Askep RPK SP 1
Askep RPK SP 1
A YANG
MENGALAMI RESIKO PERILAKU KEKERASAN DENGAN
PEMBERIAN STRATEGI PELAKSANAAN 1 DI RUANG
ABIMANYU RUMAH SAKIT JIWA DAERAH dr. ARIF
ZAINUDIN
SURAKARTA
DI SUSUN OLEH :
ARNUM RUSTYANINGSIH
NIM.P14063
DI SUSUN OLEH:
ARNUM RUSTYANINGSIH
NIM.P14063
i
ii
MOTTO
iii
iv
v
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Tn. M dan Tn. A Yang
Mengalami Resiko Perilaku Kekerasan Dengan Pemberian Strategi Pelaksanaan 1
Di Ruang Abimanyu Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Arif Zainudin Surakarta”.
vii
7. Adikku tersayang Dandi dan Zahra yang telah memberikan semangat dan
dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.
8. Sahabatku yang selalu menemani, membantu dan memberi semangat dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.
9. Taufik Ardiyanto A.Md, yang telah sabar memberi dukungan dan semangat
dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.
10. Teman-teman Mahasiswa Program Studi D3 Keperawatan STIKes Kusuma
Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-
persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.
Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu
keperawatan dan kesehatan. Amin.
Penulis
Arnum Rustyaningsih
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME ................................................ ii
MOTTO ........................................................................................................
iii
LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................ iv
LEMBAR PENETAPAN DEWAN PENGUJI .......................................... v
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... vi
KATA PENGANTAR .................................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ........................................................................ 1
1.2 Batasan Masalah ..................................................................... 5
1.3 Rumusan Masalah .................................................................. 5
1.4 Tujuan ..................................................................................... 5
1.5 Manfaat ................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Perilaku Kekerasan
2.1.1 Pengertian ...................................................................... 7
2.1.2 Tanda Dan Gejala .......................................................... 8
2.1.3 Rentang Respon ............................................................. 9
2.1.4 Faktor Predisposisi ........................................................ 11
2.1.5 Faktor Presipitasi ........................................................... 14
2.1.6 Proses Terjadinya Masalah ............................................ 15
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian ..................................................................... 17
2.2.2 Pohon Masalah .............................................................. 30
2.2.3 Masalah Keperawatan yang muncul .............................. 30
2.2.4 Data Yang Perlu Dikaji ................................................. 31
2.2.5 Diagnosa Keperawatan .................................................. 31
2.2.6 Intervensi Keperawatan ................................................. 32
2.2.7 Implementasi Keperawatan ........................................... 47
ix
2.2.8 Evaluasi 49
BAB IV HASIL
4.1 Gambaran Lokasi Pengambilan Data 56
4.2 Pengkajian56
4.3 Analisa Data 65
4.4 Pohon Masalah 67
4.5 Diagnosa Keperawatan 67
4.6 Intervensi 68
4.7 Implementasi 72
4.8 Evaluasi 76
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Pengkajian80
5.2 Diagnosa Keperawatan 89
5.3 Intervensi 90
5.4 Implementasi 94
5.5 Evaluasi 99
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Halaman
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
xii
LAMPIRAN
Lampiran 1. Jurnal
Lampiran 2. Askep
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
Seluruh dunia hampir 450 juta orang mengalami gangguan mental dan
mental tidak mendapat perawatan. Pada bulan Mei 2012, dalam suatu acara
stressor, baik dari diri sendiri maupun lingkungan, berdasarkan kondisi yang
nyata dan logika, perasaan dan perilaku yang sesuai dengan norma dan
psikologis, dan sosial yang terlihat dari hubungan interpersonal yang efektif,
konsep diri yang positif dan kestabilan emosi (Videbeck, S.L, 2008).
1
2
jumlah pasien gangguan jiwa didunia mencapai 450 juta orang dan paling
Indonesia jumlah pasien gangguan jiwa mencapai 1,7 juta yang artinya 1
sebesar 1,7 per mil, sedangkan gangguan jiwa berat di provinsi Jawa Tengah
atau secara absolut terdapat 400 ribu jiwa lebih penduduk Indonesia. Terdapat
keluarga (Dinkes Surabaya, 2013). Salah satu gejala gangguan jiwa adalah
3
dirinya sendiri maupun orang lain, disertai dengan amuk dan gaduh gelisah
kekerasan. Tanda dan gejala dari perilaku kekerasan adalah mata melotot atau
kata-kata kotor, mengamuk, dan merasa diri benar (Direja, 2011). Dampak
dari perilaku kekerasan yang muncul pada skizofrenia dapat mencederai atau
verbal, spiritual dan minum obat (Fitria, 2009). Salah satu teknik yang akan
Alasannya adalah jika melakukan kegiatan dalam kondisi dan situasi yang
relaks, maka hasil dan prosesnya akan optimal. Relaksasi merupakan upaya
dengan mengatur mekanisme pernafasan baik tempo atau irama dan intensitas
4
badan yang relaks sehingga menyebabkan otot lentur dan dapat menerima
(Wiramihardja, 2007).
Zainudin Surakarta pada bulan Januari 2016 didapatkan jumlah pasien yang
datang ke ruang IGD selama tiga bulan terakhir, yaitu pada bulan Oktober
2015 tercatat sebanyak 248 pasien, 239 pasien pada bulan November 2015
dan 227 pasien pada bulan Desember 2015 (Saputri, 2016). Prevalensi
perilaku kekerasan yang dilakukan oleh orang dengan skizofrenia adalah 13,2
pertama latihan fisik relaksasi nafas dalam untuk menyusun karya tulis
ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Tn. M dan Tn. A Yang
Zainudin Surakarta”.
5
dirinya sendiri maupun orang lain, disertai dengan amuk dan gaduh gelisah
yang tidak terkontrol. Dampak dari perilaku kekerasan yang muncul seperti
mencederai orang lain, diri sendiri dan lingkungan. Sehingga penulis tertarik
nafas dalam.
Zainudin Surakarta.
Zainudin Surakarta.
Beberapa manfaat yang dapat diambil dari penulisan karya tulis ilmiah ini
adalah :
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
dirinya sendiri maupun orang lain, disertai dengan amuk gaduh gelisah
kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu saat sedang berlangsung
fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan, dimana
7
8
a. Fisik
b. Verbal
c. Perilaku
Menyerang orang lain, melukai diri sendiri atau orang lain, merusak
d. Emosi
e. Intelektual
f. Spiritual
g. Sosial
sindiran.
h. Perhatian
Respon Respon
Adaptif Mal adaptif
Keterangan :
a. Asertif
b. Frustasi
c. Pasif
d. Agresif
e. Kekerasan
Tabel 2.1 Tabel perbandingan antar perilaku asertif, pasif dan agresif/kekerasan
Keliat (1999) dalam Fitria 2009
11
a. Faktor Psikologis
3) Rasa frustasi.
lingkungan.
kekerasan.
c. Faktor biologis
sebagai berikut:
criminal (narapidana)
terancam, baik berupa injury secara fisik, psikis, atau ancaman konsep
yang penuh dengan agresif, dan masa lalu yang tidak menyenangkan.
berikut:
dewasa.
perkembangan keluarga.
1) Mekanisme Koping
dapat melupakanya.
kuat.
dengan temannya.
1) Suka marah
3) Otot tegang
5) Berdebat
7) Merampas makanan
2.2.1 Pengkajian
kekerasan meliputi:
18
a. Identitas pasien
b. Alasan Masuk
c. Faktor Predisposisi
d. Faktor Presipitasi
penyakitnya.
rumah.
19
f. Koping Pasien/Keluarga
g. Fisik
2) Ukur tinggi badan dan berat badan pasien, apakah berat badan
4) Kaji lebih lanjut sistem dan fungi organ dan jelaskan sesuai
h. Psikososial
2) Konsep Diri
laki-laki/perempuan.
terhadap penyakitnya.
3) Hubungan Sosial
masyarakat.
4) Spiritual
i. Status Mental
tidak ganti.
3) Aktivitas motorik
terkontrol.
mengeringkan tangan.
4) Alam perasaan
ketakutan, khawatir.
5) Afek
(1) Datar yaitu tidak ada perubahan roman muka pada saat ada
(2) Tumpul yaitu hanya bereaksi bila ada stimulus emosi yang
kuat.
jelas.
7) Proses Pikir
8) Isi Pikir
berusaha menghilangkannya.
terhadap objek.
dirinya.
diluar kemampuannya.
9) Tingkat kesadaran
wawancara.
10) Memori
pembicaraan.
1) Makan
2) BAB/BAK
3) Mandi
4) Berpakaian
6) Penggunaan obat
pemberian.
mengepel).
listrik/telepon/air/kantor pos/bank).
28
k. Mekanisme Koping
sakit jiwa.
sekitarnya.
i. Pengetahuan
m. Aspek Medik
(ECT).
pengumpulan data.
29
o. Pohon Masalah
Effect
Perilaku Kekerasan
Core Problem
Causa
verbal)
b. Perilaku Kekerasan
d. Halusinasi
31
Objektif :
b. Stimulus lingkungan
c. Konflik interpersonal
d. Status mental
e. Putus obat
f. Penyalahgunaan narkoba/alkohol
a. Perilaku Kekerasan
d. Halusinasi
(Damaiyanti, 2014) :
tangan.
dibuat.
selanjutnya.
33
kekerasan.
perasannya.
perasaannya.
penyebab jengkel/kesal.
dapat diketahui.
kekerasan.
saat marah/jengkel.
pasien.
jengkel/kesal.
biasa dilakukan.
pasien.
destruktif.
3) Dapatmembantupasiendapat
menyelesaikan masalah.
dilakukan pasien.
konstruktif.
sehat
perilaku kekerasan.
Tuhan kekerasan/kejengkelan.
pasien.
perilaku kekerasan.
pukul bantal/kasur
cara dipilih.
tersebut.
secara tepat.
konstruktif.
kesal.
perilaku kekerasan.
merawat pasien.
ini.
merawat pasien.
jelas.
penyebab ia marah.
5) Bantukeluargamengungkapkan
demonstrasi.
seizin dokter.
tepat waktu.
tidak menyenangkan.
dengan benar.
mengkonsumsi obat.
menghindari komplikasi.
(Damaiyanti, 2014) :
Terapeutik.
selanjutnya.
pasien.
3) Utamakanmemberipujian yang
realistik.
keperawatan.
mendap pujian.
digunakan
dilanjutkan penggunaan.
untuk berubah.
mempertahankan penggunaannya.
kemampuan.
1) Kegiatan mandiri.
bantuan total.
dalam kehidupannya.
kegiatan.
dirumah.
mandiri dirumah.
biasa dilakukan.
dikeluarga.
47
dirumah.
penyembuhan.
2.2.7 Implementasi
sosial/verbal.
spiritual.
minum obat.
49
pasien.
perilaku kekerasan.
2.2.8 Evaluasi
telah dilaksanakan. Evaluasi dapat dibagi dua yaitu evaluasi proses dan
berikut :
telah dilaksanakan.
telah dilaksanakan.
baru, atau ada data yang kontradiksi terhadap masalah yang ada.
Desain penelitian pada penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini yaitu studi
kasus. Studi kasus pada intinya adalah meneliti kehidupan satu atau beberapa
dokumentasi.
tindakan yang dapat membahayakan fisik baik terhadap diri sendiri, orang
secara verbal maupun fisik disertai tingkah laku tidak terkontrol. Strategi
dalam. Pada saat pengambilan kasus didapatkan data yang berfokus pada Tn.
pasien tampak memerah, tegang, mata melotot, tangan mengepal, suara keras
dan postur tubuh kaku. Sedangkan data Tn. A pasien mengatakan melempar
51
52
dendam dan jengkel. Wajah pasien tampak memerah, tatapan mata tajam,
tegang, tangan mengepal, nada bicara keras dan ketus. Strategi pelaksanaan
yang diberikan Tn. M dan Tn. A yaitu strategi pelaksanaan 1 sampai strategi
pelaksanaan 5.
3.3 Partisipan
kasus) dengan masalah dan diagnosa medis yang sama. Pada studi kasus ini
yang mengalami perilaku kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Arif
Zainudin Surakarta.
Jiwa Daerah dr. Arif Zainudin Surakarta. Disamping itu kasus ini diambil
2017.
pengumpulan data yang akan digunakan dalam studi kasus ini adalah studi
langsung ke objek studi kasus yaitu Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Arif
(Sujarweni,2014)
53
pasien, alasan masuk, faktor predisposisi dan lain-lain) sumber data dari
kekerasan
yang terkait.
Uji keabsahan data dimaksud dengan mengambil data baru (here and
digunakan dengan cara observasi oleh penulis dan studi dokumentasi yang
menghasilkan data dan dibandingkan dengan teori yang ada sebagai bahan
3.7.4 Kesimpulan
HASIL
Lokasi pengambilan data ini dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Daerah dr.
ruangan yang bersih serta lebih dekat dengan perawat ruangan. Situasi yang
cukup aman bagi pasien dan perawat ruangan. Didapatkan 2 data pasien
Sragen.
4.2 Pengkajian
1. Identitas Pasien
56
57
2. Alasan Masuk
3. Faktor Predisposisi
4. Fisik
5. Psikososial
a. Genogram
b. Konsep Diri
c. Hubungan Sosial
d. Spiritual
6. Status Mental
8.Mekanisme Koping
PASIEN 1 PASIEN 2
1. Resiko Perilaku Kekerasan 1. Resiko Perilaku Kekerasan
2. Harga Diri Rendah Kronik 2. Harga Diri Rendah Kronik
3. Halusinasi Penglihatan 3. Halusinasi Pendengaran
4. Isolasi Sosial 4. Isolasi Sosial
5. Koping Individu Inefektif 5. Hambatan Religi
6. Kurang Pengetahuan 6. Koping Individu Inefektif
7. Kurang Pengetahuan
PASIEN 1 PASIEN 2
1. Resiko Perilaku Kekerasan 1. Resiko Perilaku Kekerasan
2. Harga Diri Rendah Kronik 2. Harga Diri Rendah Kronik
3. Halusinasi Penglihatan 3. Halusinasi Pendengaran
65
PASIEN 2
Senin, 22Mei DS : Resiko Perilaku Kekerasan
2016/ 08.00 Pasien mengatakan masih merasa kesal
WIB saat dirumah.
Pasien mengatakan saat marah ingin
berkelahi dan melempar barang yang
ada disekitar
Pasien mengatakan dendam dan jengkel
saat orang lain meragukan
kemampuannya bermain sepak bola.
DO :
1. Wajah memerah
2. Tatapan mata tajam
3. Tegang
4. Tangan mengepal
5. Nada bicara keras dan ketus
Rabu, 24 Mei DS : Harga Diri Rendah Kronik
2017/ 08.00 Pasien mengungkapkan tidak mampu
WIB mencukupi kebutuhan hidupnya.
Pasien mengungkapkan tidak berguna
66
PASIEN 1
PASIEN 2
PASIEN 1 PASIEN 2
1. Resiko Perilaku Kekerasan 1. Resiko Perilaku Kekerasan
2. Harga Diri Rendah Kronik 2. Harga Diri Rendah Kronik
3. Halusinasi Penglihatan 3. Halusinasi Pendengaran
68
4.6 Intervensi
dosis obat,
waktu dan cara
minum)
9.1.4 Ajarkan pasien
minta obat dan
minum tepat
waktu
9.2.1 Anjurkan
pasien
melaporkan
pada
9.2 Pasien dapat perawat/dokter
minum obat jika merasakan
sesuai program efek yang tidak
pengobatan menyenangkan
9.2.2 Beri pujian, jika
pasien minum
obat dengan
benar
4.7 Implementasi
Diagnosa IMPLEMENTASI
Keperaw
atan 22 Mei 2017 23 Mei 2017 24 Mei 2017 26 Mei 2017 27 Mei 2017
09.00 WIB 09.00 WIB 09.00 WIB 09.00 WIB 09.00 WIB
PASIEN 1
Resiko SP 1: SP 2: SP 3: SP 4: SP 5:
perilaku 1. Membina 1. Mengevaluasi 1. Mengevaluasi 1. Mengevaluasi 1. Mengevaluasi
kekerasan hubungan saling kemampuan pasien kemampuan kemampuan kemampuan
percaya. mengontrol resiko pasien pasien pasien
2. Mengidentifikasi perilaku kekerasan mengontrol resiko mengontrol mengontrol
penyebab marah. dengan cara fisik 1 perilaku resiko perilaku resiko perilaku
3. Mengidentifikasi (nafas dalam). kekerasan dengan kekerasan kekerasan
tanda dan gejala 2. Melatih cara cara fisik 1 (nafas dengan cara dengan cara
resiko perilaku kontrol resiko dalam) dan fisik 2 fisik 1 (nafas fisik 1 (nafas
kekerasan. perilaku kekerasan (pukul bantal dalam), fisik 2 dalam), fisik 2
4. Mengidentifikasi dengan cara fisik 2 /kasur). (pukul bantal (pukul bantal
resiko perilaku (pukul bantal/ 2. Melatih cara /kasur), cara /kasur), cara
kekerasan yang kasur). kontrol resiko verbal. verbal, cara
biasa dilakukan. 3. Memberi perilaku 2. Melatih cara spiritual.
5. Mengidentifikasi reinforcement kekerasan dengan kontrol resiko 2. Melatih cara
akibat resiko positif kepada cara verbal. perilaku kontrol resiko
perilaku pasien. 3. Memberi kekerasan perilaku
kekerasan yang 4. Rencana tindak reinforcement dengan cara kekerasan
biasa dilakukan. lanjut perawat. positif kepada spiritual. dengan minum
6. Mengidentifikasi a. Menganjurkan pasien. 3. Memberi obat teratur.
cara mengontrol pasien 4. Rencana tindak reinforcement 3. Memberi
resiko perilaku memasukkan lanjut perawat. positif kepada reinforcement
kekerasan. ke dalam a. Menganjurka pasien. positif kepada
72
7. Melatih cara jadwal harian. n pasien 4. Rencana tindak pasien.
72
73
22 Mei 2017 23 Mei 2017 24 Mei 2017 26 Mei 2017 27 Mei 2017
10.00 WIB 10.00 WIB 10.00 WIB 10.00 WIB 10.00 WIB
PASIEN 2
Resiko SP 1: SP 2: SP 3: SP 4: SP 5:
perilaku 1. Membina 1. Mengevaluasi 1. Mengevaluasi 1. Mengevaluasi 1. Mengevaluasi
kekerasan hubungan saling kemampuan pasien kemampuan kemampuan kemampuan
percaya. mengontrol resiko pasien pasien pasien
2. Mengidentifikasi perilaku kekerasan mengontrol resiko mengontrol mengontrol
penyebab marah. dengan cara fisik 1 perilaku resiko perilaku resiko perilaku
3. Identifikasi tanda (nafas dalam). kekerasan dengan kekerasan kekerasan
dan gejala resiko 2. Melatih cara cara fisik 1 (nafas dengan cara dengan cara
perilaku kontrol resiko dalam) dan fisik 2 fisik 1 (nafas fisik 1 (nafas
kekerasan. perilaku kekerasan (pukul bantal dalam), fisik 2 dalam), fisik 2
4. Mengidentifikasi dengan cara fisik 2 /kasur). (pukul bantal (pukul bantal
resiko perilaku (pukul bantal/ 2. Melatih cara /kasur), cara /kasur), cara
kekerasan yang kasur). kontrol resiko verbal. verbal,
biasa dilakukan. 3. Memberi perilaku 2. Melatih cara 2. Melatih cara
5. Mengidentifikasi reinforcement kekerasan dengan kontrol resiko kontrol resiko
akibat resiko positif kepada cara verbal. perilaku perilaku
perilaku pasien. 3. Memberi kekerasan kekerasan
kekerasan yang 4. Rencana tindak reinforcement dengan cara dengan minum
biasa dilakukan. lanjut perawat. positif kepada spiritual. obat teratur.
6. Mengidentifikasi a. Menganjurkan pasien. 3. Memberi 3. Memberi
cara mengontrol pasien 4. Rencana tindak reinforcement reinforcement
resiko perilaku memasukkan lanjut perawat. positif kepada positif kepada
kekerasan. ke dalam a. Menganjurka pasien. pasien.
7. Melatih cara jadwal harian. n pasien 4. Rencana tindak 4. Rencana tindak
kontrol resiko memasukkan lanjut perawat. lanjut perawat
perilaku ke dalam a. Menganjur a. Menganjur
kekerasan dengan jadwal kan pasien kan pasien
cara fisik 1 (nafas harian. memasukka memasukk
dalam). n ke dalam an ke
8. Memberi jadwal dalam
reinforcement harian. jadwal
74
75
4.8 Evaluasi
76
77
marah : latihan
fisik (nafas
dalam dan
pukul bantal),
secara verbal,
secara spiritual
dan minum
obat.
O : Pasien bisa
menjelaskan
penyebab, tanda,
marah yang biasa
dilakukan, akibat
marah dan cara
mengontrol marah
Kontak mata tidak
ada
Pasien dapat
mempraktekkan
cara mengontrol
latihan fisik 1
(nafas dalam)
A : SP1P tercapai
P : Lanjutkan SP2P
dan latihan fisik 2
(pukul bantal atau
pukul kasur)
Anjurkan pasien
untuk minum obat
jam 12 dan jam 18
setelah makan
DX HARI 1 HARI 2 HARI 3 HARI 4 HARI 5
77
78
PASIEN 2
Resiko S : Pasien mengatakan S : Pasien mengatakan S : Pasien mengatakan S : Pasien mengatakan S : Pasien mengatakan
Perilaku - Penyebab sudah melakukan sudah melakukan sudah melakukan sudah melakukan
Kekerasan marahnya latihan fisik 1 (nafas latihan fisik (tarik latihan fisik (tarik latihan fisik (tarik
karena dalam) nafas dalam dan nafas dalam dan nafas dalam dan pukul
kebutuhannya - Latihan fisik 2 pukul bantal) pukul bantal), secara bantal), secara verbal
tidak terpenuhi (pukul bantal atau - Latihan secara verbal dan spiritual
- Tanda pukul kasur) verbal - Latihan secara - Latihan minum
marahnya O :Pasien mempraktekkan O : Pasien spiritual obat
wajah latihan fisik 2 (pukul mempraktekkan O : Pasien O : pasien
memerah, bantal atau pukul latihan secara verbal mempraktekkan mempraktekkan
tegang, tatapan kasur) A : SP3P tercapai secara spiritual minum obat
mata tajam, A : SP2P tercapai P : Lanjutkan SP4P A : SP4P tercapai A : SP5P tercapai
tangan P : Lanjutkan SP3P secara secara verbal P : Lanjutkan SP5P P : Evaluasi latihan secara
mengepal, verbal Anjurkan pasien secara verbal fisik 1 (nafas dalam
nada bicara Anjurkan pasien untuk untuk minum obat Anjurkan pasien dan pukul bantal)
keras dan minum obat jam 12 jam 12 dan jam 18 untuk minum obat secara verbal, secara
ketus dan jam 18 setelah setelah makan jam 12 dan jam 18 spiritual dan minum
- Marah yang makan setelah makan obat
biasa
dilakukan
melempar
barang ke
orang
- Akibatnya
dapat
mencederai
orang lain
- Cara
mengontrol
marah : latihan
fisik (nafas
dalam dan
7879
pukul bantal),
secara verbal,
secara spiritual
dan minum
obat.
O : Pasien bisa
menjelaskan
penyebab, tanda,
marah yang biasa
dilakukan, akibat
marah dan cara
mengontrol marah
Kontak mata ada
Pasien dapat
mempraktekkan
cara mengontrol
latihan fisik 1
(nafas dalam)
A : SP1P tercapai
P : Lanjutkan SP2P
dan latihan fisik 2
(pukul bantal atau
pukul kasur)
Anjurkan pasien
untuk minum obat
jam 12 dan jam 18
setelah makan
79
BAB V
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas tentang Asuhan Keperawatan Jiwa
Pada Tn. M dan Tn. A Dengan Resiko Perilaku Kekerasan Di Ruang Abimanyu
Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta dr. Arif Zainudin Surakarta. Pembahasan
pada bab ini berisi perbandingan antara tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus
5. 1 Pengkajian
pulang, mekanisme koping, masalah dan lingkungan aspek medik dan terapi
80
81
berinisial Tn. P berumur 55 tahun dan hubungan dengan pasien sebagai ayah.
Mei 2017. Penanggung jawab pasien berinisial Tn. S berumur 35 tahun dan
Alasan masuk Tn. M dibawa ke Rumah Sakit Jiwa yaitu pasien sering
kata-kata kotor dan menyalahkan orang tua. Sedangkan alasan masuk Tn. A
dibawa ke Rumah Sakit Jiwa karena pasien mengatakan kesal saat dirumah,
ingin berkelahi dan merasa dendam dengan orang lain. Hal ini sesuai dengan
tanda dan gejala resiko perilaku kekerasan yaitu dari fisik (mata melotot,
pandangan tajam, tangan mengepal, wajah memerah, tegang dan postur tubuh
dengan nada keras, kasar dan ketus), perilaku (menyerang orang lain, melukai
diri sendiri atau orang lain,merusak lingkungan, amuk atau agresif) (Direja,
2011).
masa lalu yang tidak menyenangkan dan rasa frustasi (Fitria, 2009). Menurut
dapat terjadi karena stimulus lingkungan dan putus obat. Berdasarkan teori
82
yang ditemukan pada kasus pasien Tn. M dimana pasien merasa masa lalu
kurang berhasil karena pasien tidak rutin kontrol dan kondisi ekonomi
Sedangkan pada kasus Tn. A ditemukan pasien merasa masa lalu yang tidak
berhasil karena pasien tidak rutin kontrol dan kondisi ekonomi keluarga yang
seseorang akan marah jika merasa terancam, baik berupa injuri secara fisik,
psikis atau ancaman konsep diri. Faktor pencetus perilaku kekerasan antara
Tn. A didapatkan data faktor pencetus terjadinya gangguan jiwa yaitu pasien
vital, tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 82 x/menit, respirasi 16 x/menit dan
0
suhu 36 C, tinggi badan 180 cm, berat badan 70 kg. Hasil pengkajian
83
0
mmHg, nadi 84 x/menit, respirasi 18 x/menit dan suhu 36 C, tinggi badan
180 cm, berat badan 55 kg. Hasil pengkajian psikososial Tn. M tentang
Gangguan konsep diri adalah orang-orang dengan konsep diri yang tidak
merasakan kesedihan yang mendalam dan juga mudah putus asa. Harga diri
kehilangan rasa percaya diri, tidak berharga, tidak berdaya dan pesimis
(Rusdi, 2013). Menurut Nengsi (2014) harga diri rendah adalah perilaku
negatif terhadap diri yang negatif, yang dapat diekspresikan secara langsung
maupun tak langsung. Harga diri pasien yang rendah menyebabkan pasien
merasa malu, dianggap tidak berharga dan berguna. Pasien kesal kemudian
sendiri. Berdasarkan teori yang telah disampaikan tersebut sama dengan data
pengkajian konsep diri harga diri yang ditemukan pada kasus pasien Tn. M
84
yaitu pasien mengungkapkan malu giginya ompong dan merasa dirinya gila.
membahagiakan orang tua, malu dan tidak berguna saat berada dilingkungan
masyarakat.
nilai diri untuk mencapai kebutuhan hidup. Terdapat beberapa faktor yang
gangguan kesehatan, rasa duka yang berat, atau penderitaan lain yang
disebabkan bencana alam (Ambari, 2010 dalam Fauziah & Latipun, 2016).
pengkajian hubungan sosial yang ditemukan pada kasus kedua pasien yaitu
dengan orang lain yaitu pasien lebih senang sendiri daripada berbicara
beragama islam, tetapi terdapat perbedaan pada kegiatan ibadah pada masing-
masing pasien yaitu Tn. M rajin beribadah, sedangkan Tn. A tidak pernah
sangat signifikan antara komitmen agama dan kesehatan. Orang yang sangat
religius dan taat menjalankan ajaran agamanya relatif lebih sehat dan atau
cara berpakaian sudah tepat, menggunakan baju Rumah Sakit Jiwa, postur
tubuh agak membungkuk dan kaku. Fungsi fisiologis pasien seperti halnya
makan, malas mandi, malas berganti baju/ berhias (Jalil, 2015). Pasien
tangan mengepal dan tegang. Alam perasaan pasien terlihat sedih, khawatir
dan ketakutan. Afek labil pasien selalu cepat emosi dan mood cepat berubah.
Interaksi selama pengkajian pasien terlihat tidak ada kontak mata dan tatapan
pasien saat diajak bicara berbelit-belit, tetapi sampai pada tujuan yang
dimaksud dan apa yang dibilang tidak realistis. Isi pikir pasien selalu tanggap
dan mampu menilai suatu masalah yang dilakukan dengan marah-marah itu
86
merugikan. Daya tilik diri pasien tidak menyadari gejala penyakit dan masih
berpakaian sudah tepat, postur tubuh tegap dan kaku. Pasien berbicara dengan
keras dan ketus saat diajak berbicara. Aktivitas motorik wajah pasien tampak
memerah, tatapan mata tajam, tegang dan tangan mengepal. Alam perasaan
pasien terlihat sedih, khawatir dan ketakutan. Afek labil pasien selalu cepat
emosi dan mood cepat berubah. Interaksi selama pengkajian pasien terlihat
tidak ada kontak mata dan tatapan kosong. Persepsi pasien mengalami
pertanyaan yang selalu diulangi berkali-kali. Isi pikir pasien selalu tanggap
sudah menyadari dan mampu menilai suatu masalah yang dilakukan dengan
marah-marah itu merugikan. Daya tilik diri pasien tidak menyadari gejala
pengobatan pasien yang dimulai dari saat pasien masuk rumah sakit. Hal ini
kesehatan, keluarga, pasien, dan orang yang penting bagi pasien (Yosep,
kedua pasien makan 3x sehari dengan menu nasi, sayur, lauk pauk dan buah.
Pasien BAB 1x sehari, BAK 7-8x dalam sehari. Pasien mandi 2x sehari pagi
dan soe, memakai sabun, sikat gigi dan pasta gigi. Pasien berpakaian dengan
tidak rapi, rambut berketombe. Pasien Tn. M tidak pernah tidur siang, Tn. A
tidur siang selama 2 jam , kedua pasien tidur malam 8 jam tanpa terbangun
dan aktivitas sebelum dan sesudah tidur selalu merapikan tempat tidur. Kedua
pasien minum obat secara teratur setelah makan siang san sore hari. Kedua
keuangan. Pasien juga ingin melakukan aktivitas diluar rumah seperti belanja
mengatakan jika ada masalah suka memendam sendiri, suka bersendiri dan
(Rusdi, 2013).
lingkungan karena tidak ada hal yang ingin dilakukan dan tidak ada dukungan
88
psikososial dan lingkungan dapat berupa pengalaman hidup yang tidak baik,
dkk, 2010).
mengerti apa yang sedang dialami, apa yang menyebabkan pasien seperti ini,
Skizofrenia F20.3 dengan terapi medis yang diberikan Tn. M yaitu Risperidon
membantu berpikir lebih jernih, tidak gugup dan beraktivitas normal dalam
89
bunuh diri pada orang-orang yang mencoba menyakiti diri mereka sendiri
keperawatan harus jelas, singkat, dan lugas terkait masalah kesehatan pasien
(Asmadi, 2008).
orang lain dan lingkungan. Diagnosa utama yang diangkat pada dari Tn. M
yaitu resiko perilaku kekerasan yang didukung dari data subyektif : pasien
dengan kata-kata kotor dan menyalahkan orang tua. Dari data objektif :
suara keras dan postur tubuh kaku. Sedangkan data Tn. A yang data
subyektif : pasien mengatakan masih merasa kesal saat dirumah, saat marah
ingin berkelahi, melempar barang, dendam dan jengkel. Dari data objektif :
mengepal, nada bicara keras dan ketus. Berdasarkan data yang diperoleh
90
resiko perilaku kekerasan karena pada saat pengkajian data-data diatas yang
adalah resiko perilaku kekerasan, etiologinya yaitu harga diri rendah, dan
disebutkan ada sedikit perbedaan dengan kasus, pada kasus yang menjadi
core problem adalah resiko perilaku kekerasan sedangkan pada teori core
ruang yang tidak sama yang menjadikan penulis menetapkan kasus resiko
suatu yang dianggapnya benar dalam bentuk destruktif tapi masih terkontrol
(Prabowo, 2014).
5.3 Intervensi
(Damaiyanti, 2014).
nama perawat dan menyediakan waktu untuk kontrak. Intervensi yang akan
yang akan dibuat, beri rasa aman dan sikap empati dan lakukan kontak
yang biasa dilakukan. Dengan kriteria evaluasi setelah 1x30 menit pertemuan
dapat bermain peran dengan resiko perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
dan dapat mengetahui cara yang biasa dapat menyelesaikan masalah atau
92
kekerasan yang biasa dilakukan, bermain peran sesuai dengan perilaku yang
biasa dilakukan dan bicarakan dengan pasien cara agar masalahnya selesai.
kekerasan. Dengan kriteria hasil setelah 1x30 menit pertemuan pasien dapat
menjelaskan akibat dari cara yang digunakan. Intervensi yang akan dilakukan
lain yang sehat : secara fisik : tarik nafas dalam dan pukul bantal, secara
merawat pasien dari sikap apa yang telah dilakukan keluarga terhadap pasien
selama ini, jelaskan peran serta keluarga dalam merawat pasien, jelaskan cara
kegunaannya (jenis, waktu, dosis dan efek). Dengan kriteria evaluasi setelah
dan kegunaannya (jenis, waktu, dosis dan efek) dan pasien dapat minum obat
jenis obat yang diminum pasien, manfaat minum obat, kerugian berhenti
minum obat tanpa seizin dokter, prinsip benar minum obat (baca nama yang
tertera pada botol obat, dosis obat, waktu dan cara minum), ajarkan pasien
efek yang tidak menyenangkan dan beri pujian jika pasien minum obat
dengan benar.
94
5.4 Implementasi
kekerasan dengan cara fisik pertama yaitu nafas dalam. Strategi pelaksanaan
kedua yaitu dengan cara pukul bantal/ kasur. Strategi pelaksanaan ketiga
obat.
pada tanggal 22 Mei 2017 waktu 09.00 WIB dan 10.00 WIB di bangsal
Abimanyu Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Arif Zainudin Surakarta. Tindakan
kooperatif, kontak mata tidak ada sedangkan Tn. A terlihat begitu merasakan
tarik nafas dalam, cepat tanggap, kooperatif dan kontak mata ada.
dengan mengatur mekanisme pernafasan baik tempo atau irama dan intensitas
sikap mental dan badan yang relaks sehingga menyebabkan otot lentur dan
kaku (Wiramihardja, 2007). Ada perbedaan antara tingkat emosi sebelum dan
sesudah diberikan teknik relaksasi nafas dalam yang berarti ada pengaruh
antara teknik relaksasi nafas dalam dengan penurunan tingkat emosi. Ada
karena itu beberapa teknik relaksasi seperti nafas dalam dapat membantu
dan depresi. Teknik relaksasi nafas dalam dapat menurunkan tingkat emosi
memperkuat daya tahan tubuh, menjaga sel otak tetap muda, melawan
pengaruh teknik relaksasi napas dalam terhadap tingkat emosi pasien perilaku
dilakukan pada tanggal 23 Mei 2017 waktu 09.00 WIB dan 10.00 WIB di
bangsal Abimanyu Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Arif Zainudin Surakarta
yaitu memberi salam terapeutik, mengevaluasi latihan fisik tarik nafas dalam,
melatih cara mengontrol resiko perilaku kekerasan dengan cara pukul bantal
status emosi : marah pada pasien skizofrenia. Teknik memukul bantal untuk
mencederai diri atau orang lain dikarenakan status emosi pasien, maka perlu
dengan cara fisik, salah satunya adalah teknik memukul bantal. Teknik ini
digunakan agar energi marah yang dialami oleh pasien dapat tersalurkan
dengan baik sehingga tidak mencederai diri dengan orang lain dan adaptadi
menjadi adaptif. Teknik ini digunakan pada pasien yang memiliki resiko
tahan kemudian ditahan sejenak, tangan mengepal dan pukulkan pada bantal
A dilakukan pada tanggal 24 Mei 2017 waktu 09.00 WIB dan 10.00 WIB di
bangsal Abimanyu Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Arif Zainudin Surakarta
kekerasan dengan cara fisik 1 (nafas dalam) dan fisik 2 (pukul bantal
pada tanggal 26 Mei 2017 waktu 09.00 WIB dan 10.00 WIB di bangsal
Abimanyu Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Arif Zainudin Surakarta yaitu
nafas dalam dan pukul bantal), secara verbal, melatih cara mengontrol
2017 waktu 09.00 WIB dan 10.00 WIB di bangsal Abimanyu Rumah Sakit
dalam), fisik 2 (pukul bantal/kasur), cara verbal dan spiritual, melatih cara
5 Tn. M sudah kooperatif, tidak bertanya trus menerus, kontak mata ada
lebih mudah dilakukan pada Tn. A daripada Tn. M, hal ini dibuktikan oleh
beberapa faktor antara lain: usia Tn. A lebih muda daripada Tn. M, proses
pikir dari kedua pasien sangat berbeda, dan lama waktu perawatan kedua
pasien yang berbeda. Tn. A yang sudah 11 kali di rawat sedangkan Tn. M
sudah 5 kali di rawat diRumah Sakit Jiwa. Hal yang menyebabkan kedua
pasien berulang kali masuk rumah sakit jiwa karena masalah ekonomi
ke Rumah Sakit Jiwa dan tidak minum obat secara teratur. Meskipun Tn. A
99
berusia lebih muda tetapi Tn. A sudah 11 kali masuk rumah sakit jiwa
dikarenakan masa lalu yang dialami sudah lama, berulang kali dirawat
diRumah Sakit Jiwa dan perhatian keluarga yang kurang. Saat dilakukan
pasien mengerti. Berapa lama pasien dirawat dan kembali ke Rumah Sakit
Strategi Pelaksanaan 5 karena terbukti pasien yang sudah lama dirawat akan
5.5 Evaluasi
2015).
WIB (Tn. M) dan 13.00 WIB (Tn. A). Pada Tn. M, subjektif pasien mampu
yaitu dapat melukai perasaan orang lain, pasien mampu melakukan teknik
nafas dalam. Objektif pasien bisa menjelaskan penyebab, tanda, marah yang
mempraktekkan latihan fisik 1 tarik nafas dalam, kontak mata tidak ada,
kegiatan harian latihan pukul bantal jam 06.30 pagi. Analisis Strategi
tanggal 23 Mei 2017 jam 09.00 dan motivasi pasien untuk latihan tarik
nafas dalam sesuai jadwal. Sedangkan pada Tn. A, subjektif pasien mampu
tanda, marah yang biasa dilakukan, akibat marah dan cara mengontrol
marah, mampu melakukan latihan nafas dalam, kontak mata ada, menulis di
buku kegiatan harian latihan pukul bantal jam 06.30 pagi. Analisis Strategi
tanggal 23 Mei 2017 jam 10.00 dan motivasi pasien untuk latihan tarik
WIB (Tn. M) dan 13.00 WIB (Tn. A). Pada Tn. M, subjektif pasien
buku kegiatan harian latihan pukul bantal jam 08.00 pagi, pasien kooperatif,
2017 jam 09.00 dan motivasi pasien untuk latihan pukul bantal sesuai
mengatakan jika dirinya marah, dia akan langsung pergi kekamar untuk
di buku kegiatan harian latihan pukul bantal jam 08.00 pagi, pasien
tanggal 24 Mei 2017 jam 10.00 dan motivasi pasien untuk latihan pukul
WIB (Tn. M) dan 13.00 WIB (Tn. A). Pada Tn. M, subjektif pasien
mengatakan masih ingat cara mengontrol marah dengan tarik nafas dalam
dan pukul bantal dan pasien mengatakan sudah latihan, pasien mampu
dengan cara baik. Objektif pasien menulis di buku kegiatan harian latihan
tanggal 26 Mei 2017 jam 09.00 dan motivasi pasien untuk latihan cara
sudah latihan tarik nafas dalam dan pukul bantal tadi pagi, pasien mampu
melakukan mengontrol marah cara verbal yaitu pasien akan bicara baik-baik
jika ada orang yang membuat pasien marah. Objektif pasien menulis di buku
kegiatan harian latihan cara verbal jam 08.00 pagi, menulis dibuku kegiatan
harian latihan cara verbal jam 11.00 siang, pasien kooperatif. Analisis
pada tanggal 26 Mei 2017 jam 10.00 dan motivasi pasien untuk latihan cara
WIB (Tn. M) dan 13.00 WIB (Tn. A). Pada Tn. M, subjektif pasien
mengatakan sudah latihan tarik nafas dalam, pukul bantal, dan latihan
bisa berwudhu dan solat, pasien mampu melakukan cara spiritual yaitu
wudhu dan solat dengan benar, pasien mengatakan akan melakukan solat
sesuai jadwal solat setiap hari. Objektif pasien menulis di buku kegiatan
harian latihan cara spiritual 12.00 siang, pasien tenang dan kooperatif.
Pelaksanaan 5 pada tanggal 27 Mei 2017 jam 09.00 dan motivasi pasien
untuk solat 5 waktu, tepat waktu. Sedangkan pada Tn. A, subjektif pasien
103
mengatakan tadi sudah latihan tarik nafas dalam, pukul bantal, dan latihan
berwudhu dan solat dengan benar, pasien bersedia di ajarkan berwudhu dan
solat, pasien mengatakan ingin di buatkan catatan bacaan solat agar bisa
belajar solat. Pasien mengatakan akan belajar bacaan solat dan melakukan
solat setiap hari. Objektif pasien menulis di buku kegiatan harian latihan
cara spiritual 12.00 siang, pasien tenang dan kooperatif. Analisis Strategi
tanggal 27 Mei 2017 jam 10.00 dan motivasi pasien untuk belajar bacaan
WIB (Tn. M) dan 13.00 WIB (Tn. A). Pada Tn. M, subjektif pasien mengatakan
latihan tarik nafas dalam, pukul bantal, mengungkapkan rasa kesal dengan
baik-baik, dan ibadah, pasien dapat menyebutkan manfaat minum obat yaitu
agar tidak kambuh, pasien mampu menyebutkan obat yang di konsumsinya ada
minum setiap hari, siang dan malam. Pasien mengatakan akan minum obat
sesuai jadwal dan teratur. Objektif pasien menulis di buku kegiatan harian
latihan cara minum obat 11.30 siang, pasien tenang dan kooperatif. Analisis
dan motivasi pasien untuk minum obat teratur dan tepat waktu. Sedangkan pada
yang sudah diajarkan, pasien dapat menyebutkan manfaat minum obat yaitu
tidur nyenyak, pasien mengatakan mendapat obat sehari 2 kali siang dan
malam, pasien mendapat 3 macam obat: CPZ (warna orange) dan THP dan
latihan cara minum obat 12.30 siang, pasien mengetahui kegunaan obat CPZ
membuat pikiran tenang dan tidak marah-marah lagi, THP agar tubuhnya
6.1 Kesimpulan
6.1.1 Pengkajian
keras dan postur tubuh kaku. Data pengkajian untuk Tn. A pasien
perilaku kekerasan, dari data subyektif dan obyektif Tn. M dan Tn. A
kekerasan.
105
106
6.1.3 Intervensi
obat, kerugian tidak minum obat, bentuk dan warna obat, dosis yang
ditetapkan.
6.1.4 Implementasi
cara menyalurkan rasa marah dengan tarik nafas dalam, pukul bantal,
6.1.5 Evaluasi
kekerasan dengan cara tarik nafas dalam (strategi pelaksanaan 1), kedua
pelaksanaan 5).
108
6.2 Saran
Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
dan Strategi Pelaksanaan Tindakan. Jakarta : Salemba Medika.
Muhith Abdul. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa : Teori dan Aplikasi Asuhan
Keperawatan Jiwa Perilaku Kekerasan. Yogyakarta: Andi.
Prabowo Eko. 2014. Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta
: Nuha Medika.
Prihantini. 2015. „Pengaruh Terapi Psikoloreligi Terhadap Penurunan Perilaku
Kekerasan Pada Pasien Skizofrenia Di Rumah Sakit Jiwa Daerah
Surakarta’. Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Volume 4, Nomor 1, Mei
2015, hlm. 72–77.
WHO. 2012. The World Health Report: 2012: Mental Health: New
Understanding : New Hope. www.who.int/whr/2012/en/. Diakses tanggal
1 April 2012.
Yusuf, Rizky dan Hanik. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta :
Salemba Medika.
Riwayat pekerjaan :-
Publikasi :-