Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

ISOLASI SOSIAL

DISUSUN OLEH :

NUR YAHYA

200104063

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROFESI NERS

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA

2021
LAPORAN PENDAHULUAN

ISOLASI SOSIAL

A. DEFINISI
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan
orang lain disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima,
kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang
lain (Kusumawati dan Hartono, 2010).
Isolasi sosial adalah gangguan dalam berhubungan yang merupakan
mekanisme individu terhadap sesuatu yang mengancam dirinya dengan
cara menghindari interaksi dengan orang lain dan lingkungan (Dalami,
2010).  Isolasi soaial adalah pengalaman kesendirian seorang individu
yang diterima sebagai perlakuan dari orang lain serta sebagai kondisi yang
negatif atau mengancam (Fitria, 2019).

B. PENYEBAB
Terjadinya gangguan ini dipengaruhi oleh faktor predisposisi di
antaranya perkembangan dan sosial budaya. Kegagalan dapat
mengakibatkan individu tidak percaya pada diri, tidak percaya pada orang
lain, ragu, takut salah, pesimis, putus asa terhadap orang lain, tidak mampu
merumuskan keingian dan merasa tertekan. Keadaan ini dapat
menimbulkan perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain, lebih
menyukai berdiam diri, menghindar dari orang lain dan kegiatan sehari-
hari terabaikan.

C. FAKTOR PREDISPOSISI
Ada berbagai faktor yang menjadi pendukung terjadinya perilaku
isolasi sosial menurut Direja (2011), antara lain :
1. Faktor perkembangan
Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan dari masa
bayi sampai dewasa tua akan menjadi pencetus seseorang sehingga
mempunyai masalah respon sosial menarik diri. Sistem keluarga yang
terganggu juga dapat mempengaruhi terjadinya menarik diri.
Organisasi anggota keluarga bekerja sama dengan tenaga profesional
untuk mengembangkan gambaran yng lebih tepat tentang hubungan
antara kelainan jiwa dan stress keluarga. Pendekatan kolaboratif dapat
mengurangi masalah respon sosial menarik diri.
2. Faktor biologi
Faktor genetik dapat menunjang terhadap respon sosial maladaptif.
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa.
Kelainan struktur otak, seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan
berat dan volume otak serta perubahan limbik diduga dapat
menyebabkan skizofrenia.
3. Faktor sosiokultural
Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan. Ini
merupakan akibat dari norma yang tidak mendukung pendekatan
terhadap orang lain, atau tidak menghargai anggota masyarakat yang
tidak produktif, seperti lansia, orang cacat dan berpenyakit kronik.
Isolasi dapat dapat terjadi karena mengadopsi norma, perilaku dan
sitem nilai yang berbeda dari yang dimiliki budaya mayoritas. Harapan
yang tidak realistis terhadap hubungn merupakan faktor lain yang
berkaitan dengan gangguan ini.

D. FAKTOR PRESIPITASI
Ada beberapa faktor presipitasi yang dapat menyebabkan seseorang
menarik diri. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dario berbagai stressor
antara lain:
1. Stressor sosiokultural
Stressor sosial budaya dapat menyebabkan terjadinya gaangguan
dalam membina hubungan dengan orang lain, misalnya menurunnya
stabilitas unit keluarga, berpisah dari orang yang berarti dalam
kehidupannya, misalnya karena dirawat di rumah sakit.
2. Stressor psikologik
Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan keterbatasan
kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan
orang terdekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi
kebutuhannya hal ini dapat menimbulkan ansietas tinggi bahkan dapat
menimbulkan seseorang mengalami gangguan hubungan (menarik
diri).
3. Stressor intelektual
a) Kurangnya pemahaman diri dalam ketidakmampuan untuk
berbagai pikiran dan perasaan yang mengganggu pengembangan
hubungan dengan orang lain.
b) Klien dengan “kegagalan” adalah orang yang kesepian dan
kesulitan dalam menghadapi hidup. Mereka juga akan sulit
berkomunikasi dengan orang lain.
c) Ketidakmampuan seseorang membangun kepercayaan dengan
orang lain akan persepsi yang menyimpang dan akan berakibat
pada gangguan berhubungan dengan orang lain.
4. Stressor fisik
a) Kehidupan bayi atau keguguran dapat menyebabkan seseorang
menarik diri dari orang lain
b) Penyakit kronik dapat menyebabkan seseorang minder atau malu
sehingga mengakibatkan menarik diri dari orang lain.
E. MANIFESTASI KLINIS
Berikut ini adalah tanda dan gejala klien dengan isolas isosial menurut
Direja (2011), antara lain :
1. Kurang spontan
2. Apatis (acuh terhadap lingkungan)
3. Ekspresi wajah kurang berseri
4. Tidak merawat diri dan tidak memperlihatkan kebersihan
5. Tidak ada dan tidak memperhatikan kebersihan
6. Tidak ada atau kurang komunikasi verbal
7. Mengisolasi diri
8. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitar
9. Asupan makanan dan minuman terganggu
10. Retensi urin dan feses
11. Aktivitas menurun
12. Kurang energi (tenaga)
13. Rendah diri
14. Postur tubuh berubah, misalnya sikap fetus atau janin (khususnya pada
posisi tidur)
Perilaku ini biasanya disebabkan karena seseorang menilai dirinya
rendah, sehingga timbul perasaan malu untuk berinteraksi dengan orang
lain. Bila tidak dilakukan intervensi lebih lanjut, maka akan menyebabkan
perubahan persepsi sensori : halusinasi dan risiko mencederai diri, orang
lain, bahkan lingkungan. Perilaku yang tertutup dengan orang lain juga
bisa menyebabkan intoleransi aktivitas yang akhirnya bisa berpengaruh
terhadap ketidakmampuan untuk melakukan perawatan secara mandiri.

Seseorang yang mempunyai harga diri rendah awalnya disebabkan


oleh ketidakmampuan untuk menyelesaikan masalah dalam hidupnya,
sehingga orang tersebut berperilaku tidak normal (koping individu tidak
efektif). Peranan keluarga cukup besar dalam mendorong klien agar
mampu menyelesaikan masalah. Oleh karena itu, bila sistem
pendukungnya tidak baik (koping keluarga tidak efektif) maka akan
mendukung seseorang memiliki harga diri rendah.

F. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan medis
Menurut Dermawan (2013) penatalaksanaan klien yang mengalami
isolasi sosial adalah dengan pemberian obat-obatan dan tindakan lain
yaitu :
a. Terapi Farmakologi
1) Clorpromazine (CPZ)
Indikasi: Untuk syndrome psikosis yaitu berdaya berat dalam
kemampuan menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya
nilai norma sosial dan tilik diri terganggu, berdaya berat dalam
fungsi -fungsi mental: waham, halusinasi, gangguan perasaan
dan perilaku yang aneh atau, tidak terkendali, berdaya berat
dalam fungsi kehidupan sehari -hari, tidak mampu bekerja,
hubungan sosial dan melakukan kegiatan rutin.
Efek samping: Sedasi, gangguan otonomik (hipotensi,
antikolinergik/ parasimpatik,mulut kering, kesulitan dalam
miksi, dan defikasi, hidung tersumbat,mata kabur, tekanan intra
okuler meninggi, gangguan irama jantung),gangguan ekstra
piramidal (distonia akut, akatshia, sindromaparkinson/tremor,
bradikinesia rigiditas), gangguan endokrin, metabolik,
hematologik, agranulosis, biasanya untuk pemakaian jangka
panjang.
2) Haloperidol (HLP)
Indikasi: Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita
dalam fungsi netral serta dalam fungsi kehidupan sehari – hari.
Efek samping : Sedasi dan inhibisi psikomotor, gangguan
otonomik (hipotensi, antikolinergik /parasimpatik, mulut kering,
kesulitan miksi dan defikasi, hidung tersumbat, mata kabur,
tekanan intraokuler meninggi, gangguan irama jantung).
3) Trihexy phenidyl (THP)
Indikasi:Segala jenis penyakit parkinson,termasuk paska
ensepalitis dan idiopatik,sindrom parkinson akibat obat misalnya
reserpin dan fenotiazine. Efek samping: Sedasi dan inhibisi
psikomotor Gangguan otonomik (hypertensi, anti kolinergik/
parasimpatik, mulut kering, kesulitanmiksi dan defikasi, hidung
tersumbat, mata kabur, tekanan intra oluker meninggi, gangguan
irama jantung).
b. Electro Convulsive Therapy
Electro Convulsive Therapi (ECT) atau yang lebih dikenal
dengan eletroshock adalah suatu terapi psiatri yang menggunakan
energi shock listrik dalam pengobatannya. Biasanya ECT
ditunjukan untuk terapi pasien gangguan jiwa yang tidak berespon
pada obat psikiatri pada dosis terapinya. Diperkirakan hampir 1 juta
orang di dunia mendapat terapi ECT setiap tahunnya dengan
intensitas antara 2-3 kali seminggu. ECT bertujuan untuk
memberikan efek kejang klonik yang dapat memberikan efek terapi
selama 15 menit.
2. Penatalakasanaan Keperawatan
a. Terapi individu dan keluarga
Penatalaksanaan isolasi sosial dapat dilakukan dengan
strategi pelaksanaan tindakan keperawatan (SPTK) pada pasien
yang lebih dikenal dengan strategi pelaksanaan (SP) yang terdiri
dari beberapa strategi pelaksanaan diantaranya strategi
pelaksaan pasien mengajarkan dengan berinteraksi secara
bertahap dan keluarga yang terdiri dari masing-masing empat
strategi pelaksaan (Badar, 2016).
b. Terapi aktivitas kelompok
Menurut Stuart dan Laraia kegiatan kelompok merupakan
tindakan keperawatan pada kelompok dan terapi kelompok.
Terapi aktivitas kelompok (TAK), terdiri dari 4 macam yaitu
TAK stimulasi persepsi, TAK stimulasi sensori, TAK stimulasi
realita, dan TAK sosialisasi. Terapi kelompok yang cocok pada
pasien isolasi sosial yaitu terapi aktivitas kelompok sosial
(TAKS) karena klien mengalami gangguan hubungan sosial
(Badar , 2016). Terapi aktivitas kelompok sosialisasi yang dapat
dilakukan pada pasien dengan isolasi sosial adalah :
1) Sesi 1 :kemampuan mengenalkan diri
2) Sesi 2 :kemampuan berkenalan
3) Sesi 3 :kemampuan bercakap-cakap dengan anggota
kelompok
4) Sesi 4 :kemampuan menyampaikan topic pembicaraan
tertentu
5) Sesi 5 :kemampuan bercakap-cakap masalah pribadi
6) Sesi 6 : kemampuan bekerjasama dalam sosialisasi

B. PSIKOPATOLOGI/ POHON MASALAH


Salah satu gangguan berhubungan sosial diantaranya perilaku menarik
diri atau isolasi sosial yang disebabkan oleh perasaan tidak berharga, yang
bisa dialami klien dengan latar belakang yang penuh dengan
permasalahan, ketegangan, kekecewaan dan kecemasan. Perasaan tidak
berharga menyebabkan klien makin sulit dalam mengembangkan
hubungan dengan ornag lain. Akibatnya klien menjadi regresi atau
mundur, mengalami penurunan dalam aktivitas dan kurangnya perhatian
terhadap penampilan dan kebersihan diri. Klien semakin tenggelam dalam
perjalana dan tingkah laku primitif antara lain pembicaraan yang autistik
dan tingkah laku yang tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga berakibat
lanjut menjadi halusinasi.
Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi

Isolasi sosial: Menarik diri

Gangguan konsep diri: Harga diri rendah

C. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Identitas klien
Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan,
agama, tanggal MRS (masuk rumah sakit), informan, tanggal
pengkajian, No Rumah Sakit dan alamat klien.
b. Keluhan utama
Tanyakan pada keluarga/klien hal yang menyebabkan klien dan
keluarga datang ke rumah sakit. Yang telah dilakukan keluarga
untuk mengatasi masalah, dan perkembangan yang dicapai.
c. Faktor predisposisi
Tanyakan pada klien/keluarga, apakah klien pernah mengalami
gangguan jiwa pada masa lalu, pernah melakukan atau mengalami
penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan
dalam keluarga dan tindakan criminal. Dan pengkajiannya meliputi
psikologis, biologis, dan social budaya.
d. Aspek fisik/biologis
Hasil pengukuran tanda-tanda vital (TD, Nadi, Suhu, Pernafasan,
TB, BB) dan keluhan fisik yang dialami oleh klien.
e. Aspek psikososial
1) Genogram yang menggambarkan tiga generasi
2) Konsep diri
3) Hubungan social dengan orang lain yang terdekat dalam
kehidupan, kelompok, yang diikuti dalam masyarakat
4) Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah
f. Status mental
Nilai klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas
motorik klien, afek klien, interaksi selama wawancara, persepsi,
proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat
konsentrasi, dan berhitung.
g. Kebutuhan persiapan pulang
1) Kemampuan makan klien dan menyiapkan serta merapikan lat
makan kembali.
2) Kemampuan BAB, BAK, menggunakan dan membersihkan WC
serta membersihkan dan merapikan pakaian.
3) Mandi dan cara berpakaian klien tampak rapi.
4) Istirahat tidur kilien, aktivitas didalam dan diluar rumah.
5) Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksinya setelah
diminum.
h. Mekanisme koping
Malas beraktivitas, sulit percaya dengan orang lain dan asyik
dengan stimulus internal, menjelaskan suatu perubahan persepsi
dengan mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain.
i. Masalah psikososial dan lingkungan
Masalah berkenaan dengan ekonomi, dukungan kelompok,
lingkungan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, dan pelayanan
kesehatan.
j. Pengetahuan
Didapat dengan wawancara klien dan disimpulkan dalam masalah.
k. Aspek medik
Diagnosa medis yang telah dirumuskan dokter, therapy
farmakologi, psikomotor, okopasional, TAK dan rehabilitas.

2. MASALAH KEPERAWATAN YANG MUGKIN MUNCUL


a. Gangguan sensori persepsi : Halusinasi
b. Isolasi sosial
c. Gangguan konsep diri : harga diri rendah

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Isolasi sosial

4. FOKUS INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Perencanaan
No
keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
1. Isolasi sosial Tujuan Umum : Setelah .. x .. menit SP 1 :
Pasien mampu pertemuan pasien : 1.      Bina hubungan saling percaya
berinteraksi dengan 1.      Mampu membina dengan tindakan :
orang lai secara hubungan saling percaya         Mengucapkan salam setiap kali
optimal di tandai dengan pasien interaksi dengan pasien
menunjukkan ekspresi        Berkenalan dengan pasien :
Tujuan Khusus: wajah bersahabat, perkenalakan nama dan nama
Pasien mampu : memperlihatkan rasa panggilan yang disukai, serta
1.      Membina hubungan senang, ada kontak mata, tanyakan nama dan nama panggilan
saling percaya mau berjabat tangan, mau pasien
2.      Menyadari menyebutkan namanya,         Menanyakan perasaaan dan
penyebab isolasi mau menjawab salam, keluhan pasien saat ini
sosial pasien mau duduk        Buat kontrak asuhan: apa yang
3.      Berkenalan dengan berdampingan dengan akan dilakukan bersama pasien
perawat perawat, mau nerapa lama akan dikerjakan, dan
mengutarakan masalah dimana tempatnya
yang dihadapi         Jelaskna bahwa informasi yang
2.      Mampu mengenal diperoleh untuk kepentingan terapi
penyebab isolasi sosial, akan dirahasikan
keuntungan berhubungan        Setiap sat tunjukkan sikap empati
dengan orang lain, dan terhadap pasien
kerugian tidak         Penuhi kebutuhan dasar pasien bila
berhubungan memungkinkan
3.      Mampu berkenalan2.      Bantu pasien mengenal penyebab
dengan perawat isolasi sesuai dengan tindakan
4.      Mampu menyusun jadwal sebagai berikut :
kegiatan harian berkenalan         Menanyakan pendapat pasien
tentang kebiasaan berinteraksi
dengan orang lain
        Siapa yang satu rumah dengan
pasien
        Siapa yang dekat dengan pasien
        Apa sebabnya?
        Siapa yang tidak dekat dengan
pasien dan apa sebabnya
        Meanyakan apa yang
menyebabkan pasien tidak ingin
berinteraksi dengan orang lain
3.      Bantu pasien mengenal keuntungan
berhubungan dengan orang lain
dengan cara mendiskusikan
keuntungan bila pasien memiliki
banyak teman dan bergaul akrab
dengan mereka
4.      Bantu pasien mengenal kerugian
tidak berhubungan dilakukan
dengan cara :
        Mendiskusikan keruguan bila
pasien hanya mengurung diri dan
tidak bergaul dengan orang lain
        Menjelaskan pengaruh isolasi
sosial terhdap kesehatan fisik pasien
5.      Latih dan ajarkan pasien
berkenalan dengan cara :
        Jelaskan kepada pasien cara
berinteraksi dengan orang lain
        Berikan contoh bcara berinteraksi
dengan perawat atau tamu :
        Sebutkan dulu nama kita dan nama
panggilan asal dan hobi
        Menanyakan nama, nama
panggilan asal dan hobi
6.      Masukan dalam jadwal harian
4.      Berkenalan dengan Setelah interaksi .. x ... SP 2
2-3 orang dan menit pasien : 1.      Mengevaluasi kegiatan yang lalu
berbicara sambil
1.      Mampu berinterakasi (SP1). Beri pujian
melakukan 2 dengan orang lain secara 2.      Latih cara berbicara saat
kegiatan harian bertahap : berkenalan melakukan kegiatan harian (latih 2
dengan 2-3 orang kegiatan)
2.      Mampu berbicara sambil 3.      Memasukkan pada jadwal harian
melakukan kegiatan harian berkenalan dengan 2-3 orang
(2 kegiatan) pasien, perawat dan tamu, berbicara
3.      Mampu memasukkan saat melakukan kegiatan harian
dalam jadwal kegiatan
harian
5.      Berkenalan dengan Setelah interaksi .. x .. SP 3 :
4-5 orang dan menit pasien : 1.      Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1
berbicara sambil
1.      Mampu menyebutkan dan SP 2). Beri pujian
melakukan 2 kegiatan yang sudah2.      Latih cara berbicara saat meakukan
kegiatan harian baru dilakukan kegiatan harian ( 2 kegiatan baru)
2.      Mampu beribteraksi
3.      Masukan pada jadwal kegiatan
dengan orang lain secara untuk latihan berkenalan 4-5 orang
bertahap : berkenala berbicara saat melakukan 4 kegiatan
dengan 4-5 orang sambil harian
berbicara sambil
melakukan 2 kegiatan
(baru)
3.      Mampu memasukkan
dalam jadwal kegiatan
harian
6.      Berbicara sambil Setelah interaksi .. x .. SP 4 :
melakukan kegiatan menit pasien : 1.      Evaluasi kegiatan lalu (SP 1, SP 2,
sosia 1.      Mampu menyebutkan dan SP 3). Beri pujian
kegiatan yang sudah
2.      Latih cara bicara sosial : meminta
dilakukan sesuatu, emnejawab pertanyaan
2.      Mampu berinteraksi
3.      Masukkan pada jadwal keguatan
dengan orang lain secara untuk latihan berkenalan dengan >5
bertahap: berkenalan orang, orang baru, bebicara saat
dengan > 5 orang dan melakukan kegiatan dan
bersosialisasi bersosialisasi
3.      Mampu memasukkan
dalam jadwal kegiatan
harian

Keluarga mampu : Setelah interaksi .. x ... SP 1


Merawat pasien di menit keluarga : Beri penyuluhan kepada keluarga
rumah 1.      Mampu mengidentifikasi tentang cara merawat pasien isolasi
masalah dan menjelaskan sosial di rumah
cara merawat pasien
1.      Identifikasi dan diskusikan masalah
dengan isolasi sosial : keluarga dlam merawat pasien di
berkenalan dan berbicara rumah
saat melakukan kegiatan 2.      Diskusikan bersama kleyarga
harian tentang isolasi sosiL : Pengertian,
tanda dan gejala serta proses
terjadinya
3.      Jelaskan dua cara merawat pasien
dengan berkenalan dan berbicara
saat melakukan kegiatan harian
4.      Anjurkan membantu pasien sesuai
jadwal saat besuk
Setelah interaksi .. x .. SP 2 :
menit keluarga : 1.      Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1).
1.      Mampu mempraktekan Beri pujian
cara merawat pasien isolasi
2.      Jelaskan kegiatan rumah tangga
sosial dengan cara yang dapat melibatkan pasien
melakukan kegiatan harian berbicara (makan, gotong royong di
lingkungan rumah) di rumah
3.      Latih cara membimbing pasien
berbicara dan beri pujian
4.      Anjurkan membantu pasien sesuai
jadwal dan beri pujian saat besuk
Setelah interaksi .. x .. SP 3:
menit keluarga : 1.      evaluasi kegiatan yang lalu )SP 1,
1.      Mampu mempraktekan Sp. Beri pujian
cara merawat pasien isolasi
2.      Jelaskan cara melatih pasie
sosial denga cara melakukan kegaitan sosial seperti
melakukan kegiatan sosial berbelanja ke warung, meminta
sesuatu, dll
3.      Latih keluarga mengajak pasien
belanja saat besuk
4.      Anjurkan membantu pasien sesuai
jadwal dan berikan pujian saat
besuk
Seyelah interaksi .. x .. SP 4
menit keluarga : 1.      Evaluasi kegaitan yang lalu (SP1,
1.      Mampu membuat jadwal SP2, Sp3). Beri pujian
aktifitas di rumah/2.      Jelaskan follow up ke RSj/PKM,
perecanaan pulang pasien tanda kambuh, rujukan
dan melaksanakan follow 3.      Anjurkan membantu pasien sesuai
up pasien setelah pulang jadwal dan memberikan pujian
DAFTAR PUSTAKA

Dalami, Ermawati. (2010). Konsep Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Trans Info

Media

Direja, A.H.S. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha

Medika

Fitria, Nita. (2019). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan

dan Strategi Pelaksanaan Tindakan. Jakarta : Salemba Medika

Kusumawati, Farida dan Yudi Hartono. (2010). Buku Ajar keperawatan Jiwa.
Jakarta : Salemba Medika

Yusuf, A, Fitryasari, R dan Nihayati, H. E. (2015). Buku Ajar Keperawatan


Kesehatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai