Anda di halaman 1dari 3

Kista ini lebih sering tumbuh pada mandibula daripada maksila, terutama di 

posterior
mandibula dan cenderung terjadi pada laki – laki dibandingkan pada wanita. Kista ini
merupakan jenis kista yang paling agresif dan mudah rekuren. Prinstip teorinya yaitu
enukleasi, namun dikerenakan tingkat rekuren yang tinggi maka setiap tindakan enukleasi
harus disertai dengan tindakan kuretase.3
A. Definisi 
Istilah odontogenic keratocyst atau keratokista pertama kali diperkenalkan oleh
Philipsen. Istilah keratokista (kista primordial) dipergunakan untuk menggambarkan
setiap kista di rongga mulut dimana di dalamnya didapatkan jaringan keratin dalam
bentuk yang besar.3
Browne, Forssel, dan Sainio berpendapat lain, bahwa kista jenis dentigerous,
radikuler, dan residual masuk dalam kategori keratokista, akan tetapi
dinyatakan bahwa walaupun dapat terjadi keratinisasi yang metaplastik pada dinding
suatu kista radikuler atau residual, dinding kista tersebut sebenarnya tetap berbeda
dengan dinding epithelium suatu keratokista sejati.3
B. Etiologi 
Kista ini merupakan kista odontogenik non inflamasi yang muncul dari dental lamina.
Tidak seperti kista lainnya yang diperkirakan tumbuh oleh karena tekanan osmotik,
kista ini tumbuh karena memiliki potensi pertumbuhan bawaan, seperti pada tumor
jinak.4
C. Epidemiologi 
Kista Primordial pada umumnya ditemukan lebih sering pada pria dibandingkan
wanita. Regio yang sering terkena yaitu mandibula dimana dalam penelitian
disebutkan bahwa 75% kista ini terjadi pada mandibula.2
Pada umumnya kista ini dapat ditemukan pada pasien dalam rentan usia dari masa
kanak – kanak sampai orang tua, tetapi dari semua kasus yang didiagnosis
dimasyarakat, sekitar 60% ditemukan pada pasien antara 10-40 tahun. Kista ini
paling  sering dijumpai didaerah molar tiga bawah atau lebih ke belakang pada tepi
anterior ramus asenden mandibula.1
Selain itu,juga sering tumbuh di sekitar gigi yang tidak erupsi. Kista ini dapat tumbuh
dengan ukuran besar dan mengakibatkan destruksi pada tulang rahang dan
mempunyai kecenderungan rekuren yang tinggi, sekitar 30%-60%, hampir sama 
dengan ameloblastoma.3
D. Patogenesis 
Kista keratosis odontogenik dapat terjadi selama proses pembentukan gigi belum
sempurna, yaitu pada akhir tahap bell stage. Kista keratosis odontogenik dapat berasal
dari proliferasi sel basal dari epitel mulut. Terdapat akumulasi pulau-pulau  epitel di
dalam mukosa superfisial kista odontogenik yang telah dieksisi, terutama pada ramus
asenden. Kadang-kadang pulau epitel itu terlihat sebagai lapisan basal  epitel mukosa
mulut dan kista keratosis odontogenik melekat ke mukosa mulut melalui fenetrasi
tulang. Fenomena ini terutama mencolok pada kista keratosis odontogenik yang
diangkat dari pasien dengan sindrom karsinoma sel basal nevoid.4
Dari hasil penelitian, juga terlihat bahwa ada dua sumber epitel tempat asal kista
keratosis odontogenik, yaitu pertama lamina dentis pada rahang atas maupun rahang
bahwa atau sisa-sisanya sebelum pembentukan gigi sempurna dan kedua adalah
proliferasi sel basal dari epitel mukosa mulut menutupinya. Pada kasus yang jarang,
kista keratosis odontogenik dapat berasal dar sisa-sisa lamina dentis pada gusi dan
memberi gambaran menyerupai kista gingiva pada orang dewasa.4
E. Gambaran Klinis 
Kista yang kecil biasanya asimptomatis dan hanya ditemukan pada gambaran
radiografi saja, tidak tampak secara klinis. Pada kista primordial (odontogenic
keratocyct) yang besar mungkin dapat menyebabkan pembengkakan, dan
drainase  pada daerah kista.5
Pasien akan mengeluh akan adanya rasa sakit, pembengkakan atau adanya cairan.
Kadangkala mereka juga mengeluhkan paraestesia pada bibir bawah atau gigi  –
geligi. Beberapa diantara pasien tersebut tidak menyadari adanya lesi sampai
lesi tersebut berkembang menjadi fraktur patologis. Pada beberapa keadaan, pasien
juga benar –benar bebas dari gejala – gejala sampai akhirnya kista tersebut
mencapai ukuran yang besar, melibatkan sinus maksilari, dan seluruh ramus
asendens, termasuk kondil dan prosesus koronoid.2
Walaupun kista ini bervariasi ukurannya, Forssell menunjukkan bahwa hampir
setengah dari kasus mempunyai diameter sekitar 40 mm atau lebih, biasanya
dijumpai pada kista yang terletak di ramus asendens dan sudut mandibula, juga
didaerah molar tiga bawah atau lebih ke belakang pada tepi anterior ramus asenden
mandibula. Apabila terjadi pada ramus, bisa menyebabkan ketidaknyamanan
pergerakan sendi TMJ. Pada saat kista membesar, dapat menyebabkan malposisi gigi,
ekspansi tulang rahang dan resorpsi akar gigi serta pada kasus yang cukup ekstrem
dapat juga terjadi resorpsi tulang rahang.3
F. Gambaran Histopatologi 
Secara mikroskopik, kista ini menunjukkan gambaran yang khas, yaitu : 
a. Bentuk lapisan epitel squamosa yang mengalami parakeratinisasi dan mempunyai 
ketebalan antara 6 sampai 10 lapis sel.
b. Lapisan sel basal yang terdiri dari sel – sel berbentuk kolumnar atau kuboid yang 
tersusun secara palisade. 
c. Pembesaran mikroskopik yang menunjukkan lumen yang dilapisi oleh lapisan sel 
yang mengalami keratinisasi. 
d. Lumen yang berisi sejumlah disquamated parakeratin.
e. Degenerasi stelat retikulum menghasilkan ruang kista yang dibatasi lapisan 
epitelium enamel dalam dan luar yang berubah menjadi epitel gepeng berlapis.
f. Gambaran lain yang mungkin dapat ditemukan adalah adanya sisa-sisa dental
lamina (odontogenic rest), terbentuknya mikro kista, kista-kista satellite di
dinding kapsul kista

Anda mungkin juga menyukai