Laporan PKL Di Klinik Ibumas 2017
Laporan PKL Di Klinik Ibumas 2017
PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan Praktek Kerja Industri (Prakerin)
Adapun tujuan Praktek Kerja Industri sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dan memahami tanggung jawab seorang tenaga
kefarmasian di apotek baik teknis dan non-teknis farmasi.
2. Untuk mempelajari cara pengelolaan apotek dalam kegiatan pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, penjualan dan pelayanan kesehatan di apotek.
3. Untuk meningkat sistem proses pendidikan dan pelatihan tenaga kerja
yang berkualitas dan profesional.
4. Untuk mengetahui dan memahami ruang lingkup kerja.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
4. Sarana pembuatan dan pengendalian mutu Sediaan Farmasi, pengaman,
pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau peyaluran obat,
pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi
obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.
4
d. Mempunyai surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang
mempunyai surat izin praktek.
e. Membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika
profesi.
Setiap Tenaga Kefarmasian yang akan menjalankan pekerjaan
kefarmasian wajib memiliki surat izin sesuai tenaga kefarmasian bekerja.
Surat izin yang dimaksud adalah berupa:
a) SIPA (Surat Izin Praktek Apoteker) bagi Apoteker penanggung
jawab difasilitas pelayanan kefarmasian dan Apoteker pendamping
difasilitas pelayanan kefarmasian,
b) SIK (Surat Izin Kerja) bagi Apoteker yang melakukan pekerjaan
kefarmasian difasilitas pelayanan kefarmasian distribusi/ penyaluran,
atau
c) SIKTTK (Surat Izin Tenaga Teknis Kefarmasian) bagi Tenaga
Teknis Kefarmasian yang melakukan pekerjaan kefarmasian pada
fasilitas kefarmasian.
2. Lokasi dan Tempat
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/MENKES/PER/X/
1993 jarak antara apotek tidak lagi dipersyaratkan, namun sebaiknya tetap
mempertimbangkan segi penyebaran dan pemerataan pelayanan kesehatan,
jumlah penduduk, dan kemampuan daya beli penduduk di sekitar lokasi
apotek, kesehatan lingkungan, keamanan dan mudah dijangkau masyarakat
dengan kendaraan.
3. Bangunan
Bangunan apotek sekurang-kurangnya terdiri dari:
Ruang tunggu pasien yang nyaman bagi pasien
Ruang administrasi
Ruang penyimpanan obat dan peracikan
Ruang penyerahan obat
Tempat pencucian peracikan/alat kesehatan
Kamar mandi/toilet
5
4. Perlengkapan Apotek
Apotek harus memiliki perlengkapan, antara lain:
Alat pembuangan
Etiket dan plastik pengemas
Lemari penyimpanan khusus narkotika dan psikotropika
Alat pemadam kebakaran yang masih berfungsi baik
Pengelolahan dan peracikan seperti timbangan,mortir,gelas ukur, dll.
Tempat penyimpanan perbekalan farmasi, seperti lemari obat dan
lemari pendingin.
Alat administrasi seperti blanko pesanan, salinan resep, kwitansi, kartu
stock, faktur, dll.
Memiliki buku-buku standar farmasi seperti Farmakope Indonesia, ISO,
MIMS, DPHO, dan kumpulan perundang-undangan yang berhubungan
dengan apotek.
Papan nama yang memuat nama apotek, nama Apoteker Pengelola
Apotek (APA), nomor Surat Izin Apotek (SIA), alamat apotek, dan
nomor telepon apotek.
5. Tenaga Kerja atau Personalia Apotek
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/MENKES/
SK/X/2002 Pasal 1, personil apotek dapat terdiri dari:
a. Apoteker Pengelola Apotek (APA) yaitu Apoteker yang telah diberi
Surat Izin Apotek (SIA).
b. Apoteker Pendamping adalah Apoteker yang bekerja di apotek di
samping apoteker Pengelola Apotek dan atau menggantikan pada jam-
jam tertentu pada hari buka apotek.
c. Apoteker Pengganti adalah Apoteker yang menggantikan APA selama
APA tersebut tidak berada ditempat lebih dari 3 bulan secara terus-
menerus, telah memiliki Surat Izin Kerja (SIK) dan tidak bertindak
sebagai APA di apotek lain.
6
d. Asisten Apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan
perundang- undangan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai
asisten apoteker yang berada di bawah pengawasan apoteker.
7
d. Melakukan pengembangan usaha apotek.
e. Memberi pelayanan informasi obat kepada pasien.
B. Asisten Apoteker
Tugas dan kewajiban Asisten Apoteker adalah sebagai berikut:
a. Melaksanakan pelayanan kefarmasian, mulai dari menerima resep,
memberi harga, membuat etiket, meracik, memeriksa kelengkapan
resep, dan menyerahkan obat kepada pasien.
b. Melakukan penerimaan barang, pencatatan, pemasukan dan
pengeluaran barang dalam kartu stok, serta penyimpanan barang ke
dalam lemari yang sesuai.
c. Membuat permintaan barang apotek/defecta.
d. Membuat laporan penjualan harian.
8
B. Pengadaan
Pengadaan persediaan farmasi adalah kegiatan untuk memenuhi
kebutuhan perbekalan farmasi berdasarkan fungsi perencanaan dan
penganggaran. Tujuan pengadaan adalah untuk memperoleh perbekalan
farmasi dengan harga yang layak, dengan mutu yang baik, pengiriman
barang terjamin dan tepat waktu, proses berjalan lancar dan tidak
memerlukan tenaga serta waktu berlebihan.
Proses pengadaan barang dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu:
1. Tahap persiapan, dilakukan dengan cara mengumpulkan data barang
barang yang akan dipesan dari buku defekta, termasuk obat baru yang
ditawarkan pemasok.
2. Pemesanan dilakukan dengan menggunakan Surat Pesanan (SP). Surat
Pesanan (SP) minimal dibuat 2 lembar (untuk pemasok dan arsip
apotek) dan ditandatangani oleh APA dengan mencantumkan nomor
SIK.
C. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi
yang telah diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian, melalui pembelian
langsung, tender, konsinyasi atau sumbangan. Penerimaan adalah kegiatan
untuk menjamin kesesuaian jenis, spesifikasi, jumlah, mutu, waktu
penyerahan dan harga yang tertera dalam kontrak/pesanan. Penerimaan
merupakan kegiatan verifikasi penerimaan/penolakan, dokumentasi dan
penyerahan yang dilakukan dengan menggunakan "checklist" yang sudah
disiapkan untuk masing-masing jenis produk yang berisi antara lain :
a) kebenaran jumlah kemasan.
b) kebenaran kondisi kemasan seperti yang disyaratkan.
c) kebenaran jumlah satuan dalam tiap kemasan.
d) kebenaran jenis produk yang diterima.
e) tidak terlihat tanda-tanda kerusakan.
f) kebenaran identitas produk.
g) penerapan penandaan yang jelas pada label, bungkus dan brosur.
9
h) tidak terlihat kelainan warna, bentuk, kerusakan pada isi produk.
i) jangka waktu daluarsa yang memadai.
D. Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara
dengan cara menempatkan sediaan farmasi yang diterima pada tempat
yang dinilai aman dari pencurian dan gangguan fisik yang dapat merusak
mutu obat. Penyimpanan harus menjamin stabilitas dan keamanan sediaan
farmasi dan alat kesehatan. Metode penyimpanan dapat dilakukan
berdasarkan kelas terapi, menurut bentuk sediaan dan alfabetis dengan
menerapkan prinsip Firsf ln First Out (FIFO) dan First Expired First Out
(FEFO). Serum, vaksin, dan obat-obat yang mudah rusak atau meleleh
pada suhu kamar disimpan dalam lemari pendingin. Cara penyimpanan
obat narkotika dan psikotropika sebagai berikut:
Penyimpanan Obat Narkotika
Penyimpanan obat narkotika harus mempunyai lemari khusus dan
harus dikunci dengan baik. Tempat penyimpanan narkotika di apotek
harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat.
Harus mempunyai kunci yang kuat.
Dibagi dua, masing-masing dengan kunci yang berlainan. Bagian
pertama dipergunakan untuk menyimpan morfin, petidin dan garam-
garamnya serta persediaan narkotika sedangkan bagian kedua
dipergunakan untuk menyimpan narkotika yang dipakai sehari-hari.
Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari berukuran kurang dari
40×80×100 cm, maka lemari tersebut harus dibaut melekat pada
tembok atau lantai.
Anak kunci lemari khusus harus dipegang oleh Apoteker atau
pegawai yang dikuasakan.
Lemari khusus harus ditempatkan di tempat yang aman dan tidak
terlihat oleh umum.
10
Peyimpanan Obat psikotropika
Peyimpanan obat psikotropika belum diatur oleh perundang-
undangan, namun, karena kecenderungan penyalahgunaan psikotropika,
maka disarankan untuk obat golongan psikotropika diletakkan tersendiri
dalam suatu rak atau lemari khusus yang terbuat dari kayu dan
mempunyai kunci yang dipegang oleh apoteker atau asisten apoteker
sebagai penanggung jawab yang diberi kuasa oleh Apoter Pengelola
Apotek (APA).
E. Pendistribusian
Pendistribusian adalah kegiatan menyalurkan atau menyerahkan
sediaan farmasi dan alat kesehatan dari tempat penyimpanan sampai
kepada unit pelayanan pasien. Sistem distribusi yang baik harus:
a. Mempertahankan mutu.
b. Menjaga ketelitian pencatatan.
c. Menggunakan sistem informasi manajemen.
d. Meminimalkan kehilangan, kerusakan dan kadaluarsa.
e. Menjamin kesinambungan penyaluran atau penyerahan.
f. Menggunakan metode distribusi yang efisien, dengan memperhatikan
peraturan peundang-undangan dan ketentuan lain yang berlaku.
F. Pemberian Obat
Tujuan pemberian obat adalah memberikan obat sesuai dengan dosis
dan cara pemakaian yang benar agar obat bisa memberikan efek
penyembuhan terhadap suatu penyakit atau pun keluhan yang dirasakan
oleh seseorang.
G. Penghapusan atau Pemusnahan Obat
Penghapusan merupakan kegiatan penyelesaian terhadap
perbekalan farmasi yang tidak terpakai karena kadaluarsa, rusak, dan
mutu tidak memenuhi standar. Tujuan penghapusan adalah untuk
menjamin perbekalan farmasi yang sudah tidak memenuhi syarat
dikelola sesuai dengan standar yang berlaku. Adanya penghapusan
11
akan mengurangi beban penyimpanan maupun mengurangi risiko
terjadi penggunaan obat yang sub standar.
Pemusnahan arsip resep dilakukan untuk arsip resep yang telah
berumur 3 (tiga) tahun atau lebih. Sebelumnya dilakukan pemusnahan
arsip resep, dibuat berita acara dan surat pemberitahuan yang ditujukan
kepada Kepala Kantor Dinas Kesehatan Kota setempat bahwa akan
dilakukan pemusnahan resep, serta tembusan kepada Balai POM.
Pemusnahan obat dilakukan untuk obat-obatan yang telah lewat
tanggal kadaluarsa, rusak, berubahan warna atau memenuhi kriteria
untuk dimusnahkan. Obat-obatan yang telah kadaluarsa sebelumnya
dicatat terlebih dahulu jumlah dan tanggal kadaluarsanya, kemudian
disimpan atau dikumpulkan selama kurang lebih 3 tahun atau hingga
mencapai jumlah obat yang cukup banyak, kemudian dimusnahkan.
Pemusnahan dilakukan dengan cara dihancurkan (obat sirup, injeksi
ampul), dilarutkan (tablet, kapsul dan pulvis), ditanam (salep/krim).
Pemusnahan obat pun dibuat berita acara pemusnahan obat yang
ditujukan kepada Kepala Kantor Dinas Kesehatan Kota dengan
tembusan ke BPOM serta dilakukan pelaporan atas pelaksanaan
pemusnahan.
Pemusnahan narkotika dilakukan sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku, harus dihadiri oleh petugas dari Dinas
kesehatan, APA, dan salah satu karyawan apotek. Pemusnahan
narkotika dan psikotropika harus disertai berita acara untuk diserahkan
kepada Badan POM dan Dinas Kesehatan. Berita acara pemusnahan
narkotika meliputi hari, tanggal dan waktu pemusnahan, nama APA,
nama saksi (dari pemerintah dan apotek yang bersangkutan), nama dan
jumlah narkotika yang dimusnahkan, cara pemusnahannya serta tanda
tangan APA (Apoteker Pengelola Apotek).
12
H. Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan
Pencatatan merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk
memonitor transaksi perbekalan farmasi yang keluar dan masuk.
Adanya pencatatan akan memudahkan petugas untuk melakukan
penelusuran bila terjadi adanya mutu obat yang sub standar dan
harus ditarik dari peredaran. Pencatatan dapat dilakukan dengan
menggunakan sistem komputer dan manual. pencatatan secara
manual pada umumnya adalah Kartu Stok dan buku.
Macam-macam pencatatan di apotek sebagai berikut:
a. Pencatatan Defekta
b. Pencatatan Stok Barang
c. Pencatatn Permintaan Barang
d. Pencatatan Penerimaan Barang
e. Pencatatan Rekap Resep
Pelaporan
Pelaporan adalah kumpulan catatan dan pendataan kegiatan
administrasi perbekalan farmasi. Contoh: laporan penggunaan resep
narkotika dan psikotropika, laporan keuangan, laporan stock opname,
laporan pembelian, dll.
Tujuan dari pembuatan laporan adalah:
a. Tersedianya data yang akurat sebagai bahan evaluasi.
b. Tersedianya informasi yang akurat.
c. Tersedianya data yang lengkap untuk membuat perencanaan.
13
2.7 Penggolongan Obat
Penggolongan obat tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI
Nomor 917/Menkes/Per/X/1993 yang telah diperbarui dengan Permenkes RI
Nomor 949/Menkes/Per/VI/2000. Obat dapat digolongkan menjadi 5(enam)
golongan, yaitu:
A. Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang dapat dijual bebas kepada masyarakat
tanpa resep dokter, tidak termasuk dalam daftar narkotika, psikotropika,
obat keras, dan obat bebas terbatas, dan sudah terdaftar di Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Obat bebas disebut juga obat OTC (Over
The Counter). Obat bebas dapat dijual bebas di warung kelontong, toko
obat berizin, supermarket serta apotek. Penandaan obat bebas diatur
berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
2380/A/SK/VI/1983 tentang Tanda Khusus untuk Obat Bebas dan Bebas
Terbatas. Tanda khusus untuk obat bebas adalah lingkaran bulat berwarna
hijau dengan garis tepi warna hitam.
B. Obat Bebas Terbatas
Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras
tetapi masih dapat dijual dan dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai
dengan tanda peringatan. Obat bebas terbatas atau obat yang termasuk
dalam daftar “W”, Menurut bahasa belanda “W” singkatan dari
“Waarschuwing” artinya peringatan. Tanda peringatan selalu tercantum
pada kemasan obat bebas terbatas, berupa empat persegi panjang berwarna
14
hitam dan memuat pemberitahuan berwarna putih. Berdasarkan Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2380/A/SK/VI/1983, tanda
khusus untuk obat bebas berbatas berupa lingkaran berwarna biru dengan
garis tepi berwarna hitam.
Obat keras disebut juga obat daftar “G”, yang diambil dari bahasa
Belanda. “G” merupakan singkatan dari “Gevaarlijk” artinya berbahaya,
maksudnya obat dalam golongan ini berbahaya jika pemakainnya tidak
berdasarkan resep dokter.Golongan obat yang hanya boleh diberikan atas
resep dokter, dokter gigi dan dokter hewan ditandai dengan tanda
lingkaran merah dan terdapat huruf K di dalamnya. Yang termasuk
golongan ini adalah beberapa obat generik dan Obat Wajib Apotek
(OWA). Juga termasuk di dalamnya narkotika dan psikotropika tergolong
obat keras. Berdasarkan Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia
No. 02396/A/SK/VIII/1986 tentang tanda khusus obat keras Daftar “G”
adalah “Lingkaran bulat berwarna merah dengan garis tepi berwarna hitam
dengan huruf K yang menyentuh garis tepi”.
15
D. Obat Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah atau sintetis, bukan
narkotik yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
Susunan Saraf Pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas
mental dan prilaku. Penandaan untuk Psikotropik sama dengan penandaan
untuk obat keras. Penandaan ini telah ditetapkan sebelum dibuatnya UU RI
No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. Penandaan psikotropika berupa
lingkaran bulat berwarna merah, dengan huruf “K” berwarna hitam yang
menyentuh garis tepi yang berwarna hitam. Seperti gambar dibawah ini.
Menurut UU No.5 Tahun 1997 psikotopika digolongkan menjadi:
Psikotropika golongan I: adalah psikotropika yang hanya dapat
digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam
terapi, serta mempunyai potensi sangat kuat mengakibatkan sindroma
ketergantungan. Contoh: etisiklidina, tenosiklidina, dan metilendioksi
metilamfetamin, Brolamfetamin, dll.
Psikotropika golongan II: adalah psikotropika yang berkhasiat
pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan
ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan
sindroma ketergantungan. Contoh: amfetamin, deksamfetamin,
metamfetamin, dan fensiklidin.
Psikotropika golongan III: adalah psikotropika yang berkhasiat
pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan
ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan
sindroma ketergantungan. Contoh: amobarbital, pentabarbital, dan
siklobarbital.
Psikotropika golongan IV: adalah psikotropika yang berkhasiat
pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk
tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh: diazepam,
estazolam, etilamfetamin, alprazolam.
16
E. Obat Narkotika
17
BAB III
TINJAUAN UMUM TEMPAT PRAKERIN
18
B. Lokasi Klinik Ibumas
Klinik Kesehatan IBUMAS terletak di pusat pengembangan kota baru
yaitu BINTAN CENTRE di jalan D.I. PANJAITAN Km.IX Blok A. 14
Tanjung Pinang. Lokasi ini mudah dicapai dengan kendaraan pribadi maupun
kendaraan umum, terletak di tepi jalan raya, ditengah pemukiman penduduk.
Gambar diatas adalah tampilan dari logo Klinik Ibumas. Logo tersebut
memilki arti yaitu “Jalinan kesinambungan antara pengelola dan pemakai
jasa pelayanan kesehatan”.
19
E. Sumber Daya Manusia
Tenaga Kefarmasian terdiri dari:
- Apoteker : 1 Orang
- Asisten Apoteker : 2 Orang
Tenaga Medis terdiri dari:
- Dokter Umum : 4 Orang
- Dokter Gigi : 1 Orang
Tenaga Para Medis terdiri dari:
- Perawat : 2 Orang
Tenaga Umum lainnya terdiri dari:
- Accounting : 2 Orang
Dokter Apoteker
Umum Accounting
20
21
C. Penerimaan
Obat datang dari PBF dengan faktur pesanan ke apotek akan dicek
kesesuaian dengan Surat Pesanan (SP) jika tidak sesuai atau terjadi
kerusakan keadaan fisik obat akan dilaporkan ke PBF.
Berikut langkah-langkah pengecakan penerimaan obat dari PBF, yaitu:
1. Kesesuaian jumlah obat
2. Kesesuaian nama produk obat
3. Kesesuaian nomor bats
4. Kesesuaian harga
5. Waktu kadaluarsa yang memadai
6. Keadaan fisik obat yang terjamin
D. Penyimpanan
Penyimpanan obat di Apotek Ibumas disimpan menurut bentuk
sediaan dan disusun sesuai alfabetis dengan menerapkan sistem FEFO
(first expired first out). Obat yang mudah mencair disuhu ruang kamar
akan disimpan didalam kulkas, selain itu penyimpanan obat OKT (obat
keras terbatas) disimpan dilemari yang terpisah dengan obat lain dan
mempunyai kunci yang kuat.
E. Distribusi
Distribusi Apotek Ibumas dilakukan dengan sistem kombinasi yaitu
obat diserahkan kepasien sesuai dengan jumlah obat yang ditulis oleh
dokter pada resep dan tersedianya perbekalan kesehatan diruang dokter
umum untuk tindakan dan diruang dokter gigi.
F. Pemberian Obat
Langkah-langkah pemberian obat di Apotek Ibumas:
1. Resep datang dari dokter umum maupun dokter gigi.
2. Apoteker /Asisten Apoteker menerima resep tersebut.
3. Resep akan diperiksa yang meliputi:
Nama obat, dosis, jumlah, dan aturan pakai.
Umur pasien, nama pasien, alamat pasien (jika pengandung obat
psikotropika dan narkotika)
22
4. Penyiapan obat/ Peracikan
Menyiapkan obat atau meracik obat.
Penandaan etiket pada pemasan obat (etiket putih untuk obat
pemakaian secara oral dan etiket biru untuk obat luar).
5. Obat akan diperiksa kembali oleh Apoteker
6. Penyerahan obat dan pemberian informasi obat oleh Apoteker/Asisten
Apoteker.
Pemberian Informasi Obat dengan menjelaskan:
Nama obat
Khasiat obat
Aturan pemakaian obat
Efek samping obat
Cara penyimpanan obat (jika terdapat obat yang dapat meleleh
disuhu ruang kamar)
7. Pasien melakukan Pembayaran (jika terdapat resep umum)
G. Pemusnahan Obat
Langkah-langkah pemusnahan Obat sebagai berikut:
1. Mengumpulkan obat-obat yang telah kadaluarsa dan dipisahkan dari
obat-obat lain yang belum kadaluarsa.
2. Melakukan pendataan dan dokumentasi (mencatat nama obat, jumlah,
waktu kadaluarsa dan harga)
3. Membuat berita acara pemusnahan obat yang ditujukan kepada Dinas
Kesehatan.
4. Setelah Dinas Kesehatan datang ke apotek dilakukan pemusnahan obat
yang disaksikan oleh Dinas kesehatan, Apoteker, dan Asisten Apoteker.
5. Berita acara akan ditanda tangani oleh saksi.
H. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan di Apotek Ibumas menggunakan sistem
komputer. Contoh pencatatan: buku defecta, buku pembelian, kartu stock,
catatan stock opname,
Contoh pelaporan: laporan OKT, dan laporan pemakaian obat harian.
23
BAB IV
KEGIATAN PRAKERIN
24
- Menyusun sediaan obat yang baru
datang dari PBF pada rak obat
sesuai dengan bentuk kemasan dan
abjad
- Mengisi kartu stock
- Mengisi dan menyimpan kartu stock
3. - Menyiapkan obat racikan dan non
racikan
- Menulis etiket dan menempelkanya
pada kemasan obat
- Menyerahkan obat dan menjelaskan
informasi obat kepada pasien (PIO)
- Mengelompokkan resep sesuai
dengan tanggal dan jenis resep
- Memeriksa keadaan fisik sediaan
farmasi dan perbekalan kesehatan
Minggu Ketiga yang mendekati waktu kadaluarsa
- Melakukan stock opname
(30 Januari - 4 Februari 2017) - Mencatat faktur pembelian obat
dibuku pembelian apotek
- Memeriksa jumlah obat, nomor
bets, dan waktu kadaluarsa sediaan
obat baru datang dari PBF sesuai
dengan faktur
- Menyusun sediaan obat yang baru
datang dari PBF pada rak obat
sesuai dengan bentuk kemasan dan
abjad
- Mengisi kartu stock
4. - Menyiapkan obat racikan dan non
racikan
Minggu Keempat - Menulis etiket dan menempelkanya
pada kemasan obat
(6 Februari–11 Februari 2017) - Menyerahkan obat dan menjelaskan
informasi obat kepada pasien (PIO)
- Mengisi dan menyimpan kartu stock
5. Minggu Kelima - Mengelompokkan resep sesuai
(09 Februari–18 Februari 2017) dengan tanggal dan jenis resep
- Menyiapkan obat racikan dan non
racikan
25
- Menulis etiket dan menempelkanya
pada kemasan obat
- Menyerahkan obat dan menjelaskan
informasi obat kepada pasien (PIO)
- Memeriksa jumlah obat, nomor
bets, dan waktu kadaluarsa sediaan
obat baru datang dari PBF sesuai
dengan faktur
- Menyusun sediaan obat yang baru
datang dari PBF pada rak obat
sesuai dengan bentuk kemasan dan
abjad
- Mengisi kartu stock
6. - Menyiapkan obat racikan dan non
racikan
- Menulis etiket dan menempelkanya
pada kemasan obat
- Menyerahkan obat dan menjelaskan
informasi obat kepada pasien (PIO)
Minggu Keenam - Mengisi dan menyimpan kartu stock
- Memeriksa jumlah obat, nomor
(20 Februari–25 Februari 2017) bets, dan waktu kadaluarsa sediaan
obat baru datang dari PBF sesuai
dengan faktur
- Menyusun sediaan obat yang baru
datang dari PBF pada rak obat
sesuai dengan bentuk kemasan dan
abjad
7. Minggu Ketujuh - Mengelompokkan resep sesuai
(27 Februari–4 Maret 2017) dengan tanggal dan jenis resep
- Menyiapkan obat racikan dan non
racikan
- Menulis etiket dan menempelkanya
pada kemasan obat
- Menyerahkan obat dan menjelaskan
informasi obat kepada pasien (PIO)
- Mengisi kartu stock
- Menerima sediaan farmasi dari PBF
sesuai dengan pesanan
26
- Memeriksa keadaan fisik
perbekalan farmasi dan perbekalan
kesehatan yang mendekati waktu
kadaluarsa
- Melakukan stock opname
- Memeriksa kesesuaian obat yang
baru datang sesuai dengan faktur
27
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Resep
Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter, dokter gigi, dokter
hewan yang diberi izin berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku kepada apoteker pengelola apotek untuk menyediakan dan
menyerahkan obat-obatan kepada pasien. Resep disebut juga formulae
medice.
Kelengkapan Resep
Suatu resep yang lengkap terdiri dari:
1. Nama, alamat dan nomor izin praktek dokter, dokter gigi atau dokter
hewan.
2. Tanggal penulisan resep, nama setiap obat atau komposisi obat.
3. Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep.
4. Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
5. Nama pasien, jenis hewan, umur, serta alamat/pemilik hewan.
6. Tanda seru dan paraf dokter untuk resep yang mengandung obat yang
jumlahnya melebihi dosis maksimal.
Bagian-bagian Resep
Pembagian suatu resep yang lengkap terdiri dari:
1. Inscriptio, yaitu nama dokter, nomor SIP, alamat/nomor telepon,
tanggal penulisan resep.
2. Invocatio, yaitu permintaan tertulis dokter dalam singkatan latin “R/=
resipe” artinya ambilah atau berikanlah, sebagai kata pembuka
komunikasi dengan apoteker di apotek. Tertulis pada bagian kiri setiap
penulisan resep.
3. Prescriptio/Ordonatio, yaitu nama obat, jumlah dan bentuk sediaan
yang diinginkan.
4. Signatura, yaitu aturan pemakaian obat.
28
5. Subscrioptio : yaitu tanda tangan/ paraf dokter penulis resep berguna
sebagai legalitas dan keabsahan resep tersebut.
6. Pro (diperuntukkan), yaitu dicantumkan nama dan umur pasien.
Teristimewa untuk obat narkotika juga hatus dicantumkan alamat
pasien (untuk pelaporan ke Dinkes setempat).
29
9. Meminta tanda tangan pasien pada resep sebagai bukti bahwa pasien
tersebut ada melakukan konsultasi dengan dokter dan pengambilan obat-
obatan. (jika terdapat pasien resep kredit Seperti Angkasa Pura).
10. Pasien melakukan Pembayaran (jika terdapat resep umum)
Pasien Umum
Pengambilan Obat Pengambilan Obat
Meminta Tanda
Pembayaran
Tangan Pasien
30
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 KESIMPULAN
Berdasarkan dari kegiatan Praktek Kerja Industri (PRAKERIN) yang
telah dilaksanakan di Apotek IBUMAS, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. PRAKERIN dapat menambah ilmu pengetahuan yang belum diketahui
oleh siswa dan siswi, serta dapat memberikan pengelaman bekerja di
Apotek bagi siswa dan siswi yang melaksanakan PRAKERIN.
2. Pengelola perbekalan farmasi dilapangan kerja yang bergerak dibidang
kefarmasian seperti apotek, yang meliputi: perencanaan atau pengadaan,
pemesanan obat, peneriamaan, dan penyimpanan barang.
3. Untuk menjadi seorang tenaga kesehatan yang baik seorang farmasi harus
bersikap sopan, disiplin, dan harus hadir dengan wajah yang sosial etika
dan bermoral.
6.2 SARAN
Saran dari hasil tempat Praktek Kerja Industri, yaitu:
1. Sebaiknya lahan parkir kendaraan diperluas karena pasien sulit untuk
memakir kendaraan dilahan parkir yang terlalu sempit.
31
DAFTAR PUSTAKA
32