PELABUHAN KECIL ”
KARYA CHAIRIL ANWAR
Disusun Oleh :
BAYU SAPUTRA
141210018
1
A. Puisi
B. Analisis Stilistika
Karya sastra yang dibahas dalam penelitian ini adalah puisi dengan fokus gaya
bahasa dengan menggunakan teori stilistika. Beberapa konsep teoritis yang
berkaitan dengan penelitian ini akan dideskripsikan sebagai berikut.
1. Style’ Gaya Bahasa
Gaya bahasa adalah cara pemakian bahasa dalam karangan atau bagaimana
seorang pengarang menggunakan sesuatu yang akan dikemukakan, menurut
Abrams (dalam Al-Ma’ruf, 2009: 142). Gaya bahasa dalam karya sastra dipakai
pengarang sebagai sarana retorika dengan mengeksploitasi dan memanipulasi
potensi bahasa. Sarana retorika merupakan sarana kepuitisan yang berupa
muslihat pikiran, menurut Altenberd dan Lewis (dalam Al-Ma’ruf, 2009: 7-9).
2
Gaya bahasa sebagai gejala penggunaan sistem tanda, dapat dipahami bahwa gaya
bahasa pada dasarnya memiliki sejumlah matra hubungan. Matra hubungan
tersebut dapat dikaitkan dengan dunia proses kreatif pengarang, dunia luar yang
dijadikan obyek dan bahan penciptaan, fakta yang terkait dengan aspek internal
kebahasaan itu sendiri, dan dunia penafsiran penanggapnya (Aminuddin, 1995:
54).
Sesuai dengan pengertian stilistika sebagai studi tentang cara pengarang dalam
menggunakan sistem tanda sejalan dengan gagasan yang ingin disampaikan, dari
kompleksitas dan kekayaan unsur pembentuk karya sastra itu yang dijadikan
sasaran kajian hanya pada wujud penggunaan system tandanya (Aminuddin, 1995:
46).
2. Puisi
Secara etimologi, istilah puisi berasal dari bahasa Yunani poeima ‘membuat’ atau
poeisis ‘pembuatan’, dan dalam bahasa Inggris disebut poem atau poetry. Puisis
diartikan “membuat” dan “pembuatan” karena lewat puisi pada dasarnya seorang
telah menciptakan suatu dunia tersendiri, yang mungkin berisi pesan atau
gambaran suasana-suasana tertentu, baik fisik maupun batiniah.
Puisi merupakan karya sastra yang dimana karya sastra itu bersifat imajinatif yang
banyak menggunakan makna kias dan makna lambang (majas). Pengkajian puisi
yang dilakukan untuk menafsirkan sebuah karya sastra nyatanya masih dipandang
remeh oleh sebagian kecil manusiawi, padahal bila kita memikirkan kembali
bahwa tujuan dilakukannya pengkajian puisi merupakan sebagai suatu upaya
3
untuk mengenal lebih jauh tentang makna yang terkandung dalam puisi itu
sendiri. Meskipun demikian, orang tidak dapat memahami puisi secara
sepenuhnya tanpa mengetahui dan menyadari bahwa puisi itu karya estetis yang
bermakna dan mempunyai arti.
3. Teori Stilistika
Ratna (dalam Al-Ma’ruf, 2009: 10) menyatakan, stilistika merupakan ilmu yang
menyelidiki pemakai bahasa dalam karya satra, dengan mempertimbangkan
aspek-aspek keindahannya. Menurut Junus (dalam Al-Ma’ruf, 2009: 11), hakikat
stilistika adalah studi mengenai pemakaian bahasa dalam karya sastra. Stilistika
dipakai sebagai ilmu gabungan, yakni linguistik dan ilmu sastra. Stilistika sebagai
ilmu yang mengkaji penggunaan bahasa dalam karya sastra yang berorientasi
linguistik atau menggunakan parameter linguistik.
B. Hasil Analisis
Bait 1 pengarang menceritakan cinta yang sudah tidak dapat diperoleh lagi.
Pengarang melukiskan gedung, rumah tua, tiang dan temali, kapal, dan perahu
yang tidak bertaut. Benda-benda itu semua mengungkapkan perasaan sedih dan
Kenangan cinta sangat memukul hatinya sehingga hatinya mati setelah orang yang
dicintainya pergi seperti kapal yang tidak berlaut hidupnya tiada berarti.
4
Bait 2 pengarang memfokuskan perhatian pada suasana pelabuhan dan tidak lagi
itu suatu saat membuat hati pengarang dipenuhi harapan untuk terhibur, tapi
hiburan itu musnah, sebab “dan kini tanah air tidur hilang ombak”.
Bait 3 pikiran pengarang lebih dipusatkan pada dirinya dan bukan kepada pantai
dan benda-benda sekeliling pantai itu. Dia merasa ‘ aku sendiri’. Tidak ada lagi
orang yang diharapkan akan menghiburnya itu malah mengucapkan selamat jalan.
Pengarang merasa bahwa sama sekali tidak ada harapan untuk mencapai
sedihnya itu, ternyata dari pantai keempat sedu-sedan tangisnya dapat dirasakan.
kesendirian itu disebabkan oleh kegagalan cintanya dengan Sri Ayati. Bahkan
cintanya.
5
menyebabkan seseorang seolah-olah kehilangan segala-galanya. Cinta yang
dipantulkan oleh kata-kata: gudang, rumah tua, temali, kelam, laut, tidur,
a. Metafora
rumah tua, tiang dan temali’ yang tiada berguna. Harapan pengarang kandas
bagai kapal dan perahu yang tidak melaut karena menghempaskan diri di
pantai saja. Serta kebekuan hati bagai air dan tanah yang tidur dan tidak
bergerak.
b. Personifikasi
Diungkapkan pengarang melalui “rumah tua pada cerita, ada juga kelepak
elang menyinggung muram, desir hari lagi berenang, dan kini tanah dan air
tidur hilang ombak dan sedu penghabisan bisa terdekap”. Lewat kata tersebut
orang yang sedang muram. Hari pun dikatakan pengarang seakan berlari dan
berenang menjauh hingga pengarang bisa memutar balik waktu itu. Pengarang
6
juga berusaha menidurkan tanah air sehingga merasa dalamlah kebekuan hati
c. Sinekdot
d. Hiperbola
Terdapat pada kalimat “dan kini tanah dan air tidur hilang” serta“dari pantai
3. Pencitraan
pada cerita, tiang serta temali, kapal, dan perahu yang tidak berlaut.
4. Tipografi
pada suatu baris dalam puisi masih berlanjut pada baris berikutnya.
Rima akhir setiap bait /ta-ta-ut-ut/ (abab). Ritma berupa ikatan yang
menggunakan frasa/ini kali/ pada bait kedua menggunakan /gerimis/ pada bait
7
DAFTAR PUSTAKA