Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Farmasi didefinisikan sebagai profesi yang menyangkut seni dan ilmu
penyediaan bahan obat, dari sumber alam atau sintetik yang sesuai, untuk
disalurkan dan digunakan pada pengobatan dan pencegahan penyakit.
Farmasi mencakup pengetahuan mengenai identifikasi, pemilihan (selection),
kerja farmakologi, pengawetan, penggabungan, analisis, dan pembakuan
bahan obat (drug) dan sediaan obat (medicine). Pengetahuan kefarmasian
juga mencakup penyaluran dan penggunaan obat yang sesuai dan aman, baik
melalui resep (prescription) dokter berizin, dokter gigi, dan dokter hewan,
maupun melalui cara lain yang sah, misalnya dengan cara menyalurkan atau
menjual langsung kepada pemakai. Kata farmasi berasal dari bahasa Yunani
“pharmakon”, yang berarti cantik atau elok. Kata tersebut kemudian berubah
artinya menjadi racun, dan selanjutnya berubah lagi menjadi obat atau bahan
obat.
Obat adalah suatu bahan atau campuran bahan yang dimaksudkan untuk
digunakan dalam menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi,
menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau
kelainan badaniah atau rohaniah pada manusia atau hewan, termasuk
memperelok tubuh atau bagian tubuh manusia. Meskipun obat dapat
menyembuhkan penyakit, tetapi masih banyak juga orang yang menderita
akibat keracunan obat. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa obat dapat
bersifat sebagai obat dan dapat juga bersifat sebagai racun. Obat itu akan
bersifat sebagai obat apabila tepat digunakan dalam pengobatan suatu
penyakit dengan dosis dan waktu yang tepat. Jadi, apabila obat salah
digunakan dalam pengobatan atau dengan dosis yang berlebih maka akan
menimbulkan keracunan dan bila dosisnya kecil tidak akan memperoleh
penyembuhan.

1
1.2 Tujuan Praktek Kerja Industri (Prakerin)
Adapun tujuan Praktek Kerja Industri sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dan memahami tanggung jawab seorang tenaga
kefarmasian di apotek baik teknis dan non-teknis farmasi.
2. Untuk mempelajari cara pengelolaan apotek dalam kegiatan pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, penjualan dan pelayanan kesehatan di apotek.
3. Untuk meningkat sistem proses pendidikan dan pelatihan tenaga kerja
yang berkualitas dan profesional.
4. Untuk mengetahui dan memahami ruang lingkup kerja.

1.3 Manfaat Praktek Kerja Industri (Prakerin)


Adapun manfaat Praktek Kerja Industri sebagai berikut:
1. Mendapatkan pengetahuan tentang bagaimana tanggung jawab sebagai
seorang tenaga kefarmasian.
2. Mendapatkan pengetahuan tentang bagaimana cara pengadaan obat,
penerimaan sediaan perbekalan farmasi, tata cara penyimpanan obat dan
pelayanan kesehatan di apotek.
3. Dapat meningkatkan sistem proses pendidikan dan menghasilkan tenaga
kerja yang berkualitas dan profesional.
4. Mendapatkan pengalaman tentang ruang lingkup kerja di apotek.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Apotek


Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 Tahun 2009
tentang Pekerjaan Kefarmasian dalam ketentuan umum, dijelaskan bahwa
apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek
kefarmasian oleh apoteker. Sementara berdasarkan Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1332/Menkes/SK/X/2002 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin
Apotek, yang dimaksud dengan apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat
dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan
kesehatan lainnya kepada masyarakat.
Pekerjaan Kefarmasian menurut Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 adalah pembuatan termasuk pengendalian
mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan, dan
pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas
resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan obat, bahan obat
dan obat tradisional. Sediaan farmasi yang dimaksud adalah obat, bahan obat,
obat tradisional, dan kosmetik. Dalam pengelolaannya, apotek harus dikelola
oleh Apoteker, yang telah mengucapkan sumpah jabatan dan telah
memperoleh Surat Izin Apotek (SIA) dari Dinas Kesehatan setempat.

2.2 Tugas dan Fungsi Apotek


Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009, tentang tugas
dan fungsi apotek adalah:
1. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan
sumpah jabatan Apoteker.
2. Sarana yang digunakan untuk melakukan Pekerjaan Kefarmasian.
3. Sarana yang digunakan untuk memproduksi dan distribusi sediaan farmasi,
antara lain obat, bahan baku obat, obat tradisional, dan kosmetik.

3
4. Sarana pembuatan dan pengendalian mutu Sediaan Farmasi, pengaman,
pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau peyaluran obat,
pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi
obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.

2.3 Persyaratan Pendirian Apotek


Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1332/MENKES/SK/X/2002 tentang Tata Cara Pemberian Izin Apotek,
menyebutkan persyaratan-persyaratan apotek adalah sebagai berikut :
a. Untuk mendapatkan izin apotek, apoteker atau apoketer yang
bekerjasama dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan
harus siap dengan tempat (lokasi dan bangunan), perlengkapan termasuk
sediaan farmasi dan perbekalan farmasi yang lain, merupakan milik
sendiri atau milik pihak lain.
b. Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan
pelayanan komoditi lain di luar sediaan farmasi.
c. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lainnya di luar
sediaan farmasi.

Beberapa persyaratan yang harus diperhatikan dalam pendirian apotek


adalah sebagai berikiut:
1. Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA)
Untuk memperoleh SIPA sesuai dengan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian,
seorang Apoteker harus memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker
(STRA). STRA dikeluarkan oleh Menteri Kesehatan. STRA ini dapat
diperoleh jika seorang Apoteker memenuhi persyaratan berikut:
a. Memiliki ijazah Apoteker.
b. Memiliki sertifikat kompetensi profesi.
c. Mempunyai surat pernyataan telah mengucapkan sumpah/janji
Apoteker.

4
d. Mempunyai surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang
mempunyai surat izin praktek.
e. Membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika
profesi.
Setiap Tenaga Kefarmasian yang akan menjalankan pekerjaan
kefarmasian wajib memiliki surat izin sesuai tenaga kefarmasian bekerja.
Surat izin yang dimaksud adalah berupa:
a) SIPA (Surat Izin Praktek Apoteker) bagi Apoteker penanggung
jawab difasilitas pelayanan kefarmasian dan Apoteker pendamping
difasilitas pelayanan kefarmasian,
b) SIK (Surat Izin Kerja) bagi Apoteker yang melakukan pekerjaan
kefarmasian difasilitas pelayanan kefarmasian distribusi/ penyaluran,
atau
c) SIKTTK (Surat Izin Tenaga Teknis Kefarmasian) bagi Tenaga
Teknis Kefarmasian yang melakukan pekerjaan kefarmasian pada
fasilitas kefarmasian.
2. Lokasi dan Tempat
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/MENKES/PER/X/
1993 jarak antara apotek tidak lagi dipersyaratkan, namun sebaiknya tetap
mempertimbangkan segi penyebaran dan pemerataan pelayanan kesehatan,
jumlah penduduk, dan kemampuan daya beli penduduk di sekitar lokasi
apotek, kesehatan lingkungan, keamanan dan mudah dijangkau masyarakat
dengan kendaraan.
3. Bangunan
Bangunan apotek sekurang-kurangnya terdiri dari:
 Ruang tunggu pasien yang nyaman bagi pasien
 Ruang administrasi
 Ruang penyimpanan obat dan peracikan
 Ruang penyerahan obat
 Tempat pencucian peracikan/alat kesehatan
 Kamar mandi/toilet

5
4. Perlengkapan Apotek
Apotek harus memiliki perlengkapan, antara lain:
 Alat pembuangan
 Etiket dan plastik pengemas
 Lemari penyimpanan khusus narkotika dan psikotropika
 Alat pemadam kebakaran yang masih berfungsi baik
 Pengelolahan dan peracikan seperti timbangan,mortir,gelas ukur, dll.
 Tempat penyimpanan perbekalan farmasi, seperti lemari obat dan
lemari pendingin.
 Alat administrasi seperti blanko pesanan, salinan resep, kwitansi, kartu
stock, faktur, dll.
 Memiliki buku-buku standar farmasi seperti Farmakope Indonesia, ISO,
MIMS, DPHO, dan kumpulan perundang-undangan yang berhubungan
dengan apotek.
 Papan nama yang memuat nama apotek, nama Apoteker Pengelola
Apotek (APA), nomor Surat Izin Apotek (SIA), alamat apotek, dan
nomor telepon apotek.
5. Tenaga Kerja atau Personalia Apotek
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/MENKES/
SK/X/2002 Pasal 1, personil apotek dapat terdiri dari:
a. Apoteker Pengelola Apotek (APA) yaitu Apoteker yang telah diberi
Surat Izin Apotek (SIA).
b. Apoteker Pendamping adalah Apoteker yang bekerja di apotek di
samping apoteker Pengelola Apotek dan atau menggantikan pada jam-
jam tertentu pada hari buka apotek.
c. Apoteker Pengganti adalah Apoteker yang menggantikan APA selama
APA tersebut tidak berada ditempat lebih dari 3 bulan secara terus-
menerus, telah memiliki Surat Izin Kerja (SIK) dan tidak bertindak
sebagai APA di apotek lain.

6
d. Asisten Apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan
perundang- undangan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai
asisten apoteker yang berada di bawah pengawasan apoteker.

2.4 Persyaratan Apoteker dan Asisten Apoteker Pengelolaan Apotek


Sesuai dengan Permenkes RI No. 922/MENKES/PER/X/1993 pasal 5
bahwa Apoteker Pengelola Apotek(APA) dan Asisten Apoteker harus
memenuhi persyaratan sebagai berilkut:
A. Persyaratan Apoteker
a. Ijazah telah terdaftar pada Departemen Kesehatan.
b. Telah mengucapkan sumpah atau janji sebagai Apoteker.
c. Memiliki Surat Izin Kerja (SIK) dari Menteri Kesehatan.
d. Memenuhi syarat-syarat kesehatan fisik dan mental untuk
melaksanakan tugasnya sebagai Apoteker.
e. Tidak bekerja di suatu perusahaan farmasi dan tidak menjadi APA di
Apotek lain.
B. Persyaratan Asisten Apoteker
a. Asisten Apoteker harus memiliki SIKTTK (Surat Izin Kerja Tenaga
Teknis Kefarmasian).
b. Asisten Apoteker harus memiliki STRTTK (Surat Tanda Registrasi
Tenaga Teknis Kefarmasian).
c. Memenuhi syarat-syarat kesehatan fisik dan mental untuk
melaksanakan tugasnya sebagai Asisten Apoteker.

2.5 Tugas dan Kewajiban Apoteker dan Asisten Apoteker


A. Apoteker
Tugas dan kewajiban Apoteker di apotek adalah sebagai berikut:
a. Memimpin seluruh kegiatan apotek, baik teknis maupun non tekinis
kefarmasian sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
b. Mengatur, melaksanakan dan mengawasi administrasi.
c. Mengusahakan agar apotek yang dipimpinya dapat memberikan hasil
yang optimal sesuai dengan rencana kerja.

7
d. Melakukan pengembangan usaha apotek.
e. Memberi pelayanan informasi obat kepada pasien.
B. Asisten Apoteker
Tugas dan kewajiban Asisten Apoteker adalah sebagai berikut:
a. Melaksanakan pelayanan kefarmasian, mulai dari menerima resep,
memberi harga, membuat etiket, meracik, memeriksa kelengkapan
resep, dan menyerahkan obat kepada pasien.
b. Melakukan penerimaan barang, pencatatan, pemasukan dan
pengeluaran barang dalam kartu stok, serta penyimpanan barang ke
dalam lemari yang sesuai.
c. Membuat permintaan barang apotek/defecta.
d. Membuat laporan penjualan harian.

2.6 Pengelolaan Apotek


Seluruh kegiatan apoteker untuk melaksanakan tugas dan fungsi
pelayanan apotek disebut pengelolaan apotek. Pengelolaan apotek
sepenuhnya berada ditangan apoteker, oleh karena itu apoteker harus
mengelola secara efektif sehingga obat yang disalurkan kepada masyarakat
akan lebih dapat dipertanggung jawabkan, karena kualitas dan keamanannya
selalu terjaga.
A. Perencanaan
Perencanaan adalah kegiatan untuk menentukan jumlah dan waktu
pengadaan sediaan farmasi dan alat kesehatan sesuai dengan hasil kegiatan
pemilihan, agar terjamin terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah,
tepat waktu serta efisien. Ada 3 (tiga) metode perencanaan sediaan farmasi
dan alat kesehatan:
1) Pola penyakit
2) Pola konsumsi
3) Kombinasi antara pola konsumsi dan pola penyakit

8
B. Pengadaan
Pengadaan persediaan farmasi adalah kegiatan untuk memenuhi
kebutuhan perbekalan farmasi berdasarkan fungsi perencanaan dan
penganggaran. Tujuan pengadaan adalah untuk memperoleh perbekalan
farmasi dengan harga yang layak, dengan mutu yang baik, pengiriman
barang terjamin dan tepat waktu, proses berjalan lancar dan tidak
memerlukan tenaga serta waktu berlebihan.
Proses pengadaan barang dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu:
1. Tahap persiapan, dilakukan dengan cara mengumpulkan data barang
barang yang akan dipesan dari buku defekta, termasuk obat baru yang
ditawarkan pemasok.
2. Pemesanan dilakukan dengan menggunakan Surat Pesanan (SP). Surat
Pesanan (SP) minimal dibuat 2 lembar (untuk pemasok dan arsip
apotek) dan ditandatangani oleh APA dengan mencantumkan nomor
SIK.
C. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi
yang telah diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian, melalui pembelian
langsung, tender, konsinyasi atau sumbangan. Penerimaan adalah kegiatan
untuk menjamin kesesuaian jenis, spesifikasi, jumlah, mutu, waktu
penyerahan dan harga yang tertera dalam kontrak/pesanan. Penerimaan
merupakan kegiatan verifikasi penerimaan/penolakan, dokumentasi dan
penyerahan yang dilakukan dengan menggunakan "checklist" yang sudah
disiapkan untuk masing-masing jenis produk yang berisi antara lain :
a) kebenaran jumlah kemasan.
b) kebenaran kondisi kemasan seperti yang disyaratkan.
c) kebenaran jumlah satuan dalam tiap kemasan.
d) kebenaran jenis produk yang diterima.
e) tidak terlihat tanda-tanda kerusakan.
f) kebenaran identitas produk.
g) penerapan penandaan yang jelas pada label, bungkus dan brosur.

9
h) tidak terlihat kelainan warna, bentuk, kerusakan pada isi produk.
i) jangka waktu daluarsa yang memadai.
D. Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara
dengan cara menempatkan sediaan farmasi yang diterima pada tempat
yang dinilai aman dari pencurian dan gangguan fisik yang dapat merusak
mutu obat. Penyimpanan harus menjamin stabilitas dan keamanan sediaan
farmasi dan alat kesehatan. Metode penyimpanan dapat dilakukan
berdasarkan kelas terapi, menurut bentuk sediaan dan alfabetis dengan
menerapkan prinsip Firsf ln First Out (FIFO) dan First Expired First Out
(FEFO). Serum, vaksin, dan obat-obat yang mudah rusak atau meleleh
pada suhu kamar disimpan dalam lemari pendingin. Cara penyimpanan
obat narkotika dan psikotropika sebagai berikut:
 Penyimpanan Obat Narkotika
Penyimpanan obat narkotika harus mempunyai lemari khusus dan
harus dikunci dengan baik. Tempat penyimpanan narkotika di apotek
harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
 Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat.
 Harus mempunyai kunci yang kuat.
 Dibagi dua, masing-masing dengan kunci yang berlainan. Bagian
pertama dipergunakan untuk menyimpan morfin, petidin dan garam-
garamnya serta persediaan narkotika sedangkan bagian kedua
dipergunakan untuk menyimpan narkotika yang dipakai sehari-hari.
 Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari berukuran kurang dari
40×80×100 cm, maka lemari tersebut harus dibaut melekat pada
tembok atau lantai.
 Anak kunci lemari khusus harus dipegang oleh Apoteker atau
pegawai yang dikuasakan.
 Lemari khusus harus ditempatkan di tempat yang aman dan tidak
terlihat oleh umum.

10
 Peyimpanan Obat psikotropika
Peyimpanan obat psikotropika belum diatur oleh perundang-
undangan, namun, karena kecenderungan penyalahgunaan psikotropika,
maka disarankan untuk obat golongan psikotropika diletakkan tersendiri
dalam suatu rak atau lemari khusus yang terbuat dari kayu dan
mempunyai kunci yang dipegang oleh apoteker atau asisten apoteker
sebagai penanggung jawab yang diberi kuasa oleh Apoter Pengelola
Apotek (APA).
E. Pendistribusian
Pendistribusian adalah kegiatan menyalurkan atau menyerahkan
sediaan farmasi dan alat kesehatan dari tempat penyimpanan sampai
kepada unit pelayanan pasien. Sistem distribusi yang baik harus:
a. Mempertahankan mutu.
b. Menjaga ketelitian pencatatan.
c. Menggunakan sistem informasi manajemen.
d. Meminimalkan kehilangan, kerusakan dan kadaluarsa.
e. Menjamin kesinambungan penyaluran atau penyerahan.
f. Menggunakan metode distribusi yang efisien, dengan memperhatikan
peraturan peundang-undangan dan ketentuan lain yang berlaku.
F. Pemberian Obat
Tujuan pemberian obat adalah memberikan obat sesuai dengan dosis
dan cara pemakaian yang benar agar obat bisa memberikan efek
penyembuhan terhadap suatu penyakit atau pun keluhan yang dirasakan
oleh seseorang.
G. Penghapusan atau Pemusnahan Obat
Penghapusan merupakan kegiatan penyelesaian terhadap
perbekalan farmasi yang tidak terpakai karena kadaluarsa, rusak, dan
mutu tidak memenuhi standar. Tujuan penghapusan adalah untuk
menjamin perbekalan farmasi yang sudah tidak memenuhi syarat
dikelola sesuai dengan standar yang berlaku. Adanya penghapusan

11
akan mengurangi beban penyimpanan maupun mengurangi risiko
terjadi penggunaan obat yang sub standar.
Pemusnahan arsip resep dilakukan untuk arsip resep yang telah
berumur 3 (tiga) tahun atau lebih. Sebelumnya dilakukan pemusnahan
arsip resep, dibuat berita acara dan surat pemberitahuan yang ditujukan
kepada Kepala Kantor Dinas Kesehatan Kota setempat bahwa akan
dilakukan pemusnahan resep, serta tembusan kepada Balai POM.
Pemusnahan obat dilakukan untuk obat-obatan yang telah lewat
tanggal kadaluarsa, rusak, berubahan warna atau memenuhi kriteria
untuk dimusnahkan. Obat-obatan yang telah kadaluarsa sebelumnya
dicatat terlebih dahulu jumlah dan tanggal kadaluarsanya, kemudian
disimpan atau dikumpulkan selama kurang lebih 3 tahun atau hingga
mencapai jumlah obat yang cukup banyak, kemudian dimusnahkan.
Pemusnahan dilakukan dengan cara dihancurkan (obat sirup, injeksi
ampul), dilarutkan (tablet, kapsul dan pulvis), ditanam (salep/krim).
Pemusnahan obat pun dibuat berita acara pemusnahan obat yang
ditujukan kepada Kepala Kantor Dinas Kesehatan Kota dengan
tembusan ke BPOM serta dilakukan pelaporan atas pelaksanaan
pemusnahan.
Pemusnahan narkotika dilakukan sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku, harus dihadiri oleh petugas dari Dinas
kesehatan, APA, dan salah satu karyawan apotek. Pemusnahan
narkotika dan psikotropika harus disertai berita acara untuk diserahkan
kepada Badan POM dan Dinas Kesehatan. Berita acara pemusnahan
narkotika meliputi hari, tanggal dan waktu pemusnahan, nama APA,
nama saksi (dari pemerintah dan apotek yang bersangkutan), nama dan
jumlah narkotika yang dimusnahkan, cara pemusnahannya serta tanda
tangan APA (Apoteker Pengelola Apotek).

12
H. Pencatatan dan pelaporan
 Pencatatan
Pencatatan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk
memonitor transaksi perbekalan farmasi yang keluar dan masuk.
Adanya pencatatan akan memudahkan petugas untuk melakukan
penelusuran bila terjadi adanya mutu obat yang sub standar dan
harus ditarik dari peredaran. Pencatatan dapat dilakukan dengan
menggunakan sistem komputer dan manual. pencatatan secara
manual pada umumnya adalah Kartu Stok dan buku.
Macam-macam pencatatan di apotek sebagai berikut:
a. Pencatatan Defekta
b. Pencatatan Stok Barang
c. Pencatatn Permintaan Barang
d. Pencatatan Penerimaan Barang
e. Pencatatan Rekap Resep
 Pelaporan
Pelaporan adalah kumpulan catatan dan pendataan kegiatan
administrasi perbekalan farmasi. Contoh: laporan penggunaan resep
narkotika dan psikotropika, laporan keuangan, laporan stock opname,
laporan pembelian, dll.
Tujuan dari pembuatan laporan adalah:
a. Tersedianya data yang akurat sebagai bahan evaluasi.
b. Tersedianya informasi yang akurat.
c. Tersedianya data yang lengkap untuk membuat perencanaan.

13
2.7 Penggolongan Obat
Penggolongan obat tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI
Nomor 917/Menkes/Per/X/1993 yang telah diperbarui dengan Permenkes RI
Nomor 949/Menkes/Per/VI/2000. Obat dapat digolongkan menjadi 5(enam)
golongan, yaitu:
A. Obat Bebas

Obat bebas adalah obat yang dapat dijual bebas kepada masyarakat
tanpa resep dokter, tidak termasuk dalam daftar narkotika, psikotropika,
obat keras, dan obat bebas terbatas, dan sudah terdaftar di Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Obat bebas disebut juga obat OTC (Over
The Counter). Obat bebas dapat dijual bebas di warung kelontong, toko
obat berizin, supermarket serta apotek. Penandaan obat bebas diatur
berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
2380/A/SK/VI/1983 tentang Tanda Khusus untuk Obat Bebas dan Bebas
Terbatas. Tanda khusus untuk obat bebas adalah lingkaran bulat berwarna
hijau dengan garis tepi warna hitam.
B. Obat Bebas Terbatas

Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras
tetapi masih dapat dijual dan dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai
dengan tanda peringatan. Obat bebas terbatas atau obat yang termasuk
dalam daftar “W”, Menurut bahasa belanda “W” singkatan dari
“Waarschuwing” artinya peringatan. Tanda peringatan selalu tercantum
pada kemasan obat bebas terbatas, berupa empat persegi panjang berwarna

14
hitam dan memuat pemberitahuan berwarna putih. Berdasarkan Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2380/A/SK/VI/1983, tanda
khusus untuk obat bebas berbatas berupa lingkaran berwarna biru dengan
garis tepi berwarna hitam.

Tanda Peringatan Pada Obat Terbatas


C. Obat Keras

Obat keras disebut juga obat daftar “G”, yang diambil dari bahasa
Belanda. “G” merupakan singkatan dari “Gevaarlijk” artinya berbahaya,
maksudnya obat dalam golongan ini berbahaya jika pemakainnya tidak
berdasarkan resep dokter.Golongan obat yang hanya boleh diberikan atas
resep dokter, dokter gigi dan dokter hewan ditandai dengan tanda
lingkaran merah dan terdapat huruf K di dalamnya. Yang termasuk
golongan ini adalah beberapa obat generik dan Obat Wajib Apotek
(OWA). Juga termasuk di dalamnya narkotika dan psikotropika tergolong
obat keras. Berdasarkan Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia
No. 02396/A/SK/VIII/1986 tentang tanda khusus obat keras Daftar “G”
adalah “Lingkaran bulat berwarna merah dengan garis tepi berwarna hitam
dengan huruf K yang menyentuh garis tepi”.

15
D. Obat Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah atau sintetis, bukan
narkotik yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
Susunan Saraf Pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas
mental dan prilaku. Penandaan untuk Psikotropik sama dengan penandaan
untuk obat keras. Penandaan ini telah ditetapkan sebelum dibuatnya UU RI
No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. Penandaan psikotropika berupa
lingkaran bulat berwarna merah, dengan huruf “K” berwarna hitam yang
menyentuh garis tepi yang berwarna hitam. Seperti gambar dibawah ini.
Menurut UU No.5 Tahun 1997 psikotopika digolongkan menjadi:
 Psikotropika golongan I: adalah psikotropika yang hanya dapat
digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam
terapi, serta mempunyai potensi sangat kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan. Contoh: etisiklidina, tenosiklidina, dan metilendioksi
metilamfetamin, Brolamfetamin, dll.
 Psikotropika golongan II: adalah psikotropika yang berkhasiat
pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan
ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan
sindroma ketergantungan. Contoh: amfetamin, deksamfetamin,
metamfetamin, dan fensiklidin.
 Psikotropika golongan III: adalah psikotropika yang berkhasiat
pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan
ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan
sindroma ketergantungan. Contoh: amobarbital, pentabarbital, dan
siklobarbital.
 Psikotropika golongan IV: adalah psikotropika yang berkhasiat
pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk
tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh: diazepam,
estazolam, etilamfetamin, alprazolam.

16
E. Obat Narkotika

Berdasarkan UU No. 35 Tahun 2009 obat narkotika adalah obat yang


berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi
sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan
rfmenimbulkan ketergantungan.Penandaan narkotika berdasarkan
peraturan yang terdapat dalam Ordonansi Obat Bius yaitu “Palang Medali
Merah”.
Berdasarkan UU RI No. 35 tahun 2009, narkotika dibagi atas 3 golongan:
 Golongan I : Adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk
tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam
terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan
ketergantungan. Contohnya yaitu Tanaman Papaver Somniferum L,
Opium Mentah, Tanaman Ganja, Heroina.
 Golongan II : Adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan
sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau
untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai
potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contohnya yaitu
Morfina, Opium, Petidina, Tebaina, Tebakon.
 Golongan III : Adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan dan
banyak digunakan dalam terapi dan/atau tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan
ketergantungan. Contohnya yaitu Kodeina, Nikodikodina, Nikokodina

17
BAB III
TINJAUAN UMUM TEMPAT PRAKERIN

3.1 Sejarah Klinik Ibumas


A. Latar Belakang
Klinik IBUMAS resmi dioperasionalkan pada tanggal 24 Maret 2004,
dengan Izin Operasional: Kepala Dinas Kesehatan Kota Tanjungpinang
No.579/Yankes-BP/445/III/2004, Tertanggal 24 Maret 2004.
Dikelola secara profesional dengan berawal dari niat untuk mengadakan
fasilitas dan pelayanan kesehatan menyeluruh kepada masyarakat sekitarnya,
sesuai dengan lokasi klinik di pusat pengembangan kota baru yaitu Bintan
Centre Jalan D.I Panjaitan Km 9, Blok A 14 Tanjungpinang.
Dalam perkembangan perjalanannya, beranjak dari permintaan akan
pemeriksaan kesehatan (Medical Check Up) maka disediakanlah sarana serta
tenga profesional untuk pemeriksaan kesehatan.

18
B. Lokasi Klinik Ibumas
Klinik Kesehatan IBUMAS terletak di pusat pengembangan kota baru
yaitu BINTAN CENTRE di jalan D.I. PANJAITAN Km.IX Blok A. 14
Tanjung Pinang. Lokasi ini mudah dicapai dengan kendaraan pribadi maupun
kendaraan umum, terletak di tepi jalan raya, ditengah pemukiman penduduk.

C. Logo Klinik Ibumas

Gambar diatas adalah tampilan dari logo Klinik Ibumas. Logo tersebut
memilki arti yaitu “Jalinan kesinambungan antara pengelola dan pemakai
jasa pelayanan kesehatan”.

D. Motto, Visi dan Misi Klinik Ibumas


 MOTTO : “ Mitra Kesehatan Anda “
 VISI : Kesehatan meningkatkan produktivitas dan harkat jati diri.
 MISI : 1.Memenuhi panggilan tugas profesi dalam pelayanan Kesehatan
2.Praktis, efisien, ramah , cepat dan tepat.
Dengan MOTTO, VISI dan MISI ini, kami beritikad memberikan serta
menjaga mutu pelayanan yang terbaik, mengembangkan sumber daya. Serta
memberikan keseimbangan antara bisnis dan pelayanan kesehatan dengan tidak
meninggalkan fungsi sosialnya.

19
E. Sumber Daya Manusia
 Tenaga Kefarmasian terdiri dari:
- Apoteker : 1 Orang
- Asisten Apoteker : 2 Orang
 Tenaga Medis terdiri dari:
- Dokter Umum : 4 Orang
- Dokter Gigi : 1 Orang
 Tenaga Para Medis terdiri dari:
- Perawat : 2 Orang
 Tenaga Umum lainnya terdiri dari:
- Accounting : 2 Orang

F. Struktur organisani Klinik Ibumas

Struktur Organisasi di Klinik


Ibumas

Tenaga Medis Tenaga Tenaga Para Tenaga


Kefarmasian Medis Umum

Dokter Apoteker
Umum Accounting

20

Dokter Asisten Perawat


G. Sarana dan Prasarana Klinik Ibumas
Adapun sarana dan prasarana di Klinik Ibumas terdiri dari:
a. Ruang pendaftaran pasien dan informasi obat, dilengkapi dengan meja dan
komputer.
b. Ruang tunggu pasien, dilengkapi dengan kursi, televisi dan AC.
c. Ruang periksa dokter umum yang disertai AC, meja untuk konsultasi, alat
kesehatan untuk diagnosa dan tempat pemeriksaan keadaan pasien.
d. Ruang Periksa Dokter Gigi, dilengkapi dengan alat-alat untuk periksa gigi,
AC dan meja untuk konsultasi.
e. Inthalasi Farmasi/Apotek Ibumas, dilengkapi dengan rak-rak obat, lemari
okt, alat racikan, tempat pencucian alat racikan, dan tempat racikan.
f. Ruang Administrasi dan Keuangan yang disertai komputer.
g. Ruang Istirahat Dokter
h. Toilet Untuk Pasien

3.2 Pengelolaan di Apotek Ibumas


A. Perencanaan
Perencanaan di apotek dilakukan dengan cara menetapkan jenis dan
jumlah obat yang akan dipesan dengan memperhatikan metode konsumsi
bulan sebelumnya dan dilihat dari catatan buku defecta (catatan barang
habis atau hampir habis).
B. Pengadaan
Proses pengadaan dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu:
 Mengumpulkan data obat yang akan dipesan dari buku defekta dan
dari hasil perencanaan.
 Membuat Surat Pesanan (SP) yang terdiri dari 3 rangkap dan disertai
tanda tangan dan nomor SIK Apoteker. (untuk dikirimkan ke PBF 2
rangkap dan arsip apotek 1 rangkap).
 Surat Pesanan obat akan dikirimkan ke PBF atau diberikan ke sales
PBF ketika sales tersebut datang ke apotek.

21
C. Penerimaan
Obat datang dari PBF dengan faktur pesanan ke apotek akan dicek
kesesuaian dengan Surat Pesanan (SP) jika tidak sesuai atau terjadi
kerusakan keadaan fisik obat akan dilaporkan ke PBF.
Berikut langkah-langkah pengecakan penerimaan obat dari PBF, yaitu:
1. Kesesuaian jumlah obat
2. Kesesuaian nama produk obat
3. Kesesuaian nomor bats
4. Kesesuaian harga
5. Waktu kadaluarsa yang memadai
6. Keadaan fisik obat yang terjamin
D. Penyimpanan
Penyimpanan obat di Apotek Ibumas disimpan menurut bentuk
sediaan dan disusun sesuai alfabetis dengan menerapkan sistem FEFO
(first expired first out). Obat yang mudah mencair disuhu ruang kamar
akan disimpan didalam kulkas, selain itu penyimpanan obat OKT (obat
keras terbatas) disimpan dilemari yang terpisah dengan obat lain dan
mempunyai kunci yang kuat.
E. Distribusi
Distribusi Apotek Ibumas dilakukan dengan sistem kombinasi yaitu
obat diserahkan kepasien sesuai dengan jumlah obat yang ditulis oleh
dokter pada resep dan tersedianya perbekalan kesehatan diruang dokter
umum untuk tindakan dan diruang dokter gigi.
F. Pemberian Obat
Langkah-langkah pemberian obat di Apotek Ibumas:
1. Resep datang dari dokter umum maupun dokter gigi.
2. Apoteker /Asisten Apoteker menerima resep tersebut.
3. Resep akan diperiksa yang meliputi:
 Nama obat, dosis, jumlah, dan aturan pakai.
 Umur pasien, nama pasien, alamat pasien (jika pengandung obat
psikotropika dan narkotika)

22
4. Penyiapan obat/ Peracikan
 Menyiapkan obat atau meracik obat.
 Penandaan etiket pada pemasan obat (etiket putih untuk obat
pemakaian secara oral dan etiket biru untuk obat luar).
5. Obat akan diperiksa kembali oleh Apoteker
6. Penyerahan obat dan pemberian informasi obat oleh Apoteker/Asisten
Apoteker.
Pemberian Informasi Obat dengan menjelaskan:
 Nama obat
 Khasiat obat
 Aturan pemakaian obat
 Efek samping obat
 Cara penyimpanan obat (jika terdapat obat yang dapat meleleh
disuhu ruang kamar)
7. Pasien melakukan Pembayaran (jika terdapat resep umum)
G. Pemusnahan Obat
Langkah-langkah pemusnahan Obat sebagai berikut:
1. Mengumpulkan obat-obat yang telah kadaluarsa dan dipisahkan dari
obat-obat lain yang belum kadaluarsa.
2. Melakukan pendataan dan dokumentasi (mencatat nama obat, jumlah,
waktu kadaluarsa dan harga)
3. Membuat berita acara pemusnahan obat yang ditujukan kepada Dinas
Kesehatan.
4. Setelah Dinas Kesehatan datang ke apotek dilakukan pemusnahan obat
yang disaksikan oleh Dinas kesehatan, Apoteker, dan Asisten Apoteker.
5. Berita acara akan ditanda tangani oleh saksi.
H. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan di Apotek Ibumas menggunakan sistem
komputer. Contoh pencatatan: buku defecta, buku pembelian, kartu stock,
catatan stock opname,
Contoh pelaporan: laporan OKT, dan laporan pemakaian obat harian.

23
BAB IV
KEGIATAN PRAKERIN

4.1 Waktu dan Tempat Prakerin


Kegiatan Prakerin dilaksanakan pada tanggal 16 Januari 2017 sampai 4
Maret 2017 bertempat di Klinik Ibumas yang beralamat di Jl. D.I. Panjaitan
Km. IX Blok A No.14 Tanjungpinang. Kegiatan ini terbagi menjadi 2 (dua)
Shift yaitu :
- Shift Pagi : Pukul 07.30 s/d Pukul 15.00
- Shift Malam : Pukul 15.00 s/d Pukul 21.30

4.2 Kegiatan Selama Prakerin

No. Minggu Ke - Kegiatan


1. - Menyiapkan obat racikan dan non
racikan
- Mengecek sisa stock obat di Apotek
- Menulis etiket dan menempelkanya
pada kemasan obat
- Membersihkan rak obat
Minggu Pertama - Menggunting etiket
(16 Januari - 21 Januari 2017) - Mencatat nama-nama obat yang ada
di Apotek serta khasiatnya
- Mengelompokkan dan menyimpan
faktur pembelian pada berkasnya
sesuai dengan nama PBF
- Menyerahkan obat dan menjelaskan
informasi obat kepada pasien (PIO)
2. - Menyiapkan obat racikan dan non
racikan
- Menulis etiket dan menempelkanya
pada kemasan obat
Minggu Kedua - Menyerahkan obat dan menjelaskan
(23 Januari - 28 Januari 2017) informasi obat kepada pasien (PIO)
- Memeriksa jumlah obat, nomor
bets, dan waktu kadaluarsa sediaan
obat baru datang dari PBF sesuai
dengan faktur

24
- Menyusun sediaan obat yang baru
datang dari PBF pada rak obat
sesuai dengan bentuk kemasan dan
abjad
- Mengisi kartu stock
- Mengisi dan menyimpan kartu stock
3. - Menyiapkan obat racikan dan non
racikan
- Menulis etiket dan menempelkanya
pada kemasan obat
- Menyerahkan obat dan menjelaskan
informasi obat kepada pasien (PIO)
- Mengelompokkan resep sesuai
dengan tanggal dan jenis resep
- Memeriksa keadaan fisik sediaan
farmasi dan perbekalan kesehatan
Minggu Ketiga yang mendekati waktu kadaluarsa
- Melakukan stock opname
(30 Januari - 4 Februari 2017) - Mencatat faktur pembelian obat
dibuku pembelian apotek
- Memeriksa jumlah obat, nomor
bets, dan waktu kadaluarsa sediaan
obat baru datang dari PBF sesuai
dengan faktur
- Menyusun sediaan obat yang baru
datang dari PBF pada rak obat
sesuai dengan bentuk kemasan dan
abjad
- Mengisi kartu stock
4. - Menyiapkan obat racikan dan non
racikan
Minggu Keempat - Menulis etiket dan menempelkanya
pada kemasan obat
(6 Februari–11 Februari 2017) - Menyerahkan obat dan menjelaskan
informasi obat kepada pasien (PIO)
- Mengisi dan menyimpan kartu stock
5. Minggu Kelima - Mengelompokkan resep sesuai
(09 Februari–18 Februari 2017) dengan tanggal dan jenis resep
- Menyiapkan obat racikan dan non
racikan

25
- Menulis etiket dan menempelkanya
pada kemasan obat
- Menyerahkan obat dan menjelaskan
informasi obat kepada pasien (PIO)
- Memeriksa jumlah obat, nomor
bets, dan waktu kadaluarsa sediaan
obat baru datang dari PBF sesuai
dengan faktur
- Menyusun sediaan obat yang baru
datang dari PBF pada rak obat
sesuai dengan bentuk kemasan dan
abjad
- Mengisi kartu stock
6. - Menyiapkan obat racikan dan non
racikan
- Menulis etiket dan menempelkanya
pada kemasan obat
- Menyerahkan obat dan menjelaskan
informasi obat kepada pasien (PIO)
Minggu Keenam - Mengisi dan menyimpan kartu stock
- Memeriksa jumlah obat, nomor
(20 Februari–25 Februari 2017) bets, dan waktu kadaluarsa sediaan
obat baru datang dari PBF sesuai
dengan faktur
- Menyusun sediaan obat yang baru
datang dari PBF pada rak obat
sesuai dengan bentuk kemasan dan
abjad
7. Minggu Ketujuh - Mengelompokkan resep sesuai
(27 Februari–4 Maret 2017) dengan tanggal dan jenis resep
- Menyiapkan obat racikan dan non
racikan
- Menulis etiket dan menempelkanya
pada kemasan obat
- Menyerahkan obat dan menjelaskan
informasi obat kepada pasien (PIO)
- Mengisi kartu stock
- Menerima sediaan farmasi dari PBF
sesuai dengan pesanan

26
- Memeriksa keadaan fisik
perbekalan farmasi dan perbekalan
kesehatan yang mendekati waktu
kadaluarsa
- Melakukan stock opname
- Memeriksa kesesuaian obat yang
baru datang sesuai dengan faktur

27
BAB V
PEMBAHASAN

5.1 Resep
Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter, dokter gigi, dokter
hewan yang diberi izin berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku kepada apoteker pengelola apotek untuk menyediakan dan
menyerahkan obat-obatan kepada pasien. Resep disebut juga formulae
medice.
 Kelengkapan Resep
Suatu resep yang lengkap terdiri dari:
1. Nama, alamat dan nomor izin praktek dokter, dokter gigi atau dokter
hewan.
2. Tanggal penulisan resep, nama setiap obat atau komposisi obat.
3. Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep.
4. Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
5. Nama pasien, jenis hewan, umur, serta alamat/pemilik hewan.
6. Tanda seru dan paraf dokter untuk resep yang mengandung obat yang
jumlahnya melebihi dosis maksimal.
 Bagian-bagian Resep
Pembagian suatu resep yang lengkap terdiri dari:
1. Inscriptio, yaitu nama dokter, nomor SIP, alamat/nomor telepon,
tanggal penulisan resep.
2. Invocatio, yaitu permintaan tertulis dokter dalam singkatan latin “R/=
resipe” artinya ambilah atau berikanlah, sebagai kata pembuka
komunikasi dengan apoteker di apotek. Tertulis pada bagian kiri setiap
penulisan resep.
3. Prescriptio/Ordonatio, yaitu nama obat, jumlah dan bentuk sediaan
yang diinginkan.
4. Signatura, yaitu aturan pemakaian obat.

28
5. Subscrioptio : yaitu tanda tangan/ paraf dokter penulis resep berguna
sebagai legalitas dan keabsahan resep tersebut.
6. Pro (diperuntukkan), yaitu dicantumkan nama dan umur pasien.
Teristimewa untuk obat narkotika juga hatus dicantumkan alamat
pasien (untuk pelaporan ke Dinkes setempat).

5.2 Pelayanan Resep di Klinik Ibumas


Langkah-langkah pelayanan resep di Klinik Ibumas:
1. Pasien melakukan pendaftaran di ruang administrasi dan mengambil
nomor antrian.
2. Pasien menunggu antrian gilirannya untuk konsultasi ke ruang dokter.
3. Setelah konsultasi selesai pasien mengantarkan resep dari dokter ke
apotek.
4. Apoteker/Asisten Apoteker menerima resep tersebut.
5. Resep akan diperiksa yang meliputi:
 Nama obat, dosis, jumlah, dan aturan pakai.
 Umur pasien, nama pasien, alamat pasien (jika pengandung obat
psikotropika dan narkotika)
6. Penyiapan obat/ Peracikan
 Menyiapkan obat atau meracik obat.
 Penandaan etiket pada pemasan obat (etiket putih untuk obat
pemakaian secara oral dan etiket biru untuk obat luar).
7. Obat akan diperiksa kembali oleh Apoteker
8. Penyerahan obat dan pemberian informasi obat oleh Apoteker/Asisten
Apoteker.
Pemberian Informasi Obat dengan menjelaskan menjelaskan:
 Nama obat
 Khasiat Obat
 Aturan pemakaian obat
 Efek samping obat
 cara penyimpanan obat

29
9. Meminta tanda tangan pasien pada resep sebagai bukti bahwa pasien
tersebut ada melakukan konsultasi dengan dokter dan pengambilan obat-
obatan. (jika terdapat pasien resep kredit Seperti Angkasa Pura).
10. Pasien melakukan Pembayaran (jika terdapat resep umum)

5.3 Alur Pelayanan di Klinik Ibumas

Alur Pelayanan Klinik Ibumas


Pendaftaran

Pengantrian Pengantrian Pengantrian

Konsultasi Konsultasi Konsultasi

Mengantri untuk Mengantri untuk Pasien Angkasa Pura dan


Mengantri untuk

Pasien Umum
Pengambilan Obat Pengambilan Obat

Pasien BPJS LPPNPI


Pengambilan Obat

Penyerahan dan Penyerahan dan Penyerahan dan


Penjelasan
Informasi Obat
oleh Apoteker/AA
Penjelasan
Informasi Obat
oleh Apoteker/AA
(Kredit)
Penjelasan
Informasi Obat
oleh Apoteker/AA

Meminta Tanda
Pembayaran
Tangan Pasien

30
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 KESIMPULAN
Berdasarkan dari kegiatan Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) yang
telah dilaksanakan di Apotek IBUMAS, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. PRAKERIN dapat menambah ilmu pengetahuan yang belum diketahui
oleh siswa dan siswi, serta dapat memberikan pengelaman bekerja di
Apotek bagi siswa dan siswi yang melaksanakan PRAKERIN.
2. Pengelola perbekalan farmasi dilapangan kerja yang bergerak dibidang
kefarmasian seperti apotek, yang meliputi: perencanaan atau pengadaan,
pemesanan obat, peneriamaan, dan penyimpanan barang.
3. Untuk menjadi seorang tenaga kesehatan yang baik seorang farmasi harus
bersikap sopan, disiplin, dan harus hadir dengan wajah yang sosial etika
dan bermoral.

6.2 SARAN
Saran dari hasil tempat Praktek Kerja Industri, yaitu:
1. Sebaiknya lahan parkir kendaraan diperluas karena pasien sulit untuk
memakir kendaraan dilahan parkir yang terlalu sempit.

31
DAFTAR PUSTAKA

32

Anda mungkin juga menyukai