Anda di halaman 1dari 6

Benzit dan Jaminan

Pengertian bezit atau kedudukan berkuasa terdapat dalam Pasal 529 KUHPer, yaitu yang


dinamakan kedudukan berkuasa ialah, kedudukan seseorang yang menguasai suatu
kebendaan, baik dengan diri sendiri, maupun dengan perantaraan orang lain, dan yang
mempertahankan atau menikmatinya selaku orang yang memiliki kebendaan itu.

 Bezit adalah suatu keadaan lahir, dimana seorang menguasai suatu benda
seolah-olah kepunyaannya sendiri, yang oleh hukum diperlindungi, dengan tidak
mempersoalkan hak milik atas benda itu sebenarnya ada pada siapa
 bezit berasal dari perkataan “zitten” sehingga secara letterlijk berarti
“menduduki”.

Bezit diharuskan adanya dua anasir, yaitu kekuasaan atas suatu benda dan kemauan untuk
memiliki benda tersebut.

Bezit harus dibedakan “detentie”, dimana seorang menguasai suatu benda berdasarkan
suatu hubungan hukum dengan seorang lain, ialah pemilik atau bezitter dari benda itu. Pada
seorang “detentor

 Antara seseorang dengan suatu benda harus ada hubungan dalam bentuk kekuasaan
nyata oleh orang yang bersangkutan. Keadaan ini disebut corpus.
 Hubungan antara orang dengan benda itu memang dikehendaki artinya ada unsur
kemauan untuk memiliki benda yang bersangkutan. Tetapi kemauan ini harus dari
orang yang berhak (beschikkingsbevoegd) bukan kemauan dari orang-orang di
bawah pengampuan seperti anak-anak atau pemabuk, dan lain-lain. Keadaan
demikian disebut animus.

PEMBEBANAN

Pembebanan terhadap benda bergerak berdasarkan Pasal 1150 KUHPer harus dilakukan
dengan gadai, sedangkan pembebanan terhadap benda tidak bergerak menurut Pasal 1162
KUHPer harus dilakukan dengan hipotik

Sejak berlakunya Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah
Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah, maka atas tanah beserta benda-benda
yang berkaitan dengan tanah hanya dapat dibebankan dengan Hak Tanggungan.

VERJARING

Terhadap benda bergerak, tidak dikenal daluwarsa sebab menurut Pasal 1977 ayat (1)
KUHPer, bezit atas benda bergerak adalah sama dengan eigendom; karena itu sejak
seseorang menguasai suatu benda bergerak, pada saat itu atau detik itu juga ia dianggap
sebagai pemiliknya.

Terhadap benda bergerak, tidak dikenal daluwarsa sebab menurut Pasal 1977 ayat (1)
KUHPer, bezit atas benda bergerak adalah sama dengan eigendom; karena itu sejak
seseorang menguasai suatu benda bergerak, pada saat itu atau detik itu juga ia dianggap
sebagai pemiliknya.

LEVERING
Menurut Pasal 612 KUHPer, penyerahan benda bergerak dapat dilakukan dengan
penyerahan nyata (feitelijke levering).
Dengan sendirinya penyerahan nyata tersebut adalah sekaligus penyerahan yuridis
(juridische levering).

menurut Pasal 616 KUHPer, penyerahan benda tidak bergerak dilakukan melalui
pengumuman akta yang bersangkutan dengan cara seperti ditentukan dalam Pasal 620
KUHPer antara lain membukukannya dalam register.

JAMINAN
• Pengertian Gadai, Fidusia, Hipotik, dan Hak Tanggungan
• Dasar Hukum Gadai, Fidusia, Hipotik, dan Hak Tanggungan
• Obyek Gadai, Fidusia, Hipotik, dan Hak Tanggungan
• Asas Gadai, Fidusia, Hipotik, dan Hak Tanggungan
• Contoh akta pembebanan

PENGERTIAN GADAI
Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang berpiutang atas suatu benda bergerak, yang
diserahkan kepadanya oleh seorang berutang atau oleh seorang lain atas namanya, dan
yang memberikan kekuasaan kepada si berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari
barang tersebut didahulukan daripada orang-orang yang berpiutang lainnya; dengan
kekecualian biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk
menyelamatkannya setelah barang itu digadaikan, biaya-biaya mana yang harus
didahulukan. (Pasal 1150 KUHPerdata).

Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang berpiutang atas suatu benda bergerak, yang
diserahkan kepadanya oleh seorang berutang atau oleh seorang lain atas namanya, dan
yang memberikan kekuasaan kepada si berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari
barang tersebut didahulukan daripada orang-orang yang berpiutang lainnya; dengan
kekecualian biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk
menyelamatkannya setelah barang itu digadaikan, biaya-biaya mana yang harus
didahulukan. (Pasal 1150 KUHPerdata).

PENGERTIAN FIDUSIA

Fidusia diatur dalam UU No. 42/1999 tentang Jaminan Fidusia. Pengertian fidusia dapat
ditemukan dalam Pasal 1 angka 1 UU 42/1999.

Pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa
benda yang hak kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan pemilik benda.

Objek fidusia yaitu benda bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud dan
benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan
sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak
Tanggungan.

APABILA DEBITOR (PEMBERI FIDUSIA) CIDERA JANJI, MAKA TERHADAP BENDA YANG
MENJADI JAMINAN DAPAT DILAKUKAN CARA
A. Pelaksanaan titel eksekutorial yaitu hak penerima fidusia untuk menjual benda yang
menjadi objek jaminan fidusia atas kekuasaannya sendiri;
B. Penjualan benda yang menjadi objek jaminan fidusia atas kekuasaan penerima
fidusia sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil pelunasan piutangnya dari
hasil penjualan;
C. Penjualan di bawah tangan yang dilakukan berdasarkan kesepakatan pemberi dan
penerima Fidusia. Cara ini dapat dilakukan setelah lewat waktu satu bulan sejak
diberitahukan secara tertulis oleh pemberi dan penerima fidusia kepada pihak-pibak
yang berkepentingan dan diumumkan sedikitnya dalam dua surat kabar yang
beredar di daerah yang bersangkutan

PENGERTIAN HIPOTIK
A. Diatur dalam Pasal 1162 sampai dengan Pasal 1232 KUHPer serta Undang-Undang
No. 17/2008 tentang Pelayaran.
B. Hipotik adalah suatu hak kebendaan atas benda-benda tak bergerak, untuk
mengambil penggantian daripadanya bagi pelunasan suatu perikatan
C. Dalam hipotek yang menjadi objek adalah kapal dengan isi 20 m3.

Eksekusi terhadap hipotik dapat melihat pada ketentuan Pasal 1178 (2) KUHPerdata:
Dalam hal debitur wanprestasi, maka kreditur selaku pemegang hipotik atas kapal
berhak untuk melakukan penjualan secara lelang di muka umum atas kapal-kapal yang
sudah dibebani dengan hipotik yang mana hasil penjualan kapal tersebut digunakan
sebagai pelunasan kewajiban debitor kepada kreditur.

HAK TANGGUNGAN

Undang-undang no.4 tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas tanah beserta benda-
benda yang berkaitan dengan tanah.
Hak Tanggungan atas tanah beserta benda-benda yang berkaitandengan tanah, yang
selanjutnya disebut Hak Tanggungan, adalah hak jaminan yangdibebankan pada hak
atas tanah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 5Tahun 1960
tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, berikut atau tidak berikut benda-benda
lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, untukpelunasan utang tertentu,
yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditor tertentu terhadap
kreditor-kreditor lain;
Hak atas tanah yang dapat dibebani Hak Tanggungan adalah:
1. Hak Milik;
2. Hak Guna Usaha;
3. Hak Guna Bangunan
4. Hak Pakai atas tanah Negara wajib didaftar dan menurut sifatnya dapat di pindah
tangankan
Hak Tanggungan dapat juga dibebankan pada hak atas tanah berikut bangunan,
tanaman, dan hasil karya yang telah ada atau akan ada yang merupakan satu kesatuan
dengan tanah tersebut, dan yang merupakan milik pemegang hak atas tanah yang
pembebanannya dengan tegas dinyatakan di dalamAkta Pemberian Hak Tanggungan
yang bersangkutan.

Apabila bangunan, tanaman, dan hasil karya sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
tidak dimiliki oleh pemegang hak atas tanah, pembebanan Hak Tanggungan atas benda-
benda tersebut hanya dapat dilakukan denganpenandatanganan serta pada Akta
Pemberian Hak Tanggungan yang bersangkutan olehpemiliknya atau yang diberi kuasa
untuk itu olehnya dengan akta otentik.

Pemberi Hak Tanggungan adalah orang perseorangan atau badan hukum yang
mempunyai kewenangan untuk melakukan perbuatan hukum terhadap objek Hak
Tanggungan yang bersangkutan.

Pemegang Hak Tanggungan adalah orang perseorangan atau badan hukum yang
berkedudukan sebagai pihak yang berpiutang.

Tata cara pemberian :


Pemberian Hak Tanggungan didahului dengan janji untukmemberikan Hak
Tanggungan sebagai jaminan pelunasan utang tertentu, yangdituangkan di dalam dan
merupakan bagian tak terpisahkan dari perjanjianutang-piutang yang bersangkutan atau
perjanjian lainnya yang menimbulkan utangtersebut.
Pemberian Hak Tanggungan dilakukan dengan pembuatan AktaPemberian Hak
Tanggungan oleh PPAT sesuai dengan peraturan perundang-undanganyang berlaku.

Apabila obyek Hak Tanggungan berupa hak atas tanah yang berasal dari konversi hak
lama yang telah memenuhi syarat untuk didaftarkanakan tetapi pendaftarannya belum
dilakukan, pemberian Hak Tanggungan dilakukan bersamaan dengan permohonan
pendaftaran hak atas tanah yang bersangkutan.

Didalam Akta Pemberian Hak Tanggungan wajib dicantumkan:


1. Nama dan identitas pemegang dan pemberi Hak Tanggungan;
2. Domisili pihak-pihak sebagaimana dimaksud pada huruf a, dan apabila
diantara mereka ada yang berdomisili di luar Indonesia, baginya harus
pula dicantumkan suatu domisili pilihan di Indonesia, dan dalam hal
domisili pilihan itu tidak dicantumkan, kantor PPAT tempat pembuatan
Akta Pemberian HakTanggungan dianggap sebagai domisili yang
dipilih;
3.Penunjukan secara jelas utang atau utang-utang yang dijaminsebagaimana dimaksud
dalam
Pasal 3 dan Pasal 10 ayat (1);
4. Nilai tanggungan;
5. Uraian yang jelas mengenai obyek Hak Tanggungan.
Janji-janji yang dapat dicantumkan dalam APHT :
a. Janji yang membatasi kewenangan pemberi Hak Tanggungan
untukmenyewaka obyek Hak Tanggungan dan/atau menentukan atau
mengubah jangka waktusewa dan/atau menerima uang sewa di muka,
kecuali dengan persetujuan tertulislebih dahulu dari pemegang Hak
Tanggungan;
b. janji yang membatasi kewenangan pemberi Hak Tanggungan untuk
mengubah bentuk atau tata susunan obyek Hak Tanggungan, kecuali
dengan persetujuan tertulis lebih dahulu dari pemegang Hak Tanggungan;
c. Janji yang memberikan kewenangan kepada pemegang HakTanggungan
untuk mengelola obyek Hak Tanggungan berdasarkan penetapan Ketua
Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi letak obyek Hak
Tanggungan apabila debitor sungguh-sungguh cidera janji;
d. janji yang memberikan kewenangan kepada pemegang Hak Tanggungan
untuk menyelamatkan obyek Hak Tanggungan, jika hal itu
diperlukanuntuk pelaksanaan eksekusi atau untuk mencegah menjadi
hapusnya ataudibatalkannya hak yang menjadi obyek Hak Tanggungan
karena tidak dipenuhi atau dilanggarnya ketentuan undang-undang;
e. janji bahwa pemegang Hak Tanggungan pertama mempunyai hak untuk
menjual atas kekuasaan sendiri obyek Hak Tanggungan apabila debitor
cidera janji;
f. janji yang diberikan oleh pemegang Hak Tanggungan pertama bahwa
obyek Hak Tanggungan tidak akan dibersihkan dari Hak Tanggungan;
g. janji bahwa pemberi Hak Tanggungan tidak akan melepaskan haknya atas
obyek Hak Tanggungan tanpa persetujuan tertulis lebih dahulu dari
pemegang Hak Tanggungan;
h. janji bahwa pemegang Hak Tanggungan akan memperoleh seluruh atau
sebagian dari ganti rugi yang diterima pemberi Hak Tanggungan untuk
pelunasan piutangnya apabila obyek Hak Tanggungan dilepaskan haknya
oleh pemberi Hak Tanggungan atau dicabut haknya untuk kepentingan
umum;
i. janji bahwa pemegang Hak Tanggungan akan memperoleh seluruhatau
sebagian dari uang asuransi yang diterima pemberi Hak Tanggungan
untuk pelunasan piutangnya, jika obyek Hak Tanggungan diasuransikan;
j. janji bahwa pemberi Hak Tanggungan akan mengosongkan objek Hak
Tanggungan pada waktu eksekusi Hak Tanggungan;
k. Janji yang dimaksud dalam Pasal 14 ayat (4).

Anda mungkin juga menyukai