Anda di halaman 1dari 2

A.

Latar Belakang
Dalam era globalisasi ini, semua pihak sangat membutuhkan jejaring kerja
(networking) untuk membangun mitra atau kerjasama agar menjadikan kehidupan seseorang
lebih sukses dan maju. Dengan hal ini seseorang dapat melakukan kerjasama yang
sebelumnya telah disepakati untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan. Kerjasama
pada intinya menunjukkan adanya kesepakatan antara dua orang atau lebih yang saling
menguntungkan. Moh. Jafar Hafsah (2000) menyebut kerjasama ini dengan istilah
“kemitraan” yang artinya adalah suatu strategi yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih
dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling
membutuhkan dan saling membesarkan.
Kemitraan merupakan upaya yang melibatkan berbagai komponen baik kelompok,
masyarakat, lembaga pemerintah atau non pemerintah untuk bekerjasama mencapai tujuan
bersama berdasarkan atas kesepakatan, prinsip, dan peran masing-masing. Sedangkan
menurut Alma 1993 dalam Utomo (2017) Partnership adalah suatu asosiasi dua orang atau
lebih untuk menjalankan suatu usaha mencari keuntungan. Kemitraan dikembangkan dalam
kerangka kebutuhan dan sumber daya yang dimiliki oleh pihak yang bermitra. Kemitraan
dapat terbentuk apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut, antara lain ada dua pihak
atau lebih, memiliki kesamaan visi dalam mencapai tujuan, dan ada kesepakatan dan saling
membutuhkan.
Kemitraan dalam proses kebijakan merupakan sebuah cara yang tepat bagi
pemerintah untuk meredam konflik antara pemerintah dan stakeholder yang timbul akibat
adanya implementasi sebuah kebijakan dan untuk menyalurkan aspirasi yang dibawa oleh
para stakeholder. Melalui kemitraan antar stakeholder dapat menyalurkan atau bertukar
pengetahuan dan sumber-sumber antara stakeholder tentang tentang strategis untuk
melakukan kebijakan. Kemitraan dalam implementasi manajemen modern yakni
kesepahaman pengelolaan program, kesepahaman strategi pengembangan program antar
lembaga yang bermitra (Permana & Dewi, 2016). Oleh karenanya diantara lembaga yang
bermitra harus ada pelaku utama kegiatan, sebagai lembaga atau orang yang bertanggung
jawab terhadap keberhasilan program (kegiatan). Kekurangan dan kelebihan yang dimiliki
oleh masing-masing lembaga itulah yang dimitrakan sebagai wujud kerjasama untuk saling
menutupi, saling menambah, dan saling menguntungkan.
Dalam dunia kesehatan, meningkatnya pelayanan kesehatan dan juga pasien dengan
beberapa patologi maka meningkat pula tuntutan untuk adanya kolaborasi antar tenaga
kesehatan. Tenaga kesehatan professional harus meningkatkan pengetahuan dan juga
kemampuan untuk berkolaborasi dengan tenaga kesehatan yang lain khususnya perawat.
Tujuan dari kolaborasi ini untuk menghasilkan pelayanan yang baik dan memuaskan serta
terciptanya patient safety dan dapat memberikan efek positif kepada pasien (Fitriani, 2016).
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep kemitraan kolaborasi
2. Untuk mengetahui tujuan kemitraan
3. Untuk memahami hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kemitraan
4. Untuk mengetahui 5 poin strategi partnership
5. Untuk memahami strategi komunikasi public relationship
6. Untuk mengetahui hubungan interpersonal kolaborasi pasien terintegrasi

Hafsah, M., J. 2000. Kemitraan Usaha: Konsepsi dan Strategi, Jakarta: PT. Pustaka Sinar
Harapan.

Anda mungkin juga menyukai