Anda di halaman 1dari 24

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Konsep Gaya Belajar

Menurut Winkel, Kemampuan seseorang untuk memahami dan menyerap pelajaran

sudah pasti berbeda tingkatnya. Ada yang cepat, sedang, dan ada pula yang sangat lambat. Oleh

karena itu, mereka seringkali harus menempuh cara berbeda untuk bisa memahami sebuah

informasi atau pelajaran yang sama. Gaya belajar merupakan cara belajar yang khas bagi siswa

(2005:164).

Menurut Hamzah Uno, apapun cara yang dipilih, perbedaan gaya belajar itu

menunjukkan cara tercepat dan terbaik bagi setiap individu untuk bisa menyerap sebuah

informasi dari luar dirinya. Jika kita bisa memahami bagaimana perbedaan gaya belajar setiap

orang itu, mungkin akan lebih mudah bagi kita jika suatu ketika, misalnya, kita harus memandu

seseorang untuk mendapatkan gaya belajar yang tepat dan memberikan hasil yang maksimal bagi

dirinya (2004:212).

Menurut Nasution gaya belajar atau “learning style” siswa yaitu cara siswa bereaksi dan

menggunakan perangsang-perangsang yang diterimanya dalam proses belajar. Para peneliti

menemukan adanya berbagai gaya belajar pada siswa yang dapat digolongkan menurut kategori-

kategori tertentu.:

1. Tiap murid belajar menurut cara sendiri yang kita sebut gaya belajar. Juga guru

mempunyai gaya mengajar masing-masing.

2. Kita dapat menemukan gaya belajar itu dengan instrumen tertentu.

3. Kesesuaian gaya mengajar dengan gaya belajar mempertinggi efektivitas belajar.


Selain itu Nasution juga menyatakan, Informasi tentang adanya gaya belajar yang

berbeda-beda mempunyai pengaruh atas kurikulum, administrasi, dan proses mengajarbelajar.

Masalah ini sangat kompleks, sulit, memakan waktu banyak, biaya yang tidak sedikit, frustasi

(2008:93).

Menurut Bobbi DePorter dan Mike Hernacki gaya belajar merupakan suatu kombinasi

dari bagaimana seseorang menyerap, dan kemudian mengatur serta mengolah informasi. Gaya

belajar bukan hanya berupa aspek ketika menghadapi informasi, melihat, mendengar, menulis

dan berkata tetapi juga aspek pemrosesan informasi sekunsial, analitik, global atau otak kiri-otak

kanan, aspek lain adalah ketika merespon sesuatu atas lingkungan belajar ,diserap secara abstrak

dan konkret (2000:110-112)

Dari pengertian-pengertian di atas, disimpulkan bahwa gaya belajar adalah cara yang

cenderung dipilih siswa untuk bereaksi dan menggunakan perangsang-perangsang dalam

menyerap dan kemudian mengatur serta mengolah informasi pada proses belajar.

2.1.1 Klasifikasi Gaya Belajar

Menurut Adi Gunawan seorang pakar mind technology dan transformasi diri,

mengungkapkan telah banyak upaya yang dilakukan untuk mengenali dan mengkategorikan cara

manusia belajar, cara memasukkan informasi ke dalam otak. Secara garis besar, ada 7

pendekatan umum dikenal dengan kerangka referensi yang berbeda dan dikembangkan juga oleh

ahli yang berbeda dengan variansinya masing-masing. yaitu:

1) Pendekatan berdasarkan pada pemprosesan informasi; menentukan cara yang berbeda dalam

memandang dan memproses informasi yang baru. Pendekatan ini dikembangkan oleh

Kagan, Kolb, Honey dan Umford Gregorc, Butler, dan Mc Charty.


2) Pendekatan berdasarkan kepribadian; menentukan tipe karakter yang berbeda-beda.

Pendekatan ini dikembangkan oleh Myer-Briggs, Lawrence, Keirsey & Bartes, Simon &

Byram, Singer-Loomis, Grey-Whellright, Holland,dan Geering.

3) Pendekatan berdasarkan pada modalitas sensori; menentukan tingkat ketergantungan

terhadap indera tertentu. Pendekatan ini dikembangkan oleh Bandler & Grinder, dan

Messick.

4) Pendekatan berdasarkan pada lingkungan; menentukan respon yang berbeda terhadap

kondisi fisik, psikologis, sosial, dan instruksional. Pendekatan ini dikembangkan oleh

Witkin dan Eison Canfield.

5) Pendekatan berdasarkan pada interaksi sosial; menentukan cara yang berbeda dalam

berhubungan dengan orang lain. Pendekatan ini dikembangkan oleh Grasha-Reichman,

Perry, Mann, Furmann-Jacobs, dan Merill.

6) Pendekatan berdasarkan pada kecerdasan; menentukan bakat yang berbeda. Pendekatan ini

dikembangkan oleh Gardner dan Handy.

7) Pendekatan berdasarkan wilayah otak; menentukan dominasi relatif dari berbagai bagian

otak, misalnya otak kiri dan otak kanan. Pendekatan ini dikembangkan oleh Sperry, Bogen,

Edwards, dan Herman (2004:140).

Banyaknya pendekatan dalam mengklasifikasikan atau membedakan gaya belajar

disebabkan karena setiap pendekatan yang digunakan mengakses aspek yang berbeda secara

kognitif. Dari berbagai pendekatan tersebut yang paling terkenal dan sering digunakan saat ini

ada 3, yaitu pendekatan berdasarkan preferensi kognitif, profil kecerdasan, dan preferensi

sensori. Pendekatan gaya belajar berdasarkan preferensi kognitif dikembangkan oleh Anthony

Gregorc. Gregorc mengklasifikasikan gaya belajar menurut kemampuan mental menjadi 4


kategori, yaitu: gaya belajar konkret-sekuensial, gaya belajar abstrak-sekuensial, gaya belajar

konkret acak, dan gaya belajar abstrak acak.

Pendekatan gaya belajar berdasarkan profil kecerdasan dikembangkan oleh Howard

Gardner. Menurut Gardner, manusia mempunyai 8 kecerdasan yaitu: bahasa, matematis,

interpersonal, intrapersonal, musikal, spasial, naturalistik, dan kinestetik. Teori kecerdasan ganda

ini mewakili definisi sifat manusia, dari perspektif kognitif, yaitu bagaimana kita melihat,

bagaimana kita menyadari hal. Ini benar-benar memberikan indikasi yang sangat penting dan

tidak dapat dihindari untuk orang-orang preferensi gaya belajar, serta perilaku mereka dan

bekerja gaya, dan kekuatan alami mereka. Jenis-jenis kecerdasan yang dimiliki seseorang

(Gardner menunjukkan sebagian besar dari kita kuat dalam tiga jenis) tidak hanya menunjukkan

kemampuan orang, tetapi juga cara atau metode di mana mereka lebih suka belajar dan

mengembangkan kekuatan mereka dan juga untuk mengembangkan kelemahan-kelemahan

mereka.

Penjelasan dan pemahaman delapan kecerdasan Gardner dapat lebih diterangi dan

diilustrasikan dengan melihat klasik kecerdasan lain dan model gaya belajar, dikenal sebagai

model gaya belajar Visual-Auditory-Kinestetik, biasanya disingkat VAK. Konsep, teori dan

metode pertama kali dikembangkan oleh psikolog dan spesialis mengajar seperti Fernald, Keller,

Orton, Gillingham, Stillman dan Montessori, dimulai pada tahun 1920-an. Para VAK pendekatan

multi-indera (preferensi sensori) untuk belajar dan mengajar ini awalnya berkaitan dengan

pengajaran anak-anak menderita disleksia dan pelajar lain untuk metode pengajaran

konvensional yang tidak efektif. Spesialis VAK awal diakui bahwa orang belajar dalam berbagai

cara: sebagai contoh yang sangat sederhana, seorang anak yang tidak bisa dengan mudah

mempelajari kata-kata dan huruf dengan membaca (visual) mungkin misalnya belajar lebih
mudah dengan menelusuri bentuk huruf dengan jari mereka (kinestetik). Model gaya belajar

Visual-Auditory-Kinestetik tidak menutup kecerdasan ganda Gardner, melainkan dengan model

VAK memberikan perspektif yang berbeda untuk memahami dan menjelaskan pilihan seseorang

atau dominan berpikir dan gaya belajar, dan kekuatan. Teori Gardner adalah salah satu cara

melihat gaya berpikir; VAK adalah hal lain.

Menurut Adi W. Gunawan , ada tiga pendekatan berdasarkan preferensi sensori yang

dikenal luas di Indonesia. gaya belajar berdasarkan preferensi sensori ini terdiri dari modalitas

(gaya belajar), yaitu: visual, auditorial, da kinestetik. Oleh karena ketenaran dan penggunaannya

yang luas maka penelitian ini hanya menitikberatkan pada pengklasifikasian gaya belajar

menurut preferensi sensori yaitu gaya belajar visual, gaya belajar auditorial, dan gaya belajar

kinestetik. (2004:142)

2.1.2 Gaya Belajar Menurut Preferensi Sensori

Berdasarkan prefensi sensori atau kemampuan yang dimiliki otak dalam menyerap,

mengelola dan menyampaikan informasi, maka gaya belajar individu dapat dibagi dalam 3 (tiga)

kategori. Ketiga kategori tersebut adalah gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik yang

ditandai dengan ciri-ciri perilaku tertentu. Pengkategorian ini tidak berarti bahwa individu hanya

yang memiliki salah satu karakteristik gaya belajar tertentu sehingga tidak memiliki karakteristik

gaya belajar yang lain.

Pengkategorian ini hanya merupakan pedoman bahwa individu memiliki salah satu

karakteristik yang paling menonjol sehingga jika ia mendapatkan rangsangan yang sesuai dalam

belajar maka akan memudahkannya untuk menyerap pelajaran. Dengan kata lain jika sang

individu menemukan metode belajar yang sesuai dengan karakteristik gaya belajar dirinya maka
akan cepat ia menjadi "pintar" sehingga kursuskursus atau pun les prifat secara intensif mungkin

tidak diperlukan lagi.

Menurut Rose, Colin & Malcolm J. Nicholl mengidentifikasi ada tiga gaya belajar dan

komunikasi yang berbeda:

1. Visual. Belajar melalui melihat sesuatu. Kita suka melihat gambar atau diagram. Kita

suka pertunjukkan, peragaan atau menyaksikan video.

2. Auditori. Belajar melalui mendengar sesuatu. Kita suka mendengarkan kaset audio,

ceramah-kuliah, diskusi, debat dan instruksi (perintah) verbal.

3. Kinestetik. Belajar melalui aktivitas fisik dan keterlibatan langsung. Kita suka

menangani, bergerak, menyentu dan merasakan/mengalami sendiri (2002:130-131).

2.2 Teori Gaya Belajar

Menurut Honey dan Mumford mendefinisikan gaya belajar sebagai sikap dan tingkah

laku yang menunjukkan cara belajar seseorang yang paling disukai. Gaya belajar mengacu pada

cara belajar yang lebih disukai pembelajar. Umumnya, dianggap bahwa gaya belajar seseorang

berasal dari variabel kepribadian, termasuk susunan kognitif dan psikologis latar belakang sosio

cultural, dan pengalaman pendidikan. Keanekaragaman gaya belajar siswa perlu diketahui pada

awal permulaannya diterima pada suatu lembaga pendidikan yang akan ia jalani.

Hal ini akan memudahkan bagi pebelajar untuk belajar maupun pembelajar untuk

mengajar dalam proses pembelajaran. Pebelajar akan dapat belajar dengan baik dan hasil

belajarnya baik, apabila ia mengerti gaya belajarnya. Hal tersebut memudahkan pembelajar dapat

menerapkan pembelajaran dengan mudah dan tepat. Tiap individu memiliki kekhasan sejak lahir

dan diperkaya melalui pengalaman hidup. Yang pasti semua orang belajar melalui alat inderawi,

baik penglihatan, pendengaran, dan kinestetik. Setiap orang memiliki kekuatan belajar atau gaya
belajar. Semakin kita mengenal baik gaya belajar kita maka akan semakin mudah dan lebih

percaya diri di dalam menguasai suatu keterampilan dan konsep-konsep dalam hidup. Di dunia

pendidikan, istilah gaya balajar mengacu khusus untuk penglihatan, pendengaran, dan kinestetik

(1992 : 24).

2.3 Konsep Gaya Belajar Audiotorial

Gaya belajar auditorial adalah gaya belajar yang mengandalkan pendengaran dan

pembicaraan sebagai cara utama belajarnya. Pelajar auditorial harus mendengar jelas untuk dapat

memahami informasi, dan sebaliknya akan sangat sulit baginya untuk memahami instruksi

tertulis. Mereka selalu menggunakan kemampuan hearing skills (mendengar) dan repeating

skills (pengulangan) untuk memilah-pilah informasi yang diberikan. Artinya, kita harus

mendengar, baru kemudian kita bisa mengingat dan memahami informasi itu. Karakter pertama

orang yang memiliki gaya belajar ini adalah semua informasi hanya bisa diserap melalui

pendengaran, kedua memiliki kesulitan untuk menyerap informasi dalam bentuk tulisan secara

langsung, ketiga memiliki kesulitan menulis ataupun membaca.

Gaya belajar ini cenderung menggunakan pendengaran/audio sebagai sarana mencapai

keberhasilan belajar. Gaya belajar audiotorial yang bersifat eksternal adalah mengeluarkan suara

atau ada suara. Mereka dapat membaca keras, mendengarkan rekamanan, kuliah, diskusi dengan

teman, mendengarkan musik, kerja kelompok, dan lain-lain. Gaya belajar audiotori yang bersifat

internal adalah memerlukan suasana yang tenang-hening sebelum mempelajari sesuatu. Setelah

itu di perlukan perenungan beberapa saat terhadap materi apa saja yang telah dikuasai dan yang

belum.

Wenger, merekomendasikan setelah membaca sesuatu yang baru, deskripsikan dan

ucapkan apa yang sudah dibaca tadi sambil menutup mata dengan suara lantang. Alasannya
setelah dibaca, divisualisasikan (ketika mengingat dengan mata tertutup) dan dideskripsikan

dengan lantang, maka secara otomatis telah belajar dan menyimpannya dalam multi-sensori

(2002:143)

Ciri-ciri siswa yang lebih dominan memiliki gaya belajar auditorial misalnya lirikan

mata ke arah kiri/kanan, mendatar bila berbicara dan sedang-sedang saja. Untuk itu, guru

sebaiknya harus memperhatikan siswanya hingga ke alat pendengarannya. Anak yang

mempunyai gaya belajar auditori dapat belajar cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan

mendengarkan apa yang guru katakan. Anak auditori mencerna makna yang disampaikan

melalui tone, suara, pitch (tinggi rendahnya), kecepatan berbicara dan hal-hal auditori lainnya.

Informasi tertulis terkadang mempunyai makna yang minim bagi anak auditori. Anak-anak

seperti ini biasanya dapat menghafal lebih cepat dengan membaca teks dengan keras dan

mendengarkan kaset.

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti menyimpulkan, bahwa dengan menggunakan

gaya belajar audiotrorial dapat meningkatkan musik di kelas XI IPS 1 di SMA Negeri 1 Kuok

dengan menggunakan instrument musik kompang.

2.4 Teori Gaya Belajar Audiotorial

M Joko Susilo, mengungkapkan bahwa siswa dengan gaya belajar audiotorial, yang

memegang peranan penting adalah telinga/pendengaran (audio) sebagai alat untuk menyerap

informasi. Dalam hal ini metode pengajaran yang digunakan guru sebaiknya lebih banyak atau

dititikberatkan pada variasi vokal, ajak mereka untuk mengulang pelajaran tersebut, atau dengan

cara meminta siswa memberitahukan kepada teman di sebelahnya atau hal yang dia pelajari atau

gunakan musik sebagai aba-aba untuk kegiatan rutin. Anak yang mempunyai gaya belajar yang
audiotorial harus melihat mendengarkan suara gurunya untuk mengerti pelajaran. Mereka

cenderung mudah terpecah perhatianya. Mereka mengakses segala bunyi dan kata untuk

diciptakan dan diingat (2009:150).

Markova dalam Deporter, faktor metode belajar merupakan salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi prestasi belajar. Dan salah satu metode belajar itu yaitu penggunaan modalitas

indra (visual, auditori kinestetik). Meskipun kebanyakan orang memiliki akses ketiga modalitas,

orang tidak hanya cenderung pada satu modalitas, mereka juga memanfaatkan kombinasi

modalitas tertentu yang memberi mereka bakat dan kekurangan alami tertentu (2000:182).

Bandler dan Grinder , setiap orang menggunakan tiga preferensi (visual, aditori dan

kinestetik) dalam menciptakan dan memberi arti pada informasi. Berdasarkan ketiga preferensi

tersebut gaya belajar individu dibagi menjadi tiga kategori. Ketiga kategori tersebut adalah

visual, audiotorial, dan kinestetik. (2004 : 142) Menurut Deporter, mengemukakkan gaya belajar

ini menggunakan modalitas auditorial dan mengakses segala jenis bunyi dan kata yang

diciptakan maupun diingat. Musik, nada, irama rima, dialog internal, dan suara menonjol pada

individu yang bermodalitas auditori ini (2000: 141).

Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa gaya belajar audiotorial

yang memegang peranan penting adalah telinga/pendengaran untuk menyerap informasi. Oleh

karena itu model pembelajaran sebaiknya adalah yang menggunakan variasi (perubahan nada,

kecepatan, dan volume) yang dapat didengar oleh siswa atau dengan menggunakan diskusi

dengan teman sebelahnya.

2.5 Ciri- Ciri Belajar Auditorial (Auditory Learners)

Menurut DePorter, Bobbi & Hernacki, Mike ciri – ciri gaya belajar audiotorial sebagai

berikut:
a. Mudah terganggu oleh keributan atau suara berisik,

b. Menggerakan bibir dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca,

c. Lebih senang mendengarkan (dibacakan) daripada membaca,

d. Jika membaca maka lebih senang membaca dengan suara keras,

e. Dapat mengulangi atau menirukan nada, irama dan warna suara,

f. Mengalami kesulitan untuk menuliskan sesuatu, tetapi sangat pandai dalam bercerita,

g. Berbicara dalam irama yang terpola dengan baik,

h. Berbicara dengan sangat fasih,

i. Lebih menyukai seni musik dibandingkan seni yang lainnya,

j. Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada apa yang

dilihat,

k. Senang berbicara, berdiskusi dan menjelaskan sesuatu secara panjang lebar,

l. Mengalami kesulitan jika harus dihadapkan pada tugas-tugas yang berhubungan dengan

visualisasi,

m. Lebih pandai mengeja atau mengucapkan kata-kata dengan keras daripada menuliskannya,

n. Lebih suka humor atau gurauan lisan daripada membaca buku humor/komik (2000:110-112)

Berdasarkan ciri-ciri di atas, peneliti menyimpulkan bahwa Gaya belajar Auditori

(Auditory Learners) mengandalkan pada pendengaran untuk bisa memahami dan mengingatnya.

Karakteristik model belajar seperti ini benar-benar menempatkan pendengaran sebagai alat

utama menyerap informasi atau pengetahuan. Artinya, kita harus mendengar, baru kemudian kita

bisa mengingat dan memahami informasi itu. Karakter pertama orang yang memiliki gaya

belajar ini adalah semua informasi hanya bisa diserap melalui pendengaran, kedua memiliki
kesulitan untuk menyerap informasi dalam bentuk tulisan secara langsung, ketiga memiliki

kesulitan menulis ataupun membaca.

2.6 Konsep Musik

Menurut Sudarsono, Seni musik adalah ungkapan rasa indah manusia dalam bentuk suatu

konsep pemikiran yang bulat, dalam wujud nada-nada atau bunyi-bunyi lainnya yang

mengandung ritme dan harmoni, serta mempunyai bentuk dalam ruang waktu yang dikenal oleh

diri sendiri atau manusia lain dalam lingkungan hidupnya, sehingga dapat dimengerti dan

dinikmatinya. Musik juga didefinisikan sebagai suatu fenomena dari kemampuan dalam

memahami atau mengetahui sesuatu, menciptakannya, mempersembahkan, dan memperbaikinya

dalam bentuk seni yang berirama. musik merupakan suatu fenomena unik hasil yang di dapat

atau ditimbulkan dari satu atau sejumlah alat musik (1992:16).

Dalam Kamus Besar Bahsa Indonesia, musik adalah ilmu atau seni menyusun nada atau

suara diutarakan, kombinasi dan hubungan temporal untuk menghasilkan komposisi (suara) yang

mempunyai keseimbangan dan kesatuan, nada atau suara yang disusun sedemikian rupa sehingga

mengandung irama, lagu dan keharmonisan (terutama yang dapat menghasilkan bunyi-bunyi itu).

Seni musik adalah cetusan ekspresi perasaan atau pikiran yang dikeluarkan secara teratur dalam

bentuk bunyi. Bisa dikatakan, bunyi (suara) adalah elemen musik paling dasar. Suara musik yang

baik adalah hasil interaksi dari tiga elemen, yaitu: irama, melodi, dan harmoni. Irama adalah

pengaturan suara dalam suatu waktu, panjang, pendek dan temponya, dan ini memberikan

karakter tersendiri pada setiap musik. Kombinasi beberapa tinggi nada dan irama akan

menghasilkan melodi tertentu. Selanjutnya, kombinasi yang baik antara irama dan melodi

melahirkan bunyi yang harmoni.


Musik termasuk seni manusia yang paling tua. Bahkan bisa dikatakan, tidak ada sejarah

peradaban manusia dilalui tanpa musik, termasuk sejarah peradaban Melayu. Dalam masyarakat

Melayu, seni musik ini terbagi menjadi musik vokal, instrument dan gabungan keduanya. Dalam

musik gabungan, suara alat musik berfungsi sebagai pengiring suara vokal atau tarian. Alat-alat

musik yang berkembang di kalangan masyarakat Melayu di antaranya: canang, tetawak, nobat,

nafiri, lengkara, kompang, gambus, marwas, gendang, rebana, serunai, rebab, beduk, gong,

seruling, kecapi, biola dan akordeon. Alat-alat musik di atas menghasilkan irama dan melodi

tersendiri yang berbeda dengan alat musik lainnya (1990:602).

Pendidikan seni musik bukanlah sekedar hiburan untuk memancing siswa menjadi

semangat dalam belajar, seperti yang didengungkan sebagian guru selama ini. Ketika siswa

merasa bosan dengan salah satu mata pelajaran, maka dinyanyikanlah sebuah lagu. Pendidikan

seni musik pada hakekatnya memiliki peranan yang sangat penting dalam membentuk manusia

seutuhnya. Melalui pembelajaran yang terarah seni musik dapat dijadikan sebagai alat media

guna membantu mencerdaskan kehidupan, mengembangkan manusia yang berbudaya yang

memiliki keseimbangan otak kanan dan kirinya (keseimbangan akal, pikiran, dan kalbunya), dan

memiliki kepribadian yang matang.

Depdiknas, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mengemukakan tentang SK

dan KD pendidikan seni, budaya, dan keterampilan menjelaskan bahwa pendidikan seni musik

sifat multilingual, multidimensional, dan multikultural.  Pada bahasan ini dikaitkan dengan

pendidikan seni musik. Multilingual bermakna pengembangan kemampuan mengekspresikan diri

secara kreatif dengan berbagai cara dan media seperti bahasa rupa, bunyi, gerak, peran dan

berbagai perpaduannya.  Multidimensional bermakna pengembangan beragam kompetensi

meliputi konsepsi (pengetahuan, pemahaman, analisis, evaluasi), apresiasi, dan  kreasi dengan
cara memadukan secara harmonis unsur estetika, logika, kinestetika, dan etika. Sifat

multikultural mengandung makna pendidikan seni menumbuhkembangkan kesadaran dan

kemampuan apresiasi terhadap beragam budaya Nusantara dan Mancanegara.  Hal ini merupakan

wujud pembentukan sikap demokratis yang memungkinkan seseorang hidup secara beradab serta

toleran dalam masyarakat dan budaya yang majemuk. (2006:611).

Pendidikan seni musik merupakan pendidikan yang memberikan kemampuan

mengekspresikan dan mengapresiasikan seni secara kreatif untuk pengembangan kepribadian

siswa dan memberikan sikap-sikap atau emosional yang seimbang. Seni musik membentuk

disiplin, toleran, sosialisasi, sikap demokrasi yang meliputi kepekaan terhadap lingkungan.

Dengan kata lain pendidikan seni musik merupakan mata pelajaran yang memegang peranan

penting untuk membantu pengembangan individu siswa yang nantinya akan berdampak pada

pertumbuhan akal, fikiran, sosialisasi, dan emosional.

Pendidikan seni musik merupakan suatu proses pendidikan yang membantu

pengungkapan ide/gagasan seseorang yang ditimbulkan dari gejala lingkungan dengan

mempergunakan unsur-unsur musik, sehingga terbentuknya suatu karya musik yang tidak

terlepas dari rasa keindahan.

2.6.1 Jenis – Jenis Musik

Menurut Jamalus, musik adalah suatu karya seni berupa bunyi dalam bentuk sebuah lagu

atau komposisi yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya melalui unsur – unsur

pokok musik yaitu irama, melodi, harmoni, dan bentuk atau struktur lagu serta ekspresi sebagai

suatu bentuk kesatuan. Musik berdasarkan jenis, aliranya terbagi menjadi 2 macam yaitu musik

tradisional dan musik moderen. (1988:1)

A. Musik tradisional
Menurut Sedyawati, Musik tradisional adalah musik yang digunakan sebagai perwujudan

dan nilai budaya yang sesuai dengan tradisi. Yang sejak lama turun temurun telah hidup dan

berkembang pada daerah tertentu. Oleh karena itu, musik tradisional musik ,masyarakat yang

diwariskan secara turun-temurun dan berkelanjutan pada masyarakat suatu daerah. (1992:23)

Alat musik merupakan suatu alat yang diciptakan untuk menghasilkan bunyi. Pada umum

nya alat musik juga berarti sebuah alat yang khusus ditujukan untuk musik. sebuah bidang ilmu

untuk mempelajari sebuah alat musik dikenal dengan sebutan organologi. Alat musik dapat

dibedakan dari sumber bunyi dan cara memainkannya.

1) Membranofon

Golongan alat musik yang sumber bunyinya berupa membran atau selaput kulit yang

dipasang pada sebuah kotak atau tabung. Bunyi alat ini ditimbulkan oleh getaran kulit

yang dipukul .

Contoh instrument musiknya : genderang, tambur, kendang, rebana, kompang, dan tifa.

2) Aeorofon

Alat musik ini sumber bunyinya berupa udara. Udara yang menyebabkan getaran yang

diatur oleh lubang – lubang atau lidah yang ada pada alat musik tersebut. Ada dua cara

memainkan alat musik ini, yaitu ditiup dan pompa.

Contoh instrument musiknya : seruling bambu

3) Idiofon

Golongan ini bunyinyaberasal dari getaran alat musik itu sendiri.

Contoh intrument musiknya: gong, angklung, dan gambang

4) Kordofon
Kordofon mempunyai sumber bunyi berupa corda/tali/senar/dawai yang bergetar alat

musik kordofon digesek, dipetik, ataupun dipukul.

Contoh instrumen musiknya : rebab (digesek), kecapi dan siter (dipetik).

Berdasarkan cara memainkanya

1) Instrumen Tiup

Alat musik ini dapat menghasilkan suara saat kolom udara yang ada didalamnya

digetarkan saat meniupkan udara kedalamnya. Tinggi rendahnya suatu nada pada jenis

alat musik ini dapat ditentukan oleh frekuensi atau gelombang yang dihasilkan terkait

dengan panjang kolom udara dan bentuk instrumen, sedangkan timbre di pengaruhi oleh

bahan dasar, kontruksi instrumen dan cara menghasilkannya.

2) Instrumen Pukul

Alat musik ini dapat menghasilkan suara ketika di pukul atau ditabuh. Jenis alat musik ini

dibedahkan menjadi dua bernada dan tidak bernada. Bentuk dan bahan bagian-bagian

instrumen serta bentuk rongga getar, jika ada, akan menentukan suara yang dihasilkan

instrumen.

3) Instrumen Petik

Alat musik ini menghasilkan suara atau bunyi dengan cara menggetarkan senar atau di

petik. Tinggi rendah nada dihasilkan dari panjang pendek dawai.

4) Instrumen Gesek

Alat musik ini menghasilkan suara ketika dawai digesek. Sama seperti alat musik petik,

tinggi rendanya nada dihasilkan tergantung panjang dan pendeknya dawai.

B. Musik Moderen
Jamalus , Suatu karya seni bunyi dalam bentuk lagu atau komposisi musik, yang

mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya melalui unsur-unsur  musik, yaitu irama,

melodi, harmoni, bentuk atau struktur lagu, dan ekspresi sebagai satu kesatuan. Lagu atau

komposisi musik baru itu merupakan hasil karya seni jika diperdengarkan dengan menggunakan

suara (nyanyian) atau dengan alat-alat musik (1991:1). Menurut Sylado , mengatakan bahwa

musik adalah waktu yang memang untuk didengar. Musik moderen merupakan wujud waktu

yang hidup, yang merupakan kumpulan ilusi dan alunan suara. Alunan musik modern yang berisi

rangkaian nada yang berjiwa akan mampu menggerakkan hati para pendengarnya (1983:12)

Berbeda dengan musik tradisional, musik modern tidak lahir dari tradisi suatu masyarakat

tertentu, tetapi musik ini di bangun berdasarkan suatu aturan komposisi yang jelas, seperti sistem

notasi, tangganada, tekxtur, dan istrumen yang telah dikenal luas dan mudah dipelajari. Selain itu

musik modern bersifat terbuka, artinya komposisi dan gaya musik ini sangat dipengaruhi oleh

berbagai pengalaman musikal para musisi dari suatu masa. Kritik terhadap suatu komposisi

tertentu menjadi suatu hal yang biasa dilakukan, sehingga tidak heran apabila suatu komposisi

atau gaya musik tertentu menjadi hilang atau ditinggalkan oleh masyarakat dan diganti dengan

gaya musik yang lain.

Jenis-Jenis Musik Modern dapat dikelompokkan berdasarkan aliran, sumber bunyi, dan

proses penciptaan penciptaannya. Berdasarkan aliranya terbagi menjadi :

1. Jazz

Dikembangkan p ertama kali oleh orang-orang Afrika-Amerika pada awal abad ke 20 di

New Orleans, Amerika Serikat. Ciri utama dari musik jazz adalah improvisasi dengan

aturan-aturan dan gaya yang telah mereka pilih. Improvisasi tersebut disertai dengan

progresi chord yang berulang dari sebuah lagu populer atau komposisi asli. Instrumen
utama dalam musik jazz adalah piano, bass, drumm, gitar, saxophone, trombon dan

trompet.

2. Rhythm and Blues ( R & B )

Musik R&B terdiri dari berbagai jenis musik populer yang saling terkait. Musik R&B

terdiri dari genre-genre seperti soul, funk, disco, dan rap. Saat ini musik R&B cenderung

mengutamakan kemampuan improvisasi melodi dari vokalisnya dengan harmonisasi yang

progresif dari bunyi-bunyi instrumen musiknya.

3. Pop

Musik poppuler memiliki 2 makna, pertama, musik-musik yang sedang disenangi oleh

masyarakat dalam kurun waktu tertentu. Kedua, sebuah aliran atau gaya musik tertentu

seperti halnya aliran musik lainnya. Dalam hal ini musik pop memiliki karakteristik yang

berbeda dengan aliran musik lainnya.

Ciri musik pop adalah melodi sangat mudah diterapkan dengan berbagai karakter lirik,

sangat fleksibel untuk dipadukan dengan gaya musik lain, harmoni tidak terlalu rumit,

tempo bervariasi, penggunaan ritme bebas dengan mengutamakan permainan drum dan

gitar bas. komposisinya juga mudah dicerna.

4. Rock

Musik rock era zaman sekarang jauh lebih simpel dibandingin era sebelumnya, belum

terbaca ciri yang signifikan karena masih merupakan pengulangan era-era sebelumnya,

Mungkin baru akan terebaca setelah era ini lewat. Berbeda dengan era 60 yang terasa

lebih cenderung Rock’n Roll, 70an lebih bersifat Progresif dengan banyak pengaruh dari

musik soul, blues dan sedikit unsur musik klasik serta sangat menonjolkan virtuoso gitar,

80an beatnya terasa karena pengaruh synthesizer seperti drum elektrik dan kibor dan alat
gitar masih merupakan instrumenn yang menonjol. Era 90 lebih ke arah jenis baru yang

disebut grunge atau musik alternative (penyebutan alternative rasanya tidak cocok, karena

muncul ciri baru di masa depan maka istilah alternative tetap terpakai) diawali sejak

munculnya band Nirvana, pilihan chord lagu-lagu era 90an cenderung menjadi komposisi

yang tidak biasa. Kalau era sekarang mungkin lebih ke arah yang minimalis, mungkin

lebih ke ciri punk, akan tetatapi punk sudah ada sejak puluhan tahun. Tidak bisa

dikatakan sebagai ciri yang mewakili era sekarang, gitarnya jarang main melodi yang

sulit dan penuh dengan skill. Tapi harus diakui tidak semua pemain gitar era ini ingin

tampak lebih baik. Dengan sebagian besar terpengaruh oleh tehnik yang dipopulerkan

oleh The Edge dari U2

5. Country

Musik ini sering disebut juga Country and Western, yang merupakan salah satu genre

besar pada musik populer terutama di negeri Amerika serikat. Jenis musik modern ini

bersumber dari musik rakyat (folk song) atau musik tradisional yang berasal dari

Appalachia di kawasan pegunungan selatan Amerika Serikat.

Cikal bakal musik ini adalah dari lagu-lagu rakyat yang dibawa nenek moyang mereka

para imigran dari kepulauan Inggris. Jauh sebelum ada industri musik maupun media

elektronika, para imigran tersebut telah terbiasa menghigbur diri dengan menyanyikan

lagu-lagu tersebut lengkap dengan iringan musik dan tariannya. Dengan instrumen banjo

(sejenis gitar) yang memiliki peran dan sebagai instrumen iringannya disela-sela

strumming. Bila memainkan akor C misalnya, maka bas C dan G dibunyikan bergantian

dengan strumming tetap pada akor C. Improvisasi tangga nada yang digunakan, apabila
dengan tangga nada natural, adalah dengan not-not C-D-Dis-E-G-A. Di Indonesia sendiri,

musik Country telah masuk pada sekitar awal tahun 1980-an. Namun popularitas jenis

musik ini berkurang seiring dengan berkembangnya musik pop dan rock. Musisi country

Indonesia yang terkenal adalah Rahmat Kartolo dan Tantowi Yahya.

2.6.2 Teori Musik

Menurut Soeharto M, musik adalah pengungkapan melalui gagasan melalui bunyi, yang

unsur dasarnya berupa melodi, irama, dan harmoni dengan unsur pendukung berupa gagasan,

sifat dan warna bunyi. Namun dalam penyajiannya, sering dengan unsur-unsur lain, seperti

bahasa, gerak, atau pun warna. Melodi adalah rangkaian dari sejumlah nada atau bunyi, yang

ditanggapi berdasarkan perbedaan tinggi rendah (pitch) atau naik turunnya. Dapat merupakan

satu bentuk rangkaian dari sejumlah nada atau bunyi, yang ditanggapi berdasarkan perbedaan

tinggi rendah (pitch) atau naik-turunnya. Dapat merupakan satu bentuk ungkapan penuh atau

hanya berupa penggalan ungkapan. Irama adalah gerak yang teratur yang mengalir, karena

munculnya aksen secara tetap. Keindahan akan lebih terasa oleh adanya jalinan perbedaan nilai

dari satuan-satuan bunyinya (duration). Disebut juga ritme, rhythme, atau pun rhytm. Harmoni

adalah perihal keselarasan paduan bunyi. Secara teknis meliputi susunan, peranan, dan hubungan

dari sebuah paduan bunyi dengan sesamanya, atau dengan bentuk keseluruhannya (1992 : 86)

Sudarsono, Mengemukakan Seni musik adalah ungkapan rasa indah manusia dalam

bentuk suatu konsep pemikiran yang bulat, dalam wujud nada-nada atau bunyi-bunyi lainnya

yang mengandung ritme dan harmoni, serta mempunyai bentuk dalam ruang waktu yang dikenal

oleh diri sendiri atau manusia lain dalam lingkungan hidupnya, sehingga dapat dimengerti dan

dinikmatinya (1992:1) . Menurut Rien ,Suatu hasil karya dalam bentuk lagu atau komposisi
musik, yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya melalui unsur-unsur musik, yaitu

irama, melodi, harmoni, bentuk dan struktur lagu, dan ekspresi (1999:1)

Jamalus, Suatu karya seni bunyi dalam bentuk lagu atau komposisi musik, yang

mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya melalui unsur-unsur  musik, yaitu irama,

melodi, harmoni, bentuk atau struktur lagu, dan ekspresi sebagai satu kesatuan. Lagu atau

komposisi musik baru itu merupakan hasil karya seni jika diperdengarkan dengan menggunakan

suara (nyanyian) atau dengan alat-alat musik (1991:1) . Menurut Sylado , mengatakan bahwa

musik adalah waktu yang memang untuk didengar. Musik merupakan wujud waktu yang hidup,

yang merupakan kumpulan ilusi dan alunan suara. Alunan musik yang berisi rangkaian nada

yang berjiwa akan mampu menggerakkan hati para pendengarnya (1983:12)

Banoe, menjelaskan musik yang berasal dari kata muse yaitu salah satu dewa dalam

mitologi Yunani kuno bagi cabang seni dan ilmu; dewa seni dan ilmu pengetahuan. Selain itu,

beliau juga berpendapat bahwa musik merupakan cabang seni yang membahas dan menetapkan

berbagai suara ke dalam pola-pola yang dapat dimengerti dan dipahami oleh manusia

(2003:288). Menurut Koentjaraningrat, menyatakan bahwa musik merupakan bagian dari

kesenian. Kesenian merupakan salah  satu unsur kebudayaan (1986 : 203-204)

Merriam, memberikan pengertian bahwa musik merupakan suatu lambang dari hal-hal

yang berkaitan dengan ide-ide, maupun perilaku masyarakat (1964 :32-33). Menurut

Boedhisantoso, S dan Melalotoa , mengemukakan bahwa Musik merupakan kebutuhan manusia

secara universal yang tidak pernah berdiri sendiri lepas dari masyarakat (1982 : 23)

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut diatas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa

musik merupakan seni yang timbul dari perasaan atau pikiran manusia sebagai pengungkapan

ekspresi diri, yang diolah dalam suatu nada-nada atau suara-suara yang harmonis. segala sesuatu
yang ada hubungan dengan bunyi dan memiliki unsur-unsur irama, melodi dan harmoni yang

mewujudkan sesuatu yang indah dan dapat dinikmati melalui indra pendengar.

2.6.3 Konsep Kompang

Kompang adalah alat musik tradisional yang dimiliki oleh masyarakat melayu. Kompang

termasuk dalam instrument pukul seperti gendang dan gamelan.alat musik kompang bersal

beasal dari Arab dan dipercayai dibawa masuk ke Tanah Melayu ketika zaman Kesultanan

Melaka oleh pedagang India Muslim, atau melalui Jawa pada abad ke-13 oleh pedagang Arab.

Kompang biasanya dimainkan pada masa perarakan, kenduri dan upacara – upacara

tradisional yang lain. Cara memainkan kompang terdiri dari dua bagian yaitu dengan pukulan

tradisi dan pukulan modern. Pada pukulan tradisi kompang dimainkan dengan cara sambil

menyanyikan lagu – lagu atau syair Arab ataupun Melayu klasik. Namun pada teknik pukulan

modern, kompang dimainkan dengan sambil menari. Tradisi ini sebenarnya sangatlah perlu

untuk dilestarikan mengingat semakin sedikitnya instrument musik ini dimainkan pada masa

sekarang melestarikan tradisi dan alat musik ini agar tetap ada.

Terdapat dua bahagian kompang yaitu bagian muka (kulit) disebut belulang. manakala,

bahagian badan (kayu) dipanggil baluh. Kompang perlu diletakkan penegang atau dipanggil

sedak iaitu sejenis rotan yang diletakkan antara belulang dan baluh, sedak ini deletakkan

bertujuan untuk menegangkan bahagian belulang dan menyedapkan bunyi kompang apabila

dipalu. Kompang biasanya berukuran enam belas inci ukur lilit dan ditutup dengan kepingan

kulit pada sebelah permukaan. Ia mempunyai bukaan cetek dan dimainkan dengan memegang

dengan sebelah tangan sementara dipukul dengan sebelah tangan yang lain.Bunyi yang berlainan

dihasilkan dengan membedahkan cara buka tapak tangan. Bunyi 'bum' di perolehi dengan

tepukan di sisi kompang dan tapak tangan ditutup/rapat. Bunyi 'pak' di perolehi dengan tepukan
di tengah kompang dengan jari tangan yang terbuka. Dapat disimpulkan bahwa kompang

merupakan instrument musik khas melayu yang harus di jaga dan tetap dilestarikan. Di dalam

pendidikan formal , pada mata pelajaran seni budaya (musik) meski perlu di pelajari. Agar

peningkatan musik di daerah riau meningkat dan berkembang.

Suyahadi, Menjelaskan cabang mata pelajaran Seni Budaya yang terdiri dari seni rupa,

seni musik, seni tari dan seni teater, dimana keempat cabang tersebut memiliki tujuan antara lain

(1) memahami konsep dan pentingnya seni budaya, (2) memahami sikap apresiasi terhadap seni

budaya, (3) menampilkan kreativitas melalui seni budaya, dan (4) menampilkan peran serta

dalam seni budaya dalam tingkat lokal, regional maupun global. Masing-masing cabang seni ini

memiliki ruang lingkup sendiri berdasarkan bidang/media dan karakter seni tersebut. Seni musik

memiliki ruang lingkup yang mencangkup kemampuan untuk menguasai olah vokal, memainkan

alat musik, dan apresiasi karya musik. Dari ruang lingkup inilah kemudian dijabarkan melalui

SK dan KD pada setiap tingkatnya. Walaupun mata pelajaran seni budaya mengandung unsur

kata “ Budaya” namun aspek budaya ini tidak di bahas secra tersendiri melainkan terintegrasi

dalam seni (2008 : 176)

2.7 Kajian Relevan

Penelitian yang berkaitan dengan gaya belajar audiotorial siswa pada mata pelajaran seni

budaya (musik) di SMA Negeri 1 Kuok Kabupaten Kampar Provinsi Riau yang telah dilakukan

oleh beberapa peneliti akan dijelaskan sebagai berikut:

Nurnaningsih (2011), melakukan penelitian tentang penerapan metode pembelajaran

kooperatif tipe think pair share (TPS) dan gaya belajar terhadap hasil belajar seni budaya siswa

kelas X SMA Negeri 1 Bangkinang Barat. Menyimpulkan hasil belajar seni budaya dengan

metode kooperatif tipe think pair share (TPS) dan gaya belajar dapat meningkat hasil belajar
siswa kelas X. Relevansinya terhadap penelitian yang peneliti lakukan adalah hal yang sama juga

menggunakan gaya belajar audiotorial siswa dalam mata pelajaran seni budaya (Musik) kelas XI

SMA Negeri 1 Kuok.

Budi Legowo (2012), melakukan penelitian tentang pengaruh pembelajaran berbasis

masalah dan gaya belajar terhadap prestasi belajar pkn siswa kelas VI SDN di kecamatan

singgahan tuban. Menyimpulkan bahwa pengaruh gaya belajar siswa terhadap pembelajaran

akan meningkatkan hasil belajar yang baik. Relevansinya terhadap penelitian yang peneliti

lakukan adalah menggunakan gaya belajar yang tepat bagi siswa dalam mata pelajaran seni

budaya (Musik) kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Kuok.

Febrianita Riany (2013), melakukan penelitian tentang pengaruh gaya belajar siswa

terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi kelas XI bandung. Menyimpulkan

bahwa siswa yang dapat menentukan gaya belajarnya sendiri dapat mempengaruhi prestasi

belajarnya. Relevansinya terhadap penelitian yang peneliti lakukan adalah hal yang sama juga

akan terjadi peningkatan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran seni budaya (Musik) kelas

XI IPS 1 SMA Negeri 1 Kuok dengan menggunakan gaya belajar yang tepat dan baik.

Erviningsih Setyorini (2010), melakukan penelitian tentang pengaruh metode pembelajaran

dan gaya belajar terhadap kemampuan pemecahan masalah geometri siswa kelas VIII mtsn

plandi jombang. Menyimpulkan bahwa siswa dapat memecahkan masalah belajarnya dengan

menggunakan gaya belajar yang tepat dan baik. Relevansinya terhadap penelitian yang peneliti

lakukan adalah menggunakan gaya belajar yang tepat, informasi yang didapat dalam proses

belajar akan baik hasilnya.

Evi Nurbaiti (2009), melakukan penelitian tentang hubungan antara gaya belajar dengan

prestasi belajar kimia siswa kelas XI IPA semester II M.A ali maksum yogyakarta 2007/2008.
Menyimpulkan bahwa hubungan gaya belajar dengan prestasi belajar sangat erat kaitannya,

karan dengan menggunakan gaya belajar siswa yang tepat, siswa akan berprestasi. Relevansinya

terhadap penelitian yang peneliti lakukana adalah yang sama juga akan terjadi pada siswa dengan

memilih gaya belajar yang tepat dalam mata pelajaran seni budaya (Musik) kelas XI SMA

Negeri 1 Kuok.

Berdasarkan hal tersebut diatas, dari kelima skripsi tersebut dapat diambil kesimpulan

bahwa dengan gaya belajar yang dipilih oleh siswa. Siswa dapat menyerap informasi pada proses

belajar dengan mudah serta dengan menggunakan gaya belajar yang tepat siswa dapat mengolah

informasi dengan baik. Dengan menggunakan gaya belajar audiotorial pada mata pelajaran seni

budaya (seni musik) siswa dapat mengolah dan menyerap informasi pada proses belajar dengan

baik.

Anda mungkin juga menyukai