Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

HARGA DIRI RENDAH

DISUSUN OLEH :

NUR YAHYA

200104063

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROFESI NERS

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA

2021
LAPORAN PENDAHULUAN

HARGA DIRI RENDAH

A. DEFINISI
Harga diri rendah adalah perasaan negatif terhadap diri sendiri,
hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan
(Keliat, dalam Fitria, 2019). Harga diri rendah adalah perasaan seseorang
bahwa dirinya tidak diterima lingkungan dan gambaran-gambaran negatif
tentang dirinya (Barry, dalam Yosep, 2019).
Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau
kemampuan diri yang negatif dan dapat secara langsung atau tidak
langsung diekspresikan (Yusuf, 2015)

B. PENYEBAB
Penyebab harga diri rendah dapat terjadi secara :
1. Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus
operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan
kerja, perasaan malu karena sesuatu (korban perkosaan, dituduh
korupsi, dipenjara tiba-tiba). Pada klien yang dirawat dapat terjadi
harga diri rendah, karena :
a. Privacy yang harus diperhatikan, misalnya : pemeriksaan fisik
yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran
pubis, pemasangan kateter, pemeriksaan perineal).
b. Harapan akan struktur bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai
karena dirawat/sakit/penyakit.
c. Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya
berbagai pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai
tindakan tanpa persetujuan.
2. Kronik yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama,
yaitu sebelum sakit/dirawat. Klien ini mempunyai cara berfikir yang
negatif. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negatif
terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respons yang maladaptif.

C. FAKTOR PREDISPOSISI
Terjadinya harga diri rendah kronik adalah penolakan orang tua yang tidak
realistis, kegagalan berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab
personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis
(Fitria, 2019).

D. FAKTOR PRESIPITASI
Terjadinya harga diri rendah kronis adalah hilangnya sebagian anggota
tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh, mengalami kegagalan,
serta menurunnya produktivitas (Fitria, 2019).

E. MANIFESTASI KLINIS
Tanda gejala harga diri rendah menurut (Yusuf, 2015) antara lain yaitu
perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan
terhadap penyakit, rasa bersalah terhadap diri sendiri, merendahkan
martabat, gangguan hubungan sosial, seperti menarik diri, tidak ingin
bertemu dengan orang lain, lebih suka sendiri, percaya diri kurang, sukar
mengambil keputusan, mencederai diri. Akibat harga diri yang rendah
disertai harapan yang suram, ingin mengakhiri kehidupan. Tidak ada
kontak mata, sering menunduk, tidak atau jarang melakuakan kegiatan
sehari-hari, kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapi,
berkurang selera makan, bicara lambat dengan nada lemah.

F. PENATALAKSANAAN
Terapi pada gangguan jiwa, khususnya skizofrenia dewasa ini sudah
dikembangkan sehingga klien tidak mengalami diskriminasi bahkan
metodenya lebih manusiawi daripada masa sebelumnya. Penatalaksanaan
medis pada gangguan konsep diri yang mengarah pada diagnosa medis
skizofrenia, khususnya dengan perilaku harga diri rendah, yaitu:
1. Psikofarmakologi
Jenis obat psikofarmaka, dibagi dalam 2 golongan yaitu:
a. Golongan generasi pertama (typical)
Obat yang termasuk golongan generasi pertama, misalnya:
Chorpromazine HCL (Largactil, Promactil, Meprosetil),
Trifluoperazine HCL (Stelazine), Thioridazine HCL (Melleril), dan
Haloperidol (Haldol, Govotil, Serenace).
b. Golongan kedua (atypical)
Obat yang termasuk generasi kedua, misalnya: Risperidone
(Risperdal, Rizodal, Noprenia), Olonzapine (Zyprexa), Quentiapine
(Seroquel), dan Clozapine (Clozaril).
2. Psikotherapi
Terapi kejiwaan atau psikoterapi pada klien, baru dapat diberikan
apabila klien dengan terapi psikofarmaka sudah mencapai tahapan
dimana kemampuan menilai realitas sudah kembali pulih dan
pemahaman diri sudah baik. Psikotherapi pada klien dengan gangguan
jiwa adalah berupa terapi aktivitas kelompok (TAK).
3. Therapy Kejang Listrik ( Electro Convulsive Therapy)
ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmall secara
artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang
dipasang satu atau dua temples. Therapi kejang listrik diberikan pada
skizofrenia yang tidak mempan denga terapi neuroleptika oral atau
injeksi, dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik.
4. Therapy Modalitas
Therapi modalitas/perilaku merupakan rencana pengobatan untuk
skizofrrenia yang ditujukan pada kemampuan dan kekurangan klien.
Teknik perilaku menggunakan latihan keterampilan sosial untuk
meningkatkan kemampuan sosial. Kemampuan memenuhi diri sendiri
dan latihan praktis dalam komunikasi interpersonal. Therapi kelompok
bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana dan masalah dalam
hubungan kehidupan yang nyata.
Therapy aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu therapy aktivitas
kelompok stimulasi kognitif/persepsi, theerapy aktivitas kelompok
stimulasi sensori, therapi aktivitas kelompok stimulasi realita dan
therapy aktivitas kelompok sosialisasi. Dari empat jenis therapy
aktivitas kelompok diatas yang paling relevan dilakukan pada individu
dengan gangguan konsep diri harga diri rendah adalah therapyaktivitas
kelompok stimulasi persepsi. Therapy aktivitas kelompok (TAK)
stimulasi persepsi adalah therapy yang mengunakan aktivitas sebagai
stimulasi dan terkait dengan pengalaman atau kehidupan untuk
didiskusikan dalam kelompok, hasil diskusi kelompok dapat berupa
kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian masalah.
5. Terapi somatik
Terapi somatik adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan
tujuan mengubah perilaku yang maladaptif menjadi perilaku yang
adaptif dengan melakukan tindakan dalam bentuk perlakuan fisik
(Riyadi dan Purwanto, 2019). Beberapa jenis terapi somatik, yaitu:
a. Restrain
Restrain adalah terapi dengan menggunakan alat-alat mekanik atau
manual untuk membatasi mobilitas fisik klien.
b. Seklusi
Seklusi adalah bentuk terapi dengan mengurung klien dalam ruangan
khusus.
c. Foto therapy atau therapi cahaya
Foto terapi atau sinar adalah terapi somatik pilihan. Terapi ini
diberikan dengan memaparkan klien sinar terang (5-20 kali lebih
terang dari sinar ruangan).
d. ECT (Electro Convulsif Therapie)
ECT adalah suatu tindakan terapi dengan menggunakan aliran listrik
dan menimbulkan kejang pada penderita baik tonik maupun klonik.
e. Rehabilitasi
Rehabilitasi merupakan suatu kelompok atau komunitas dimana
terjadi interaksi antara sesama penderita dan dengan para pelatih
(sosialisasi).

G. PSIKOPATOLOGI/ POHON MASALAH


Pohon masalah yang muncul menurut Fajariyah (2012) :
Resiko Tinggi Perilaku Kekerasan

Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi

Isolasi Sosial : Menarik Diri

HARGA DIRI RENDAH

Koping Individu Tidak Efektif

H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Data yang perlu dikaji pada pasien dengan harga diri rendah (Fitria,
2019 dan Yosep, 2019), adalah:
a. Data subyektif
1) Mengungkapkan dirinya merasa tidak berguna.
2) Mengungkapkan dirinya merasa tidak mampu
3) Mengungkapkan dirinya tidak semangat untuk beraktivitas atau
bekerja.
4) Mengungkapkan dirinya malas melakukan perawatan diri
(mandi, berhias, makan atau toileting).
b. Data obyektif
1) Mengkritik diri sendiri
2) Perasaan tidak mampu
3) Pandangan hidup yang pesimistis
4) Tidak menerima pujian
5) Penurunan produktivitas
6) Penolakan terhadap kemampuan diri
7) Kurang memperhatikan perawatan diri
8) Berpakaian tidak rapi
9) Berkurang selera makan
10) Tidak berani menatap lawan bicara
11) Lebih banyak menunduk
12) Bicara lambat dengan nada suara lemah.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
b. Isolasi sosial : menarik diri
c. Halusinasi
d. Resiko perilaku kekerasan

3. FOKUS INTERVENSI KEPERAWATAN


No Diagnosa Perencanaan
keperawatan Tujuan Kriteria evaluasi Intervensi
1. Gangguan Klien mampu : Setelah ..x ... menit SP 1
konsep diri :1.  Mengidentifikasi Pertemuan klien : 1.   Mengidentifikasi kemampuan dan
Harga Diri kemampuan dan1.   Mampu mengidentifikasi aspek positif yang dimiliki klien
Rendah aspek positif yang kemampuan dan aspek2.   Membantu klien dalam menilai
dimiliki positif yang dimiliki kemampuan yang masih dapat
2.  Menilai2.   Mampu menilai digunakan
kemampuan yang kemampuan yang dapat
dapat digunakan digunakan 3.   Membantu klien dalam memilih
3.  Klien dapat3.   Mampu menetapkan / kegiatan yang akan dilatih sesuai
menetapkan / memilih kegiatan yang dengan kemampuan klien
memilih kegiatan sesuai kemampuan
sesuai dengan4.   Mampu melatih 1 kegiatan
kemampuan yang sudah dipilih, sesuai4.   Melatih kegiatan yang dipilih
4.  Menyusun jadwal dengan kemampuan sesuai dengan kemampuan klien
untuk melakukan5.   Mampu menyusun jadwal5.   Memberikan pujian yang wajar
kegiatan yang sudah kegiatan harian terhadap keberhasilan klien
dilatih
6.   Menganjurkan klien untuk
memasukan ke dalam jadwal
kegiatan harian
Setelah interaksi ... menit SP 2
klien mampu : 1.   Evaluasi jadwal kegiatan harian
1.   Melatih kegiatan kedua klien (SP1)
yang dipilih sesuai dengan
kemampuan 2.   Latih kemampuan yang kedua
2.   Mampu menyusun jadwal
untuk melakukan kegiatan
kedua yang sudah dipilih
3.   Anjurkan klien untuk memasukan
ke dalam jadwal harian klien
Setelah interaksi .... menit SP 3
klien mampu : 1.   Evaluasi jadwal kegiatan harian
1.   Melatih kegiatan ketiga klien (SP1, SP2)
yang dipilih sesuai dengan
kemampuan 2.   Latih kemampuan yang ketiga
2.   Mampu menyusun jadwal
untuk melakukan kegiatan
ketiga yang sudah dipilih
3.   Anjurkan klien untuk memasukan
ke dalam jadwal harian klien
Setelah interaksi .... menit SP 4
klien mampu : 1.   Evaluasi jadwal kegiatan harian
1.   Melatih kegiatan keempat klien (SP1, SP2, SP3)
yang dipilih sesuai dengan
kemampuan 2.   Latih kemampuan yang keempat
2.   Mampu menyusun jadwal
untuk melakukan kegiatan
keempat yang sudah3.   Anjurkan klien untuk memasukan
dipilih ke dalam jadwal harian klien

DAFTAR PUSTAKA
Dalami, Ermawati. (2010). Konsep Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Trans Info

Media

Direja, A.H.S. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha

Medika

Fitria, Nita. (2019). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan

dan Strategi Pelaksanaan Tindakan. Jakarta : Salemba Medika

Kusumawati, Farida dan Yudi Hartono. (2010). Buku Ajar keperawatan Jiwa.
Jakarta : Salemba Medika

Riyadi, S. Dan Purwanto, T. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha


Ilmu.
Yosep, I. 2009. Keperawatan Jiwa. Jakarta: Refika Aditama.
Yusuf, A, Fitryasari, R dan Nihayati, H. E. (2015). Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai