473 1652 2 PB
473 1652 2 PB
Pengaruh zonasi dalam kandang closed house terhadap kadar amonia dan
dampaknya pada kualitas daging broiler di musim penghujan
The effect of zonation in closed house on ammonia levels and its impact to
broiler meat quality in rainy season
Renata, T.A. Sarjana , dan S. Kismiati
Departemen Peternakan, Fakultas Peternakan dan Pertanian
Universitas Diponegoro, Semarang, 50275
Submitted: 30 Juli 2018, Accepted: 29 Agustus 2018
ABSTRAK: Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh zonasi dalam kandang terhadap kadar
amonia dan dampaknya pada kualitas daging broiler di musim penghujan. Penelitian dilaksanakan di kan-
dang closed house, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro. Tiga ratus enam puluh
ayam pedaging dibagi menjadi 24 kelompok (4 pelakuan, 6 kelompok penempatan broiler): T1 (Zona 1;
pada posisi inlet kandang), T2 (Zona 2; ¼ dari panjang kandang), T3 (Zona 3; ½ dari panjang kandang);
T4 (Zona 4; ¾ dari panjang kandang). Selama penelitian kadar amonia, suhu, kelembaban, dan kecepatan
angin di dalam dan luar kandang diambil sebagai data yang mendukung pengaruh zonasi pada kadar
amonia dalam kandang dan untuk memperoleh gambaran beberapa faktor yang memiliki kontribusi ter-
hadap kadar amonia. Parameter yang diamati adalah daya ikat air, pH, warna, kadar air, kadar lemak, dan
kadar protein. Hasil penelitian menunjukkan bahwa warna daging paha atas mengalami peningkatan
secara signifikan pada zona dekat outlet (p <0,05), namun daya ikat air dan warna daging paha bawah dan
dada tidak mengalami peningkatan (p>0,05) pada zona dekat outlet, tetapi memiliki warna daging yang
semakin gelap pada zona dekat outlet. pH tidak menunjukkan perbedaan nyata (p>0,05) pada zona dekat
outlet. Kadar air diikuti kadar lemak daging dada tidak menunjukkan perbedaan nyata (p>0,05) akibat
zonasi. Kadar protein daging dada secara signifikan naik (p<0,05) pada zona dekat outlet. Kesimpulan
dari penelitian ini adalah penempatan pada zona mendekati outlet berdampak terhadap peningkatan daya
ikat air, warna, dan protein kasar daging. Meskipun demikian peningkatan pada protein daging pada zona
dekat outlet tidak diikuti dengan massa protein daging yang meningkat.
Corresponding Author: teysar_adi@undip.ac.id
Mikroklimat
Suhu (0C) 31,97 28,48 28,00 27,11
Rh (%) 78,92 86,80 91,24 92,16
Kecepatan Angin 0,02 0,21 1,19 0,98
(m/s)
Ket : Makroklimat berdasarkan data Automatic Weather Stasion FPP, UNDIP
Tabel 2. menunjukkan bahwa produksi menyatakan litter yang basah, lebih cepat
amonia menunjukkan perbedaan nyata memacu proses fermentasi dan meningkat-
(p<0,05) semakin menjauhi inlet – dekat kan produksi NH3. Maliselo dan Nkonde
dengan outlet semakin meningkat. Hal ini (2015) juga berpendapat kelembaban litter
diduga akibat suhu yang semakin mening- yang terlalu tinggi mengakibatkan mening-
kat, pada zona T4 (paling jauh dari inlet, katnya produksi amonia.
paling dekat dengan outlet). Broiler yang Hasil penelitian yang dilaksanakan pa-
dipelihara pada suhu lingkungan yang da musim penghujan ternyata tidak men-
tinggi, mengakibatkan konsumsi air minum jamin suhu yang selalu lebih rendah
yang meningkat, mengakibatkan ekskreta dibandingkan dengan musim kemarau. Hal
cair, litter semakin basah. Litter yang basah ini sesuai data BMKG yang menunjukkan
menyebabkan fermentasi lebih tinggi, se- suhu Semarang pada musimpenghujan tid-
hingga amonia semakin tinggi. Hal ini ak terlalu rendah. Curah hujan yang tinggi,
didukung oleh Kusnadi (2006) yang tidak selalu diikuti dengan suhu yang nya-
menyatakan bahwa konsumsi air minum man untuk broiler hidup, menyebabkan
yang meningkat pada broiler akibat suhu penulis menduga jika suhu tetap ideal un-
lingkungan broiler yang meningkat. Hal ini tuk fermentasi amonia, maka kadar amonia
juga diperkuat oleh pendapat Metasari, dalam kandang tetap tinggi, ditambah
Septinova, dan Wanniatie (2012) yang kelembaban udara yang dihasilkan kan-
dang tinggi baik dari luar kandang maupun Kualitas Daging Ayam Broiler
dalam kandang yang berasal dari cooling Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pad. pengaruh kadar amonia pada kualitas dag-
ing akibat pemberian perlakuan pada
berbagai zona di dalam kandang closed
house dijelaskan pada Tabel 3:
Kadar
Lemak
Kasar Dada 1,308 1,560 1,390 1,453 0,70 0,15
Kadar
Protein Dada 20,598b 20,860b 21,115b 21,847a 0,00 0,19
Kasar
Keterangan : Superskrip berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0,05)
Berdasarkan hasil penelitian menunjuk- Nilai WHC yang tinggi cenderung diikuti
kan nilai WHC pada paha atas menujukkan dengan warna daging yang gelap, karena
peningkatan secara nyata (p<0,05) pada kandungan air dalam daging kurang, me-
zonasi dekat outlet. Tabel diatas nyebabkan kemampuan untuk menyerap
menunjukkan kisaran nilai WHC berada warna meningkat dan membuat warna se-
pada penelitian Hartono, Iriyanti, dan makin gelap. Hal ini diduga karena broiler
Santosa (2013) dengan WHC berkisar pada zona dekat outlet mendapatkan papa-
antara 16,97% - 21,74%. Nilai WHC paha ran amonia yang lebih banyak dan heat
atas pada T1, T2, T3 tidak berbeda nyata, stress index yang signifikan lebih tinggi
sedangkan pada T4 lebih tinggi secara dibandingkan dengan zona yang dekat inlet
nyata dibandingkan dengan T1, T2, T3. (data belum publikasi), sehingga me-
nyebabkan stres panas yang mengakibatkan jauh dari inlet menyebabkan pH daging
stres oksidatif. Hal ini sesuai dengan pen- yang cenderung tinggi karena stres jangka
dapat Lin, Decuypere, dan Buyse (2006) panjang, sehingga menghasilkan warna
yang menyatakan stres panas dapat dapat daging cenderung gelap. Hal ini sesuai
mengubah metabolisme tubuh broiler dan dengan pendapat Suradi (2006) yang
mengakibatkan stres oksidatif. Hal lain juga menyatakan bahwa pH dan WHC memiliki
dikarenakan closed house mengakibatkan pola yang sama.
broiler mengalami stres jangka panjang Warna daging dalam penelitian di-
atau kronik stres sebelum dipotong, sehing- tunjukkan dengan nilai R (red), G (green),
ga daging cenderung DFD (Dry, Firm, dan B (blue). Daging dada tidak menunjuk-
Dark). Hal ini sesuai dengan pendapat kan perbedaan warna yang nyata,
Fletcher (2002); Adzitey dan Nurul (2011) sedangkan pada bagian paha atas dan paha
yang menyatakan stres jangka panjang atau bawah (Blue) menunjukkan perbedaan
kronik stres dapat menyebabkan daging warna yang nyata (p<0,05). Hasil penelitian
memiliki kondisi DFD. Hal ini juga diikuti warna daging pada paha atas menunjukkan
dengan warna daging pada penelitian ini perbedaan warna yang nyata, penempatan
pada paha atas berbeda secara nyata pada dekat outlet menghasilkan warna daging
T4 warna paling gelap. Hal ini sesuai semakin gelap. Hal ini diduga karena nilai
dengan pendapat Suradi (2006) yang WHC paha atas menunjukkan zona dekat
menyatakan bahwa warna daging yang outlet secara nyata lebih gelap dibanding
memiliki WHC tinggi cenderung gelap. zona jauh dari outlet. WHC yang tinggi,
Hasil penelitian menunjukkan, nilai pH menyebabkan kemampuan serat daging
pada bagian dada, paha atas, dan paha untuk memantulkan cahaya akan turun dan
bawah tidak menunjukkan perbedaan yang kemampuan menyerap warna meningkat,
nyata akibat zonasi. Nilai pH lebih tinggi sehingga warna menjadi lebih gelap. Hal ini
dibandingkan standar normal pH daging sesuai dengan pendapat Fletcher (2002)
broiler. Namun nilai pH pada tabel diatas yang menyatakan bahwa WHC tinggi
masih berada pada beberapa penelitian menyebabkan daging berwarna lebih gelap.
dengan pH ≥6,0 (Adzitey dan Nurul, 2011; Hal lain didugakarena kadar amonia dan
Kralik dkk, 2012; Fletcher, 2002). Lebih heat stress index pada zona dekat outlet
lanjut dijelaskan bahwa pH ultimate atau yang tinggi dalam kandang, membuat
pH akhir ≥6,0 memiliki kecendrungan DFD oksigen dalam udara berkurang, yang
dan warna daging penelitian cenderung mengakibatkan stres oksidatif terjadi,
gelap pada paha atas, paha bawah, dan da- sehingga oksigen dalam tubuh berkurang
da. Hal ini sesuai dengan pendapat Adzitey dan katabolisme glikogen meningkat
dan Nurul (2011); Kralik dkk. (2012); menyebabkan asam laktat menumpuk diotot
Fletcher (2002) yang menyatakan pH ulti- daging, dan daging menjadi gelap. Hal ini
mate ≥6,0 cenderung mengahasilkan daging sesuai pendapat Zhang dkk. (2011)
dengan warna gelap. menyatakan aktivitas glikolisis dalam
Nilai pH yang tidak menunjukkan daging meningkatkan produksi asam laktat
perbedaan nyata, diikuti dengan nilai WHC sehingga membuat warna daging gelap.
yang tidak berbeda nyata pada paha bawah Pengaruh zonasi dekat outlet menyebabkan
dan dada. Pada penelitian ini kenaikan nilai warna daging cenderung gelap pada bagian
WHC yang signifikan pada paha atas tidak paha atas dan paha bawah, karena stres
diikuti dengan kenaikan pH yang signif- jangka panjang menghasilkan daging yang
ikan, namun nilai pHcenderung memiliki DFD. Hal ini sesuai dengan pendapat
pola kenaikan pada paha atas. Hal ini Fletcher (2002); Adzitey dan Nurul (2011)
menunjukkan zonasi yang dekat outlet dan
yang menyatakan daging DFD dikarenakan deposisi protein pada broiler, masih lebih
stres panjang atau kronik stres pada broiler. baik pada penempatan zona T1. Hal ini
Berdasarkan hasil penelitian nilai kadar menunjukkan bobot tubuh pada zona T1
air dan lemak kasar daging dada tidak lebih besar dibandingkan dengan T4,
menunjukkan perbedaan yang nyata akibat sehingga menghasilkan massa protein yang
zonasi. Kisaran kadar air pada tabel diatas lebih besar. Hal ini sesuai dengan pendapat
tidak berbeda jauh dari penelitian Estancia Maharani, Suthama, dan Wahyuni (2013)
dkk. (2012) dengan kadar air 75%. Kisaran bobot daging yang lebih besar
lemak kadar pada tabel berada pada kisaran mendoposisikan massa protein daging yang
penelitian Estancia dkk. (2012); Daud lebih besar.
(2006) dengan kisaran 1,8% - 2,12%. Hasil
penelitian menunjukkan kadar air daging KESIMPULAN
dada tidak berbeda nyata, diikuti dengan Penempatan zona yang dekat dengan
nilai kadar lemak daging dada yang tidak outlet mempengaruhi kualitas daging dari
berbeda nyata. Kadar air dan lemak segi WHC yang baik, namun warna daging
memiliki nilai yang berbanding terbalik. lebih gelap, dan protein kasar yang baik,
Terlihat pada penelitian ini nilai kadar air meskipun tidak diikuti massa proteinnya.
pada T1 cenderung lebih tinggi, diikuti Hal ini menunjukkan zonasi dalam kandang
dengan kadar lemak T1 yang lebih rendah closed house terhadap produksi amonia di
(Tabel 3). Hal ini sesuai dengan pendapat musim penghujan berpotensi memberikan
Soeparno (1994); Becker dkk. (1981) yang pengaruh kurang baik pada kualitas daging
menyatakan nilai kadar air dan kadar lemak ayam broiler dari segi warna.
memiliki korelasi negatif. Hal ini
menunjukkan zonasi dekat inlet atau dekat DAFTAR PUSTAKA
outlet belum mempengaruhi kadar air dan Adzitey, F. dan Nurul, H. 2011. Pale soft
kadar lemak kasar daging dada. Penelitian exudative (PSE) and Dark firm dry
ini juga tidak menunjukkan perbedaan (DFD) meats: causes and measures
nyata pada lemak abdominal (data belum to reduce these incidences – a mini
publikasi), penulis menduga pemafaatan review. International Food Re-
kelebihan energi tidak sampai tahapan search Journal, 18 (2011): 11 – 20.
deposisi lemak, sehingga tidak terjadi
penimbunan lemak baik pada lemak kasar AOAC. 1984. Official Method of Analysis
maunpun lemak abdominal. of AOAC. 14th Edition. AOAC Inc.,
Kadar protein kasar bagian dada, Arlington, Virginia.
menunjukkan adanya perbedaan nyata yang
semakin tinggi akibat penempatan pada Apriyantono, A., D. Fardiaz, N.H. Puspita-
zona dekat outlet (p<0,05). Hasil evaluasi sari, Sudarnawati, dan S. Budiyanto.
kadar protein kasar daging pada penelitian 1987. Analisis Pangan. Institut Per-
ini masih berada pada kisaran normal. Hal tanian Bogor Press, Bogor.
ini sesuai hasil penelitian Estancia dkk.
(2012); Campbell dan Lasley (1975) Assad. H.A., E. Widiastuti., dan S. Sugi-
dengan kisaran protein kasar daging dada harto. 2016. Penaruh penambahan
19,3% - 20,6%. Meskipun demikian penulis onggok terfermentasi dan/atau anti-
menduga peningkatan kadar protein kasar biotik dalam ransum terhadap kuali-
pada penempatan zona dekat outlet hanya tas liter dan footpad ayam broiler.
disebabkan variasi individu, karena setelah Prosiding Seminar Nasional Peter-
dianalisis lebih lanjut untuk massa protein nakan Berkelanjutan. Sumedang, 16
daging yang mempresentasikan total November 2016.
Sarjana, T.A., L.D. Mahfudz, M. Rama- Xing, H., S. Luna., Y. Sun., R. Sa., dan H.
dhan, Sugiharto, F. Wahyono, dan Zhang. 2016.Effects of ammonia
S. Sumarsih. 2017. Emisi ammonia exposure on carcass traits and fatty
dan kondisi litter pada kandang acid composition of broiler meat.
ayam broiler sistem terbuka yang Journal Animal Nutrion, 2(2016):
mendapatkan additive berbeda dan 282 -287.
kombinasinya dalam ransum. Semi-
nar Nasional Pengembangan Peter- Zhang, Y.Z., G.Q.Jia, J. J. Zuo, Y. Zhang,
nakan Berkelanjutan, Universitas J. Lei, L. Ren, dan D.Y. Feng.
Padjajaran. Sumedang. 2012.Effects of constant and cyclic
heat stress on muscle metabolism
Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Dag- and meat quality of broiler breast
ing. Gadjah Mada University Press, fillet and thigh meat. Poultry Sci-
Yogyakarta. ence Oxford Academic, 11(91):
2931 – 2937.
Soeparno. 1994. Ilmu dan Teknologi Dag-
ing. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.