Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Lembaga Swadaya Masyarakat


Lembaga swadaya masyarakat secara umum diartikan sebagai sebuah
organisasi yang didirikan oleh perorangan ataupun sekelompok orang yang
secara sukarela memberikan pelayanan kepada masyarakat umum tanpa
bertujuan untuk memperoleh keuntungan dari kegiatannya.
Menurut Budi Setyono(2003), LSM merupakan lembaga/organisasi
non partisan yang berbasis pada gerakan moral (moral force) yang memiliki
peran penting dalam penyelenggaraan pemerintahan dan kehidupan politik.
LSM dipandang mempunyai peran signifikan dalam proses demokratisasi.
Jenis organisasi ini diyakini memiliki fungsi dan karakteristik khusus dan
berbeda dengan organisasi pada sektor politik-pemerintah maupun swasta
(private sector), sehingga mampu menjalankan tugas tertentu yang tidak dapat
dilaksanakan oleh organisasi pada dua sektor tersebut.
Pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan merupakan sasaran
utama promosi kesehatan.seperti telah diuraikan dalam bab sebelumnya
bahwa salah satu strategi global promosi kesehatan pemberdayaan atau
empowerment dengan sasaran masyarakat atau komunitas.Masyarakat
sebagai sasaran primerpromosi kesehatan harus diberdayakan agar mereka
mau dan mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka
sendirisudah barang tentu masyarakat yang mampu memelihara dan
meningkatkan kesehatan mereka sendiri,terdiri dari individu-individu dan
kelompok-kelompok atau komunitas-komunitas yang mampu memelihara dan
meningkatkan kesehatan mereka.
Kemandirian masyarakat dibidang kesehatan sebagai hasil
pemberdayaan dibidang kesehatan sesungguhnya merupakan perwujudan dari
tanggung jawab mereka agar hak-hak kesehatan mereka terpenuhi.
Arti umum menjelaskan bahwa pengertian LSM mencakup semua
organisasi masyarakat yang berada diluar struktur dan jalur formal
pemerintahan, dan tidak dibentuk oleh dan merupakan bagian daribirokrasi

3
pemerintah.Karena cakupan pengertiannya terlalu luas, beberapa tokoh
LSM generasi pertama mencari padanan yang pas atas istilah NGO.Pada
masa awal perkembangannya, sejumlah kalangan LSM mengkritik
penggunaan kata LSM sebagai terjemahan NGO dengan alasan bahwa
istilah tersebut adalah bentuk penjinakkan terhadap NGO, dan oleh
karenanya mereka lebih suka menggunakan istilah Ornop.

Lembaga swadaya masyarakat yaitu sebuah organisasi yang didirikan


oleh perorangan ataupun sekelompok orang yang secara sukarela
memberikan pelayanan kepada masyarakat tanpa bertujuan untuk
memperoleh keuntungan dari kegiatan tersebut (Arbi,1985).

2.2 Jenis dan kategori Lembaga Swadaya Masyarakat(LSM)

Jenis dan kategori LSM Ditinjau dari segi paradigmanya LSM di


Indonesia dapat dibedakan menjadi tiga :

1. Berparadigma Konformis (developmentalis), yang visinya berangkat dari


asumsi bahwa masalah demokrasi dan kondisi sosial ekonomi rakyat
sebagai faktor yang inheren dengan kebodohan, kemiskinan,
keterbelakangan, dan keterpencilan. Dengan demikian solusinya adalah
dengan melakukan perubahan mental atau budaya masyarakat sasaran
2. LSM yang menggunakan paradigma reformis. Kalangan LSM ini melihat
kondisi sosial ekonomi dan demokrasi karena tak berfungsinya elemen-
elemen sosial politik yang ada, di mana rakyat atau kelompok-kelompok
masyarakat kurang memiliki akses dan kesempatan untuk berpartisipasi
dalam politik dan pembangunan. Makanya pendekatan pemecahan
masalah, identik dengan pendekatan kedua dari Eldridge di atas, yakni
berupaya menyediakan untuk berpartisipasi,dengan model perubahan yang
diharapkan berupa perubahan fungsional struktural.20 Sementara
3. Transformatoris. Gerakangerakan LSM seperti ini terasa agak radikal, di
mana iklim atau isu keterbukaan dimanfaatkan untuk mencoba
membongkar berbagai persoalan sosial, ekonomi dan politik. Sangat
kontras dengan LSM berparadigma pertama dan kedua, yang ketiga ini
melihat kondisi struktur sosial ekonomi dan politik sebagai hasil

4
pemaksaan negara atau kelompok-kelompok dominan, sehingga oleh
karena itu melahirkan ketidakadilan dan ketidakdemokrasian. Oleh sebab
itu isu gerakan LSM lebih bernuansa politik, seperti mengambil tema hak
azasi manusia (HAM), kesenjangan sosial, gerakan civil society, pelibatan
rakyat bahwa dalam proses-proses politik seperti demonstrasi, unjuk rasa,
termasuk mimbar bebas, serta berorientasi pada kemandirian rakyat,
dengan konfik sebagai pendekatan yang digunakan.

Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 1990, menyebutkan


bahwa jenis-jenis LSM antara lain :

1. Organisasi Donor : organisasi non pemerintah yang memberikan


dukungan biaya bagi kegiatan organisasi non pemerintah lain.

2. Organisasi Mitra Pemerintah : organisasi non pemerintah yang


melakukan kegiatan dengan bermitra dengan pemerintah dalam
menjalankan kegiatannya.

3. Organisasi Profesional : organisani non pemerintah yang melakukan


kegiatan berdasarkan kemampuan profesional tertentu seperti organisasi
non pemerintah pendidikan,organisasi non pemerintah bantuan hukum,
organisasi non pemerintah jurnalisme, organisasi non pemerintah
pembangunan ekonomi, dll.

4. Organisasi Oposisi : Organisasi non pemerintah yang melakukan


kegiatan dengan memilih untuk menjadi penyeimbang dari kebijakan
pemerintah. Organisasi non pemerintah ini bertindak melakukan kritik
dan pengawasan terhadapkeberlangsungan kegiatan pemerintah.

2.3 Tujuan Dibentuknya Lembaga Swadaya Masyarakat

Masing-masing lembaga swadaya masyarakat memiliki tujuan yang


berbeda-beda tergantung dengan bidang yang dijalaninya.Jadi, untuk
melihat apakah lembaga swadaya masyarakat tersebut sudah bisa
menjalankan fungsinya dengan baik atau tidak harus dilihat lagi tujuannya
daru adanya LSM tersebut.

5
1. Lembaga swadaya masyarakat perlindungan anak dan perempuan, LSM
ini bertujuan untuk melindungi anak dan kaum perempuan yang
mengalami penganiayaan dan kekerasan serta bentuk tindakan pidana
lainnya. Hal ini sangat penting karena wanita di Indonesia masih banyak
terampas haknya sehingga kemungkinan mereka melaporkan ke polisi
mungkin masih sedikit. Jadi, LSM ini akan terus memberi penyuluhan
kepada masyarakat untuk melaporkan segala jenis tindakan pidana kepada
LSM tersebut dan LSM tersebut akan menyampaikannya kepada pihak
yang berwenang.
2. Lembaga swadaya pelindungan TKI dan TKW, hak-hak para pekerja
migran memang kerap kali diabaikan oleh pemerintah oleh karena itu saat
ini bermunculan LSM yang bertujuan untuk melindungi para TKI dan
TKW yang mendapatkan perlakukan tidak pantas di luar negeri terutama
bagi mereka yang menjadi pekerja buruh migrant.
3. Lembaga swadaya masyarakat peduli lingkungan alam, LSM ini bertujuan
untuk mengawasi dan ikut serta dalam perlindungan lingkungan alam.
Biasanya terdapat LSM masing-masing lebih khusus ranahnya seperti
LSM perlindungan hutan, LSM perlindungan flora dan fauna yang
terancam punah, LSM pecinta lautan dan segala yang ada di dalamnya.
LSM dengan tujuan ini juga sudah kian marak perkembangannya seiring
dengan rusaknya alam dan tidak adanya perhatian pemerintah secara
khusus.
4. Lembaga swadaya masyarakat perlindungan terhadap saksi dan korban,
LSM ini bertujuan untuk melindungi mereka yang menjadi korban dan
para saksi pada sebuah kasus baik tindak pidana maupun perdata. Hal ini
dilakukan karena ada banyak korban dan saksi yang tidak melaporkan
tindak kejahatan dikarenakan mereka diancam dan tidak bisa bebas dalam
melapor yang menjadi penyebab tawuran antar sesama korban atau saksi.
Nah, LSM ini akan memberikan perlindungan kepada mereka sehingga
para korban dan saksi ini tidak perlu takut saat melaporkan sebuah
tindakan kejahatan.

6
2.4 Fungsi lembaga swadaya masyarakat (LSM) di Indonesia:

1. Sebagai wadah organisasi yang menampung, memproses, mengelola dan


melaksanakan semua aspirasi masyarakat dalam bidang pembangunan
terutama pada bagian yang kerap kali tidak diperhatikan oleh pemerintah.
2. Senantiasa ikut menumbuhkembangkan jiwa dan semangat serta
memberdayakan masyarakat dalam bidang pembangunan, ini merupakan
salah satu fungsi utama dari pembentukan lembaga swadaya masyarakat
itu sendiri.
3. Ikut melaksanakan, mengawasi, memotivasi dan merancang proses dan
hasil pembangunan secara berkesinambungan tidak hanya pada saat itu
juga. Dalam hal ini LSM harus memberikan penyuluhan langsung kepada
masyarakat untuk ikut berperan aktif dalam pembangunan.
4. LSM juga harus ikut aktif dalam memelihara dan menciptakan suasana
yang kondusif di dalam kehidupan masyarakat bukan sebaliknya justru
membuat keadaan menjadi semakin kacau dengan adanya isu-isu palsu
yang meresahkan masyarakat.
5. Lembaga swadaya masyarakat sebagai wadah penyalur aspirasi atas hak
dan kewajiban warga negara dan kegiatan dari masyarakat sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan oleh masing-masing Lembaga swadaya
masyarakat.
6. Lembaga swadaya masyarakat juga harus ikut menggali dan
mengembangkan segala potensi yang dimiliki oleh anggotanya sehingga
dapat mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan bersama. Dalam hal ini
sangatlah penting karena jika anggota dalam lembaga swadaya masyarakat
tidak memiliki potensi sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan akan
menjadikan LSM seperti halnya mayat hidup, yang ada keberadaannya
namun tidak memiliki nyawa di dalamnya.
7. Lembaga swadaya masyarakat sebagai wadah yang ikut aktif dalam
perannya mensukseskan pembangunan bangsa dan negara. Serta dalam hal
ini ikut menjaga kedaulatan negara serta menjaga ketertiban sosial.
8. Sebagai salah satu cara bagi masyarakat untuk memberikan asiprasinya,
kemudian aspirasi ini ditampung oleh lembaga swadaya masyarakat sesuai

7
dengan tujuan LSM itu sendiri dan kemudian akan disalurkan kepada
lembaga politik yang bersangkutan guna mencapai keseimbangan
komunikasi yang baik antara masyarakat dan pemerintahan seperti politik
luar negeri Indonesia. 

Andra L. Corrothers dan Estie W. Suryatna mengidentifikasi empat


peranan yang dapat dimainkan oleh LSM dalam sebuah Negara yaitu:

1. Katalisasi perubahan sistem. Hal ini dilakukan dengan mengangkat


sejumlah masalah yang penting dalam masyarakat, membentuk sebuah
kesadaran global, melakukan advokasi demi perubahan kebijaksanaan
negara, mengembangkan kemauan politik rakyat, dan mengadakan
eksperimen yang mendorong inisiatif masyarakat.
2. Memonitor pelaksanaan sistem dan cara penyelenggaraan negara, bahkan
bila perlu melakukan protes. Hal itu dilakukan karena bisa saja terjadi
penyalahgunaan kekuasaan, pelanggaran hukum, terutama yang dilakukan
pejabat negara dan kalangan business.
3. Memfasilitasi rekonsiliasi warga negara dengan lembaga peradilan. Hal ini
dilakukan karena tidak jarang warga masyarakat menjadi korban
kekerasan itu. Kalangan LSM muncul secara aktif untuk melakukan
pembelaan bagi mereka yang menjadi korban ketidakadilan.
4. Implementasi program pelayanan. LSM dapat menempatkan diri sebagai
lembaga yang mewujudkan sejumlah program dalam masyarakat.

2.5 Keunggulan Lembaga Swadaya Masyarakat

Lembaga Swadaya Masyarakat mempunyai banyak kelebihan apabil


dibandingkan dengan jenis organisasi lain. Kelebihannya antara lain :

1. LSM dekat dengan masyarakat menengah ke bawah dan merupakan


organisasi yang terbukasehingga memudahkan informasi ke atas.
2. LSM mempunyai ektefitas biaya dan bebas dari yang apa namanya
korupsi.

8
3. LSM mempunyai pegawai yang semangat kerja dan motivasinya sangat
tinggi.
4. LSM mampu menerima feedback dengan baik.

2.6 Perkembangan LSM di Indonesia


Umumnya LSM di Indonesia mencerminkan kebangkitan
kesadaran golongan masyarakat menengah terhadap masalah kemiskinan,
ketidakadilan social, dan masalah HAM.Harus diakui bahwa pemerintah
amat memerlukan LSM sebagai mitra, dalam melakukan pembangunan.
Pemerintah dengan kondisi keuangan yang amat sangat memprihatinkan,
bekerja sama dengan LSM berjuang agar rakyat Indonesia bebas dari
kemiskinan. Dalam beberapa kasus kita dapat melihat, LSM menawarkan
bantuannya untuk menggali potensi masyarakat miskin baik di kota
maupun di desa. Dan pemerintah sendiri mengakui merasa terbantu
dengan adanya uluran tangan LSM dalam membantu rakyat miskin. Secara
garis besar perkembangan dan bentuk LSM di Indonesia dapat diuraikan
sebagai berikut :

1. Tahun 60an, pada masa ini ada dua bentuk LSM :

 Organisasi primordial grassroots LSM jenis ini mengacu kepada


kepentingan kelompok kecil (khususnya golongan miskin) dan dilandasi
kepentingan bersama (afiliasi keagamaan atau kekerabatan dekat). LSM
jenis ini merupakan organisasi rakyat, dengan struktur organisasi longgar,
berukuran kecil, bersifat local, terpencar, kurang terorganisir dan mengacu
kepada kelangsungan hidupnya. Kepemimpinannya bersifat tradisional.
 Organisasi amal, fenomena kelas menengah Tujuan organisasi ini adalah
mengumpulkan dana dari masyarakat untuk di sumbangkan kepada kaum
miskin, cacat fisik maupun mental, dalam bentuk makanan, obat-obatan
dan uang.

2. Akhir 60an dan awal 70an Lahir LSM jenis baru dengan semangat gelora
pembangunan dan upaya mempropagandakan semangat membangun.

9
Mulai disadari bahwa masalah kemiskinan tidak bisa diatasi dengan
penyediaan makanan atau obat-obatan. Mulai disadari bahwa perbaikan
hidup golongan miskin akan sangat tergantungng pada kemampuan
mereka sendiri untuk memenuhi kebutuhan dari sumber-sumber:

 Organisasi pembangunan setempat berskala kecil dikelola oleh kelas


menengah dan menekankan program pembangunan terpadu dan berskala
kecil memalui prakarsa di bidang kesehatan, pertanian, industry kecil,
teknologi tepat guna dan sebagainya.
 Strategi perjuangan dilandasi upaya untuk memajukan kemandirian dan
keswadayaan masyarakat dalam menghimpun sumber daya dari dalam
maupun dari luar masyarakat setempat, menyusun rencana untuk
menanggulangi masalah tersebut. Contoh, LBH, PKBI, Bina Desa, Walhi,
YLKI.

3. Pada awal 1980an, bangkit kesadaran yang lebih besar tentang pentingnya
partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan, serta perlu dicari
terobosan untuk mengadakan perombakan social secara damai dan
demokratis.

 Organisasi kemasyarakatan yang berorientasi pada perubahan struktur dan


kelembagaan di bidang ekonomi, politik dan social. Sejumlah masalah
yang mendapat perhatian adalah kemiskinan structural, bantuan hukum,
monopoli, sentralisasi dan lain-lain. Contoh, GOWA, ICW, dan UPC

 Dalam waktu yang bersamaan timbul jenis LSM lain lagi yaitu LSM yang
memperoleh bantuan dari pemerintah dan perusahaan multinasional.

2.7 Contoh LSM bidang kesehatan yang ada di Indonesia

Krisis ekonomi mendalam serta bencana yang beruntun


membebani sumber daya dan pelayanan kesehatan sehingga berdampak
pada rendahnya status gizi, menurunnya pelayanan kesehatan dan

10
rendahnya higienitas masyarakat yang mengakibatkan rendahnya kualitas
kesehatan dan tingginya angka kesakitan dan kematian masyarakat. Hal ini
diperparah dengan  banyaknya masyarakat yang berpendidikan dan
berpendapatan rendah (miskin), serta kondisi ekonomi makro yang tidak
stabil. Pada kenyataan akhir-akhir ini muncul berbagai penyakit yang
diperkirakan sudah tidak ada lagi sepeti; malaria, TBC, polio dan
banyaknya angka kekurangan gizi yang menjangkiti bayi, balita dan anak-
anak. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah dengan program-
program kesehatan bagi masyarakat miskin seperti askeskin (asuransi
kesehatan masyarakat miskin), JPKM miskin dan pengobatan dasar gratis
bagi masyarakat, serta menghidupkan kembali peran Posyandu di daerah-
derah terpencil.

YIS sebagai salah satu LSM yang bergerak dalam bidang


kesehatan pada awal berdirinya dan tetap berkecimpung dalam bidang
kesehatan hingga saat ini berupaya mengembangkan berbagai program dan
gagasan untuk sedikit berperan dalam mengupayakan kesehatan
masyarakat yang tidak memiliki akses di bidang kesehatan. Upaya-upaya
ini dilakukan untuk melengkapi dan memperkuat program pemerintah
dengan menekankan pada kemandirian dan keberlanjutan kesehatan di
tingkat masyarakat. Berbagai program yang telah dilakukan berupa
penguatan lembaga lokal yang bergerak di sektor kesehatan (posyandu)
dan kader kesehatan, pengembangan makanan bergizi dari bahan-bahan
lokal, pengembangan dana sehat, pengembangan dan pengadaan sarana
sanitasi keluarga yang dikelola secara dana pinjaman berputar dalam
kelompok, peningkatan kualitas kesehatan ibu dan anak, peningkatan
kapasitas masyarakat dalam bidang kesehatan sebagai upaya peningkatan
kesadaran dan promosi kesehatan, dan pengembangan media komunikasi
kesehatan.

Program ini telah dilakukan di berbagai daerah  bekerjasama


dengan Dinas Kesehatan maupun LSM lokal, seperti DKI, Banjarnegara,

11
Surakarta, Boyolali, Karanganyar, Sragen, Jember, Semarang, Polman,
Jayapura, Makassar dan Kupang. Berbagai jenis program kesehatan telah
dilaksanakan di berbagai daerah dan di berbagai level (desa/kalurahan
sampai provinsi).  Ada beberapa program yang telah diterapkan di tingkat
nasional, yaitu : pemakaian KMS untuk Balita, Program Oralit, Posyandu
dan Mawas Diri.Sejak berdirinya di tahun 1974 sampai pada tahun sekitar
1985, YIS telah menjadikan program kesehatan menjadi program intinya,
sehingga YIS lebih dikenal sebagai LSM yang bergerak dan
berkonsentrasi pada program kesehatan. Baru pada 1985 sampai sekarang
program YIS lebih komprehensif. Disamping Program Kesehatan juga
dilaksanakan Program Ekonomi Kerakyatan, Pelatihan, Pengembangan
Institusi, dan lain-lain.

1. Program Dana Sehat

Program Dana Sehat dilaksanakan dalam rangka peningkatan


derajat kesehatan secara swadaya. Kebiasaan masyarakat bergotong-
royong sebagai strategi dasar Program Dana Sehat, yang kuat membantu
yang lemah. Tujuan khusus dari Program Dana Sehat adalah menurunkan
angka sakit pada masyarakat setempat dengan upaya-upaya kuratif dan
preventif.

Program Dana Sehat yang pada awalnya hanya dilaksanakan di


Solo, kemudian menyebar ke daerah lain, seperti Bandung, Semarang,
Banjarnegara, Sulawesi Tengah (Tentena dan sekitarnya), Sulawesi Utara
(Tomohon dan sekitarnya), dan Sambas (Kalimantan Barat).

2. Program Kesehatan Mayarakat Terpadu

Program ini dirintis YIS bekerjasama dengan Pemda Tingkat II


Banjarnegara, dirintis awal 1980 dan diselenggarakan dengan pendekatan
dari bawah melalui upaya pengembangan kesadaran dan pengembangan
kelembagaan dan jaringan kelembagaan masyarakat (Sistim KRING).
Pendekatan kelembagaan ini memungkinkan upaya pengenalan dan

12
pendidikan berbagai aspek kesehatan masyarakat dapat dilakukan secara
masal dan berkelanjutan yang mempunyai fungsi komplementer kepada
program lain, baik yang dilakukan oleh Pemerintah maupun Swasta.

Dengan pendekatan kelembagaan ini dapat pula dikembangkan


berbagai prakarsa dan peranserta masyarakat secara luas dalam bidang
sosial ekonomi lainnya yang memberi dampak kepada hasil pembangunan
pedesaan. Kegiatan-kegiatan yang ditangani, di antaranya : Pembangunan
Rumah Secara Arisan, Perbaikan Sanitasi Lingkungan termasuk
Pengerasan Jalan Kampung, UKS, Perbaikan Gizi, dan Peningkatan
Ekonomi Masyarakat.

3. Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan

Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan (Comprehensive


Health Improvement Program Province Specific -CHIPPS-) dilaksanakan
dalam rangka meningkatkan pelaksanaan program pelayanan kesehatan di
3 provinsi yaitu Aceh, Sumatera Barat dan NTT. Tujuan khusus dari
proyek ini adalah meningkatkan tingkat kesehatan dan status gizi
masyarakat, menurunkan tingkat kematian bayi, serta meningkatkan status
kesehatan gizi ibu dan anak balita.

Keterlibatan YIS dalam program ini adalah meningkatkan


kemampuan aparat kesehatan dalam pengelolaan program kesehatan yang
bertumpu pada permasalahan dan potensi wilayah. Program ini
dilaksanakan pada periode 1988-1990 dengan dibiayai oleh USAID dan
Departemen Kesehatan.

4. Program Integrasi KB–Kesehatan

13
Program ini dilaksanakan di 4 kecamatan atas kerjasama YIS dan
Pemda Kabupaten Blitar, khususnya BKKBN dengan dukungan dana dari
ASEAN. Ada dua tujuan yang ingin dicapai yaitu, meningkatkan
partisipasi masyarakat dalam program KB, melembagakan program KB,
serta menjadikan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera sebagai norma di
masyarakat. 

Di samping dua tujuan di atas, program ini juga dimaksudkan


untuk mengembangkan model keterpaduan program KB dengan program-
program pembangunan sosial ekonomi. Program integrasi KB/KK terpadu
ini pun telah berhasil meningkatkan mutu partisipasi masyarakat untuk
memantabkan program KB dan meningkatkan kesejahteraan keluarga
peserta KB. Model ini, akhirnya dikembangkan juga ke kabupaten lain,
salah satunya adalah Kabupaten Jember.

5. Program Bina Sejahtera

Program Bina Sejahtera merupakan program kerjasama antara


PKK Tingkat I Jawa Tengah, YIS, dan Fakultas Kedokteran UNDIP,
dengan dukungan dana dari CIDA–Canada. Program ini bertujuan untuk
meningkatkan gizi keluarga terutama ibu dan balita dengan PKK sebagai
wadah dari kegiatan ini.

PKK sebagai organisasi yang mempunyai jaringan sampai di


tingkat RT dinilai tepat untuk menjadi wadah dari kegiatan tersebut. Untuk
mendukung kegiatan tersebut di tiap-tiap kecamatan direkrut 2 Petugas
Lapangan Bina Sejahtera (PLBS) yang berasal dari kader/pengurus PKK,
dan di setiap desa/kelurahan lokasi program direkrut 4 orang tenaga
sukarela yang akan menjadi pelaksana dalam Program Bina Sejahtera. Di
dalam pengorganisasiannya, dari di tingkat desa sampai tingkat propinsi
dibentuk tim kerja yang diketuai oleh Ketua PKK di masing-masing level.
Tim kerja ini secara teknis dibentuk BPGD (Badan Perbaikan Gizi
Daerah).

14
6. Program Perbaikan Sanitasi dan Air Bersih

Program ini dilaksanakan di Kabupaten Boyolali dan Wonogiri.


Tujuan dari program ini untuk meningkatkan status kesehatan lingkungan
lewat pengadaan fasilitas lingkungan dan perubahan perilaku masyarakat.
Serta untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengelola
kegiatan perbaikan lingkungan dengan sumber daya yang dimiliki dan
bantuan dari sumber daya di luar masyarakat.

Dalam mencapai tujuan, proses pelaksanaannya dipakai perangkat


MAWAS DIRI dan pendekatan Revolving Fund. Dari aspek fisik, lewat
program tersebut jumlah jamban keluarga pun harus ditambah. Demikian
juga telah terbangun saluran pembuangan air limbah (SPAL). Kebiasaan
buang hajad di sungai juga menurun drastis. Setiap keluarga yang
membuat rumah diharuskan untuk membuat jamban keluarga.

7. Program KIP (Kampung Improvement Project)

Pengalaman YIS dalam program ini yaitu ikut terlibat sebagai


Pengembang Masyarakat dalam Proyek MHT III DKI Jakarta dalam
rangka penanganan permukiman kumuh dan miskin di DKI Jakarta dari
tahun 1989-1999. Dalam pelaksanaannya, program ini menggunakan
pendekatan sebagai berikut :

 Community Based
 Integrated Tribina (Sosial, Ekonomi, Fisik)
 Community Development (CD) and Community Organization Economic
Development (COED)
 Adanya LSM sebagai advokasi warga masyarakat dan pendamping
 Tahapan Program : Pengorganisasian, Stabilisasi, dan Alih Kelola

Tujuan proyek ini adalah untuk terentasnya warga pemukiman


kumuh di 75 kelurahan pada tahun 1989 sampai dengan 1999 berdasarkan
aspirasi warga masyarakat setempat (community based) dengan

15
mengerahkan sumber daya masyarakat, swasta, dan pemerintah; sehingga
sejajar dengan warga Jakarta di wilayah lainnya.

8. Proyek Pengembangan Pemukiman Kumuh di Perkotaan

Proyek ini dilaksanakan berdasarkan atas pengalaman YIS


menjalankan program di Kota Solo yang pernah dijalin kerjasamanya
dengan pihak Pemerintah Daerah setempat di waktu sebelumnya. Program
yang telah dilaksanakan di samping Dana Sehat juga Sanitasi Lingkungan
yang berupa pembangunan sarana jamban keluarga dengan pendekatan
arisan. Pada tahun 1997 kerjasama program dengan entry point kesehatan
dengan Pemerintah Surakarta dilanjutkan dengan kegiatan utama
Perbaikan Pemukiman Kumuh di daerah urban.

Pencapaian hasil ditunjang dengan strategi berikut :

a. Semua kegiatan yang dilaksanakan bertumpu pada potensi dan


permasalahan yang ada di masyarakat.
b. Memanfaatkan wadah dan struktur yang ada di masyarakat, termasuk
nilai-nilai budaya dan sosial yang berlaku.
c. Peningkatan kemampuan sumber-daya manusia dari berbagai level melalui
pelatihan.
d. Peningkatan kemampuan dan fungsi lembaga di masyarakat, juga sebagai
media kegiatan dan pendampingan.
e. Penerapan metode-metode partisipatip dalam setiap tahap pelaksanaan.

Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan antara lain :

a. Pelatihan-pelatihan bagi masyarakat sasaran program, aparat tingkat


kelurahan, kecamatan serta tingkat kotamadya.
b. Pengembangan sistem manajemen pada pembangunan daerah sehat.
c. Pembangunan sarana sanitasi dengan pendekatan dana berputar.
d. Peningkatan usaha-usaha produktif.

16
9. Program Kesehatan Terpadu untuk Golongan Rawan

Program ini dilaksanakan di Polewali Mamasa, Sulawesi Selatan.


Latar belakang kebijakan pelaksanaan program ini didasarkan pada masih
tingginya angka kematian ibu bersalin, bayi dan kematian anak balita. 
Disamping itu masih sangat memprihatinkannya kesadaran masyarakat
akan perilaku hidup bersih dan sehat. Diperburuk lagi keadaan-keadaan
tersebut dengan krisis moneter yang melanda Indonesia yang berdampak
pada masyarakat bawah.

Sasaran dari program ini adalah masyarakat golongan rawan gizi


(ibu hamil, ibu menyusui, dan anak balita) dan masyarakat yang
mempunyai kegiatan kesehatan dengan media kelompok sebagai
wadahnya. 

Beberapa strategi yang digunakan dalam pencapaian tujuan, di antaranya :

a. Pemanfaatan struktur/dan pranata-pranata/nilai norma dan budaya


setempat ada di masyarakat.
b. Memperkenalkan model peningkatan gizi keluarga lewat pemberian
tepung M3 (Mudah–Murah–Mumpuni), tepung dari bij-bijian lokal yang
bisa diproduksi oleh masyarakat sendiri.
c. Pendekatan partisipatif dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan, dengan
peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui pelbagai pelatihan.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan sebagai bentuk peningkatan


kualitas SDM dengan pelatihan di tingkat Kelompok Swadaya Manusia,
pelatihan untuk aparat sampai dengan tingkat kecamatan dan kabupaten,
perbaikan gizi keluarga lewat pemberian Tepung M3, pembangunan
sarana kesehatan yang berupa jamban keluarga dengan sistim dana
bergulir.

Pada pelaksanaan kegiatan di tingkat masyarakat, intensitas YIS ke depan


semakin dikurangi dengan dicapainya transfer of knowledge misi

17
pengembangan masyarakat yang akan diperoleh para mitra kerja, baik dari
staf pemerintah yang langsung terkait dengan program maupun unsur-
unsur lain di tingkat masyarakat sampai dengan tingkat kabupaten.

18

Anda mungkin juga menyukai