadah/toples steril
7. Air steril atau larutan salin
8. Bag-valve-mask atau anesthesia bag untuk sumber high-flow oxygen
9. Handuk
Pilihan: persiapan secara komersial, peralatan kateter suction disposable jika ada.
PERSIAPAN PASIEN
TAHAPAN PROSEDUR
39
kanul bisa dibersihkan dengan hydrogen peroxyde dan pembersih pipa. Bilas dengan
laritan salin dan kocok, keringkan sebelum dipasangkan ulang. (figure 32-1).
5. Ikatkan kateter untuk menghubungkan pipa. Pegang kateter suction dengan tangan
dominan. Dimana harus steril. Gunakan tangan yang satu untuk mengontrol lubang
suction. Tangan diusahakan untuk selalu bersih.
6. Apakah asisten Anda menghapus pasien dari ventilator atau T-piece dan preoxygenate
pasien dengan oksigen aliran tinggi. Assisten melepaskan pasien dari ventilator atau T-
piece dan berikan preoksigenasi awal dengan oksigen aliran tinggi (konsentrasi 100%)
lewat bag-valve-mask atau anestesi bag selama 1 menit atau setidaknya 6-8 hiperinflasi.
7. Rendam ujung kateter ke dalam larutan salin dan aspirasi kateter dengan sedikit lubricat.
8. Untuk endotracheal suctioning, dianjurkan assisten untuk menstabilisasikan pipa untuk
mencegah banyak gerakan yang berlebihan atau perpindahan pipa.
9. Masukan secara perlahan kateter sampai ujung pipa dan paling depan sampai ditemukan
tahanan. Tarik kateter kembali 1-2 cm. Jangan memasang suction selama pemasangan
awal kateter.
10. Tarik kateter secara perlahan sambil memasang suction intermitten dan memutar kateter
tidal lebih dari 10-15 detik.
11. Anjurkan pasien untuk memberikan hiperventilasi pada pasien dengan oksigen 100%
lewat bag-valve-mask, setelah pemberian oksigen harus diberi 1 menit setelah suctioning
atau sampai adanya tanda kesadaran/pemulihan pasien.
12. Hubungkan kembali ventilator atau T-piece pada pasien,
13. Bilas cateter dan hubungkan pipa dengan mengaspirasi air steril atau larutan salin sampai
pemasangan tube.
14. Ulangi tahap 8-11 jika pengeluaran secret berlebih. Berikan pasien waktu 1 menit untuk
istirahat sebelum mengulang prosedur.
15. Jika dibutuhkan, suction the nares atau oropharynx sebelum membuang kateter dan
sarung tangan.
40
16. Untuk tracheostomy, keringkan dan tempatkan the clean inner canula (figure 32-2).
1. Alat system suction tertutup ditempatkan antara endotracheal atau pipa tracheostomy
dan ventilator atau T-piece untuk membolehkan suctioning tanpa menyela oksigenasi
atau ventilasi. The attached sheathed suction catheter passes through a seal ke dalam
pipa endotracheal dan berhubungan dengan sedikit gangguan fisiologis karena oksigenasi
dapat berlanjut (Johnsons et al, 1994) (gambar 32-3).
2. Pasang pipa suction-terhubung ke ujung yang terbuka dari sistem suction –tertutup dekat
dengan kunci.
3. Tekan katup kontrol suction dan set ukuran suction antara 80 dan 100 mmHg. Jaga the
control valve depressed sampai the desired suction level is set.
41
4. Hubungkan T-piece pada system suction pada pipa ventilator dan kemudian ikatkan T-
piece ke endotracheal atau pipa tracheostomy.
5. Gunakan tangan nondominan untuk menstabilisasikan T-piece dan majukan perlahan
lengan catheter sampai pipa tracheal dengan tangan dominan.
6. Gunakan tangan dominan untuk menggenggam katup kontrol suction. Tekan katup
secara itermitten sambil menarik kateter saction dengan gerakan lurus. Yakinlah untuk
tarikan kateter suction secara komplit untuk mencegah kemacetan atau iritasi pada jalan
nafas.
7. Ulangi suctioning jika dibutuhkan. Bilas kateter suction dengan mencelupkan pada
larutan normal salin atau air sampai irrigation port sampai kateter dan pipa penghubung
bersih. Sebuah system self-sealing dapat mencegah masuknya cairan dari proses
memasukkan tabung trachea.
8. Setelah membersihkan, tutup kateter dengan memutar katup kontrol suction untuk
mengunci posisi atau mengikuti instruksi pada di dalam paket dari pabrik pembuatan.
9. Ulangi prosedur 5-7 jika suctioning tambahan diperlukan. Untuk memberikan
preoksigenasi secara adekuat. Berikan waktu istirahat kurang lebih 1 menit pada pasien
sebelum mengulang prosedur. Untuk mencegah penurunan saturasi, gunakan ventilator
untuk hiperventilasi dan memberikan hiperoksigenasi pasien sebelum dan sesudah
suctioning (Harshbarger et al., 1992).
10. A. 7.0 pipa endotracheal adalah ukuran terkecil yang dapat digunakan pada orang dewasa
dengan system suction tertutup. Kateter Prancis ukuran no. 14 pada awal pengemasan
suction kit akan meninggalkan setengah terbuka pada jalan nafas pada 7.0 pipa
endotracheal, yang dapat mencegah gangguan ventilasi selama suctioning.
1. Hubungkan pipa suction to the open port of the sputum trap. Ikatkan kateter suction ke
ujung sputim trap melalui pipa ekstensi karet lunak (gambar 32-4). Gunakan pengaturan
yang sama seperti yang anda lakukan jika anda mempersiapkan untuk suction.
42
2. Masukan kateter suction dan gunakan teknik suction seperti yang sudah dijelaskan
sebelumnya.
3. Rendam kateter suction dengan kurang lebih 10 ml larutan normal salin dan keluarkan
dan pipa dari sputum trap.
4. Sebagai persiapan untuk pengiriman ke laboratorium, hubungkan dengan ujung pipa karet
ke ujung plastic pada sputum trap.
PERTIMBANGAN USIA
1. Pada bayi dan infant, dalam suctioning dapat menyebabkan atelectasis atau
pneumothorax dari occluding jalan nafas distal. Akibatnya dapat menyebabkan collaps
pada lobus atau segment (Smith-Wenning et al., 1995). Untuk alasan ini, proses
pemasukkan kateter suction melewati ujung pipa endotracheal tidak direkomendasikan.
2. Hiperinflasi dan hiperoksigenasi pada bayi dan anak-anak sebelum suctioning pada
trachea dapat mencegah hipoksia (Smith-Wenning et al., 1995).
3. Untuk mencegah retinopati pada anak-anak dengan usia kurang dari 6 bulan,
pertimbangkan untuk menggunakan oksigen kurang dari 100%, untuk preoksigenasi,
gunakan oksigenasi lebih dari 10-15% untuk pemnjagaan. Seratus persen oksigen sesuai
untuk anak-anak yang berusia lebih dari 6 bulan (Smith-Wenning et al., 1995).
4. Monitor denyut nadi pada anak-anak selama suctioning karena rangsang vagal dapat
menyebabkan bradikardi (American Heart Association [AHA], 1994). Bradikardi biasanya
cepat kembali dengan pemberiam oksigen dan penghentian suctioning.
5. Pilih ukuran kateter yang tepat untuk suctioning yang efektif. Seperti pentunjuk umum.
Gunakan ukuran 14-18 French kateter suction untuk dewasa, ukuran 8-12 French kateter
suction untuk anak-anak, dan ukuran 6-8 French untuk bayi. Ukuran neonatal dan
pediatric juga tersedia kateter suction tertutup.
KOMPLIKASI
1. Suctionig dalan jangka waktu panjang dapat menyebabkan hypoxia atau atelectasis.
2. Hipoksia, hypercarbia, atau merangsang reflek batuk selama endotracheal atau
tracheostomy suctioning meningkatkan volume darah serebral dan tekanan intakranial.
Gunakan peringatan ketika menyediakan perawatan pernafasan pada pasien dengan
cedera kepala dengan membatasi proses suctioning sampai 10 detik dan melakukan tidak
lebih dari 2 kali per suctioning (Kerret al., 1993).
3. Prosedur dapat menyebabkan perasaan sesak nafas pada pasien dan menyebabkan
anxietas.
4. An improper suctioning technique may traumatize the tracheal mucosa.
5. A respiratory tract infection may result from colonization of the airway with bacteria.
6. Aspiration of vomit dapat terjadi jika the tracheal cuff is faulty. Aspirasi post intubasi
7. Dapat dikurangi dengan the advent of low pressure, high-volume cuffs.
8. Suctioning dapan merangsangg respon vagal yang dapat menyebabkan hypotensi atau
bradikardi.
43
9. Pasien yang menerima antikoagulan aatu thrombolytics dapat may have blood-tinged
secretions. Proses suctioning harus dibatasi pada pasien ini.
EDUKASI PASIEN
1. Untuk menurunkan terjadnya kerusakan mukosa at the point (mulut atau hidug) dan at
the tracheal entry area, hindari menyentuh atau menggerakkan endotracheal atau pipa
tracheostomy.
2. Laporkan jika terjadi distress pernafasan.
44
T-PIECE
T-piece biasa disebut sebagai T-piece aerosol nebulizer, tee piece, atau Briggs Adaptor.
INDIKASI
1. Untuk memberikan humidifikasi atau oksigen pada pasien dengan endotracheal atau
tracheostomy tube dan pola bernafas spontan yang mengikuti parameters. (Kacmarek,
1990).
Kapasitas vital/Vital Capacity (VC) > 15 ml/kg
Usaha inspirasi/Inspiratory effort (IE) ≥ 25 mmHg pada kapasitas fungsi
residu/functional residual capacity (FRC)
Volume tidal (VT) > 7-10 ml/kg
Volume ekshalasi permenit (Ve) < 10 L/mnt
1. Pasien yang obtunded tanpa pernafasan spontan atau yang tidak dijumpai parameter
minimal spontan memerlukan alat ventilasi.
2. Temperature aerosol pada pasien pada ujung keliling harus harusd pada temperature
tubuh (pilihan untuk pasien normethermik memerlukan penggunaan term-cepat).
3. Pipa harus di chek dan kering dari kelebhan air yang berlanjut. Perangkap air dapat
dimasukkan dalam lingkaran dan direkomendasikan jika perluasaan penggunaan di
antisipasi. Perangkat air ditempatkan pada daerah yang lebih rendah pada pipa aerosol.
PERALATAN
TAHAPAN PROSEDUR
1. Pasang nebulizer aerosol dan tambahkan 1000 ml air steril jika unit tidak previlled .
2. Isi elemen pemanas ke dalam saluran listrik (jika digunakan).
3. Hubungkan flowmeter ke sumber oksigen dan ikat nebulizer.
4. Set konsentrasi fraksional oksigen dalam inspirasi gas (FlO2) dengan adaptor Ventury pada
nebulizer.
5. Turunkan flowmeter primer sampai 14 L/mnt oksigen. Analisa FiO2 dengan analyzer
oksigen dan label flowmeter dengan pengaturan L/mnt yang tepat. Untuk menjaga aliran
yang adekuat. Tabel 29 dapat digunakan. Selalu pantau flowmeter dengan memberikan
nebulizer pada 14 L/mnt atau lebih dan/atau setel aliran sampai yang diminta FiO2
diperoleh.
45
6. Cek untuk melihat bahwa kabut tampak pada T-piece. Jika kabut tidak tampak, unit
mungkin salah atau nilai aliran tidak cukup tinggi. Ikat T-piece pada pipa endotracheal
atau tracheostomy.
7. Ini sangat penting untuk menjaga sistem aliran tinggi. Jika nilai aliran inspirasi pasien
berlebih output pada nebulizer, aliran yang dihasilkan sedikit akan mengakibatkan dalam
ruang- udara akan naik dan mengurangi FiO2 . Untuk memastikan system aliran-tinggi,
pengaturan ventury jangan diturunkan lebih dari 40%. Beberapa FiO2 lebih besar dari 40
harus dicapai dengan mengalirkan dalam penambahan aliran pada system. Hal ini
menjamin pasien kurang lebih 40 L/mnt dari total aliran. Yakinkan untuk menganailsa
dengan tepat FiO2 setelah pengaturan dan pergantian peralatan.
KOMPLIKASI
1. Penggantian FiO2 dilakukan untuk mengontrol flowmeter yang tidak aman dan menaikkan
bagian penanganan.
2. Aspirasi air jika pipa tidak kering.
46
DAFTAR PUSTAKA
Argyle, B. (1996). Blood gases computer program manual. Alpine UT: Mad Scientist Software.
Retrieved Desember 19, 2006 from http://www.madsci.com/manu/gas_gen.htm.
Horne, M. M., & Swearingen, P. L. (2001). Keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa
(Terjemahan I. N. Dewi & M. Ester). Jakarta: Penerbit EGC
Hudak, Carolin. M. (1996). Critical care nursing : A holistic approach. Philadelphia : Lippincott
Company.
National Association of Emergency Medical Technicians. (1999). PHTLS basic and advance
prehospital trauma life support. Mosby Company. New York
Persons, C. B. (1987). Critical care procedures and protocols: A nursing process approach.
Philadelpia: J. B. Lippincott Company.
Reis, C. E. (n. d.). Radial artery puncture. Noticias Medicas Diarias. Retrieved Desember 19,
2006 from http://www.medstudents.com.br/proced/radial.htm .
Selfridge-Thomas. Judi. (1997). Emegency nursing : an essential guide for patient care.
Philadelpia. W.B. Saunders Company.
47