Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KEWAJIBAN ZAKAT SAHAM DAN OBLIGASI

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah : Fikih Zakat

Dosen Pengampu : Qurrota Ayun, M.H.I, 0

Disusun Oleh :

1. Hafizhah Falihanda ( 4219122 )


2. Wina Awalia ( 4219123 )
3. Rahma Yuliannisa ( 4219124 )
4. Tri Astuti ( 4219128 )

Kelas : Fikih Zakat A

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan Rahmat dan Hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah dengan judul “Kewajiban Zakat Saham
dan Obligasi” dengan baik. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fikih
Zakat.
Dalam penulisan makalah ini banyak kendala yang kami temui, namun kami dapat
melaluinya dan menyelesaikan tugas makalah ini tepat waktu.
Karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Kami yakin makalah yang kami
susun belum bisa dikatakan baik dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan saran serta kritik yang membangun dari pembaca untuk memperbaiki makalah
ini dan sebagai pembelajaran kami untuk kedepannya agar kami dapat menyusun tugas
maupun makalah yang lebih baik lagi.

Pekalongan,24 Maret 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2

DAFTAR ISI......................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................4

A. Latar Belakang...................................................................................................4

B. Rumusan Masalah..............................................................................................4

C. Tujuan Pembuatan Makalah...............................................................................4

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................5

A. Pengertian .............................................................................................................5

B. Pengertian Hukum Wadh’i.....................................................................................9

BAB III PENUTUP.........................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................16

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Zakat merupakan salah satu kewajiban seorang mukmin yang telah ditentukan oleh
Allah SWT, mempunyai hikmah, dan tujuan. Diantara hikmah tersebut tercermin dari
urgensinya yang dapat memperbaiki kondisi masyarakat, baik dari aspek moril maupun
materil, dimana zakat dapat menyatukan anggotanya bagaikan sebuah batang tubuh,
disamping juga dapat membersihkan jiwa dari sifar kikir dan pelit, sekaligus merupakan
benteng pengaman dalam ekonomi islam yang dapat menjamin kelanjutan dan
kesetabilannya.

Perkembangan bisnis pada saat ini yang berkembang adalah munculnya sarana
investasi yang dapat menghasilkan keuntungan. Istilah investasi sering disebut juga
penanaman modal. Meski yang katanya bisnis saham dan obligasi akan untung, namun pada
kenyataannya saham dan obligasi tidak sselamanya akan selalu untung karena setiap bisnis
memiliki risiko masing-masing. Namun jika untung dan telah memenuhi syarat-syarat wajib
zakat seperti mencapai nisab dan mencapai haul maka dari keuntungan saham dan obligasi
tersebut wajib dikeluarkan zakatnya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang maka penulis akan memberikan beberapa rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian saham dan obligasi?
2. Bagaimana dalil hukum kewajiban zakat?
3. Bagaimana nishab dan kadar zakat?
4. Bagaimana contoh penerapan zakat saham dan obligasi?

C. Tujuan Pembuatan Makalah


Penyusunan makalah ini memuliki beberapa tujuan diantaranya auntuk memenuhi tugas
mata kuliah Fikih zakat, dan berikut dibawah ini
1. Mengetahui apa yang di maksud dengan saham dan obligasi
2. Mengetahui bagaimana dalil hukum kewajiban zakat
3. Mengetahui nishab dan kadar zakat

4
4. Mengetahui contoh penerapan zakat saham dan obligasi

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian saham dan obligasi


Saham adalah sebuah surat berharga sebagai tanda bukti bahwa pemegangnya turut serta
dalam permodalan suatu usaha, seperti NV, CV, Firma, dan sebagainya.1 Sedangkan obligasi
adalah surat berharga sebagai instrumen investasi yang diterbitkan berdasarkan suatu
transaksi atau akad. 2 adapun pengertian obligasi secara sederhana yaitu merupakan semacam
cek yang berisi pengakuan bahwa bank, perusahaan dan pemerintah, berhutang kepada
pembawanya sejumlah tertentu dengan bunga tertentu pula. Dengan demikian, pemilik
obligasi sesungguhnya adalah pemilik piutang yang ditangguhkan pembayarannya tetapi
harus segera dibayar apabila temponya sampai. Waktu zakatnya wajib dibayar untuk setahun
bila obligasi itu sudah berada ditangannya setahun atau lebih. Tetapi bila temponya belum
sampai, maka pembayaran zakatnya tidak wajib karena ia merupakan piutang yang
ditangguhkan, begitu juga apabila belum cukup setahun dalam keepemilikannya. Berdasarkan
keetentuan zakat wajib apabila sudah berlalu satu tahun.

Yusuf Al-Qardhawi mengungkapkan perbedaan saham dan obligasi yaitu , pertama


saham merupakan harta bank dan perusahaan seangkan obligasi merupakan pinjaman
keepada perusahaan, bank dan pemerintah. Kedua, saham memberikan keuntungan sesuai
dengan keuntungan prusahaan atau bank, yang besarnya tergantung pada keeberhasilan
perusahaan atau bank itu, tetapi juga menanggung kerungiannya. Sedangkan obligasi
memberikan keuntungan tertentu (bunga) atas pinjaman tanpa bertambah dan berkurang.
Ketiga, pemilik saham berarti pemilik sebagian perusahaan dan bank itu sebesar nilai
sahamnya. Sedangkan pemilik obligasi berarti pemberi utang atau pinjaman kepada
perusahaan, bank atau pemerintah. Keempat, deviden saham hanya dibayar dari keuntungan
bersih perusahaan, sedangkan bunga obligasi dibayar setelah waktu tertntu yang ditetapkan.3

1
Sadono Sukirno, Makro Ekonomi (Jakarta: Rajawali Pers, 2004), hlm. 121.
2
Masjfuk Zuhdi, Masail Faqhiyah Kapita Selekta Hukum Islam, (Jakarta: Katalog Dalam Terbitan, 1991), hlm.
217.
3
Yusuf Al-Qardhawi, Hukum Zakat, (Jakarta: PT.Mitra Kerjaya Indonesia, 2007) cet.ke 10, hlm. 529.

5
B. Dalil Hukum Kewajiban Zakat
Mengenai kewajiban zakat saham dan obligasi, al-qur’an tidak menyebutkan
secara jelas namun kita dapat melihat kembali dalil-dalil yang telah di kemukakan
terdahulu mengenai zakat seperti yang tercantum dalam surat At-Taubah ayat 103 dan
surat adz-Dzariyat ayat 19 yang berbunyi sebagai berikut :

‫يم‬ِ ِ‫خ ْذ ِمن أَم ٰوهِلِم ص َدقَةً تُطَ ِّهرهم و ُتَز ِّكي ِهم هِب ا وصل علَي ِهم ۖ إِ َّن صلَ ٰوتَك س َكن هَّل م ۗ وٱللَّه مَس‬
ٌ ‫يع َعل‬
ٌ ُ َ ُْ ٌ َ َ َ ْ ْ َ ِّ َ َ َ َ ُُْ َ ْ َْ ْ ُ
Artinya :
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan
dan mensucikan mereka dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)
ketentraman jiwa bagi mereka. Dan Allah maha mendengar lagi maha mengetahui.”
Sedangkan surah adz-dzariyat ayat 19 adalah :
ْ َ
ِ ‫َوفِي أ ْم َوال ِِه ْم َح ٌّق لِلسَّائ ِِل َوال َمحْ ر‬
‫ُوم‬
Artinya :
“Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang tidak mendapat
bagian.”

C. Nishab dan Kadar Zakat


Nisab adalah batasan kepimilikan harta seseorang yang diwajibkan untuk
membayar zakat. Apabila seseorang memiliki harta yang telah mencapai nisab maka
ia wajib berzakat. Sebaliknya, seseorang tidak wajib zakat apabila hartanya tidak
mencapai nisab. Nisab dan kadar zakat setiap jenis zakat tentu berbeda-beda, dapat
dilihat dari macam-macam zakat dan nisabnya.
1. Zakat Mal
Zakat Mal adalah zakat yang wajib dibayarkan atas harta yang dimiliki jika
harta tersebut telah mencapai batas wajib dikeluarkan zakatnya atau nishab. Jenis-
jenis zakat mal antara lain :
a. Zakat Binatang Ternak
Binatang ternak adalah binatang yang dengan sengaja dikembang
biakan agar menjadi tambah banyak. Pada binatang ternak diberlakukan
6
nishab dan haul. Menurut dalil yang ada, bahawa binatang ternak yang
dizakati itu hanya tiga jenis, yaitu unta, sapi, dan kambing4. Adapun selain
dari tiga macam tersebut baru ditunaikan zakatnya apabila dijadikan barang
tijarah. Zakat unta ketentuanya sebagai berikut:
1. 25 ekor-35 ekor 1 ekor unta bintu makhad
2. 31 ekor-45 ekor 1 ekor unta bintu labun
3. 45 ekor-60 ekor 1 ekor unta hiqah

Zakat sapi ketentuanya sebagai berikut :

1. 30 ekor-39 ekor 1 ekor sapi jantan/betina tabi


2. 40 ekor-59 ekor 1 ekor sapi jantan/betina musinnah
3. 60ekor-90 ekor 2 ekor sapi jantan/betina tabi
4. 70 ekor-79 ekor 1 ekor sapi musinnah dan 1 ekor tabi

Zakat kambing ketentuanya sebagai berikut:

1. 40 ekor-120 ekor 1 ekor kambing (2 th)


2. 121 ekor-200 ekor 2 ekor kambing
3. 201 ekor-300 ekor 3 ekor kambing
b. Zakat Emas dan Perak
Emas dan perak merupakan logam galian yang berharga dan merupakan
karunia Allah. Barang siapa memiliki sati nisab emas dan perak selama satu
tahun penuh, maka ia berkewajiban mengeluarkan zakatnya bila syarat-syarat
yang lain telah terpenuhi.5
Berdasarkan pendapat mayoritas ulama, seperti Imam Maliki, Imam
Syafi’i, dan Imam Hambali berpendapat bahwa nisab emas adalah 20 mitsqal
= 90 gram dan perak 200 dirham = 600 gram. Besar zakatnya adalah 2,5%
setelah tersimpan selama setahun hijriyah penuh.6
c. Zakat Barang Dagangan (Tijarah)
Zakat perdagangan adalah zakat yang dikeluarkan atas kepemilikan harta
yang diperuntukan untuk jual beli.7 Segala macam zakat atau barang yang
diperdagangkan orang, baik yang termasuk dalam jenis harta yang wajin

4
Hikmat Kurnia dan A. Hidayat, Panduan Pintar Zakat, Jakarta: Kultum Media, 2008, h. 256.
5
Fakhrudin, Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia, Yogyakarta: UIN Malang Press, 2008, h. 56.
6
M. Masrur Huda, Opcit, h. 96.
7
Fahrudin, Opcit, h. 58.

7
dizakati seperti bahan makanan dan ternak, maupun harta yang tidak wajib
dizakati seperti tekstil, hasil kerajinan, kelapa, tanah dan sebagainya.8
Nishab zakat perdagangan adalah senilai 90 gram emas setelah berlalu
satu tahun. Cara mengeluarkan zakatnya adalah pada awal tahun dihitung nilai
barang daganganya. Jika sudah mencapai nishab pada akhir tahun dihitung
kembali apakah telah mencapai nishab atau belum. Jika telah mencapai nishab,
harus dikeluarkan zakatnya sebesar 2,5%.9
d. Zakat Tanaman
Tanaman yang wajib dizakati adalah biji-bijian yang menjadi bahan
makanan pokok, seperti gandum, jagung, padi, kedelai, dan kacang tanah.
Nisab zakat pertanian berdasarkan perhitungan watsaq ukuran banyak dari
suatu barang pertanian setelah dipanen dengan cara diukur dengan isi pada
suatu wazan atau wadah yang disepakati, semacam mud, literan, dan
sebagainya. Para ahli fikih telah menentukan 5 watsaq sepadan dengan 50 kail
atau 653 kg dari makanan pokok mayoritas penduduk. Kadar zakat pertanian
adalah 10% jika diairi oleh air hujan, sungai, danau atau yang sejenisnya. Dan
5% jika diairi dengan alat irigasi atau menggunakan alat pompa air.10
e. Zakat Barang Temuan, Barang Tambang dan Hasil Laut
Ar-rikaz menurut bahasa artinya harta yang terpendam. Dalam bahasa
Indonesia sering disebut sebagai harta karun, yakni harta lama yang terpendam
ditempat yang tidak didiami orang. Rikaz oleh para ulama disebut harta
jahiliyah yang lama terpendam. Sedangkan yang dimaksud ma’din adalah
segala macam hasil tambang yang dikeluarkan dari bumi dan mempunyai nilai
seperti besi, kuningan, dan timah. Hasil laut adalah harta yang diksploitasi dari
laut seperti mutiara, kerang, terumbu karang dan rumput laut.
Dalam zakat rikas tidak ada nishab dan haul. Oleh karena itu setiap
menemukan harta karun langsung dikeluarkan zakatnya sebesar 20%.
Sedangkan untuk zakat ma’din nishabnya adalah senilai 90 gram emas dan
kadarnya 2,5%. Untuk zakat hasil laut kadarnya sebesar 20% atau 5% sesuai
kesulitan.11
f. Zakat Profesi
8
Muhammad Ja’far, Tuntunan Ibadah Zakat, Puasa, dan Haji, Jakarta: Kalam Mulia, 2003, h. 45.
9
Wawan Shofwan Shalehuuddin, Risalah Zakat, Infaq dan Sedekah, Bandung: Tafakur, 2011, h. 52.
10
M. Ja’far, Op. Cit, h.226.
11
Wawan Shofwan Shalehuddin, Op. Cit, h. 152 dan 159.

8
Profesi adalah suatu pekerjaan dengan keahlian khusus sebagai mata
pencaharian seperti arsitek, dokter, pejabat dan lain-lain. Zakat profesi adalah
zakat yang dikenakan pada tiap pekerjaan yang penghasilanya telah memenuhi
nishab yaitu jika penghasilan yang mereka terima selama setahun lebih dari
senilai 90 gram emas dan zakatnya dikeluarkan setelah berlalu satu tahun
2,5% setelah dikurangi kebutuhan pokok. Demikianlah penghasilan itu jika
diukur dengan syarat nisab emas. Akan tetapi bila diukur dengan hasil
tanaman maka syarat wajib zakatnya tidak setahun lamanya, tetapi pada waktu
panen atau menerima pendapatan itu dan zakatnya pun tidak 2,5% tetapi 5
sampai 10%.12
2. Zakat Fitrah
Zakat fitrah disebut juga sedekah fitrah. Zakat fitrah diwajibkan bagi setiap
muslim untuk membersihkan dan memyempurnakan puasanya. Selain itu zakat firtah
dimaksudkan untuk memperbaiki perbuatan buruk yang dilakukan selama bulan puasa
dan juga untuk memungkinkan si miskin ikut serta dalam kegembiraan Idul Fitri.
Zakat fitrah merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang memiliki
persediaan lebih dari kebutuhan bagi anggota keluarganya pada hari dan malam Idul
Fitri. Waktu pengeluaran zakat fitrah menurut Imam Syafi’i dapat dikeluarkan pada
hari pertama bulan Ramadhan. Tetapi lebih baik jika zakat fitrah dikeluarkan pada
dua hari terakhir Ramadhan. Namun, pada sisi lain, waktu terbaiknya ialah pada hari
pertama Idul Fitri sebelum shalat ‘Id. Jika dikeluarkan setelah shalat id, maka
dianggap sebagai sedekah biasa. Besar zakat fitrah yang wajib dikeluarkan adalah
sebesar satu sha’ yang setara dengan 3,5 liter atau 2,5 kg makanan pokok setempat
yahg biasa dimakan oleh orang yang bersangkutan seperti beras, gandum dan kurma.13

12
Muhammad Ja’far, Op. Cit, h. 50.
13
Yasin Ibrahim Al-Syaikh, Op. Cit, h. 101-102.

9
D. Contoh Penerapan Zakat Saham dan Obligasi

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

11
DAFTAR PUSTAKA

Sudono Sukirno. 2004. Makro Ekonomi. Jakarta, Rajawali Pers.

Masjfuk Zuhdi. 1991. Masali Faqhiyah Kapita Selekta Hukum Islam. Jakarta, Katalog Dalam
Terbitan.

Yusuf Al-Qardhawi. 2007. Hukum Zakat. cet.ke 10. Jakarta, PT.Mitra Kerjaya Indonesia.

12

Anda mungkin juga menyukai