Anda di halaman 1dari 3

Sialadenitis adalah suatu peradangan pada kelenjar saliva dan merupakan respon atau infeksi

oleh Staphylococcus aureus (Muttaqin & Sari, 2011). Bisa juga disebabkan oleh trauma
(Mitchell, 2009).

2.3 Etiologi

Penyebab yang paling sering adalah Staphylococcus aureus. Organisme bakteri lain termasuk
streptococcus viridans, Haemophilus influenzae, streptococcus pyogenesis dan escherichia
coli bisa menyebabkan infeksi serta peradangan pada kelenjar saliva. Infeksi ini juga bisa
terjadi akibat dari dehidrasi dengan pertumbuhan yang berlebihan dari flora mulut. Penyebab
yang paling umum adalah dehidrasi pascaoperasi, terapi radiasi, dan imunosupresi (misalnya
diabetes melitus, transplantasi organ, kemoterapi, Human Immunodeficiency Virus)
(Yoskvitch, 2009).

Menurut Witt (2011), beberapa etiologi yang dapat menyebabkan sialadenitisadalah :

1. Dehidrasi, dan malnutrisi serta sejumlah terapi obat (misalnya: diuretik, antihistamin,
antidepresan, dan antihipertensi) dapat mengakibatkan penurunan fungsi dari kelenjar
liur sehingga dapat menurunkan produksi saliva. Keadaan ini bisa menyebabkan
penyebaran kolonisasi bakteri dari parenkim kelenjar liur melalui sistem ductal
(saluran) ke kelenjar liur.

2. Obstruksi mekanik karena sialolithiasis atau abnormalitas duktus kelenjar liur dapat
mengurangi produksi saliva. Keadaan ini dapat menyebabkan seseorang menderita
sialadenitis yang disebabkan oleh bakteri. Bakteri aerobik khas yang sering
menginfeksi pada sialadenitis adalah Staphylococcus aureus dan Haemophilus
influenzae. Basil Gram-negatif termasuk Prevotella berpigmen, Porphyromonas, dan
Fusobacterium juga dapat menjadi penyebab pada sialadenitis.

2.4 Patofisiologi

Peradangan pada kelenjar saliva disebabkan oleh agen infeksi, radiasi, atau gangguan
imunologi. Peradangan kelenjar saliva dapat disebabkan oleh bakteri atau virus, seperti
infeksi dengan cytomegalovirus (CMV). Organisme bakteri

29

yang pada umumnya seperti staphilococcus aureus, staphilococcus pyogenes, streptococcus


pneumoniae, dan e-coli. Gangguan ini pada umunya mempengaruhi kelenjar parotis dan
submandibularis pada orang dewasa.

Penurunan pada produksi saliva (seperti dehidrasi atau pasien lemah atau pada pasien setelah
operasi) dapat memicu sialadenitis akut. Bakteri atau virus masuk kelenjar melalui benda
yang masuk melalui mulut. Obat sistemik seperti phenothiazine dan tetracyclin, dapat juga
memicu sialadenitis akut yang berkelanjutan. Pertumbuhan infeksi pada kelenjar saliva dapat
menjadi abses, yang dapat pecah dan menyebarkan infeksi kedalam jaringan leher dan
mediastinum.

Pasien yang menerima radiasi dari perawatan kanker pada kepala dan leher atau tiroid dapat
menurunkan aliran saliva sehingga dapat mengakibatkan sialadenitis akut ataupun persisten.
Efek radiasi pada kelenjar saliva sangat cepat dan tinggi. Gangguan imunologis seperti HIV
dapat memperbesar kelenjar parotis dari hasil infeksi berikutnya. Sindrom sjὂgren sebuah
gangguan autoimun, ditandai dengan peradangan dan pembesaran pada kelenjar saliva kronis.
(Ignatavicius & Workman, 2010).

Sialadenitis adalah suatu peradangan pada kelenjar saliva dan merupakan respon atau
infeksi oleh Staphylococcus aureus (Muttaqin & Sari, 2011). Bisa juga disebabkan oleh
trauma (Mitchell, 2009).
2.3 Etiologi
Penyebab yang paling sering adalah Staphylococcus aureus. Organisme bakteri lain termasuk
streptococcus viridans, Haemophilus influenzae, streptococcus pyogenesis dan escherichia
coli bisa menyebabkan infeksi serta peradangan pada kelenjar saliva. Infeksi ini juga bisa
terjadi akibat dari dehidrasi dengan pertumbuhan yang berlebihan dari flora mulut.
Penyebab yang paling umum adalah dehidrasi pascaoperasi, terapi radiasi, dan
imunosupresi (misalnya diabetes melitus, transplantasi organ, kemoterapi, Human
Immunodeficiency Virus) (Yoskvitch, 2009).
Menurut Witt (2011), beberapa etiologi yang dapat menyebabkan sialadenitisadalah :
1. Dehidrasi, dan malnutrisi serta sejumlah terapi obat (misalnya: diuretik,
antihistamin, antidepresan, dan antihipertensi) dapat mengakibatkan penurunan
fungsi dari kelenjar liur sehingga dapat menurunkan produksi saliva. Keadaan ini bisa
menyebabkan penyebaran kolonisasi bakteri dari parenkim kelenjar liur melalui
sistem ductal (saluran) ke kelenjar liur.
2. Obstruksi mekanik karena sialolithiasis atau abnormalitas duktus kelenjar liur dapat
mengurangi produksi saliva. Keadaan ini dapat menyebabkan seseorang menderita
sialadenitis yang disebabkan oleh bakteri. Bakteri aerobik khas yang sering
menginfeksi pada sialadenitis adalah Staphylococcus aureus dan Haemophilus
influenzae. Basil Gram-negatif termasuk Prevotella berpigmen, Porphyromonas, dan
Fusobacterium juga dapat menjadi penyebab pada sialadenitis.
2.4 Patofisiologi
Peradangan pada kelenjar saliva disebabkan oleh agen infeksi, radiasi, atau gangguan
imunologi. Peradangan kelenjar saliva dapat disebabkan oleh bakteri atau virus, seperti
infeksi dengan cytomegalovirus (CMV). Organisme bakteri
29
yang pada umumnya seperti staphilococcus aureus, staphilococcus pyogenes, streptococcus
pneumoniae, dan e-coli. Gangguan ini pada umunya mempengaruhi kelenjar parotis dan
submandibularis pada orang dewasa.
Penurunan pada produksi saliva (seperti dehidrasi atau pasien lemah atau pada pasien
setelah operasi) dapat memicu sialadenitis akut. Bakteri atau virus masuk kelenjar melalui
benda yang masuk melalui mulut. Obat sistemik seperti phenothiazine dan tetracyclin,
dapat juga memicu sialadenitis akut yang berkelanjutan. Pertumbuhan infeksi pada kelenjar
saliva dapat menjadi abses, yang dapat pecah dan menyebarkan infeksi kedalam jaringan
leher dan mediastinum.
Pasien yang menerima radiasi dari perawatan kanker pada kepala dan leher atau tiroid
dapat menurunkan aliran saliva sehingga dapat mengakibatkan sialadenitis akut ataupun
persisten. Efek radiasi pada kelenjar saliva sangat cepat dan tinggi. Gangguan imunologis
seperti HIV dapat memperbesar kelenjar parotis dari hasil infeksi berikutnya. Sindrom
sjὂgren sebuah gangguan autoimun, ditandai dengan peradangan dan pembesaran pada
kelenjar saliva kronis. (Ignatavicius & Workman, 2010).

Anda mungkin juga menyukai