Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air merupakan sumber daya alam yang jumlahnya tetap, namun tersebar
secara tidak merata. Sumber mata air menjadi sangat penting bagi kehidupan
manusia. Air bersih adalah air sehat yang dipergunakan untuk kegiatan manusia
dan harus bebas dari kuman–kuman penyebab penyakit, bebas dari bahan–bahan
kimia yang dapat mencemari air bersih tersebut. Kadang kala, karena
keterbatasan air bersih yang ada, maka kebutuhan air untuk keperluan MCK
diambil dari ketersediaaan air di daerah tersebut yang secara kualitas tidak layak
untuk digunakan dalam kehidupan sehari–hari. (Dwijosaputro,1981)
Kebutuhan akan pentingnya air tidak diimbangi dengan kesadaran untuk
melestarikan air, sehingga memberikan dampak yang besar terhadap kesehatan
maupun sosial. Pengadaan air bersih di Indonesia khususnya untuk skala yang
besar masih terpusat diperkotaan dan dikelola oleh Perusahaan Air Minum (PAM)
kota yang bersangkutan. Sekitar 16, 42 juta jiwa penduduk Indonesia merupakan
masyarakat yang hidup di kawasan pesisir. Masih rendahnya produktivitas mereka
menyebabkan mereka sulit untuk keluar dari ketidaksejahteraan. Kurangnya
pengetahuan masyarakat mengenai pengolahan air bersih ini akan berdampak
pada kesehatan masyarakat. Untuk menanggulangi masalah tersebut, maka
dikembangkan alat untuk memproduksi air bersih dan air minum yang dapat
menaikkan produktivitas sehingga mampu meningkatkan tingkat kesejahteraan
mereka. (Andrayani,2015).
Untuk memenuhi akan kebutuhan air tawar manusia telah
mengembangkan sistem pengolahan air payau dengan metode elektrokoagulasi.
Elektrokoagulasi merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk
menurunkan kadar TDS, kandungan logam dan pH sesuai dengan Permen LH
No.5 tahun 2014. Elektrokoagulasi ini merupakan proses koagulasi atau
penggumpalan dengan tenaga listrik melalui proses elektrolisis untuk mengurangi
atau menurunkan ion-ion logam dan partikel-partikel di dalam air. Prinsip dasar
dari elektrokoagulasi adalah reaksi reduksi dan oksidasi (redoks). Dalam suatu sel

1
2

elektrokoagulasi, peristiwa oksidasi terjadi di elektroda (+) yaitu anoda,


sedangkan reduksi terjadi di elektroda (-) yaitu katoda. Pada akhirnya terbentuk
flokulan yang akan mengikat kontaminan maupun partikel – partikel dari air baku
tersebut. Proses Elektrokoagulasi dikenal juga sebagai elektrolisis gelombang
pendek (Wiyanto et al, 2014).
Prabowo (2012) melakukan penelitian pengolahan limbah cair yang
mengandung minyak pada skala laboratorium secara batch dengan menggunakan
3 lempengan besi berukuran 3x5 cm sebagai anoda dan 3 lempeng alumunium
dengan ukuran yang sama sebagai katoda. Variasi dilakukan pada kuat arus,
waktu elektrokoagulasi dan jarak lempeng elektroda. Jarak elektroda yang
digunakan adalah 2 dan 3 cm. Analisa sampel dilakukan setelah sampel
diendapkan terlebih dahulu selama 30 menit. Dari hasil analisa didapatkan nilai
COD tertinggi mencapai 29,83% terjadi pada menit ke 120, kuat arus 32 A dan
dengan jarak elektroda 2 cm.
Yonna (2017) melakukan penelitian pengolahan limbah cair batik di unit
kegiatan masyarakat rumah batik andalan PT. RAPP dengan menggunakan
metoda elektrokoagulasi dengan ukuran lempengan alumunium yaitu 17x17 cm,
dan ketebalan 3 mm serta jarak antar lempengan yaitu 1 cm. Variasi yang
digunakan terletak pada besarnya tegangan yang digunakan yaitu (10,15, 20 v)
dan waktu kontaknya yaitu (30, 45, 60 menit). Dari hasil analisa didapatkan
tingkat efesiensi terletak pada tegangan 20 v dan waktu kontak selama 60 menit
dengan persentase penghilangan kadar TSS sebesar 99,11% dan didapat
konsentrasi sebesar 11 mg/L.
Novie dkk (2017) melakukan penelitian pengaruh tegangan listrik, jarak
antar elektroda dan waktu kontak terhadap penurunan zat warna remazol red rb
menggunakan metode elektrokoagulasi, dengan variasi tegangan listrik sebesar 10
volt dan 15 volt, jarak elektroda yaitu 2 cm dan 3 cm dan waktu kontak yaitu 0, 10
menit, 20 menit, 40 menit dan 60 menit. Dari hasil analisa didapatkan tingkat
efesiensi terletak pada tegangan 10 volt, jarak 2 cm dan waktu 10 menit dengan
hasil penurunan konsentrasi COD yang awalnya 428 mg/L menjadi 54 mg/L,
penurunan TSS yang awalnya 850 mg/L menjadi 277 mg/L dan penurunan warna
yang pada awalnya sebesar 2733 PtCo menjadi 75,5 PtCo.
3

1.2 Rumusan Masalah


Air merupakan komponen penting dalam kehidupan sehari-hari, khususnya
air bersih. Keterbatasan air bersih menjadi permasalahan di sebagian daerah,
karena itu banyak inovasi tentang pengolahan air. Untuk mengatasi masalah air
bersih dapat dimanfaatkan metode elektrokoagulasi dengan melihat pengaruh
jarak elektroda dan tegangan.

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengkaji pengaruh jarak elektroda terhadap penurunan kadar logam Fe,
kesadahan air, TDS dan pH pada airpayau.
2. Mengkaji pengaruh tegangan terhadap penurunan kadar logam Fe,
kesadahan air, TDS dan menetralkan pH pada airpayau.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat penelitian ini adalah :
1. Mengetahui kinerja proses elektrokoagulasi sebagai salah satu metode
alternatif dalam penjernihan limbah cair.

2. Mengurangi pencemaran air dan meningkatkan jumlah air yang dapat


digunakan melalui pengolahan kembali.

3. Mengatasi permasalahan limbah cair dengan metode pengolahan limbah


yang inovasi, dan efektif sehingga tidak berbahaya bagi ekosistem dan
lingkungan di sekitar

4. Dapat memanfaatkan kembali air yang telah dijernihkan

1.5 Batasan Masalah

Penelitian ini dilakukan dalam skala laboratorium dengan tahap


menjernihkan air payau dengan proses elektrokoagulasi dengan variasi pengaruh
jarak elektroda dan tegangan .Kemudian dilakukan uji Analisa TDS, pH,
kandungan logam Fe dan Kesadahan air.
4

Anda mungkin juga menyukai