Anda di halaman 1dari 14

“KEWAJIBAN ZAKAT ATAS USAHA PERTANIAN DAN

PERKEBUNAN

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fikih Zakat

Dosen Pengampu : Qurrota A’yun, M.H.I

Oleh :

1. Dwi Zulfa Aeni (4219096)


2. Amrina Rosyada (4219099)
3. Nadhifatul Amnisa (4219103)
4. Dilla Elviana (4219105)

Kelas : Fikih Zakat

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN
2021
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas
rahmat, nikmat dan hidyah-NYA sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah ini.Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu kritik dan saran sangat diharapakan demi lebih sempurnanya
pembuatan makalah ini yang akan datang dari pembaca.

Semoga makalah ini bermanfaat.

Pekalongan, 25 April 2021

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................1
DAFTAR ISI......................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................3
1.1 Latar Belakang...................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................3
1.3 Tujuan Pembuatan Makalah................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................5
2.1 Dalil Hukum Zakat.............................................................................................5
2.2 Jenis Tanaman Bernilai Ekonomis.....................................................................6
2.4 Syarat dan Rukun...............................................................................................7
2.5 Bentuk bentuk pembiayaan..............................................................................10
2.6 Musyarakah Mutanaqisah sebagai alternatif pembiayaan murabahah..............13
2.7 Beberapa persoalan terkait Praktik Musyarakah Mutanaqisah.........................15
2.8 Solusi Beberapa persoalan Musyarakah Mutanaqisah terkait Hukum Positif...20
BAB III PENUTUP........................................................................................................23

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Zakat merupakan rukun Islam yang ke empat yang berfungsi sebagai
ungkapan rasa syukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah SWT akan harta
yang kita miliki. Harta dikelompokkan menjadi bermacam-macam jenis,
salah satunya adalah hasil bumi. Zakat hasil bumi dapat berupa tanaman yang
merupakan makanan pokok. Dan pendapat imam Abu Hanafiah adalah semua
hasil bumi wajib dizakati kecuali rumput, kayu bakar dan bambu. Perdebatan
para ulama tersebut terletak pada ketergantungan zakat dengan keempat jenis
hasil tanaman yang telah di sepakati para ulama. Berdasarkan permasalahan
tersebut, penulis akan mengulas lebih jelas mengenai zakat hasil bumi dalam
makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang maka penulis akan memberikan
beberapa rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagamana Dalil Hukum Kewajiban Zakat?


2. Apasaja Jenis Tanaman bernilai ekonomis yang Wajib dizakati?
3. Bagaimana ketentuan nishab dan kadar zakat Pertanian dan
Perkebunan?
4. Bagaimana contoh penerapan Zakat Pertanian dan Perkebunan

1.3 Tujuan Pembuatan Makalah


Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun tujuan penulisan
makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui dalil hukum kewajiban zakat.
2. Untuk mengetahui jenis tanaman bernilai ekonomis yang wajib
dizakati.

3
3. Untuk mengetahui ketentuan nishab dan kadar zakat Pertanian dan
Perkebunan
4. Untuk mengetahui contoh penerapan zakat Pertanian dan
Perkebunan

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Dalil Hukum Zakat

Dalil hukum yang menjelaskan zakat hasil pertanin dan perkebunan


terdapat dalam surah Al-An’am ayat 141

‫الز ْر َع ُم ْختَلِ ًفااُ ُكلُهٗ َوال‬ ٍ ٍ ٍ ِ


ْ ‫َو ُه َوالَّذيْٓاَنْ َشاَ َجٰنّت َّم ْع ُر ْو ٰشت َّو َغْيَر َم ْع ُر ْو ٰشت َّوالن‬
َّ ‫َّخلَ َو‬

‫الر َّمامَنُتَ َشاهِب ً َّاو َغْيَر ُمتَ َشاهِبٍۗ ُكلُ ْو ِامْنثَ َم ِرهٖٓاِ َذآاَمْثََر َواُٰت ْوا‬
ُّ ‫َّز ْيُت ْو َن َو‬
ِ‫ح َّقهٗيوحَم ص ِادهٖۖواَل تُس ِر ُفواۗاِهَّن ٗاَل حُيِ بُّالْمس ِرف‬
‫نْي‬
َ ُْ ْ ْ َ َ َ َْ َ
Artinya : “Dan Dialah yang menjadikan tanaman-tanaman yang
merambat dan yang tidak merambat, pohon kurma, tanaman yang
beraneka ragam rasanya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan
warnanya) dan tidak serupa (rasanya). Makanlah buahnya apabila ia
berbuah dan berikanlah haknya (zakatnya) pada waktu memetik hasilnya,
tapi janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berlebihan”. (Q.S, Al-An’am (6): 141)

Dalam surah Al-An’am ayat 141 ini dijelaskan bahwa ada


ketentuan dalam jenis tanaman dan buah-buahan yang wajib dizakati.
Usaha dalam bidang pertanian dan perkebunan merupakan sumber rezeki
yang dianjurkan oleh islam, untuk itu islam mengatur zakat dalam bidang
ini agar membawa manfaat dan berkah.1

1
Ramdhani Abdurrahim, Rezekimu Tidak Akan Terukar, (Jakarta: Elex media kompotindo, 2018),
hlm 66-67.

5
‫ٰٓياَيُّ َهاالَّ ِذ ْينَاٰ َمُن ْوٓااَنِْف ُق ْو ِامْنطَيِّٰبتِ َما َك َسْبتُ ْم َومِم َّآاَ ْخَر ْجنَالَ ُك ْم ِّمنَااْل َْر ِضۗ َواَل َتيَ َّم ُموااخْلَبِْيثَ ِمْن ُهُتْن ِف ُق ْو َن َولَ ْس‬

‫ض ْوافِْي ِهۗ َو ْاعلَ ُم ْوٓااَنَّال ٰلّهَ َغيِن ٌّ مَحِ ْي ٌد‬ ِ ِِ


ُ ‫تُ ْمبِاٰخذيْ ِهااَّل ٓاَْنُت ْغ ِم‬
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman! Infakkanlah sebagian dari
hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami
keluarkan dari bumi untukmu. Janganlah kamu memilih yang buruk untuk
kamu keluarkan, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya
melainkan dengan memicingkan mata (enggan) terhadapnya. Dan
ketahuilah bahwa Allah Mahakaya, Maha Terpuji.”(Q. S Al-Baqarah(2) :
267).
Dari ayat diatasAyat tersebut menjelaskan bahwasannya segala
yang berasal dari bumi itu pun harus dizakatkan. Bahkan, menzakatkannya
pun tentu harus yang terbaik, tidak boleh yang buruk.1

2.2 Jenis Tanaman Bernilai Ekonomis


Mengenai zakat hasil pertanian dan perkebunan yang wajib
dizakati beberapa ulama memiliki perbedaan pendapat. Menurut ibnu abu
laila, sufyan Ats-Tsauri, dan ibnu Almubarak berpendapat bahwa hanya
ada empat jenis tanaman yang wajib dizakati (makanan pokok).
Sedangkan menurut imam Malik dan imam Asy-Syafi’i yangwajib
dizakati adalah seluruh hasil tanaman yang sudah disimpan lama dan
menjadi makanan pokok. Dan pendapat imam Abu Hanafiah adalah
semua hasil bumi wajib dizakati kecuali rumput, kayu bakar dan bambu.
Perdebatan para ulama tersebut terletak pada ketergantungan zakat
dengan keempat jenis hasil tanaman yang telah di sepakati para ulama.
Apakah kayarena barangnya atau karenaa alasannya. Perdebatan para
ulama ini didasarkan pada tanaman yang wajib dizakati adalah hanya

1
https://www.rumahzakat.org/zakat-pertanian-dan-perkebunan/ diakses pada kamis, 29 april
2021. Pukul : 17:09 WIB

6
makanan pokok saja dengan ulama yang mewaajibkan zakat pada semua
hasil bumi seperti rumput, kayu bakaar, dan bambu.1
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Tanaman yang
diairi dengan air hujan atau dengan mata air atau dengan air tada
hujan, maka dikenai zakat sepuluh persen. Sedangkan tanaman
yang diairi dengan tenaga zakatnya lima persen.” (H.R Ibnu
‘Umar)

Imam Maliki dan Imam Syafi’i berbeda pendapat mengenai buah


zaitun apakah wajib dizakati atau tidak Imam Maliki berpendapat bahwa
buah zaitun wajib di zakati karena buah zaitun merupakan makanan
pokok. Sedangkan Imam Syafi’i berpendapat bahwa buuah zaitun tidak
wajib dizakati karena buah zaitun bukan makanan pokok. Maka dari itu
para ulama sepakat bahwa jika barang tersebut buukan barang dagang
maka tidak wajib dizakati. Akan tetapi jika barang tersebut
diperdagangkan maka ulama fikih mewajibkan untuk menzaakati tetapi
ulama dari madzhab zhahiri tidak mewajibkan adanya zakat. Dari
perbedaan pendapat antara para ulama tersebut maka para ulama
mengqiyaskan bahwa harta benda yang dipergunaakan untuk perdagangan
adalah harta yang memang dimaksutkan untuk dikembangkan yang wajib
dizakati.2

a. Waktu Pengeluaran Zakat Pertanian dan Perkebunan


Apabila buah-buahan sudah nampak layak dikonsumsi
atau biji-bijian sudah matang, maka diwajibkan padanya zakat,
ini menurut pendapat yang rajih dalam hal ini. Sebagian Ulama
ada yang berpegang kepada keumuman firman Allâh Azza wa

1
Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid Wa Nihayatul Muqtashid : Jilid 1Referensi Lengkap Fikih

Perbandingan Madzhab, (Jakarta :Pustaka Al-Kautsar, 2016).hlm 435-436

2
Ibid. Hlm 437-439

7
Jalla pada surat al-An’âm ayat ke-141 untuk mewajibkan zakat
pertanian pada saat panennya. Namun mayoritas Ulama
memandang waktu wajibnya zakat pertanian adalah ketika
sudah matang dan pada hasil perkebunan ketika layak
konsumsi.1
b. Zakat Hasil Pertanian dan Hasil Tanaman
1. Jenis Hasil Pertanian Dan Hasil Tanaman
Dimasa Rasulullah zakat dalam hal ini diambil dari
biji gandum, tepung terigu, dan korma. Ibnu Mundzir
dan Ibnu Abdul Barr berkata : “Ulama sepakat bahwa
zakat hukumnya wajib pada biji gandum, tepung terigu,
korma, dan anggur kering (kismis).”
2. Jenis Hasil Tanaman yang tidak Dikeluarkan Zakatnya
Zakat tidak diambil dari jenis sayur-mayur dan
buah-buahan, kecuali anggur dan korma basah. Ibnul
Qayym berkata : “Bukan termasuk dalam petunjuk
Rasulullah mengambil zakat dari kuda, keledai, sayur-
mayur, melon, semangka, dan buah-buahan yang tidak
ditimbang dalam menjualnya dan juga tidak disimpan
lama, kecuali anggur dan korma basah yang diambil
zakatnya, tidak dibedakan antara yang basah atau sudah
dikeringkan.

2.4 Nishab dan Kadar Zakat


Nishab dan Kadar Zakat yang akan diberikan tentunya harus sesuai
dengan syariat yang ditentukan.

2.4.1. Nishab
1
https://almanhaj.or.id/3687-zakat-hasil-pertanian-dan-perkebunan.html diakses pada kamis, 29
April 2021 pukul : 17.30 WIB

8
Sebagian besar ulama berpendapat bahwa zakat tidak wajib pada
hasil pertanian dan tanaman, sebelum mencapai nishab 5 wasaq
setelah dibersihkan dari tanah dan kulit. Jika belum dibersihkan,
maka harus mencapai 10 wasaq. Diriwayatkan dari Abu Hurairah
bahwa Nabi bersabda, “Tidak ada kewajiban sedekah (zakat)
sebelum mencapai lima wasaq.” (HR. Muslim). Satu wasaq adalah
60 sha’ menurut ijma ulama. (setiap 1 wasaq = 60 sha’ dan setiap 1
sha’ = 2,40kg. Berati nishab hasil bumi adalah 60 x 5 x 2,40kg =
720kg. Atau beratnya senilai 7 kwintal lebih 20kg.
2.4.2. Kadar Zakat yang Dikeluarkan
Kadar zakat yang dikeluarkan dari hasil pertanian berbeda
sesuai perbedaan pengairan tanaman tersebut. Jika diairi tanpa
menggunakan alat, misalnya dengan putaran kincir angin, maka
kadar yang dikeluarkan adalah 10% dari hasil pertainan. Jika diari
dengan alat atau airnya dari hasil membeli, maka kadar yang wajib
dikeluarkan adalah 5%. Lahan yang irigasinya sistem campuran. Ada
lahan pertanian yang sistem irigasinya 50% menggunakan pengairan
alami dan 50% menggunakan irigasi berbayar. Menurut kesepakatan
ulama besaran zakat hasil pertanian dan perkebunan yang harus
dibayar adalah 7,5%.Lahan yang irigasinya berbayar dan tidak
berbayar bergantian. Misalnya, selain dialiri irigasi berbayar, lahan
juga terkena hujan. Hal ini perlu dilihat mana yang lebih dominan.
Jika tadah hujan lebih dominan, maka zakatnya adalah 10%. Jika
sebaliknya, maka zakatnya 5%.Lahan yang tidak bisa dipastikan
mana sistem irigasi yang dominan, wajib dizakatkan sebesar 10%.
Ini karena 10% merupakan nilai yang paling jelas untuk lahan
dengan pembiayaan berbayar.
Diriwayatkan dari Ibnu Umar bahwa Nabi bersabda, “Pada
(tanaman) yang diairi dari langit (hujan), atau dari sumber air, atau
dari sungai, maka zakatnya adalah 1/10 bagian, sedangkan yang

9
disirami maka zakatnya alah 1/20 bagian.” (HR. Al-Bukhari dan
lainnya).
Jika sekali-kali diairi menggunakan alat dan sekali-kali oleh air
hujan, dengan mengeluarkan biaya berbeda, maka kadar zakat yang
dikeluarkan adalah 7,5%. Ibnu Qudamah berkata : “Kami tidak
mengetahui ada perbedaan bahwa jika salah satunya (cara pengairan)
lebih banyak atau lebih sering, maka yang dikeluarkan zakatnya
lebih sedikit, karena mempertimbangkan biaya dan tenaga pengairan
yang lebih banyak. Ini menurut Abu Hanifah. Ahmad, Ats-Tsauri,
dan salah satu pendapat Imam Asy-Syafi’i. Adapun biaya menanam,
panen, menggilas, menyangkut, membersihkan kulit, menjaga, dan
lain-lain maka itu diambil dari harta pemilik, dan tidak dihitung atau
dikurangkan dari kewajiban zakat hasil pertanian.1

2.5 Contoh Penerapan


Kadar zakat yang wajib dikeluarkan yaitu sebesar 5 % pada
tananam yang sistem pengairannya membutuhkan biaya, dan 10 % pada
tanaman yang diairi tanpa biaya, seperti sawah tadah hujan.
Keterangannya ialah hadits Nabia yang berbunyi: “Apa yang disirami air
hujan, zakatnya 10 %, dan apa yang disirami dengan gayung atau timba,
zakat 5 %.

Contoh :

Seorang petani memiliki sebidang sawah seluas 2.5 ha di daerah


tadah hujan. Setiap kali panen biasanya dia mendapat hasil kotor sebesar
5 ton gabah. Biaya yang dikeluarkan untuk perawatan padi hingga panen
senilai 50 kg,berapakah besaran zakat yang harus dikeluarkannya?

Jawab :

Zakat yang harus dikeluarkannya adalah 10 %, Maka perhitungannya:

1
Syaikh Sulaiman Ahmad Yahya Al-Faifi, Fikih Sunnah Sayyid Sabiq 2009, hal 194

10
Hasil panen kotor = 2.5 = 2.500 kg
Ongkos perawatan = 50 kg
Bersih = 2.450 kg
Zakatnya = 2.450 kg X 10% = 245 kg1

https://kabenrekang.baznas.go.id/zakat-pertanian/ diakses tanggal 27 April 2020, pukul : 16.05


1

WIB

11
BAB III
PENUTUP
3.1. SIMPULAN
Dan pendapat imam Abu Hanafiah adalah semua hasil bumi wajib
dizakati kecuali rumput, kayu bakar dan bambu. Perdebatan para ulama
tersebut terletak pada ketergantungan zakat dengan keempat jenis hasil
tanaman yang telah di sepakati para ulama. Apakah kayarena barangnya
atau karenaa alasannya. Perdebatan para ulama ini didasarkan pada
tanaman yang wajib dizakati adalah hanya makanan pokok saja dengan
ulama yang mewaajibkan zakat pada semua hasil bumi seperti rumput,
kayu bakaar, dan bambu.
Diriwayatkan dari Ibnu Umar bahwa Nabi bersabda,“Pada (tanaman)
yang diairi dari langit (hujan), atau dari sumber air, atau dari sungai, maka
zakatnya adalah 1/10 bagian, sedangkan yang disirami maka zakatnya alah
1/20 bagian.” (HR. Al-Bukhari dan lainnya).

12
DAFTAR PUSTAKA

https://kabenrekang.baznas.go.id/zakat-pertanian/ diakses tanggal 27 April 2020, pukul :


16.05 WIB

https://almanhaj.or.id/3687-zakat-hasil-pertanian-dan-perkebunan.html diakses pada kamis, 29


April 2021 pukul : 17.30 WIB

https://www.rumahzakat.org/zakat-pertanian-dan-perkebunan/diakses pada kamis, 29 april


2021. Pukul : 17:09 WIB

Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid Wa Nihayatul Muqtashid : Jilid 1Referensi Lengkap Fikih

Perbandingan Madzhab, (Jakarta :Pustaka Al-Kautsar, 2016).hlm 435-436

Ramdhani Abdurrahim, Rezekimu Tidak Akan Terukar, (Jakarta: Elex media kompotindo,

2018), hlm 66-67.

Syaikh Sulaiman Ahmad Yahya Al-Faifi, Fikih Sunnah Sayyid Sabiq 2009, hal 194

13

Anda mungkin juga menyukai