Anda di halaman 1dari 33

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA


MELALUI MEDIA SEE SAW MATERI TEMATIK
KELAS 5 DI SDN DAAN MOGOT 1
KOTA TANGERANG
TAHUN 2021

Disusun Oleh :
Nama : Nurul Kholifah
NIM : 857203552
Program Studi : S1 PGSD Masukan Sarjana

KELOMPOK BELAJAR MAHASISWA KOTA TANGERANG


UNIT PROGRAM JARAK JAUH KOTA SERANG
UNIVERSITAS TERBUKA
2021
A. JUDUL PENELITIAN
Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Media See Saw Materi
Tematik Kelas 5 di SDN Daan Mogot 1 Kota Tangerang Tahun 2021.

B. BIDANG KAJIAN

Media Seesaw Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Materi Tematik.


Fokus PTK untuk mengetahui media seesaw dalam meningkatkan hasil belajar
siswa materi tematik di SDN Daan Mogot 1 Kota Tangerang.

C. PENDAHULUAN
Persebaran Virus Corona yang massif di berbagai negara, memaksa
kita untuk melihat kenyataan bahwa dunia sedang berubah. Kita bisa melihat
bagaimana perubahan-perubahan di bidang teknologi, ekonomi, politik hingga
pendidikan di tengah krisis akibat Covid-19. Perubahan itu mengharuskan kita
untuk bersiap diri, merespon dengan sikap dan tindakan sekaligus selalu
belajar hal-hal baru. Indonesia tidak sendiri dalam mencari solusi bagi siswa
agar tetap belajar dan terpenuhi hak pendidikannya.
Kejadian ini dialami tidak hanya di Indonesia tetapi di seluruh dunia,
beberapa negara maju tidak terlalu membuat panik karena infrastruktur
mereka sudah stabil dan lebih maju dibandingkan negara-negara berkembang
seperti Indonesia.
Berbagai inovasi bentuk daring pun mulai bermunculan, semua pihak
mengembangkan berbagai bentuk-bentuk pembelajaran kreatif melalui daring.
Begitu pun berbagai provider dan vendor internet, seakan berlomba
menawarkan bentuk meeting secara daring seperti Zoom Meeting, Webex,
Skype, Google Meet dan sebagainya.
Pengalaman dan keterbatasan skill dalam akses berbagai bentuk
pembelajaran daring ini memaksa guru dan pihak sekolah untuk lebih aktif
mempelajari dan mengembangkan pembelajaran mereka agar tujuan
kurikulum tercapai walau dalam bentuk pembelajaran daring. Berbagai
kendala tentunya banyak dihadapi, tetapi hal ini merupakan pembelajaran
berharga bagi para guru dan sekolah untuk lebih kreatif dan inovatif
membelajarkan siswanya.
Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang kompleks. Pembelajaran
yang baik harus adanya interaksi dua arah antara pendidik (guru) dengan
peserta didik (siswa). Pembelajaran hakekatnya tidak hanya sekedar
menyampaikan pesan pembelajaran kepada siswa, akan tetapi merupakan
aktifitas profesional yang menuntut guru secara terampil untuk bisa
menciptakan situasi dan kondisi yang memungkinkan siswa belajar secara
efektif dan efesien. Pembelajaran khususnya di sekolah dasar, guru cenderung
menggunakan metode konvensional yaitu ceramah dalam penyampaian materi
tanpa menggunakan media pembelajaran. Padahal penggunaan metode
konvesional cenderung membuat siswa menjadi pasif, kurangnya interaksi dan
kurangnya berpikir kritis pada siswa. Sehingga pembelajaran menjadi
monoton yang membuat siswa menjadi bosan tak bersemangat. Hal ini akan
berdampak buruk dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
Di dalam Undang-Undang Guru dan Dosen Nomor : 14 Tahun 2005
menegaskan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
untuk mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan
mengevaluasi siswa pada lembaga pendidikan formal, baik pendidikan dasar
maupun pendidikan menengah. Agar guru dapat melaksanakan tugasnya,
maka guru harus memiliki kreativitas dan inovatif. Mengapa guru harus kreatif
dan
inovatif ? Mengapa guru harus kreatif dan inovatif ?
Seiring dengan meningkatnya tuntutan kemampuan mendidik, guru
juga harus peka terhadap lingkungan dan perkembangan jaman teknologi
semakin canggih. Masyarakat semakin mudah menyerap informasi. Siswa
dapat memperoleh informasi dengan memanfaatkan berbagai piranti seperti
ponsel (handphone) dan laptop. Ponsel (handphone) dan laptop dahulu
merupakan barang mewah, hanya orang tertentu yang memilikinya, namun
seiring dengan kemajuan teknologi dapatlah dibuat dengan biaya yang lebih
murah, sehingga harga jual juga menjadi murah. Di sinilah guru bermain
peran, karena hampir semua siswa memilikinya, dari tingkat sekolah dasar,
menengah dan perguruan tinggi. Apa yang dapat dilakukan guru ? Guru dapat
memanfaatkan ponsel (handphone) atau laptop sebagai media pembelajaran
dengan adanya akses jaringan internet.
Dengan pembelajaran secara konvensional untuk mata pelajaran
tematik membosankan siswa. Fakta menunjukkan masih rendahnya keaktifan
dan hasil belajar siswa meskipun berbagai metode/cara/pendekatan dalam
proses pembelajaran telah dilakukan dengan pendekatan menggunakan
kurikulum 2013. Oleh sebab itu diperlukan inovasi pembelajaran yang dapat
meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa yaitu melalui media seesaw
berbantuan android. Media seesaw adalah suatu aplikasi berbantuan android
yang merupakan sebuah platform pembelajaran yang memungkinkan setiap
siswa untuk memiliki jurnal pembelajaran kolaboratif, dengan pilihan untuk
berbagi konten dengan siswa lain di kelas oleh guru.

D. PERUMUSAAN MASALAH DAN PEMECAHAN MASALAH


1. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
a. Apakah yang menjadi tujuan penggunaan media seesaw di SDN Daan
Mogot 1 Kota Tangerang ?
b. Bagaimana proses penggunaan media seesaaw di SDN Daan Mogot 1
Kota Tangerang ?
2. Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah yang akan digunakan dalam Penelitian
Tindakan Kelas ini adalah penggunaan media seesaw. Metode ini
diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa materi tematik kelas 5
di SDN Daan Mogot 1 Kota Tangerang. Media seesaw bisa dibilang
sedikit berbeda dari aplikasi pendidikan pada umumnya. Seesaw
adalah platform yang memungkinkan agar siswa dari segala usia bisa
mandiri dan mampu mendokumentasikan apa yang mereka pelajari di
sekolah. Dengan menggunakan aplikasi seesaw, siswa dapat mengambil
pembelajaran dari foto dan video yang sudah mereka buat. Selain itu siswa
bisa berkreasi secara digital dengan karya mereka. Selain itu, menariknya
adalah pekerjaan atau tugas siswa dapat dibagi dengan teman sekelas,
orang tua, atau bahkan bisa dipublikasikan ke blog atau website kelas. 

E. TUJUAN PENELITIAN
Dalam proposal penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk
mengetahui peningkatan hasil belajar siswa melalui media seesaw pada siswa
kelas 5 SDN Daan Mogot 1 Kota Tangerang.

F. MANFAAT HASIL PENELITIAN


Manfaat yang diharapkan dari penelitian yang dilakukan ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk
memperluas wawasan khususnya tentang media pembelajaran See Saw
dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran jarak
jauh (PJJ).
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
Memberi kesempatan bagi siswa untuk berpikir kritis dalam
pembelajaran aktif dalam proses pembelajaran, serta meningkatnya
hasil belajar.
b. Bagi Guru
1) Memudahkan penilaian dan penyampaian materi dalam
pembelajaran jarak jauh (PJJ).
2) Tercapainya tujuan pembelajaran
c. Bagi Sekolah
1) Sebagai masukan bagi sekolah untuk bahan pertimbangan dalam
perencanaan program peningkatan kualitas pembelajaran untuk
memperoleh mutu lulusan yang berkualitas.
2) Sekolah dapat memajukan kualitas pendidikan dengan
mengembangkan media pembelajaran yang lebih inovatif.

G. KAJIAN PUSTAKA
1. Pengertian Hasil Belajar
Untuk memberikan pengertian tentang hasil belajar maka akan
diuraikan terlebih dahulu dari segi bahasa. Pengertian ini terdiri dari dua
kata ‘hasil’ dan ‘belajar’. Dalam KBBI hasil memiliki beberapa arti: 1)
Sesuatu yang diadakan oleh usaha, 2) pendapatan; perolehan; buah.
Sedangkan belajar adalah perubahan tingkah laku atau tanggapan yang
disebabkan oleh pengalaman.1
Secara umum Abdurrahman menjelaskan bahwa hasil belajar
adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan
belajar.menurutnya juga anak-anak yang berhasil dalam belajar ialah
berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional.2
Adapun yang dimaksud dengan belajar Menurut Usman adalah
“Perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara
satu individu dengan individu lainnya dan antara individu dengan
lingkungan”.3
Lebih luas lagi Subrata mendefenisikan belajar adalah “(1)
membawa kepada perubahan, (2) Bahwa perubahan itu pada pokoknya
adalah didapatkanya kecakapan baru, (3) Bahwa perubahan itu terjadi
karena usaha dengan sengaja”.4
1
Tim Penyusun Pusat Bahasa (Mendikbud), Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:
Balai Pustaka, Ed. 3, cet. 4, 2007), h. 408
2
Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar (Jakarta: Rineka
Cipta, 1999), h. 38
3
Muhammad Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2000), h. 5
4
Sumadi Surya Subrata, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada: 1995), h.
249
Dari beberapa defenisi di atas terlihat para ahli menggunakan
istilah “perubahan” yang berarti setelah seseorang belajar akan mengalami
perubahan. Untuk lebih memperjelas Mardianto memberikan kesimpulan
tentang pengertian belajar :
a. Belajar adalah suatu usaha, yang berarti perbuatan yang dilakukan secara
sungguh-sungguh, sistematis, dengan mendayagunakan semua potensi yang
dimiliki, baik fisik maupun mental.
b. Belajar bertujuan untuk mengadakan perubahan di dalam driri antara lain
perubahan tingkah laku diharapkan kearah positif dan kedepan.
c. Belajar juga bertujuan untuk mengadakan perubahan sikap, dari sikap negatif
menjadi positif, dari sikap tidak hormat menjadi hormat dan lain sebagainya.
d. Belajar juga bertujuan mengadakan perubahan kebiasaan dari kebiasaan
buruk, menjadi kebiasaan baik. Kebiasaan buruk yang dirubah tersebut untuk
menjadi bekal hidup seseorang agar ia dapat membedakan mana yang
dianggap baik di tengah-tengah masyarakat untuk dihindari dan mana pula
yang harus dipelihara.
e. Belajar bertujuan mengadakan perubahan pengetahuan tentang berbagai
bidang ilmu, misalnya tidak tahu membaca menjadi tahu membaca, tidak
dapat menulis jadi dapat menulis. Tidak dapat berhitung menjadi tahu
berhitung dan lain sebagainya.
f. Belajar dapat mengadakan perubahan dalam hal keterampilan, misalnya
keterampilan bidang olah raga, bidang kesenian, bidang tekhnik dan
sebagainya.5
Hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh individu
setelah proses belajar berlangsung, yang dapat memberikan perubahan
tingkah laku baik pengetahuan, pemahaman, sikap dan keterampilan siswa
sehingga menjadi lebih baik dari sebelumnya.6 Hasil belajar merupakan
salah satu indikator dari proses belajar. Hasil belajar adalah perubahan

5
Lihat penjelasan ini lebih lanjut dalam: Mardianto, Psikologi Pendidikan, (Medan:
Perdana Publishing, 2012), h. 39
6
M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002),
h. 82.
perilaku uyang diperoleh siswa setelah mengalami aktivitas belajar.7 Salah
satu indikator tercapai atau tidaknya suatu proses pembelajaran adalah
dengan melihat hasil belajar yang dicapai oleh siswa.
Hasil belajar merupakan tingkat penguasaan yang dicapai oleh
siswa dalam mengikuti program belajar mengajar, sesuai dengan tujuan
yang ditetapkan. Menurut Dimyati dan Mudjiono.8 Dapat dipahami bahwa
yang dimaksud dengan hasil belajar merupakan suatu proses untuk melihat
sejauh mana siswa dapat menguasai pembelajaran setelah mengikuti
kegiatan proses belajar mengajar, atau keberhasilan yang dicapai seorang
peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran yang ditandai
dengan bentuk angka, huruf, atau simbol tertentu yang disepakati oleh
pihak penyelenggara pendidikan.
Dari beberapa teori di atas tentang pengertian hasil belajar, maka
hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar
(perubahan tingkah laku: kognitif, afektif dan psikomotorik) setelah
selesai melaksanakan proses pembelajaran dengan strategi pembelajaran
information search dan metode resitasi yang dibuktikan dengan hasil
evaluasi berupa nilai.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan
beberapa faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar yaitu yang
berasal dari dalam peserta didik yang belajar (faktor internal) dan ada pula
yang berasal dari luar peserta didik yang belajar (faktor eksternal).
Menurut Slameto, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar yaitu : 9
a. Faktor internal terdiri dari :
1) Faktor internal terdiri dari :
a) Faktor jasmaniah
b) Faktor psikologis

7
Catharina Tri Anni, Psikologi Belajar (Semarang: IKIP Semarang Press, 2004), h. 4
8
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Rineka Cipta, cet. 3, 2006),
h. 3
9
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta: Rineka Cipta,
2003), h. 3.
2) Faktor eksternal terdiri dari :
a) Faktor keluarga
b) Faktor sekolah
c) Faktor masyarakat
Menurut Muhibbin Syah, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
peserta didik yaitu :10
a. Faktor internal meliputi dua aspek yaitu :
1) Aspek fisiologis
2) Aspek psikologis
b. Faktor eksternal meliputi :
1) Faktor lingkungan sosial
2) Faktor lingkungan nonsosial
Faktor utama yang mempengaruhi hasil belajar siswa antara lain :
a. Faktor internal yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani peserta didik.
b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar
peserta didik misalnya faktor lingkungan.
c. Faktor pendekatan belajar, yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi
strategi dan metode yang digunakan untuk melakukan kegiatan mempelajari
materi-materi pembelajaran.11
Menurut Chalijah Hasan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
aktivitas belajar antara lain :
a. Faktor yang terjadi pada diri organisme itu sendiri disebut dengan faktor
individual adalah faktor kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, latihan,
motivasi dan faktor pribadi.
b. Faktor yang ada diluar individu yang kita sebut dengan faktor sosial, faktor
keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang
digunakan atau media pengajaran yang digunakan dalam proses
pembelajaran, lingkungan dan kesempatan yang tersedia dan motivasi sosial.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa
secara garis besar terbagi dua bagian, yaitu factor internal dan eksternal.12
10
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h. 132
11
Ibid, h. 144
12
M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, cet. 5, 2010), h. 59
a. Faktor internal siswa
1) Faktor fisiologis siswa, seperti kondisi kesehatan dan kebugaran fisik,
serta kondisi panca inderanya terutama penglihatan dan pendengaran.
2) Faktor psikologis siswa, seperti minat, bakat, intelegensi, motivasi, dan
kemampuan-kemampuan kognitif seperti kemampuan persepsi, ingatan,
berpikir dan kemampuan dasar pengetahuan yang dimiliki.
b. Faktor-faktor eksternal siswa
1) Faktor lingkungan siswa
Faktor ini terbagi dua, yaitu pertama, faktor lingkungan alam atau non
sosial seperti keadaan suhu, kelembaban udara, waktu (pagi, siang, sore,
malam), letak madrasah, dan sebagainya. Kedua, faktor lingkungan sosial
seperti manusia dan budayanya.
2) Faktor instrumental
Yang termasuk faktor instrumental antara lain gedung atau sarana fisik
kelas, sarana atau alat pembelajaran, media pembelajaran, guru, dan
kurikulum atau materi pelajaran serta strategi pembelajaran.
Tinggi rendahnya hasil belajar peserta didik dipengaruhi banyak
faktor-faktor yang ada, baik yang bersifat internal maupun eksternal.
Faktor-faktor tersebut sangat mempengaruhi upaya pencapaian hasil
belajar siswa dan dapat mendukung terselenggaranya kegiatan proses
pembelajaran, sehingga dapat tercapai tujuan pembelajaran.

3. Manfaat Hasil Belajar


Hasil belajar pada hakekatnya adalah perubahan tingkah laku
seseorang yang mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor
setelah mengikuti suatu proses belajar mengajar tertentu.13 Pendidikan dan
pengajaran dikatakan berhasil apabila perubahan-perubahan yang tampak
pada siswa merupakan akibat dari proses belajar mengajar yang
dialaminya yaitu proses yang ditempuhnya melalui program dan kegiatan
yang dirancang dan dilaksanakan oleh guru dalam proses pengajarannya.
13
Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan (Bandung: Sinar Baru
Algesindo, 2009), h. 3
Berdasarkan hasil belajar siswa, dapat diketahui kemampuan dan
perkembangan sekaligus tingkat keberhasilan pendidikan.
Hasil belajar harus menunjukkan perubahan keadaan menjadi lebih
baik, sehingga bermanfaat untuk : (a) menambah pengetahuan, (b) lebih
memahami sesuatu yang belum dipahami sebelumnya, (c) lebih
mengembangkan keterampilannya, (d) memiliki pandangan yang baru atas
sesuatu hal, (e) lebih menghargai sesuatu daripada sebelumnya. Dapat
disimpulkan bahwa istilah hasil belajar merupakan perubahan dari siswa
sehingga terdapat perubahan dari segi pegetahuan, sikap, dan
keterampilan.
4. Pengertian Seesaw
Dalam pembelajaran jarak jauh yang dilakukan pada saat ini, maka
diperlukannya media pembelajaran berbasis teknologi agar tetap bisa
menghubungan guru dan siswa dalam memberi dan menerima
pembelajaran. Salah satu media pembelajaran yang berbasis teknologi/
virtual adalah seperti seesaw. Dari media seesaw banyak menu
didalamnya yang bisa digunakan dalam menyampaikan materi, yaitu guru
bisa menambahkan video pembelajaran, audio pembelajaran, rekaman
surara guru, menempelkan artikel, menilai secara virtual, memberikan
feedback langsung, dan siswa bisa langsung mengerjakan latihan secara
virtual di dalam media Seesaw tanpa harus terkendala waktu dan jarak.
Sehingga dengan menggunakan media Seesaw pembelajaran tetap berjalan
efektif dan efesien serta tercapainya tujuan pembelajaran dengan
ditunjukan oleh hasil belajar yang meningkat. Kelebihan dari media
Seesaw adalah sebagai berikut :
a. Siswa bisa berbagai multimedia yang disediakan untuk mengeksplor
materi yang digunakan
b. Siswa bisa melihat dan meninjau kembali tugas atau hasil belajar
mereka dalam journal pribadi mereka yang tersusun rapih.
c. Siswa bisa belajar dimana dan kapan pun materi yang diberikan oleh
guru.
d. Siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran.
e. Siswa bisa melihat materi pembelajaran yang mereka lewati secara
mandiri.
f. Siswa bisa berpikir kritis dan mengeksplor diri dalam pembelajaran,
sehingga pembelajaran pusat pada siswa.
g. Guru bisa memilih menyampaikan materi berupa audio/audio
visual/visual dan lain-lain.
h. Guru bisa memberikan penilai dan feed back langsung dari hasil
belajar siswa.
i. Guru bisa meninjau kembali hasil semua penilai yang pernah
dilakukan sehingga akan memudahkan guru dalam melakukan evaluasi
pembelajaran.
j. Walimurid bisa memantau hasil pembelajaran yang telah dilakukan
oleh guru dan siswa dimana pun.
Seesaw artinya jungkat-jungkit adalah sebuah platform
pembelajaran yang memungkinkan setiap siswa untuk memiliki jurnal
pembelajaran kolaboratif, dengan pilihan untuk berbagi konten dengan
siswa laindi kelas oleh guru. Bahkan guru juga dapat langsung berbagi
teks, gambar, video, gambar dan link dimana siswa dapat melihat pada
android/handphone mereka, menggunakan aplikasi untuk perangkat
iPhone, iPad dan android.14.
Seesaw dapat membagi informasi bersama siswa, orang tua dan
guru secara kolaborasi. Siswa juga dapat membangun atau merancang
kreasi dan karya-karya inovatif sesuai kompetensi kinerja yang disepakati
bersama dengan guru mata pelajaran. Seesaw hadir dan membawa
perubahan cara berfikir guru tentang merancang penilaian otentik secara
online dengan speck yang luas. Melalui aplikasi ini guru dapat
memberikan informasi kepada orang tua siswa tentang apa yang sementara
dilakukan siswa di kelas-kelas mereka dan orang tua melalui kelas online
juga dapat mengontrol perilaku anak-anak secara terpadu bersama guru.

14
Jurnal Pendidikan Humaiora, Volume IV No. 5 Tahun 2018
Seesaw merupakan platform pendukung aktivitas pembelajaran
yang masih baru, sehingga masih berkembang dan banyak kekurangan di
dalamnya. Seesaw memungkinkan pengiriman tugas dalam berbagai
bentuk file, tetapi tidak memungkinkan pengunggahan dokumen dalam
bentuk word atau powerpoint yang banyak digunakan oleh siswa. Selain
itu, sering kali terjadi gangguan pada saat memasuki halaman awal Seesaw
dimana siswa kesulitan mengakses kelas.
Pemanfaatan aplikasi seesaw digunakan setelah proses belajar
mengajar beralih dari pembelajaran  tatap muka menjadi pembelajaran
jarak jauh. Aplikasi seesaw dimanfaatkan untuk memberikan kemudahan
saat proses pembelajaran berlangsung karena aplikasi ini dapat diakses
oleh guru, siswa, dan orangtua. Melalui aplikasi ini guru dapat
memberikan informasi kepada orang tua siswa tentang apa yang sementara
dilakukan siswa di kelas-kelas mereka dan orang tua melalui kelas online
juga dapat mengontrol perilaku anak-anak secara terpadu bersama guru.
Seesaw dapat membagi informasi bersama siswa, orang tua dan
guru secara kolaborasi. Siswa juga dapat membangun atau merancang
kreasi dan karya-karya inovatif sesuai kompetensi kinerja yang disepakati
bersama dengan guru mata pelajaran. Seesaw hadir dan membawa
perubahan cara berfikir guru tentang merancang penilaian otentik secara
online dengan speck yang luas. Melalui aplikasi ini guru dapat
memberikan informasi kepada orang tua siswa tentang apa yang sementara
dilakukan siswa di kelas-kelas mereka dan orang tua melalui kelas online
juga dapat mengontrol perilaku anak-anak secara terpadu bersama guru.
5. Langkah-langkah Utuk Bisa Masuk Kedalam Kelas Digital Seesaw
a. Registrasi seesaw, masuk ke web seesaw: “ https://
web.seesaw.me/klik “sign up free “; atau aplikasi kelas seesaw
didownload pada google playstore.
b. Untuk peran sebagai guru klik “I’m a teacher“.
c. Masukkan alamat email dan password untuk sign up.
d. Isi data lalu klik “created teacher account”.
e. Untuk peran sebagai siswa klik “ I’m a student“ kemudian masukkan
kode kelas, klik “ student sign up “.
6. Cara Mengakses Kelas Digital Seesaw
a. Masuk ke account guru yaitu dengan memasukkan email dan
password. Setelah sign up masukkan kode akses kelas yang harus
disalin untuk dibagikan kepada siswa.
b. Guru menseting kelas tergantung berapa jumlah kelas yang
dibelajarkan, maka masing- masing dibuatkan kelasnya.
c. Link login sebagai siswa adalah app.seesaw.me pilih “ I’m a student ”.
d. Masukkan kode akses student untuk masuk kelas seesaw.
e. Untuk masuk ke akun orang tua pilih I'am Family.
7. Tahapan Pembelajaran Melalui Aplikasi Seesaw
a. Guru dan siswa sudah mempunyai aplikasi seesaw pada Hp atau
Laptop.
b. Guru dan siswa membuat kesepakatan tentang waktu pembelajaran.
c. Guru memberikan pembelajaran secara jarak jauh berupa penjelasan
materi, tugas yang harus dikerjakan, dan penilaian.
d. Guru mengintruksikan bahwa penilaian pembelajaran hari ini berupa
ranah afektif pada sikap religius sehingga siswa diarahkan untuk
mengupload tugas yang dikerjakan melalui aplikasi seesaw
e. Setelah siswa mengirimkan tugas individual maka guru melakukan
penilaian.
f. Guru, siswa dan orangtua secara bersama melakukan refleksi terhadap
proses pembelajaran yang dilaksanakan secara online.
8. Pengertian Pembelajaran Tematik
Trianto mengemukakan bahwa pembelajaran yang menggunakan
pendekatan tematik merupakan pembelajaran terpadu yang menggunakan
model Webbed. Pembelajaran terpadu model Webbed adalah
pembelajaran yang menggunakan pendekatan tematik. Pendekatan ini
pengembangannnya dimulai dari menentukan tema tertentu. Setelah tema
ditentukan kemudian dikembangkan kedalam sub-sub tema dengan
memperhatikan kaitannya dengan bidang-bidang studi yang bisa
dihubungkan. Dari sub-sub tema inilah dikembangkan aktivitas belajar
yang harus dilakukan oleh murid.15
Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi
pokok pembicaraan.16 Selanjutnya menurut Kunandar, “Tema merupakan
alat atau wadah untuk mengedepankan berbagai konsep kepada anak didik
secara utuh”. Dalam pembelajaran tematik, tema diberikan dengan maksud
menyatukan isi kurikulum dalam satu kesatuan yang utuh, memperkaya
perbendaharaan bahasa anak didik dan membuat pembelajaran yang
melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang
bermakna kepada murid. Keterpaduan dalam pembelajaran ini dapat
dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum dan aspek belajar
mengajar. Jadi, pembelajaran tematik adalah pembelajatan terpadu yang
menggunakan tema sebagai pemersatu materi yang terdapat di dalam
beberapa mata pelajaran dan diberikan dalam satu kali tatap muka.
Dalam buku penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dijelaskan bahwa pendekatan pembelajaran tematik adalah
pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan
beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman
bermakna kepada murid pada kelas satu, dua dan tiga. Tema adalah pokok
pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan.17
Dengan tema diharapkan akan memberikan banyak keuntungan
diantaranya :
a. Murid mudah memusatkan perhatian pada satu tema
b. Murid mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan
kompetensi dasar antar mata pelajaran dalam satu tema.
c. Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan.

15
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu Konsep Strategi dan Implementasinya dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2010), h. 61
16
Depdiknas, Materi Sosialisasi dan Pelatihan Kurikulum Satuan Pendidikan (KTSP).
(Jakarta: Sinar Grafika, 2007), h. 226
17
Panduan Penyusunan KTSP Lengkap, SD, SMP, dan SMA, (Yogyakarta: Pustaka
Yustisia, Cet II, 2008), h. 253
d. Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan
secara tematik dapat dipersiapkan dan diberikan dalam dua atau tiga
pertemuan, waktu yang tersisa dapat digunakan untuk remedy,
pemantapan dan pengayaan.
Sejalan dengan uraian diatas, Kunandar mengemukakan beberapa
kelebihan pendekatan pembelajaran tematik yakni :
a. Menyenangkan karena berangkat dari minat dan kebutuhan peserta
didik.
b. Memberikan pengalaman dan kegiatan belajar mengajar yang relevan
dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik.
c. Hasil belajar dapat bertahan lama karena lebih berkesan dan bermakna.
d. Mengembangkan keterampilan berpikir peserta didik sesuai dengan
persoalan yang dihadapi.
e. Menumbuhkan keterampilan sosial melalui kerja sama.
f. Memiliki sikap toleransi, komunikasi dan tanggap terhadap gagasan
orang lain.
g. Menyajikan kegiatan yang bersifat nyata sesuai dengan persoalan yang
dihadapi dalam lingkungan peserta didik.
9. Prinsip Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik sebagaimana pendekatan lainnya juga
mempunyai prinsip-prinsip yang dianut sehingga terlihat perbedaan yang
mendasar dengan pendekatan pembelajaran lainnya. Dalam menerapkan
dan melaksanakan pembelajaran tematik, ada empat prinsip dasar yang
perlu diperhatikan yaitu :
a. Bersifat kontekstual atau terintegrasi dengan lingkungan.
b. Bentuk belajar dirancang agar murid menemukan tema.
c. Efisiensi.
d. Evaluasi.
e. Prinsip reaksi.18

18
Sutirjo dan Sri Istuti Mamik. Tematik Pembelajaran Efektif dalam Kurikulum 2004,
(Malang: Bayumedia Publishing, 2005), h. 11
Prinsip-prinsip pembelajaran tematik diatas merupakan kerangka
dasar yang harus diperhatikan dalam pendekatan tematik. Agar diperoleh
gambaran yang lebih jelas berikut ini akan diuraikan kelima prinsip dasar
tersebut.
a. Prinsip Penggalian Tema
Pembelajaran tematik harus memiliki tema sebagai alat
pemersatu beberapa mata pelajaran atau bahan kajian. Dalam
terminologi kurikulum lintas bidang studi, tema yang demikian sering
disebut sebagai pusat acuan dalam proses pembaharuan atau
pengintegrasian sejumlah mata pelajaran. Prinsip penggalian tema
merupakan prinsip utama fokus dalam pembelajaran tematik. Artinya,
tema-tema yang saling tumpang tindih dan keterkaitan menjadi target
utama dalam pembelajaran. Dengan demikian, dalam penggalian tema
tersebut hendaknya memperhatikan berberapa persyaratan, sebagai
berikut :
1) Tema hendaknya tidak terlalu luas, namun dengan mudah dapat
digunakan untuk memadukan banyak mata pelajaran.
2) Tema harus bermakna, maksudnya ialah tema yang dipilih untuk
dikaji harus memberikan bekal bagi murid untuk belajar
selanjutnya.
3) Tema harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologis
anak.
4) Tema dikembangkan harus mewadahi sebagian besar minat anak.
5) Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan peristiwa-
peristiwa otentik yang terjadi di dalam rentang waktu belajar.
6) Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan kurikulum yang
berlaku serta harapan masyarakat (Asas relevansi).
7) Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan ketersediaan
sumber belajar.
b. Prinsip Terintegrasi dengan Lingkungan
Pembelajaran yang dilakukan perlu dikemas dalam suatu
format keterkaitan, maksudnya pembahasan suatu topik dikaitkan
dengan kondisi yang dihadapi murid atau ketika murid menemukan
masalah dan memecahkan masalah yang nyata dihadapi dalam
kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran Integrited Curriculum,
pelajaran dipusatkan pada suatu masalah atau topik tertentu. Sajian
dalam pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan kehidupan anak.
Disamping itu pembelajaran dapat memotivasi belajar. Dengan
menggunakan tema tersebut dapat memberikan kemudahan pada anak
dalam melihat kegiatan-kegiatan dan ide-ide berbeda yang terkait.
Sehingga dapat menyelesaikan permasalahan anak di luar sekolah.19

c. Prinsip Pengelolaan Pembelajaran


Bentuk belajar harus dirancang agar murid bekerja secara
sungguh-sungguh untuk menemukan tema pembelajaran yang nyata
sekaligus mengaplikasikannya. Dalam melakukan pembelajaran
tematik murid didorong untuk mampu. Pengelolaan pembelajaran
dapat optimal apabila guru mampu menempatkan dirinya dalam
keseluruhan proses, artinya, guru harus mampu menempatkan diri
sebagai fasilitator dan mediator dalam proses pembelajaran. Karena
itu, menurut Prabowo, bahwa dalam pengelolaan pembelajaran
hendaklah guru berlaku sebagai berikut:
1) Guru hendaknya jangan menjadi single actor yang mendominasi
pembicaraan dalam proses pembelajaran.
2) Pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas
dalam setiap tugas yang menuntut adanya kerjasama kelompok.
3) Guru perlu mengakomodasi terhadap ide-ide yang terkandung
sama sekali tidak terpikirkan dalam perencaan.

19
Depdiknas, Pembelajaran Terpadu D-II PGSD dan S-2 Pendidikan Dasar, (Jakarta:
Depdiknas, 1999), h. 32
d. Prinsip Reaksi
Reaksi murid atas aktivitas-aktivitas pembelajaran (Principle
of Reaction). selama fase murid memberi contoh cara menyusun
konsep, dan memberanikan murid untuk membandingkan konsep-
konsep mereka. Tetapi dalam beberapa model mungkin murid terlibat
langsung bersama murid lain untuk menyeleksi konsep-konsep itu
serta membantu mereka dalam kegiatan-kegiatannya.
Prinsip reaksi itu akan membantu memilih reaksi-reaksi apa
yang efektif dilakukan murid. Dampak pengiring (nurturant effect)
yang penting bagi perilaku secara sadar belum tersentuh oleh guru
dalam kegiatan belajar mengajar. Karena itu guru dituntut agar mampu
merencanakan dan melaksanakan pembelajaran sehingga tercapai
secara tuntas tujuan-tujuan pembelajaran. Guru harus bereaksi
terhadap aksi murid dalam semua peristiwa serta tidak mengarahkan
aspek yang sempit melainkan kesuatu satuan yang utuh dan bermakna.
pembelajaran tematik memungkinkan hal ini dan guru hendaknya
menemukan kiat-kiat untuk memunculkan kepermukaan hal-hal yang
dicapai melalui dampak pengiring.
e. Prinsip Evaluasi
Evaluasi adalah kegiatan pengumpulan informasi mengenai
proses pembelajaran secara sistematis untuk menetapkan apakah
terjadi perubahan terhadap peserta didik dan sejauh manakah
perubahan tersebut mempengaruhi kehidupan peserta didik. Evaluasi
pembelajaran hendaknya dilakukan secara sistematis dan terstruktur.
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa evaluasi pendidikan secara
garis besar melibatkan tiga unsur yaitu input, proses, dan out put.
Apabila prosedur yang dilakukan tidak bercermin pada tiga unsur
tersebut, maka dikhawatirkan hasil yang digambarkan oleh hasil
evaluasi tidak mampu menggambarkan gambaran yang sesungguhnya
terjadi dalam proses pembelajaran.20
Tehnik dan alat penilaian yang dapat digunakan pendidik
sebagai sarana untuk memperoleh informasi tentang keadaan belajar
peserta didik. Seperti teknik tes objektif, essay dan sebagainya, di
samping itu ada tehnik non tes seperti pengamatan, angket dan lain
sebagainya. Penggunaan berbagai teknik dan alat itu harus disesuaikan
dengan tujuan penilaian, waktu yang tersedia, sifat tugas yang
dilakukan peserta didik, dan banyaknya jumlah materi pembelajaran
yang sudah disajikan.
Melihat pentingnya dan vitalnya fungsi dari evaluasi, maka
seorang guru dituntut untuk dapat membuat alat evaluasi pembelajaran
yang berkualitas serta sesuai dengan karakteristik pokok bahasan.
Dalam hal ini maka seorang guru perlu menguasai berbagai model
evaluasi pembelajaran tematik yang diarahkan mengevaluasi aspek
kognitif, afektif, dan psikomotor. Dengan demikian, kegiatan
pembelajaran tematik perlu dievaluasi. Evaluasi dapat memberikan
motivasi bagi guru maupun bagi murid, mereka kan lebih giat belajar,
meningkatkan proses berfikirnya. Guru harus mampu melaksanakan
evaluasi atau penilaian secara efektif. Dan menggunakan hasil
penilaian untuk perbaikan pengajaran. Dengan evaluasi guru juga
dapat mengetahui prestasi dan kemajuan murid, sehingga dapat
bertinak tepat bila murid mengalamai kesulitan belajar.
Evaluasi dapat menggambarkan kemajuan murid, dan
prestasinya, hasil rata-ratanya, tetapi juga dapat menjadi bahan umpan
balik bagi guru sendiri. Dengan umpan balik, guru dapat meneliti
dirinya, dan berusaha memperbaiki dalam perencanaan maupun
tekhnik penyajiannya. Dalam evaluasi pembelajaran tematik
diperlukan beberapa langkah-langkah positif antara lain :

20
M. Sukardi, Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya, (Jakarta: Bumi Aksara,
2011), h. 2
1) Memberi kesempatan kepada murid untuk melakukan evaluasi diri
(Self Evaluation) disamping benuk evaluasi lainnya.
2) Guru perlu mengajak murid untuk mengevaluasi perolehan belajar
yang telah dicapai berdasarkan kriteria keberhasilan pencapaian
tujuan yang akan dicapai.
10. Landasan Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik mempunyai tiga landasan pokok yaitu:
Landasan Filosofis, Landasan Psikologis, dan Landasan Yuridis. Agar
terlihat jelas akan dipaparkan satu per satu dari tiga landasar tersebut :
a. Landasan Filosofis
Landasan filosofis dalam pembelajaran tematik sangat
dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat yaitu :
1) Progresivisme
2) Konstruktivisme dan
3) Humanism. Aliran progresivisme memandang proses pembelajaran
perlu ditekankan pada pembentukan kreatifitas, pemberian
sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah (natural) dan
memperhatikan pengalaman murid.21
Aliran konstruktivisme melihat pengalaman langsung murid
(direct experiences) sebagai kunci dalam pembelajaran. Menurut aliran
ini, pengetahuan adalah hasil konstruksi atau bentukan manusia.
Manusia mengkonstruksi pengalamannya melalui interaksi dengan
obyek, fenomena, pengalaman dan lingkungannya. Pengetahuan tidak
dapat ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada anak, tetapi harus
diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing murid. Pengetahuan
bukan sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu proses yang
berkembang terus-menerus.
Keaktifan murid yang diwujudkan oleh rasa ingin tahunya
sangat berperan dalam perkembangan pengetahuannya. Aliran

21
Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Telaah Sistem Pendidikan dan
Pemikiran Para Tokoh cet 2, (Jakarta: Kalam Mulia, 2010), h. 41
humanisme melihat murid dari segi keunikan/kekhasannya,
potensinya, dan motivasi yang dimilikinya. Lebih jauh aliran
rekonstruktivisme mengemukakan ide sentralnya tentang
perkembangan manusia. Aliran ini meyakini bahwa pendidikan tidak
lain adalah tanggung jawab sosial, karena memang eksistensinya untuk
pengembangan masyarakat. Oleh sebab itu aliran ini menekankan pada
pembentukan kepribadian subjek didik yang berorientasi pada masa
depan. Karena menurut pendapat mereka bahwa segala sesuatu yang
diidamkan untuk masa depan suatu masyarakat mesti ditentukan secara
jelas oleh pendidikan.22
Dengan demikian, jelas bahwa landasan filosofis sangat
berpengaruh dalam pelaksanaan pembelajaran tematik karena dalam
proses pembelajaran sangat memperhatikan subjek didik sebagai objek
yang harus dikembangkan sesuai dengan karakteristik minat, bakat,
dan kemampuan yang dimiliki anak tersebut.

b. Landasan Psikologis
Landasan psikologis dalam pembelajaran tematik terutama
berkaitan dengan psikologi perkembangan peserta didik dan psikologi
belajar. Psikologi perkembangan diperlukan terutama dalam
menentukan isi/materi pembelajaran tematik yang diberikan kepada
murid agar tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai dengan tahap
perkembangan peserta didik. Psikologi belajar memberikan kontribusi
dalam hal bagaimana isi/materi pembelajaran tematik tersebut
disampaikan kepada murid dan bagaimanan pula murid harus
mempelajarinya.23
Pendekatan tematik ini didasari oleh Psikologi Gestalt yang
menyatakan bahwa keseluruhan keterpaduan itu lebih berarti daripada
bagian-bagiannya. Hal ini disebabkan adanya sinergistik efek (efek

22
Muhmidayeli, Filsafat Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Aditya Media, 2010), h. 200
23
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 48
keterpaduan) yang ditimbulkan sebagai hasil dari keterpaduan tersebut.
Prinsip belajar menurut Psikologi Gestalt :
1) Dasar situasi belajar secara keseluruhan ditentukan oleh adanya
keterpaduan antara berbagai bagian, bukan oleh bagian-bagian
yang terpisah.
2) Bagian-bagian dari situasi belajar hanya mengandung arti apabila
berhubungan dengan situasi belajar secara keseluruhan.
3) Faktor yang memadukan bagian-bagian situasi belajar adalah
motivasi peserta didik atas dorongan guru.
4) Adanya efek keterpaduan yang timbul merupakan interaksi antar
berbagai bagian situasi dalam belajar.24
5) Belajar adalah proses perkembangan. Peserta didik sebagai suatu
organisme yang berkembang, kesediaan mempelajari sesuatu tidak
hanya ditentukan oleh kematangan jiwa batiniah, tetapi juga
perkembangan karena lingkungan dan pengalaman.
6) Murid sebagai organisme keseluruhan. Murid belajara tidak hanya
inteleknya saja, tapi juga emosional dan jasmaniahnya. Maka guru
sebagai pendidik harus mampu membentuk pribadi muridnya.
7) Terjadi transfer belajar. Belajar pada dasarnya yang terpenting
pada penyesuaian untuk mendapatkan respons yang tepat. Bila
dalam suatu kemampuan telah dikuasai betul-betul, maka dapat
dipindahkan untuk kemampuan yang lain.
8) Belajar adalah reorganisasi pengalaman. Pengalaman adalah suatu
interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Belajar itu baru
timbul apabila menemui situasi/sosial baru. Dalam menghadapi itu
ia akan menggunakan segala pengalaman yang dimilikinya.
9) Belajar berlangsung terus menerus. Murid memperolah
pengetahuan tak hanya di sekolah tetapi juga di luar sekolah.
Dalam pergaulan, memperoleh pengalaman sendiri-sendiri, karena

24
Wind Fred F. Hill, Teorish of Learning (Teori-teori Pembelajaran, Konsepsi,
Komparasi, dan Signifikansi), terj oleh M. Khozan, (Bandung: Nusa Media, 2009), h. 137
itu sekolah harus bekerja sama dengan orang tua di rumah dan
masyarakat, agar semua turut serta dalam membantu
perkembangan murid secara harmonis.25
Berdasarkan prinsip-prinsip Psikologis Gestal tersebut, maka
tujuan pembelajaran tematik adalah sebagai berikut :
1) Membentuk pribadi yang harmonis dan sanggup bertindak dalam
menghadapi berbagai situasi yang memerlukan keterampilan
pribadi.
2) Menyesuaikan pembelajaran dengan peserta didik.
3) Memperbaiki dan mengatasi kelemahan-kelemahan yang terdapat
pada metode pengajaran.
4) Mengetahui pencapaian indikator yang telah ditetapkan.
5) Memperoleh umpan balik bagi guru, untuk mengetahui hambatan
yang terjadi dalam pembelajaran maupun efektivitas pembelajaran.
6) Memperoleh gambaran yang jelas tentang perkembangan
pengetahuan, keterampilan dan sikap murid.
7) Sebagai acuan dalam menentukan rencana tindak lanjut (remedial,
pengayaan, dan pemantapan).
c. Landasan Yuridis
Landasan yuridis dalam pembelajaran tematik berkaitan dengan
berbagai kebijakan atau peraturan yang mendukung pelaksanaan
pembelajaran tematik di Sekolah Dasar. Landasan yuridis tersebut
adalah UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang
menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan
pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat
kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya (pasal 9). Undang-
Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan

25
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2010), h. 10
berhak mendapat pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat,
dan kemampuan yang melekat padanya (Bab V Pasal 1-b).
11. Karakteristik Pembelajaran Tematik
Karakteristik Pembelajaran Tematik adalah lebih menekankan pada
keterlibatan murid dalam proses belajar secara aktif dalam proses
pembelajaran, sehingga murid dapat memperoleh pengalaman langsung
dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang
dipelajarinya. Melalui penga laman langsung murid akan memahami
konsep-konsep yang mereka pelajari dan menghubungkannya dengan
konsep lain yang lebih dipahaminya. Teori pembelajaran ini dimotori para
tokoh Psikologi Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan bahwa
pembelajaran haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan
perkembangan anak.
Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep
belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing). Oleh karena itu,
guru perlu mengemas atau merancang pengalaman belajar yang akan
mempengaruhi kebermaknaan belajar murid. Pengalaman belajar yang
menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual menjadikan proses
pembelajaran lebih efektif. Kaitan konseptual antar mata pelajaran yang
dipelajari akan membentuk skema, sehingga murid akan memperoleh
keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Selain itu, dengan penerapan
pembelajaran tematik di sekolah dasar akan sangat membantu murid,
karena sesuai dengan tahap perkembangannya murid yang masih melihat
segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik). Beberapa ciri khas dari
pembelajaran tematik antara lain :
a. Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat
perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar.
b. Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran
tematik bertolak dari minat dan kebutuhan murid.
c. Kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi murid
sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama.
d. Membantu mengembangkan keterampilan berpikir murid.
e. Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan
permasalahan yang sering ditemui murid dalam lingkungannya.
f. Mengembangkan keterampilan sosial murid, seperti kerja sama,
toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.
Dengan pelaksanaan pembelajaran memanfaatkan tematik ini, akan
diperoleh beberapa manfaat yaitu :
a. Dengan menggabungkan beberapa kompetensi dasar dan indikator
serta isi matapelajaran akan terjadi penghematan, karena tumpang
tindih materi dapat dikurangi bahkan dihilangkan.
b. Murid mampu melihat hubungan-hubungan yang bermakna sebab
isi/materi pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat, bukan
tujuan akhir.
c. Pembelajaran menjadi utuh sehingga murid akan mendapat pengertian
mengenal proses dan materi yang tidak terpecah-pecah.
d. Dengan adanya pemaduan antar mata pelajaran, maka penguasaan
konsep akan semakin baik dan meningkat.
Sebagai suatu model pembelajaran di Sekolah Dasar, pembelajaran
tematik memiliki karakteristik atau ciri khas yang berbeda dengan
pendekatan pembelajaran lainnya. Agar dapat mengetahui lebih rinci maka
akan diuraikan berikut ini :
a. Aktif dan Berpusat Pada
Murid Pembelajaran tematik berpusat pada murid (Student
Centered), hal ini sesuai dengan pendekatan belajar yang modern yang
lebih banyak menempatkan murid sebagai subjek belajar sedangkan
guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan
kemudahan-kemudahan kepada murid untuk melakukan aktifitas
belajar. Firdaus menjelaskan bahwa pembelajaran modern harus
menekankan keaktifan murid dalam pembelajaran, baik secara fisik,
mental, intelektual, maupun emosional guna tercapainya hasil yang
optimal dengan mempertimbangkan hasrat, minat dan kemampuan
murid sehingga mereka termotivasi untuk terus-menerus belajar.
Karena apabila murid diberikan keleluasaan untuk berperan secara
aktif mereka akan merasakan kesenangan, sehingga rasa bosan dalam
belajar tidak akan mudah muncul.26
b. Memberikan Pengalaman Langsung
Pembelajran tematik dapat memberikan pengalaman langsung
kepada murid. Dengan pengalaman langsung ini, murid dihadapkan
pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-
hal yang lebih abstrak.
c. Pemisahan Mata Pelajaran Tidak Begitu Jelas
Dalam pembelajran tematik pemisahan antar matapelajaran
menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada
pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan
murid.

d. Menyajikan Konsep Dari Berbagai Mata Pelajaran


Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai
matapelajaran dalam satu proses pembelajaran. Dengan demikian,
murid mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam
kehidupan sehari-hari.
e. Bersifat Fleksibel
Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru
dapat mengaitkan bahan ajar dari satu matapelajaran dengan
matapelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan
murid dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan murid berada.
f. Hasil Pembelajran Sesuai Dengan Minat dan Kebutuhan Murid
Murid diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang
dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya.

26
Firdaus, Reformasi Pembelajaran Menuju Kualitas Insan Bertaraf Dunia, (Pekanbaru:
CV. Witra Irzani , 2006), h. 12
g. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan
(joyfullearning).27
Dengan melihat tujuh prinsip tersebut, maka pembelajaran
tematik sangat baik diterapkan kepada murid sekolah dasar pada tahap
awal. Karena menurut hemat penulis karakteristik pembelajaran
tematik akan mampu membuat murid merasa senang dan termotivasi
untuk belajar.
h. Efisiensi Pembelajaran tematik memiliki nilai efisiensi antara lain
dalam segi waktu, beban materi, metode, penggunaan sumber belajar
yang otentik sehingga dapat mencapai ketuntasan kompetensi secara
tepat.
12. Rambu-rambu Pembelajaran Tematik
a. Tidak semua mata pelajaran harus dipadukan.
b. Dimungkinkan terjadi penggabungan kompetensi dasar lintas semester.
c. Kompetensi Dasar yang tidak dapat dipadukan, jangan dipaksakan
untuk dipadukan.
d. Kompetensi Dasar yang tidak diintegrasikan dibelajarkan secara
tersendiri.
e. Kegiatan pembelajaran ditekankan kepada kemampuan membaca,
menulis dan berhitung serta penanaman nilai-nilai moral.
f. Tema-tema yang dipilih disesuaikan dengan karakteristik murid ,
minat, lingkungan, dan daerah setempat.

H. RENCANA DAN PROSEDUR PENELITIAN


1. Rencana Penelitian
Tempat Penelitian : SDN Daan Mogot 1 Kota Tangerang
Subjek Penelitian : Siswa Sekolah Dasar Sebanyak 28 orang
Focus penelitian : Pembelajaran Dengan Media Seesaw di kelas 5
Sekolah Dasar
2. Prosedur Penelitian

27
Prabowo, Pembelajaran Terpadu di Sekolah Dasar, (Surabaya: Unesa, 1999), h. 24
Secara rinci pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini meliputi
langkah-langkah sebagai berikut :
Kegiatan pada siklus I dan II diawali dengan pembuatan perangkat
pembelajaran penerapan media seesaw, kemudian mendemonstrasikan
kegiatan pelaksanaan pembelajaran dengan metode seesaw, agar efisien
dan efektif guru perlu memperhatikan hal-hal berikut :
a. Perencanaan
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam tahap
perencanaan oleh guru adalah menyiapkan perangkat pembelajaran.
Kemudian dilanjutkan menyiapkan instrumen tes dan non tes.
Instrumen tes berupa soal tes unjuk kerja serta penilaiannya. Instrumen
non tes berupa lembar panduan observasi untuk mengamati aktivitas
siswa dan kinerja guru dalam proses pembelajaran.
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan dari perencanaan yang telah ditetapkan. Dalam
siklus I dan II ini, kegiatan awal yang dilakukan guru adalah
memastikan seperangkat sarana penunjang belajar yang diperlukan
telah tersedia, sebelum menerapkan metode demonstrasi penerapan
media seesaw. Adapun pelaksanaan yang dilakukan sesuai dengan
metode demonstrasi penerapan media Seesaw, langkah-langkah
pelaksanaan pembelajaran sebagai berikut :
1) Kegiatan awal
a) Guru menyiapkan alat peraga yang diperlukan.
b) Guru mengadakan absensi terhadap kehadiran siswa.
c) Guru mengadakan tanya jawab yang mengarah pada materi
tematik dengan menggunakan media seesaw.
d) Guru menanyakan tentang sarana penunjang belajar yang wajib
di bawa oleh siswa.
e) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.
2) Kegiatan Inti
a) Siswa dibagi menjadi 7 kelompok.
b) Tiap kelompok melakukan demonstrasi untuk masuk dalam
aplikasi seesaw dengan menggunakan lembar kerja yang telah
disiapkan oleh guru.
c) Setiap kelompok menyampaikan keberhasilan untuk masuk
dalam aplikasi seesaw berbantuan.
d) Guru memasukkan (melakukan upload) lembar kerja kelompok
pada aplikasi seesaw terkait dengan materi tematik.
e) Guru meminta hasil kerja kelompok diupload ke dalam aplikasi
seesaw.
f) Setiap kelompok menyampaikan presentasi dengan
mendemonstrasikan hasil diskusi menggunakan aplikasi
seesaw.
g) Setiap kelompok harus menyampaikan gagasan, pertanyaan
ataupun masukan atas presentasi kelompok yang lain.
3) Penutup/Kegiatan Akhir
a) Guru dan siswa menyimpulkan hasil belajar pada materi
tentang tematik melalui aplikasi seesaw.
b) Siswa mengerjakan tes formatif pada akhir pelajaran.
c) Observasi dan Evaluasi.
d) Pengamatan atau observasi dilakukan oleh guru dan siswa
selama pembelajaran, yaitu mulai kegiatan awal hingga
kegiatan akhir. Observasi terhadap kegiatan belajar dilakukan
pada saat implementasi untuk mengetahui jalannya proses
pembelajaran. Pada akhir siklus I dan II diakhiri dengan tes
formatif. Berdasarkan hasil observasi, catatan proses
pelaksanaan dan hasil tes formatif, maka siklus berikutnya
dapat dilaksanakan.
e) Refleksi.
Selama penelitian dilaksanakan, hasilnya dianalisis dan
dikaji keberhasilan dan kegagalannya. Data yang diperoleh
pada proses pembelajaran apabila hasil analisis pada siklus
pertama ada revisi dan kekurangan, maka analisis direfleksikan
untuk menentukan tindakan pada siklus kedua untuk mencapai
tujuan yang lebih baik. Langkah yang sama dilakukan pada
siklus II.

I. JADWAL PENELITIAN

Waktu Penelitian
Jenis Kegiatan April 2021 Mei 2021 Juni 2021
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Penyusunan Laporan √
Pelaksanaan Siklus I √
Pelaksanaan Siklus II √

J. BIAYA PENELITIAN
Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang dilakukan, penulis
mengeluarkan biaya sebagai berikut :
Harga Satuan Jumlah
No Nama Barang
(Rp) (Rp)
1 Aplikasi Seesaw (anggota) 200.000 200.000
2 Kuota Internet 100.000 100.000
Jumlah total 300.000

K. PERSONALIA PENELITIAN
Personalia dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini adalah
sebagai berikut :

No Nama L/P Peran Dalam Penelitian


1 Tasripin, S.Pd P Kepala Sekolah
2 Nasuha P Teman Sejawat

L. DAFTAR PUSTAKA
Alisuf Sabri, 2010, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, cet. 5), h. 59

Catharina Tri Anni, 2004, Psikologi Belajar (Semarang: IKIP Semarang Press), h. 4

Depdiknas, 2007, Materi Sosialisasi dan Pelatihan Kurikulum Satuan Pendidikan,


(KTSP). (Jakarta: Sinar Grafika), h. 226
Depdiknas, 1999, Pembelajaran Terpadu D-II PGSD dan S-2 Pendidikan Dasar,
(Jakarta: Depdiknas), h. 32

Dimyati dan Mudjiono, 2006, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, cet.
3), h. 3

Firdaus, 2006, Reformasi Pembelajaran Menuju Kualitas Insan Bertaraf Dunia,


(Pekanbaru: CV. Witra Irzani), h. 12

Jurnal Pendidikan Humaiora, Volume IV No. 5 Tahun 2018

M. Ngalim Purwanto, 2002, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya),


h. 82

M. Sukardi, 2011, Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya, (Jakarta: Bumi


Aksara), h. 2

Mardianto, 2012, Psikologi Pendidikan, (Medan: Perdana Publishing), h. 39

Muhammad Uzer Usman, 2000 Menjadi Guru Profesional (Bandung: Remaja


Rosdakarya), h. 5

Muhibbin Syah, 2011, Psikologi Belajar (Jakarta: Bumi Aksara), h. 132

Muhmidayeli, 2010, Filsafat Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Aditya Media),


h. 200
Mulyono Abdurrahman, 1999, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar (Jakarta:
Rineka Cipta), h. 38

Nana Sudjana dan Ibrahim, 2009, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung:
Sinar Baru Algesindo), h. 3

Panduan Penyusunan KTSP Lengkap, SD, SMP, dan SMA, 2008, (Yogyakarta:
Pustaka Yustisia, Cet II), h. 253

Prabowo, 1999, Pembelajaran Terpadu di Sekolah Dasar, (Surabaya: Unesa), h. 24

Ramayulis dan Samsul Nizar, 2010, Filsafat Pendidikan Islam Telaah Sistem
Pendidikan dan Pemikiran Para Tokoh cet 2, (Jakarta: Kalam Mulia),
h. 41

Slameto, 2003, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka


Cipta,), h. 3

Slameto, 2010, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT.


Rineka Cipta), h. 10

Sumadi Surya Subrata, 1995, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada),
h. 249
Sutirjo dan Sri Istuti Mamik, 2005, Tematik Pembelajaran Efektif dalam Kurikulum
2004, (Malang: Bayumedia Publishing), h. 11

Syaiful Bahri Djamarah, 2002, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta), h. 48

Tim Penyusun Pusat Bahasa (Mendikbud), 2007, Kamus Besar Bahasa Indonesia
(Jakarta: Balai Pustaka, Ed. 3, cet. 4), h. 408

Trianto, 2010, Model Pembelajaran Terpadu Konsep Strategi dan Implementasinya


dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara), h.
61

Wind Fred F. Hill, 2009, Teorish of Learning (Teori-teori Pembelajaran, Konsepsi,


Komparasi, dan Signifikansi), terj oleh M. Khozan, (Bandung: Nusa Media),
h. 137

M. LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Instrumen Penelitian
2. Curriculum Vitae Semua Peneliti
3. Surat Keterangan Ketua Lemlit
4. Surat Keterangan Dekan

Anda mungkin juga menyukai