Anda di halaman 1dari 22

i

EVOLUSI TEORI ORGANISASI

Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Kelompok pada Mata Kuliah

Teori Organisasi Fakultas Tarbiyah Program Studi Manajemen Pendidikan Islam

(MPI) Semester 4

Oleh:

Kelompok I:

SONIA EKA LESTARI

862312019142
SUPRIADI

862312019135

Dosen Pengampuh:

SURAHMAN, S.Pd.I.,M.Pd.I

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BONE

TAHUN AJARAN 2021

i
ii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi, Wabarakatuh

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat-Nya

sehingga makalah “Evolusi Teori Organisasi” ini dapat terselesaikan dengan tepat

waktu. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar

kita, Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus

berupa ajaran agama islam yang sempurna terbesar bagi seluruh alam semesta.
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun tidak lepas dari bantuan orang lain.

Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah

membantu.

Makalah ini disusun guna memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Teori

Organisasi. Mengingat kemampuan yang terbatas, sehingga penyusun menyadari

bahwa penyusunan makalah ini jauh dari sempurna. Untuk itu, penyusun

mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca, guna perbaikan tugas

makalah selanjutnya. Dan akhirnya penyusun berharap semoga makalah ini dapat

bermanfaat bagi penyusun khususnya bagi pembaca pada umumnya.


Wassalamualaikum Warahmatullah Wabarahkatuh

Watampone, 29 Maret 2021

Penyusun

ii
iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

A. Latar Belakang...................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah................................................................................. 2

C. Tujuan Makalah .................................................................................... 2


BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 3

A. Pengembangan Sebuah Kerangka Kerja Teori Organisasi .................. 3

B. Kontribusi Awal Teori Organisasi ........................................................ 4

C. Teoritikus Tipe I (Teori Klasik)........................................................... 6

D. Teoritikus Tipe II (Aliran Neoklasik).................................................. . 9

E. Teoritikus Tipe III (Aliran Kontingensi/Modern)................................ 12

F. Teoritikus Tipe IV (Aliran Post Modern) ............................................. 14

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 15

A. Simpulan ............................................................................................... 15
B. Saran .................................................................................................... 15

DAFTAR RUJUKAN.......................................................................................... 17

iii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Teori organisasi yang ada pada sekarang ini merupakan hasil dari sebuah

proses evolusi. Selama beberapa decade akademisi dan praktisi dari berbagai latar

belakang telah mengkaji organisasi-organisasi. Tema utama dari penilaian

kembali ini adalah bahwa organisasi-organisasi yang ada pada saat ini

mencerminkan suatu pola perkembangan yang kumulatif.

Untuk lebih mudah dalam memahami evolusi organisasi, berikut penulis

kemukakan sebuah ilustrasi tentang perjalanan suatu organisasi besar yang

berkembang beberapa puluh tahun yang lalu dan telah berhasil mempertahankan

hidupnya berdasarkan prinsip-prinsip organisasi yang handal. Perusahaan tersebut

bergerak di bidang jasa pengiriman parsel. United Parcel Service (UPS) telah

menyampaikan paket-paket selama lebih dari delapan puluh tahun. Pada saat ini

perusahaan swasta tersebut berpenghasilan per tahun melebihi $ 8 milyar dengan

mempekerjakan kurang lebih 150.000 orang untuk menangani sekitar delapan

sampai dua belas paket per hari. Kebanyakan dari orang tidak mengetahui banyak

tentang perusahaan tersebut, yang biasa tampak oleh publik adalah banyaknya

truk berwarna coklat tua milik perusahaan tersebut dan kelihatan lucu manakala
bergerak di jalan. Namun truk-truk coklat tua tersebut hanya sebagian dari

identitas sebuah perusahaan yang berjalan lancar, dan oleh para pakar

produktivitas dikatakan sebagai salah satu perusahaan yang paling efisien. UPS

mempunyai lebih dari 1.000 insinyur bidang industri yang menggunakan teknik

time studi untuk menetapkan patokan bagi setiap pekerjaan yang ada di

perusahaan. Misalnya, seorang penyaring (sorter) yang bekerja padat dari 100

buah tempat penyaringan paket diharapkan dapat menangani sekurang-kurangnya

1
2

1.124 paket dalam satu jam dan tidak diizinkan untuk membuat lebih dari satu

kesalahan untuk setiap 2.500 paket. Supir-supir truk mengangkut paket

diperintahkan untuk berjalan ke pintu konsumen dengan kecepatan tiga kaki per

detik, dan hasil kajian rekayasa industrial menetapkan waktu yang diperbolehkan

para sopir untuk 120 stopan yang harus dibuatnya setiap hari. UPS juga

mempunyai lembaran kerja harian yang di dalamnya terdapat penetapan tujuan-

tujuan prestasi kerja serta hasil kerja setiap pegawai dan departement. Saat ini

UPS masih menggunakan berbagai prinsip manajemen yang seperti akan kita

lihat, telah diperkenalkan pada permulaan abad ini oleh Frederick Taylor.

Adapun tujuan dari pembahasan bab ini adalah memberikan gambaran

singkat mengenai kontribusi-kontribusi tersebut serta untuk menunjukan

bagaimana kita sampai pada kondisi seperti saat sekarang ini. Tema utama dari

penilaian kembali ini adalah bahwa organisasi-organisasi yang ada pada saat ini

mencerminkan suatu pola perkembangan yang bersifat akumulatif. Berbagai teori

telah diperkenalkan, dievaluasi, dan diperbaiki dari waktu ke waktu; pandangan-

pandangan baru cenderung mencerminkan keterbatasan-keterbatasan teori-teori

terdahulu.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Pengembangan Sebuah Kerangka Kerja Teori Organisasi?


2. Bagaimana Kontribusi Awal Teori Organisasi?

3. Apa yang dimaksud dengan Teoritikus Tipe I (Teori Klasik)?

4. Apa yang dimaksud dengan Teoritikus Tipe II (Aliran Neoklasik)?

5. Apa yang dimaksud dengan Teoritikus Tipe III (Aliran Modern)?

6. Apa yang dimaksud dengan Teoritikus Tipe IV (Aliran Post Modern)?

C. Tujuan Makalah

2
3

1. Untuk mengetahui Pengembangan Sebuah Kerangka Kerja Teori

Organisasi.

2. Untuk mengetahui Kontribusi Awal Teori Organisasi.

3. Untuk mengetahui Teoritikus Tipe I (Teori Klasik).

4. Untuk mengetahui Teoritikus Tipe II (Aliran Neoklasik).

5. Untuk mengetahui Teoritikus Tipe III (Aliran Modern).

6. Untuk mengetahui Teoritikus Tipe IV (Aliran Post Modern).

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengembangan Sebuah Kerangka Kerja Teori Organisasi

Aktivitas yang sebenarnya dari teori organisasi telah terjadi sejak abad

permulaan ini. Ada beberapa kejadian penting sebelum abad 20. Namun, masalah

yang sebenarnya terletak pada pengembangan sebuah kerangka kerja yang secara

memuaskan dapat memperlihatkan sifat evolusioner dari teori-teori organisasi

temporer.

Ada dua dimensi dasar di dalam evolusi teori organisasi, dan setiap

dimensi mempunyai perspektif dan saling bertentangan. Dimensi pertama

merefleksikan bahwa organisasi itu adalah sistem. Sebelum kurang lebih tahun

1960 teori organisasi cenderung didominasi oleh perspektif sistem tertutup.


Organisasi-organisasi pada dasarnya dipandang berdiri sendiri dan tertutup dari

lingkungannya. Akan tetapi mulai sekitar tahun 1960 teori organisasi secara jelas

mulai menerima perspektif sistem terbuka analisis-analisis yang sebelumnya

hanya berfokus pada karakteristik intern dari organisasi, kemudian berubah

menjadi pendekatan yang menekankan pentingnya organisasi memperhatikan

peristiwa dan proses yang terjadi di lingkungan ekstern.

3
4

Dimensi yang kedua berhubungan dengan hasil-hasil akhir dari stuktur

organisasi. Di sini kita jumpai kembali keadaan yang saling bertentangan.

Perspektif rasional mempertanyakan bahwa stuktur organisasi dirasakan sebagai

alat untuk mencapai tujuan khusus secara efektif. Sebaliknya perspektif sosial

menekankan bahwa stuktur adalah hasil utama dari kekuatan-kekuatan yang

saling bertentangan dari pada pengikut organisasi yang mencari kekuasaan dan

kendali.1

Pendekatan-pendekatan awal terhadap teori organisasi pada abad ini

menganggap bahwa organisasi terhadap mekanis untuk mencapai tujuan. Seperti

yang diperlihatkan oleh United Parcel Service (UPS), perhatian dipusatkan pada

pencapaian efisiensi, didalam fungsi-fungsi intern organisasi, penulis

menggunakan istilah tipe I untuk menggambarkan para teoritikus.

Pada teoritikus tipe 2 beroperasi di bawah asumsi sistem tertutup namun

menekankan hubungan informasi dan motivasi-motivasi non-ekonomis yang

beroperasi di dalam sebuah organisasi. Organisasi tidak bekerja dengan mulus dan

bukan merupakan mesin yang bekerja secara sempurna. Manajemen dapat

merangsang hubungan dan peraturan yang formal dan sebagainya, namun

diciptakan juga pola hubungan status, norma, dan persahabatan informal yang

diciptakan untuk memenuhi kebutuhan sosial dari para anggota organisasi.


Kerasionalan kembali lagi pada tipe 3 pada tahun 1960-an dan awal tahun

1970-an para teoretikus melihat organisasi sebagai alat untuk mencapai tujuan.

Mereka berkonsentrasi pada sasaran teknologi, dan ketidakpastian lingkungan

sebagai variabel-variabel kontingensi utama yang menentukan struktur yang tepat

seharusnya berlaku bagi organisasi. Para teotetikus tipe 3 menyatakan bahwa

struktur yang sesuai dengan variabel-variabel kontingensi akan membantu apa

1
A. Yunus & Wahyudin Hawawi, Teori Organisasi (Majalengka: Universitas
Majalengka, 2013), H. 82-83.

4
5

yang menjadi tujuan organisasi. Sebaliknya, penerapan stuktur yang salah akan

mengancam kelangsungan hidup organisasi.

Akhirnya, pendekatan mutakhir untuk memahami organisasi sangat

dipengaruhi oleh para teoretikus tipe 4. Perspektif sosial digunakan kembali,

namun dalam kerangka kerja sistem terbuka. Hasilnya adalah pandangan bahwa

struktur bukanlah usaha yang rasional dari para manajer untuk menciptakan

struktur yang paling efektif, tetapi merupakan hasil dari suatu pertarungan politis

di antara koalisi-koalisi di dalam organisasi untuk memperoleh control.2

B. Kontribusi Awal Teori Organisasi

Struktur terbaik bagi sebuah organisasi adalah mendukung upaya kerja

yang efektif dan yang meminimalkan kompleksitas. Struktur semacam itu akan

efektif dan efisien. Salah satu model yang paling mampu bertahan dan berhasil

dari struktur semacam itu adalah hierarki sederhana dari Gereja Katholik Roma.

Desainnya yang sederhana dan terdiri dari lima tingkat telah terbukti efektif

selama hampir 2000 tahun. Gereja tersebut sekarang mempunyai lebih dari

400.000 orang iman, namun wewenang pada dasarnya masih terpusat di Roma,

dengan wewenang bergerak ke bawah dari Paus ke ke Kardinal, ke Uskup Agung,

dan akhirnya ke Pastor Paroki.

Kebanyakan dari kita mengenal keuntungan dari pembagian kerja


(division of labor). Kita, misalnya mengetahui bahwa General Motor (GM) dapat

menghasilkan mobil dengan biaya lebih rendah dengan cara memecah pekerjaan

ke dalam sejumlah pekerjaan yang lebih kecil. Dengan memiliki pegawai yang

melaksanakan tugas yang sempit dan sudah dibakukan secara terus menerus,

sementara mobil-mobil bergerak pada lini rakit, maka terjadi penghematan yang

cukup besar dalam proses produksi. Tetapi pengakuan akan adanya keuntungan di

2
A. Yunus & Wahyudin Hawawi, Teori Organisasi, h. 83-84.

5
6

dalam pembagian kerja bukanlah fenomena baru. Meskipun Henry Ford diakui

sebagai orang yang pertama kali menggunakan lini rakit untuk menghasilkan

mobil pada permulaan abad ini, namun keuntungan dari pembagian kerja telah

diakui dan digunakan di Eropa lebih dari dua abad lalu. Adam Smith misalnya

menulis pada tahu 1776 tentang keuntungan ekonomis dari pembagian kerja pada

industri paku. Smith mengatakan bahwa apabila sepuluh orang pekerja masing-

masing melakukan tugas spesialisasi, maka mereka dapat menghasilkan kurang

lebih empat puluh delapan ribu buah paku seharinya.

Namun demikian, ia mengatakan jika masing-masing pekerja bekerja

secara terpisah dan bebas, kesepuluh orang pekerja tersebut dapat dikatakan

beruntung jika dapat membuat dua ratus sepuluh paku seharinya. Smith kemudian

membuat kesimpulan yang sekarang diterima oleh para manajer sebagai suatu

akal sehat, yaitu pembagian kerja dapat menghasilkan efisiensi ekonomis yang

mencolok.

Salah satu kejadian paling penting sebelum abad ke 20 ini, dalam

kaitannya dengan teori organisasi, adalah revolusi industri, dimulai pada abad ke

18 di Inggris, revolusi tersebut menyeberangi Samudera Atlantik dan ke Amerika

pada akhir perang saudara. Revolusi tersebut mempunyai dua elemen utama di

Amerika Serikat; kekuatan mesin telah menggantikan kekuatan manusia secara


cepat, dan pembangunan terusan dan rel kereta api dengan cepat mengubah

metode transportasi. Hasilnya adalah menyebarnya pendirian pabrik. Pabrik-

pabrik besar menggunakan kekuatan uap untuk menjalankan beratus-ratus mesin

secara efisien. Barang-barang jadi kemudian dapat dikirimkan dengan murah

melalui kapal atau kereta api ke seluruh negara. Dampaknya terhadap desain

organisasi menjadi jelas. Pembangunan pabrik membutuhkan penciptaan yang

terus menerus dari struktur-struktur organisasi untuk memungkinkan terjadinya

6
7

proses yang efisien. Pekerjaan harus dirumuskan, arus pekerjaan harus ditetapkan,

departemen diciptakan, dan mekanisme koordinasi dikembangkan. Secara singkat

struktur organisasi yang kompleks harus dirancang.3

C. Teoritikus tipe I (teori klasik)

Teori manajemen klasik dirumuskan oleh: Praktisi (Taylor & Fayol) &

Sosiolog (Weber). Hal-hal yang menjadi kata kunci mereka dalam

mengemukakan teori ini ialah: efisiensi, rasionalitas, kontrol, pertentangan antara

pemilik dan tenaga kerja. Akhirnya, mereka mampu mengembangkan prinsip atau

model universal yang dapat digunakan pada semua keadaan.

1. Frederick taylor dan scientific manajemen

F.W. Taylor (1856-1915) adalah seorang insinyur mesin pada perusahaan

baja di Pennsylvania. Ia mendapatkan gelar Principal of Scientific Management

pada tahun 1911. Dalam bekerja, ia dipengaruhi oleh etika Protestan yakni kerja

keras, rasionalitas, ekonomi, dan individualisme. Frederic mengusulkan empat

prinsip scientific management yang menurutnya akan menghasilkan kenaikan

yang berarti dalam produktifitas:

1) penggantian metode kira-kira untuk menentukan setiap elemen daari

pekerjaan seorang pekerja yang ditentukan secara ilmiah

2) seleksi dan pelatihan pekerja secara ilmiah;


3) kerjasama antara manajemen dan buruh untuk menyelesaikan tujuan

pekerjaan yang sesuai dengan tujuan ilmiah;

4) pembagian yang lebih merata diantara para manajer dan para pekerja. Jika

ditinjau kembali, kita mengakui bahwa Taylor menawarkan fokus yang

terbatas mengenai organisasi. Namun demikian, usaha Taylor ini mampu

mempengaruhi perindustrian Amerika Serikat dan sebagian besar Eropa.

3
A. Yunus & Wahyudin Hawawi, Teori Organisasi, h. 84-86.

7
8

2. Henry fayol dan prinsip organisasi

Fayol adalah seorang manajer perusahaan di Perancis. Teori yang

dikemukakan oleh Henry Fayol ini, beranjak dari pengalamannya yang telah

bertahun-tahun sebagai praktisi eksekutif di perusahaannya. Fayol mencoba

menggambarkan prinsip-prinsip umum yang dapat diaplikasikan pada semua

manajer dari semua tingkatan organisasi dan menjelaskan fungsi-fungsi yang

harus dilakukan oleh semua manajer. Fayol mengusulkan empat belas prinsip

yang menurutnya dapat digunakan secara universal:

a. Pembagian kerja prinsip ini sama dengan “pembagian kerja” adam smith.

Spesialisasi menambah hasil kerja dengan caara membuat para pekerja

lebih efisien.

b. Wewenang manajer harus dapat memberi perintah. Wewenang

memberikan hak ini kepadanya. Tetapi wewenang berjalan seiring

tanggung jawab, jika wewenang digunakan, timbullah tanggung jawab.

c. Disiplin, para pegawai harus menghormati dan menghargai peraturan yang

mengatur organisasi. Displin yang baik merupakan hasil kepemimpinan

yang efektif, suatu saling pengertian yang jelas antara manajemen dan para

pekerja tentang pengaturan organosasi serta penerapan hukum yang adil

bagi yang menyimpang dari peraturan tersebut.


d. Kesatuan komando, pegawai seharusnya menerima perintah hanya darai

seorang atasan.

e. Kesatuan arah, setiap kelompok aktifitas organisasi yang mempunyai

tujuan yang sama harus dipimpin oleh seorang manajer dengan

menggunakan sebuah rencana.

8
9

f. Mendahulukan kepentingan umum diatas kepentingan individu,

kepentingan seorang pegawai atau seorang kelompok, pegawai tidak boleh

mendahulukan kepentingan organisasi keseluruhan.

g. Remunerasi, bekerja sesuai dengan jasa yang mereka berikan.

h. Sentralisasi, ini merujuk kepada sejauhmana para bawahan terlibat dalam

pengambilan keputusan. Apakah pengembalian keputusan itu disentralisasi

(pada manajemen) atau disentralisasi (pada para bawahan) adalah masalah

proporsi yang tepat.

i. Rantai skalar, garis wewenang dari manajemen puncak sampai ketingkat

paling rendah merupakan rantai skalar komunitas yang mengikuti rantai

ini. Tetapi, jika dengan mengikuti rantai tersebut malah tercipta komunitas

silang dapat diijinkan bila disetujui semua pihak.

j. Tata tertib, orang dan bahan harus ditempatkan pada tempat dan waktu

yang tepat.

k. Keadilan, manajer harus selalu baik dan jujur kepada bawahan.

l. Stabilitas masa pekerja para pegawai, perputaran (turn over) pegawai yang

tinggi adalah tidak efisien. Manajemen harus menyediakan perencanaan

personalia yang teratur dan memastikan bahwa untuk mengisi kekosongan

harus selalu ada pengganti m. Inisiatif, pegawai yang diijinkan


menciptakan dan melaksanakan rencana-rencana harus berusaha keras.

n. Esprit de corps, mendorong team spirit akan membangun keselarasan dan

persatuan dalam organisasi.

3. Max weber dan birokrasi

Kontribusi yang ketiga yang dibuat oleh para teoritikus tipe 1 adalah

struktur organisasi “tipe idea”. Weber mengembangkan sebuah model struktural

yang ia katakan sebagai alat yang paling efisien bagi organisasi-organisasi

9
10

tujuannya. Ia menyebut struktural ideal ini sebagai birokrasi. Birokrasi adalah

model yg paling efisien dan efektif untuk organisasi yg mempunyai tingkat

kompleksitas tinggi seperti: perusahaan, pemerintah, dan militer. Max Weber

berpegang pada sebuah konsep yakni Rasional Legal, di mana konsep ini

memberikan penekanan pada Hak untuk melaksanakan berdasarkan kedudukan

yang ditetapkan secara legal. Struktur tersebut dicirikan dengan adanya

pembagian kerja, sebuah hirarki wewenang yang jelas, prosedur seleksi yang

formal, peraturan yang rinci, serta hubungan yang tidak didasarkan atas hubungan

pribadi (impersonal).

4. Ralph C. Davis dan perencanaan rasional

Davis mengatakan bahwa tujuan utama sebuah perusahaan adalah

pelayanan ekonomis. Tidak ada perusahaan yang hidup jika tidak dapat

memberikan niai ekonomis. Nilai ekonomis ini dikembangkan melalui aktivitas

yang dilakukan oleh para anggota nya untuk menciptakan produk atau jasa

organisasi.4

D. Teoritikus tipe II (Aliran Neoklasik)

Aliran klasik memunculkan banyak pertentangan, dan yang paling

menonjol ialah anggapan aliran klasik bahwa manusia itu tidak berubah dalam

berbagai kondisi organisasi ataupun keadaan bekerja. Namun pada praktiknya, hal
yang muncul justru bertentangan dengan pernyataan tersebut, hingga akhirnya

memunculkan pertanyaan “mengapa orang berperilaku berbeda dalam setting

organisasi yang berbeda?”. Dengan berpegang pada teori sosiologi dan psikologi

sosial, para teoritikus membangun teori kedua ini.

Para teoritikus tipe 2 berasumsi dibawah sistem tertutup namun

menekankan hubungan informal dan motivasi-motivasi non ekonomis yang

4
https://www.academia.edu/44570700/Makalah_Evolusi_Teori_Organisasi

10
11

beroperasi dibawah organisasi. Manajemen dapat merancang hubungan dan

peraturan yang formal dan sebagainya, namun diciptakan pula hubungan status,

norma dan persahabatan informal yang diciptakan untuk memenuhi kebutuhan

sosial para anggota organisasi.

Tema utama diantara para teoritikus tipe 2 adalah pengakuan mengenai

sifat sosial dan organisasi. Teoritikus-teoritikus tersebut, yang sering kali disebut

sebagai yang membentuk aliran hubungan antara manusia (human relation

school).

1. Elton Mayo dan kajian hawthorne

Kajian Hawthrone dilaksanakan oleh Western Electronic Company pada

tahun 1921-1927 dan dilanjutkan pada tahun 1930. Kajian ini mencoba

membuktikan pengaruh penerangan pada produktivitas kerja. Hipotesis awalnya,

cahaya mempengaruhi. Namun hasilnya nihil. Maka ditemukanlah bahwa factor

sosial dan psikologi yang berupa penerimaan kelompok dan rasa aman adalah hal-

hal yang mempengaruhi produktivitas kerja. Pada umumnya para ahli manajemen

sepakat bahwa kajian hawthrone memberi dampak dramatis pada arah manajemen

dan teori organisasi. Kajian itu mengantarkan kita ke jaman humanisme

organisasi, para manajer selalu mempertimbangkan akibat terhadap kelompok

kerja, sikap pegawai, dan hubungan para pegawai dan hubungan antara
manajemen dan pegawai. Elton Mayo juga menghasilkan teori perilaku manusia

dalam organisasi. Terdapat 8 perilaku yang ia kemukakan:

1) Organisasi adalah sistem sosial disamping sistem teknis-ekonomis.

2) Individu dimotivasi faktor sosial dan psikologis, disamping motif

ekonomi.

3) Kelompok kerja informal adalah unit yang perlu mendapat perhatian.

11
12

4) Pola kepemimpinan berdasarkan struktur formal kedudukan perlu

pertimbangan faktor psikososial; lebih demokratis.

5) Kepuasan kerja mempengaruhi produktivitas.

6) Saluran komunikasi yg efektif hendaknya dikembangkan dalam

berbagai level dalam hirarki. Berguna untuk pertukaran informasi;

pentingnya partisipasi.

7) Manajemen membutuhkan skill sosial yg efektif, disamping skill teknis.

8) Para anggota organisasi digerakkan oleh terpenuhinya kebutuhan sosio-

psikologis.

2. Chester BaJ.rnand dan sistem kerja sama

Mempersatukan pandangan taylor, fayol, dan weber sebagai hasil kajian

hawthorne membawa kita kepada kesimpulan bahwa organisasi merupakan sistem

kerjasama. Chester lebih menekankan aspek psikologis daripada aspek

teknisekonomis. Ia mencetuskan teori “Organisasi sebagai sistem sosial” yang

merujuk pada kesimpulan yang ia dapatkan dari teori klasik tersebut. Ia berpikir

bahwa Organisasi terdiri dari tugas-tugas yang harus dipertahankan pada suatu

tingkat keseimbangan.

3. Douglas McGregor dan teori X- teori Y

Teori X ada empat asumsi yang dianut oleh para manajer yaitu:
a. Para pegawai pada dasarnya tidak menyukai pekerjaan jika mungkin,

berusaha menghindarinya.

b. Karena pegawai tidak menyukai pekerjaan, maka mereka harus dipaksa,

dikendalikan, atau diancam dengan hukuman untuk mencapai tujuan-

tujuan yang akan diinginkan.

c. Para pegawai akan mengelakan tanggungjawab dan dan mencari

pengarahan yang formal sepanjang hal itu munkin.

12
13

d. Kebanyakan pegawai menempatkan rasa aman diatas faktor lain

berhubungan dengan pekerjaan dan hanya akan memperlihatkan sedikit

ambisi.

Kebalikan dari pandangan yang negative terhadap manusia, McGregor

menempatkan asumsi lain yang disebut teori Y yaitu:

a. Para pegawai dapat melihat pekerjaan sebagai sesuatu yang biasa seperti

halnya istirahat atau bermain.

b. Manusia akan menentukan arahnya sendiri dan mengendalikan diri, jika

mereka merasa terikat kepada tujuan-tujuan.

c. Rata-rata orang dapat belajar untuk menerima, dan juga mencari tanggung

jawab.

d. perspektif sistem terbuka untuk menelaah hubungan yang penting dari

sebuah organisasi dengan lingkungannya, dan perlunya menyesuaikan diri

terhadap lingkungan yang berubah jika mereka ingin bertahan hidup.

4. Warren Bennis dan Birokrasi

Bennis mengatakan bahwa pengambilan keputusan pada birokrasi yang

disentralisasi, kepatuhan kepada wewenang, serta pembagian kerja yang sempit

diganti dengan struktur yang desentralisasi dan demokratis yang diorganisasi

disekitar kelompok yang fleksibel. Pengaruh didasakan atas kekuasaan mulai


diganti dengan pengaruh yang berasalkan dari keahlian. Webber yang

beragumentasi bahwa birokrasi adalah organisasi yang ideal maka Warren Bennis

menyatakan yang sebaliknya-kondisi saat ini menunjukkan bahwa bentuk

organisasi ideal yang fleksibel.

5. Abraham Maslow

Ia mengemukakan beberapa hal mengenai tingkat kebutuhan manusia.

Yakni:

13
14

1) Kebutuhan fisik (makan, pakaian, tempat tinggal).

2) Kebutuhan akan keamanan.

3) Kebutuhan sosial (berkumpul dan bergaul).

4) Kebutuhan pengembangan diri (berkembang dan berkarya.

5) Kebutuhan aktualisasi diri (berbeda dengan manusia lain).5

E. Teoritikus tipe III (Aliran kontingensi/modern)

Inti dari teori kontingensi ini ialah:

1) Suatu organisasi harus berhubungan dengan lingkungannya.

2) Organisasi yg efektif adalah jika struktur. organisasinya mampu

menyesuaikan dengan karakteristik lingkungannya.

3) Adaptabilitas dan fleksibilitas dalam proses pengambilan keputusan.

Pada teoritikus tipe 3, organisasi dilihat sebagai alat untuk mencapai

tujuan. mereka berkonsentrasi pada sasaran, teknologi, dan ketidakpastian

lingkungan sebagai variabel-variabel kontingensi utama yang menentukan

struktur yang tepat yang seharusnya berlaku bagi organisasi.

1. Herbert Simon dan Serangan Prinsip-Prinsip

Herbert menyatakan bahwa teori organisasi perlu melebihi prinsip-prinsip

yang dangkal dan terlalu disederhanakan. Bagi suatu kajian mengenai kondisi

yang dibawahnya dapat diterapkan prinsip-prinsip yang simplistik-baik dalam


keragaman mekanistik maupun humanistik.

2. Perspektif Lingkungan dari Katz dan Kahn

Dalam bukunya, The Social Psychology of Organizations, mereka

memberikan deskripsi yang meyakinkan tentang keunggulan-keunggulan

perspektif sistem terbuka untuk menelaah hubungan yang penting dari sebuah

5
https://zeftaadetya.blogspot.com/2013/10/evolusi-teori-organisasi.html

14
15

organisasi dengan lingkungannya, dan perlunya menyesuaikan diri terhadap

lingkungan yang berubah jika mereka ingin

3. Kasus Teknologi, James Thompson

James Thompson menekankan hubungan antara teknologi, lingkungan,

dan struktur, tidak hanya pada organisasi bisnis saja. James Thompson, telah

memberi alasan yang kuat mengenai pentingya teknologi di dalam menentukan

struktur yang sesuai bagi sebuah organisasi. Seperti halnya di lingkungan tidak

ada diskusi pada masa kini mengenai organisasi yang dapat dikatakan lengkap

tanpa memperhitungkan teknologi dan kebutuhan bagi para manajer untuk

memadukan struktur dan teknologi.

4. J. Woodward

Beranjak dari pengalamannya sendiri, J. Woodward berpendapat bahwa

prinsip yang dibangun aliran klasik kurang berhasil. Maka ia melakukan sebuah

studi mengenai pengaruh teknologi terhadap suatu organisasi. Dari studi itu, ia

menemukan sebuah teori yang mempengaruhi bentuk dari organisasi itu sendiri.

Perbedaan teknologi yang diterapkan oleh suatu organisasi akan memberikan

pengaruh yang sangat besar kepada keahlian manusia. Manusia dituntut untuk

memiliki kelebihan dalam teknologi, yang pada akhirnya akan memberikan

pengaruh kepada perbedaan tuntutan setiap manusia. Dari perbedaan tuntutan


terhadap keahlian manusia ini, akan menimbulkan perbedaan struktur organisasi

yang kemudian akan menentukan ukuran dan kapasitas dari organisasi itu sendiri

di masyarakat.

5. Jay W. Lorsch dan Paul R. Lawrence

Menekankan adanya pengaruh antara lingkungan dengan organisasi. Ia

berpendapat bahwa struktur dari suatu organisasi, harus disesuaikan dengan

15
16

lingkungannya karena dari penyesuaian itu, akan memunculkan diferensiasi

(keanekaragaman jenis tugas dan pekerjaan) dan integrasi (koordinasi internal)

6. Kelompok Aston dan Besaran Organisasi

Selain para pendukung lingkungan dan teknologi, para teoritikus tipe 3

mencakup mereka yang mendukung besaran (size) organisasi sebagai sebuah

faktor penting yang mempengaruhi struktur.

F. Teoritikus tipe IV (Aliran Post Modern)

Pada teoritikus tipe 4, persepektif sosial digunakan kembali, namun dalam

kerangka sistem terbuka. Hasilnya adalah pandangan bahwa struktur bukanlah

merupakan usaha yang rasional dari para manajer untuk menciptakan struktur

yang paling efektif, tetapi merupakan hasil dari suatu pertarungan politis diantara

koalisi-koalisi didalam organisasi untuk memperoleh kontrol.

1. Batas Kognitif Rasionalitas March dan Simon

March dan Simon menentang gagasan klasik mengenai keputusan yang

rasional dan optimum, karena dianggapnya keputusan alternatif juga memberi

kepuasan sendiri, dan model yang diperbaiki ini mengakui keterbatasan

rasionalitas pengambilan keputusan

2. Pfeffer Sebagai Arena Politik

Berdasarkan karya Simon dan March, Pfeffer manciptakan teori organisasi


yang mencakup koalisi kekuasaan, konflik atas tujuan, serta keputusan desain

organisasi yang mendukung kepentingan pribadi dari mereka yang berkuasa. 6

6
https://www.setabasri.com/2010/12/perkembangan-pemikiran-organisasi.html

16
17

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Teori organisasi yang ada pada sekarang ini merupakan hasil dari sebuah

proses evolusi. Selama beberapa decade akademisi dan praktisi dari berbagai latar

belakang telah mengkaji organisasi-organisasi. Tema utama dari penilaian

kembali ini adalah bahwa organisasi-organisasi yang ada pada saat ini

mencerminkan suatu pola perkembangan yang kumulatif.

Ada dua dimensi dasar di dalam evolusi teori organisasi, dan setiap

dimensi mempunyai perspektif dan saling bertentangan. Dimensi pertama

merefleksikan bahwa organisasi itu adalah sistem. Sebelum kurang lebih tahun

1960 teori organisasi cenderung didominasi oleh perspektif sistem tertutup.

Organisasi-organisasi pada dasarnya dipandang berdiri sendiri dan tertutup dari

lingkungannya. Akan tetapi mulai sekitar tahun 1960 teori organisasi secara jelas

mulai menerima perspektif sistem terbuka analisis-analisis yang sebelumnya

hanya berfokus pada karakteristik intern dari organisasi, kemudian berubah

menjadi pendekatan yang menekankan pentingnya organisasi memperhatikan

peristiwa dan proses yang terjadi di lingkungan ekstern.


Dimensi yang kedua berhubungan dengan hasil-hasil akhir dari stuktur

organisasi. Di sini kita jumpai kembali keadaan yang saling bertentangan.

Perspektif rasional mempertanyakan bahwa stuktur organisasi dirasakan sebagai

alat untuk mencapai tujuan khusus secara efektif. Sebaliknya perspektif sosial

menekankan bahwa stuktur adalah hasil utama dari kekuatan-kekuatan yang

saling bertentangan dari pada pengikut organisasi yang mencari kekuasaan dan

kendali

17
18

B. Saran

Demikianlah makalah yang dapat penulis susun, tentunya makalah ini

masih jauh dari kesempurnaan. Saran penulis kita sebaiknya aktif dalam berbagai

organisasi karena organisasi sangat membantu kita dalam mencapai tujuan dan

kebutuhan-kebutuhan hidup.

18
19

DAFTAR RUJUKAN

A. Yunus & Wahyudin Hawawi, Teori Organisasi (Majalengka: Universitas

Majalengka, 2013).

https://www.academia.edu/44570700/Makalah_Evolusi_Teori_Organisasi

https://zeftaadetya.blogspot.com/2013/10/evolusi-teori-organisasi.html

https://www.setabasri.com/2010/12/perkembangan-pemikiran-organisasi.html

19

Anda mungkin juga menyukai