Anda di halaman 1dari 2

1.

Sialadenitis Supuratif Akut

Kemungkinan penyakit ini disebabkan karena adanya stasis saliva, akibat adanya obstruksi
atau berkurangnya produksi saliva. Faktor predisposisi lain terjadinya penyakit ini adalah
struktur duktus atau kalkuli. Berkurangnya produksi kelenjar saliva bias disebabkan karena
konsumsi beberapa obat. Pasien pasca operasi juga dapat menderita penyakit ini akibat
produksi saliva yang kurang yang diikuti dengan higiene oral yang buruk. Secara klinis, pada
sialadenitis akut akan terlihat adanya pembengkakan atau pembesaran kelenjar dan
salurannya dengan disertai nyeri tekan dan rasa tidak nyaman serta sering juga diikuti dengan
demam dan lesu. Diagnosis dari adanya

30

sumbatan biasanya lebih mudah ditentukan berdasar pada keluhan subjektif dan gambaran
klinis. Penderita yang terkena sialadenitis akut seringkali mengalami pembengkakan yang
besar dari kelenjar yang terkena dan sangat nyeri bila dipalpasi serta sedikit terasa lebih
hangat dibandingkan daerah di dekatnya yang tidak terkena. Pemeriksaan muara duktus akan
menunjukkan adanya peradangan, dan jika terlihat ada aliran saliva, biasanya keruh dan
purulen. Hasil pemeriksaan hitung darah lengkap menunjukkan leukositosis yang merupakan
tanda proses infeksi akut. Pemijatan kelenjar atau duktus (untuk mengeluarkan secret) tidak
dibenarkan dan tidak akan bias ditolerir oleh pasien. Probing (pelebaranduktus) juga
merupakan kontraindikasi karena kemungkinan terjadinya inokulasi yang lebih dalam atau
masuknya organisme lain. Sialografi yaitu pemeriksaan kelenjar secarara diografis mensuplai
medium kontras yang mengandung iodine, juga sebaiknya ditunda.

2. Sialadenitis Kronis

Sialadenitis kronis lebih sering terjadi pada orang dewasa (hanya 10% dari asien adalah anak-
anak). Keadaan ini merupakan episode berulang sialadenitis akut yang berjalan dalam waktu
yang lama dengan tipe unilateral pada kelenjar liur mayor dan bersifat episodik. Sialadenitis
kronis dapat disebabkan oleh virus, bakteri, penyakit autoimun, atau obstruksi dari duktus
kelenjar liur oleh batu liur atau karena penyakit lain. Hal ini juga bias disebabkan oleh infeksi
pada periode akut tidak diobati secara tuntas dan bias juga karena kelainan bawaan dari
duktus kelenjar liur. Kelenjar liur yang mengalami infeksi akan membentuk sekresi purulen
yang berwarna putih susu dan kental. Sumbatan kronis atau infeksi akan menyebabkan
berkurangnya serusacini/mucus dan terjadi pembentukan jaringan parut (fibrosis) interstisial
pada kelenjar, sehingga aliran saliva akan sangat berkurang. Infeksi atau sumbatan kronis
membutuhkan pemeriksaan yang lebih menyeluruh, yang meliputi probing, pemijatan
kelenjar dan pemeriksaan radiografi. Palpasi pada kelenjar saliva mayor yang mengalami
peradangan kronis biasanya tidak menimbulkan tidak nyeri sering kali

31

menunjukkan adanya perubahan atrofik dan kadang-kadang fibrosis noduler.

3. Sialadenitis Viral

Infeksi virus dari kelenjar ludah adalah suatu kondisi yang sering terutama mempengaruhi
kelenjar parotis. Gondong ( sebuah paramyxovirus ) adalah virus yang paling umum
memproduksi parotitis klinis yang signifikan. Gondong adalah penyakit dominan anak-anak
dan lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada perempuan. Dewasa muda juga mungkin
akan terpengaruh dan memiliki perjalanan klinis yang lebih agresif. Gondong sering diawali
oleh infeksi virus di rongga mulut atau hidung, menyebabkan viremia, dan infeksi hematogen
dari kelenjar ludah. Masa inkubasi sekitar 3 minggu, diikuti dengan 1 sampai 2 hari demam,
menggigil, sakit kepala, dan nyeri rahang atas mengunyah, diikuti oleh pembengkakan cepat
dan menyakitkan dari kelenjar parotis. 30% sampai 40% dari pasien yang terinfeksi tidak ada
gejala klinis yang terlihat.

4. Sialadenitis Obstruktif

Sialadenitis merupakan tipe Sialadenitis yang sering terjadi. Angka kejadian 37% dari kasus
terlokalisasi di kelenjar submandibular, 30% di kelenjar ludah dan 20% pada kelenjar parotis.
Sisanya 13% berada di kelenjar sublingual. Ada 2 penyebab sialadenitis obstruktif yaitu
obstruksi mekanis ( kista, tumor, atau lesi pada mukosa oral) dan gangguan perubahan
sekretorik konsentrasi elektrolit menghasilkan produk secretori kental. Jika saliva tidak bisa
keluar, kemacetan sekretorik menyebabkan reaksi peradangan pada jaringan kelenjar ludah.

Anda mungkin juga menyukai