Anda di halaman 1dari 9

ISSN : 0852-3681 Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 28 (3): 183 – 191

E-ISSN : 2443-0765 Available online at http://jiip.ub.ac.id

Pengaruh zonasi dalam kandang closed house terhadap kadar amonia dan
dampaknya pada kualitas daging broiler di musim penghujan
The effect of zonation in closed house on ammonia levels and its impact to
broiler meat quality in rainy season
Renata, T.A. Sarjana , dan S. Kismiati
Departemen Peternakan, Fakultas Peternakan dan Pertanian
Universitas Diponegoro, Semarang, 50275
Submitted: 30 Juli 2018, Accepted: 29 Agustus 2018

ABSTRAK: Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh zonasi dalam kandang terhadap kadar
amonia dan dampaknya pada kualitas daging broiler di musim penghujan. Penelitian dilaksanakan di kan-
dang closed house, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro. Tiga ratus enam puluh
ayam pedaging dibagi menjadi 24 kelompok (4 pelakuan, 6 kelompok penempatan broiler): T1 (Zona 1;
pada posisi inlet kandang), T2 (Zona 2; ¼ dari panjang kandang), T3 (Zona 3; ½ dari panjang kandang);
T4 (Zona 4; ¾ dari panjang kandang). Selama penelitian kadar amonia, suhu, kelembaban, dan kecepatan
angin di dalam dan luar kandang diambil sebagai data yang mendukung pengaruh zonasi pada kadar
amonia dalam kandang dan untuk memperoleh gambaran beberapa faktor yang memiliki kontribusi ter-
hadap kadar amonia. Parameter yang diamati adalah daya ikat air, pH, warna, kadar air, kadar lemak, dan
kadar protein. Hasil penelitian menunjukkan bahwa warna daging paha atas mengalami peningkatan
secara signifikan pada zona dekat outlet (p <0,05), namun daya ikat air dan warna daging paha bawah dan
dada tidak mengalami peningkatan (p>0,05) pada zona dekat outlet, tetapi memiliki warna daging yang
semakin gelap pada zona dekat outlet. pH tidak menunjukkan perbedaan nyata (p>0,05) pada zona dekat
outlet. Kadar air diikuti kadar lemak daging dada tidak menunjukkan perbedaan nyata (p>0,05) akibat
zonasi. Kadar protein daging dada secara signifikan naik (p<0,05) pada zona dekat outlet. Kesimpulan
dari penelitian ini adalah penempatan pada zona mendekati outlet berdampak terhadap peningkatan daya
ikat air, warna, dan protein kasar daging. Meskipun demikian peningkatan pada protein daging pada zona
dekat outlet tidak diikuti dengan massa protein daging yang meningkat.

Kata kunci : kualitas daging broiler; ammonia; zonasi; musim penghujan.


ABSTRACT: This experiment was conducted to determine the effect of zonation in closed house on
ammonia levels and its impact on broiler chicken quality in the rainy season. The research was held in
closed house, Faculty of Animal Husbandry and Agriculture, Diponegoro University. Three hundred and
sixty broilers were divided into 24 groups (4 treatment, 6 placement groups of broiler): T1 (Zone 1, at the
inlet position of the cage), T2 (Zone 2; ¼ of the length of the cage), T3 (Zone 3; ½ from the length of the
cage ); T4 (Zone 4; ¾ of the length of the cage). During the study of ammonia levels, the temperature,
humidity, and wind velocity inside and outside the cage were taken to obtain an overview of several fac-
tors that contribute to ammonia levels. The parameters observed were water holding capacity, pH, color,
moisture content, fat content, and protein content. Water holding capacity and the color of the upper thigh
meat increased significantly in the zone near the outlet (p <0.05), but the water holding capacity and the
color of the lower thighs and breast meat did not increase (p> 0.05) in the zone near the outlet, but it has a
darker meat color on the zone near the outlet. The pH did not show any significant difference (p> 0.05) in
the zone near the outlet. Water content followed by fat content of breast meat showed no significant dif-
ference (p> 0.05) due to zoning. Breast protein content significantly increased (p <0.05) in the zone near
the outlet. It was concluded that placement in the zone near outlet had impact on the increase of water
holding capacity, color, and protein content. Nevertheless, an increase in meat protein in the zone near the
outlet is not followed by increased meat protein mass.
Keywords: quality of broiler meat; ammonia; zonation; rainy season.


Corresponding Author: teysar_adi@undip.ac.id

DOI: 10.21776/ub.jiip.2018.028.03.01 183


J. Ilmu-Ilmu Peternakan, Desember 2018, 28(3): 183 – 191

PENDAHULUAN tinggi (Miles, Branton, dan Lott, 2004).


Broiler merupakan ayam yang mem- Kadar amonia yang tinggi pada kandang
iliki produktifitas tinggi sebagai penghasil ayam broiler dapat mempengaruhi perfor-
daging. Broiler merupakan ternak ayam ma ayam broiler. Performa ayam yang
yang mengalami pertumbuhan paling cepat turun dapat mempengaruhi kualitas daging
dibandingkan ternak ayam yang lain, ayam broiler (Assad, Widiastuti, dan Sugi-
dikarenakan hasil budidaya dari teknologi harto, 2016). Closed house mempunyai
maju (Pratikno, 2010). Kelemahan dari zonasi di dalamnya, dimana pada zona 1
pemeliharaan ayam broiler adalah adaptasi dekat dengan cooling pad memiliki suhu
lingkungan yang sulit dan risiko kematian yang lebih rendah dibandingkan dengan
yang tinggi. Indonesia sendiri merupakan zona 4 yang dekat dengan exhaust fan,
negara dengan iklim tropis yang memiliki yang mendapatkan akumulasi panas dari
suhu tinggi dan kelembaban rendah. Broil- zona 1 sampai zona 4. Hal ini menyebab-
er berproduksi maksimal pada suhu 180C - kan perbedaan suhu, kelembaban, dan ka-
220C (Charles, 2002). Suhu lingkungan dar amonia pada closed house.
pada iklim tropis di Indonesia menurut data Musim penghujan juga mempengaruhi
BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi kadar amonia di kandang closed house,
dan Geofisika) berada pada rata – rata 280C dikarenakan kelembaban yang tinggi
– 320C. Suhu lingkungan yang terlalu ting- mengakibatkan amonia dalam kandang
gi dan diikuti kelembaban yang tinggi me- menguap lebih cepat di udara sehingga ka-
myebabkan turunnya produksi. Hal terse- dar amonia di udara lebih besar (William
but membuat dibutuhkannya kandang dan Meijerhof, 1990). Kelembaban yang
closed house untuk mensiasati hal tersebut. tinggi dalam kandang juga menyebabkan
Closed house adalah kandang tertutup sulitnya ayam untuk melepas panas dalam
yang dilengkapi dengan tempat pakan, tubuh apalagi pada periode finisher karena
tempat minum, alat penerangan, sistem ukuran tubuh yang lebih besar, sehingga
pemanas/ brooder, exhaust fan, cooling panas di dalam tubuh terakumulasi dengan
pad, sensor, panel listrik, dan tirai. kadar amonia yang tinggi dalam kandang,
Penggunaan kandang closed house pada berakibat pada stres oksidatif pada ayam
pemeliharaan ayam broiler untuk mengu- dan mempengaruhi kualitas daging.
rangi pengaruh dari suhu di luar kandang Produksi amonia yang ada di dalam kan-
(Sujana, Darana, dan Setiawan, 2011). dang dapat mempengaruhi kualitas daging
Memelihara broiler dalam jumlah banyak ayam broiler. Produksi amonia yang
dalam satu kandangakan menghasilkan berkepanjangan pada kandang ayam broiler
amonia yang cukup tinggi. Amonia adalah tertutup mengakibatkan stress oksidatif
fermentasi asam urat dalam ekskreta. dimana aktivitas radikal bebas melebihi
Amonia terbentuk dari votilisasi ammonia, antioksidan dan mempengaruhi kualitas
kondisi yang mendukung terjadinya daging (Xing dkk., 2016).
votilisasi amonia adalah suhu hangat, Penelitian ini bertujuan untuk menge-
kelembabab, dan pH yang normal namun tahui pengaruh zonasi pada kandang closed
cenderung sedikit tinggi (Sarjana dkk. house terhadap produksi amonia dan dam-
2017). Gas amonia yang dihasilkan dalam paknya pada kualitas daging broiler di
kandang berasal dari hasil fermentasi anta- musim penghujan. Manfaat dari penelitian
ra ekskreta dan litter kandang yang men- adalah memberikan informasi pengaruh
galami dekomposisi menjadi urea (Pereira, zonasi dalam kandang dan dampaknya pa-
2017). Kadar amonia yang tinggi da produksi amonia dan kualitas daging
mempengaruhi perfoma ayam, meningkat- broiler.
kan kerentanan penyakit dan mortalitas

DOI: 10.21776/ub.jiip.2018.028.03.01 184


J. Ilmu-Ilmu Peternakan, Desember 2018, 28(3): 183 – 191

MATERI DAN METODE dianalisis ragam dengan menggunakan


Materi yang digunakan dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan
penelitian ini meliputi broiler sebanyak 360 program SAS 9.1 (Statistical Analysis Sys-
ekor DOC unsex yang dipelihara selama 28 tem). Jika terdapat perbedaan yang signif-
hari dengan rata – rata bobot badan awal ikan antar perlakuan dilanjutkan dengan
44,80± 1,66 g. Peralatan yang digunakan Uji Duncan dengan taraf 5%.
antara lain ammonia detector untuk men- Metode pengujian WHC pada daging
gukur kadar amonia, thermohygrometer ayam dilakukan dengan prosedur yang di-
untuk mengukur suhu dan kelembaban, jelaskan oleh Barbut (1993), nilai pH
timbangan gantung untuk mengukur bobot diukur dengan pH meter sesuai prosedur
badan ayam,timbangan analitik untuk men- oleh Soeparno (2005), pengujian warna
imbang karkas dan daging, jaring untuk daging dilakukan pengambilan gambar
membagi zona antar kandang, pisau dan daging, bagian paha atas, paha bawah, dan
gunting untuk prosessing. dada, kemudian hasil digital imaging di-
Tahapan penelitian meliputi tiga tahap analisis. Tingkatan gelap warna daging
yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan ditentukan berdasarkan nilai RGB digital
dan tahap pengolahan data. Tahap per- imaging yang diambil dan diamati dengan
siapan penelitian meliputi persiapan kan- program Photoshop CS6 Portable. Hasil
dang dan peralatan yang akan digunakan. nilai digital imaging menunjukkan hasil
Ayam yang digunakan diambil dari kan- warna daging, semakin tinggi nilai RGB
dang closed house Fakultas Peternakan dan warna daging semakin terang. Pengujian
Pertanian, Universitas Diponegoro, Sema- kadar air dilakukan dengan prosedur yang
rang. Persiapan selanjutnya adalah per- dijelaskan oleh Sudarmadji, Haryono, dan
siapan kandang untuk pengamatan, penga- Suhardi (1989), pengujian kadar lemak dil-
daan amoniameter untuk mengukur kadar akukan sesuai metode yang dijelaskan oleh
amonia dalam kandang, thermohygrometer Apriyantono dkk. (1987), pengujian kadar
untuk mengukur suhu dan kelembaban da- protein dilakukan sesuai metode yang di-
lam dan luar kandang. Kondisi Makro- jelaskan oleh AOAC (1984). Pada
mikroklimat kandang selama penelitian penelitian ini data massa protein daging
dapat dilihat pada Tabel 1. Nilai heat stress dada juga dihitung sebagai data pen-
index juga dihitung sebagai data pen- dukung, untuk memperoleh gambaran
dukung untuk mengetahui tingkat stress tingkat deposisi protein, berdasarkan
pada broiler. Heat stress index dihitung standar kalkulasi daging dan tulang dari
dengan menjumlahkan suhu dalam satuan penelitian Hayse dan Marion (1973)
Farenheit dan kelembaban udara dalam dengan nilai 2,43.
persen.
Rancangan percobaan yang digunakan
adalah rancangan acak kelompok (RAK).
Pengelompokan berdasarkan zonasi dalam
kandang closed house, yang terdiri dari 4
perlakuan dan 6 kelompok penempatan
broiler, terdapat 24 unit percobaan. Param-
eter yang diamati dalam penelitian ini ada-
lah kualitas daging yaitu Water Holding
Capacity (WHC), pH daging, warna dag-
ing, kadar air, kadar lemak kasar, dan ka-
dar protein kasar diukur melalui prosedur
analisis proksimat. Data yang diperoleh

DOI: 10.21776/ub.jiip.2018.028.03.01 185


J. Ilmu-Ilmu Peternakan, Desember 2018, 28(3): 183 – 191

Tabel 1. Rata-rata kondisi makro-mikroklimat kandang selama penelitian


Minggu ke-
Makroklimat
I II III IV
0
Suhu ( C) 26,23 25,38 25,76 25,20
Rh (%) 83,24 89,47 89,85 91,88
CurahHujan 131,20 109,60 111,80 147,60
Mingguan (mm)
Radiasi (W/m2) 182,50 163,02 105,47 109,13

Mikroklimat
Suhu (0C) 31,97 28,48 28,00 27,11
Rh (%) 78,92 86,80 91,24 92,16
Kecepatan Angin 0,02 0,21 1,19 0,98
(m/s)
Ket : Makroklimat berdasarkan data Automatic Weather Stasion FPP, UNDIP

HASIL DAN PEMBAHASAN berbagai zona di dalam kandang closed


Produksi Amonia house dijelaskan pada Tabel 2:
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
produksi amonia akibat perlakuan pada

Tabel 2. Produksi amonia berdasarkan masing-masing zona


Perlakuan
Parameter
T1 T2 T3 T4
Amonia (ppm) 1,57d 3,17c 5,13b 6,22a
Keterangan :Superskrip berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0,05)

Tabel 2. menunjukkan bahwa produksi menyatakan litter yang basah, lebih cepat
amonia menunjukkan perbedaan nyata memacu proses fermentasi dan meningkat-
(p<0,05) semakin menjauhi inlet – dekat kan produksi NH3. Maliselo dan Nkonde
dengan outlet semakin meningkat. Hal ini (2015) juga berpendapat kelembaban litter
diduga akibat suhu yang semakin mening- yang terlalu tinggi mengakibatkan mening-
kat, pada zona T4 (paling jauh dari inlet, katnya produksi amonia.
paling dekat dengan outlet). Broiler yang Hasil penelitian yang dilaksanakan pa-
dipelihara pada suhu lingkungan yang da musim penghujan ternyata tidak men-
tinggi, mengakibatkan konsumsi air minum jamin suhu yang selalu lebih rendah
yang meningkat, mengakibatkan ekskreta dibandingkan dengan musim kemarau. Hal
cair, litter semakin basah. Litter yang basah ini sesuai data BMKG yang menunjukkan
menyebabkan fermentasi lebih tinggi, se- suhu Semarang pada musimpenghujan tid-
hingga amonia semakin tinggi. Hal ini ak terlalu rendah. Curah hujan yang tinggi,
didukung oleh Kusnadi (2006) yang tidak selalu diikuti dengan suhu yang nya-
menyatakan bahwa konsumsi air minum man untuk broiler hidup, menyebabkan
yang meningkat pada broiler akibat suhu penulis menduga jika suhu tetap ideal un-
lingkungan broiler yang meningkat. Hal ini tuk fermentasi amonia, maka kadar amonia
juga diperkuat oleh pendapat Metasari, dalam kandang tetap tinggi, ditambah
Septinova, dan Wanniatie (2012) yang kelembaban udara yang dihasilkan kan-

DOI: 10.21776/ub.jiip.2018.028.03.01 186


J. Ilmu-Ilmu Peternakan, Desember 2018, 28(3): 183 – 191

dang tinggi baik dari luar kandang maupun Kualitas Daging Ayam Broiler
dalam kandang yang berasal dari cooling Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pad. pengaruh kadar amonia pada kualitas dag-
ing akibat pemberian perlakuan pada
berbagai zona di dalam kandang closed
house dijelaskan pada Tabel 3:

Tabel 3. Kualitas Daging Broiler Akibat Perlakuan Zonasi


Perlakuan
P SE
Parameter T1 T2 T3 T4
ab c
WHC Paha Atas 20,930 14,275 18,427bc 24,527a 0,00 0,19
Paha Bawah 19,752 18,313 19,457 20,327 0,92 0,28
Dada 17,013 12,316 18,023 16,74 0,06 0,18
pH Paha Atas 6,660 6,617 6,650 6,683 0,83 0,05
Paha Bawah 6,583 6,600 6,853 6,700 0,76 0,08
Dada 6,617 6,200 6,217 6,317 0,52 0,07
ab a
Warna Paha Atas Red 154,50 166,83 144,667c 129,50c 0,00 6,46
ab a
Green 111,33 123,66 100,167a 86,000c 0,00 0,31
Blue 100,00ab 105,80a 86,500bc 75,167c 0,00 0,30
Paha Bawah Red 153,600 135,000 127,830 130,330 0,29 0,43
Green 103,750 87,670 67,330 87,830 0,15 0,63
Blue 108,80a 73,670ab 49,170b 75,330ab 0,01 0,06
Dada Red 141,330 151,000 137,330 139,000 0,63 0,34
Green 99,670 113,330 98,500 85,000 0,24 0,47
Blue 81,830 81,000 83,330 68,000 0,43 0,50
Kadar
Air Dada 79,150 79,433 79,850 76,017 0,13 2,21

Kadar
Lemak
Kasar Dada 1,308 1,560 1,390 1,453 0,70 0,15

Kadar
Protein Dada 20,598b 20,860b 21,115b 21,847a 0,00 0,19
Kasar
Keterangan : Superskrip berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (p<0,05)

Berdasarkan hasil penelitian menunjuk- Nilai WHC yang tinggi cenderung diikuti
kan nilai WHC pada paha atas menujukkan dengan warna daging yang gelap, karena
peningkatan secara nyata (p<0,05) pada kandungan air dalam daging kurang, me-
zonasi dekat outlet. Tabel diatas nyebabkan kemampuan untuk menyerap
menunjukkan kisaran nilai WHC berada warna meningkat dan membuat warna se-
pada penelitian Hartono, Iriyanti, dan makin gelap. Hal ini diduga karena broiler
Santosa (2013) dengan WHC berkisar pada zona dekat outlet mendapatkan papa-
antara 16,97% - 21,74%. Nilai WHC paha ran amonia yang lebih banyak dan heat
atas pada T1, T2, T3 tidak berbeda nyata, stress index yang signifikan lebih tinggi
sedangkan pada T4 lebih tinggi secara dibandingkan dengan zona yang dekat inlet
nyata dibandingkan dengan T1, T2, T3. (data belum publikasi), sehingga me-

DOI: 10.21776/ub.jiip.2018.028.03.01 187


J. Ilmu-Ilmu Peternakan, Desember 2018, 28(3): 183 – 191

nyebabkan stres panas yang mengakibatkan jauh dari inlet menyebabkan pH daging
stres oksidatif. Hal ini sesuai dengan pen- yang cenderung tinggi karena stres jangka
dapat Lin, Decuypere, dan Buyse (2006) panjang, sehingga menghasilkan warna
yang menyatakan stres panas dapat dapat daging cenderung gelap. Hal ini sesuai
mengubah metabolisme tubuh broiler dan dengan pendapat Suradi (2006) yang
mengakibatkan stres oksidatif. Hal lain juga menyatakan bahwa pH dan WHC memiliki
dikarenakan closed house mengakibatkan pola yang sama.
broiler mengalami stres jangka panjang Warna daging dalam penelitian di-
atau kronik stres sebelum dipotong, sehing- tunjukkan dengan nilai R (red), G (green),
ga daging cenderung DFD (Dry, Firm, dan B (blue). Daging dada tidak menunjuk-
Dark). Hal ini sesuai dengan pendapat kan perbedaan warna yang nyata,
Fletcher (2002); Adzitey dan Nurul (2011) sedangkan pada bagian paha atas dan paha
yang menyatakan stres jangka panjang atau bawah (Blue) menunjukkan perbedaan
kronik stres dapat menyebabkan daging warna yang nyata (p<0,05). Hasil penelitian
memiliki kondisi DFD. Hal ini juga diikuti warna daging pada paha atas menunjukkan
dengan warna daging pada penelitian ini perbedaan warna yang nyata, penempatan
pada paha atas berbeda secara nyata pada dekat outlet menghasilkan warna daging
T4 warna paling gelap. Hal ini sesuai semakin gelap. Hal ini diduga karena nilai
dengan pendapat Suradi (2006) yang WHC paha atas menunjukkan zona dekat
menyatakan bahwa warna daging yang outlet secara nyata lebih gelap dibanding
memiliki WHC tinggi cenderung gelap. zona jauh dari outlet. WHC yang tinggi,
Hasil penelitian menunjukkan, nilai pH menyebabkan kemampuan serat daging
pada bagian dada, paha atas, dan paha untuk memantulkan cahaya akan turun dan
bawah tidak menunjukkan perbedaan yang kemampuan menyerap warna meningkat,
nyata akibat zonasi. Nilai pH lebih tinggi sehingga warna menjadi lebih gelap. Hal ini
dibandingkan standar normal pH daging sesuai dengan pendapat Fletcher (2002)
broiler. Namun nilai pH pada tabel diatas yang menyatakan bahwa WHC tinggi
masih berada pada beberapa penelitian menyebabkan daging berwarna lebih gelap.
dengan pH ≥6,0 (Adzitey dan Nurul, 2011; Hal lain didugakarena kadar amonia dan
Kralik dkk, 2012; Fletcher, 2002). Lebih heat stress index pada zona dekat outlet
lanjut dijelaskan bahwa pH ultimate atau yang tinggi dalam kandang, membuat
pH akhir ≥6,0 memiliki kecendrungan DFD oksigen dalam udara berkurang, yang
dan warna daging penelitian cenderung mengakibatkan stres oksidatif terjadi,
gelap pada paha atas, paha bawah, dan da- sehingga oksigen dalam tubuh berkurang
da. Hal ini sesuai dengan pendapat Adzitey dan katabolisme glikogen meningkat
dan Nurul (2011); Kralik dkk. (2012); menyebabkan asam laktat menumpuk diotot
Fletcher (2002) yang menyatakan pH ulti- daging, dan daging menjadi gelap. Hal ini
mate ≥6,0 cenderung mengahasilkan daging sesuai pendapat Zhang dkk. (2011)
dengan warna gelap. menyatakan aktivitas glikolisis dalam
Nilai pH yang tidak menunjukkan daging meningkatkan produksi asam laktat
perbedaan nyata, diikuti dengan nilai WHC sehingga membuat warna daging gelap.
yang tidak berbeda nyata pada paha bawah Pengaruh zonasi dekat outlet menyebabkan
dan dada. Pada penelitian ini kenaikan nilai warna daging cenderung gelap pada bagian
WHC yang signifikan pada paha atas tidak paha atas dan paha bawah, karena stres
diikuti dengan kenaikan pH yang signif- jangka panjang menghasilkan daging yang
ikan, namun nilai pHcenderung memiliki DFD. Hal ini sesuai dengan pendapat
pola kenaikan pada paha atas. Hal ini Fletcher (2002); Adzitey dan Nurul (2011)
menunjukkan zonasi yang dekat outlet dan

DOI: 10.21776/ub.jiip.2018.028.03.01 188


J. Ilmu-Ilmu Peternakan, Desember 2018, 28(3): 183 – 191

yang menyatakan daging DFD dikarenakan deposisi protein pada broiler, masih lebih
stres panjang atau kronik stres pada broiler. baik pada penempatan zona T1. Hal ini
Berdasarkan hasil penelitian nilai kadar menunjukkan bobot tubuh pada zona T1
air dan lemak kasar daging dada tidak lebih besar dibandingkan dengan T4,
menunjukkan perbedaan yang nyata akibat sehingga menghasilkan massa protein yang
zonasi. Kisaran kadar air pada tabel diatas lebih besar. Hal ini sesuai dengan pendapat
tidak berbeda jauh dari penelitian Estancia Maharani, Suthama, dan Wahyuni (2013)
dkk. (2012) dengan kadar air 75%. Kisaran bobot daging yang lebih besar
lemak kadar pada tabel berada pada kisaran mendoposisikan massa protein daging yang
penelitian Estancia dkk. (2012); Daud lebih besar.
(2006) dengan kisaran 1,8% - 2,12%. Hasil
penelitian menunjukkan kadar air daging KESIMPULAN
dada tidak berbeda nyata, diikuti dengan Penempatan zona yang dekat dengan
nilai kadar lemak daging dada yang tidak outlet mempengaruhi kualitas daging dari
berbeda nyata. Kadar air dan lemak segi WHC yang baik, namun warna daging
memiliki nilai yang berbanding terbalik. lebih gelap, dan protein kasar yang baik,
Terlihat pada penelitian ini nilai kadar air meskipun tidak diikuti massa proteinnya.
pada T1 cenderung lebih tinggi, diikuti Hal ini menunjukkan zonasi dalam kandang
dengan kadar lemak T1 yang lebih rendah closed house terhadap produksi amonia di
(Tabel 3). Hal ini sesuai dengan pendapat musim penghujan berpotensi memberikan
Soeparno (1994); Becker dkk. (1981) yang pengaruh kurang baik pada kualitas daging
menyatakan nilai kadar air dan kadar lemak ayam broiler dari segi warna.
memiliki korelasi negatif. Hal ini
menunjukkan zonasi dekat inlet atau dekat DAFTAR PUSTAKA
outlet belum mempengaruhi kadar air dan Adzitey, F. dan Nurul, H. 2011. Pale soft
kadar lemak kasar daging dada. Penelitian exudative (PSE) and Dark firm dry
ini juga tidak menunjukkan perbedaan (DFD) meats: causes and measures
nyata pada lemak abdominal (data belum to reduce these incidences – a mini
publikasi), penulis menduga pemafaatan review. International Food Re-
kelebihan energi tidak sampai tahapan search Journal, 18 (2011): 11 – 20.
deposisi lemak, sehingga tidak terjadi
penimbunan lemak baik pada lemak kasar AOAC. 1984. Official Method of Analysis
maunpun lemak abdominal. of AOAC. 14th Edition. AOAC Inc.,
Kadar protein kasar bagian dada, Arlington, Virginia.
menunjukkan adanya perbedaan nyata yang
semakin tinggi akibat penempatan pada Apriyantono, A., D. Fardiaz, N.H. Puspita-
zona dekat outlet (p<0,05). Hasil evaluasi sari, Sudarnawati, dan S. Budiyanto.
kadar protein kasar daging pada penelitian 1987. Analisis Pangan. Institut Per-
ini masih berada pada kisaran normal. Hal tanian Bogor Press, Bogor.
ini sesuai hasil penelitian Estancia dkk.
(2012); Campbell dan Lasley (1975) Assad. H.A., E. Widiastuti., dan S. Sugi-
dengan kisaran protein kasar daging dada harto. 2016. Penaruh penambahan
19,3% - 20,6%. Meskipun demikian penulis onggok terfermentasi dan/atau anti-
menduga peningkatan kadar protein kasar biotik dalam ransum terhadap kuali-
pada penempatan zona dekat outlet hanya tas liter dan footpad ayam broiler.
disebabkan variasi individu, karena setelah Prosiding Seminar Nasional Peter-
dianalisis lebih lanjut untuk massa protein nakan Berkelanjutan. Sumedang, 16
daging yang mempresentasikan total November 2016.

DOI: 10.21776/ub.jiip.2018.028.03.01 189


J. Ilmu-Ilmu Peternakan, Desember 2018, 28(3): 183 – 191

er. Jurnal Ilmiah Peternakan,1(1):


Barbut, S. 1993. Colour measurements for 10 – 19.
evaluating the pale soft exudative
(PSE) occurrence in turkey meat. Hayse, P.L. dan W.W. Marion. 1973. Evis-
Journal Food Research Interna- cerated yield, component parts, and
tional, 1 (26): 39 – 43. meat skin and bone rations in the
chicken broiler. Poultry Science
Becker, W.A., J.V. Spencer, L.W. Mirosh, Journal, 2(52) : 718 – 722.
dan J.A.Verstrate. 1981. Abdominal
and carcass fat in five broiler strain. Kralik, G., I. Djurkin, Z. Kralik, Z. Skrtic,
Poultry Science Journal, 4 (60): 693 dan Z. Radisic. 2014. Quality indi-
– 697. cators of broiler breast meat in rela-
tion to colour. Animals Science Pa-
Campbell, J. R., and Lesley, J. F.. 1975. pers and Reports, Institute of Genet-
The Science of Animal That Serve ics and Animal Breeding, Ja-
Mankind. Tata McGraw-Hill Pub- strzębiec, Poland, 2(32): 173 -178.
lishing Company Limited. New
Delhi. Kusnadi, E. 2006. Suplementasi vitamin c
sebagai penangkal cekaman panas
Charles, D. R. 2002. Responses to the pada ayam broiler. JITV, 4(11): 249
thermal environment. In Poultry – 253.
Environment Problem, A guide to
solution. Nottingham University Lin, H., E. Decuypere, dan J. Buyse. 2006.
Press, Nottingham, United King- Acute heat stress incudes oxidative
dom. stress in broiler chickens. Journal
Comparative Biochemistry and Phys-
Daud, M. 2006. Persentase dan Kualitas iology, 144(2006): 11 – 17.
Karkas Ayam Pedaging yang Diberi
Probiotik dan Prebiotik dalam Ran- Maharani, P., N. Suthama, dan H.I.
sum. Jurnal Ilmu Ternak, 6(2): 126 Wahyuni. 2013. Massa kalsium dan
– 131. protein daging pada ayam arab pete-
lur yang diberi ransum menggunakan
Estancia, K., Isroli, Nurwantoro. 2012. Azolla microphylla. Animal Agricul-
Pengaruh pemberian ekstrak kunyit ture Journal, 1(2): 18 – 27.
(Curcuma demostica) terhadap ka-
dar air, protein, dan lemak daging Maliselo, P.S., dan G.K. Nkonde. 2015.
ayam broiler. Animal Agriculture Amonia production in poultry houses
Journal, 1(2): 31 – 39. and its effect on the growth of gallus
gallus domestica (broiler chickens): a
Fletcher, D.L. 2002. Poultry meat quality. case study of a small scale poultry
World Poultry Science Journal, 2 house in Riverside, Kitwem Zambia.
(58) : 131 – 145. International Journal of Scientific
and Technology Research, 4(4): 141
Hartono, E., N. Iriyanti, dan R.S.S. Santosa. – 145.
2013. Penggunaan pakan fungsional
terhadap daya ikat air, susut masak, Metasari, T. D. Septinova, dan V.
dan keempukan daging ayam broil- Wanniatie. 2012. Pengaruh berbagai
jenis bahan litter terhadap kualitas

DOI: 10.21776/ub.jiip.2018.028.03.01 190


J. Ilmu-Ilmu Peternakan, Desember 2018, 28(3): 183 – 191

litter broiler fase finisher di closed Seminar Nasional Teknologi Peter-


house. Jurnal Ilmiah Peternakan nakan dan Veteriner : 362 – 366.
Terpadu, 3(2): 23 – 29.
Suradi, K. 2006. Perubahan Sifat Fisik
Miles, D.M., S. L. Branton, dan B.D. Lott. Daging Ayam Broiler Post Mortem
2004. Atmospheric ammonia is Selama Penyimpanan Temperatur
detrimental to the performance of Ruang. Jurnal Ilmu Ternak, 6(1): 23
modern commercial broilers. Journal – 27.
Poultry Science, 10(83): 1650 – 1654.
Sudarmadji, S. Haryono, dan Suhardi.
Pereira, J.L.S. 2017. Assessment of ammo- 1989. Prosedur Analisis untuk Ba-
nia and greenhouse gas emissions han Makanan dan Pertanian. Liber-
from broiler houses in Portugal. At- ty, Yogyakarta.
mospheric Pollutiongogo Research,
8(2017): 949 – 955. William, D.W. dan R. Meijerhof. 1990. The
Effect of Different Levels of Rela-
Pratikno, H. 2010. Pengaruh ekstrak kunyit tive Humidity and Air Movement
(Curcuma Domestica Vahl) ter- on Litter Conditions, Ammonia
hadap bobot badan ayam broiler Levels, Growth, and Carcass Quali-
(Gallus Sp). Buletin Anatomi dan ty for Broiler Chickens. Journal
Fisologi, 18(2): 39-46. Poultry Science, 70 : 746- 755.

Sarjana, T.A., L.D. Mahfudz, M. Rama- Xing, H., S. Luna., Y. Sun., R. Sa., dan H.
dhan, Sugiharto, F. Wahyono, dan Zhang. 2016.Effects of ammonia
S. Sumarsih. 2017. Emisi ammonia exposure on carcass traits and fatty
dan kondisi litter pada kandang acid composition of broiler meat.
ayam broiler sistem terbuka yang Journal Animal Nutrion, 2(2016):
mendapatkan additive berbeda dan 282 -287.
kombinasinya dalam ransum. Semi-
nar Nasional Pengembangan Peter- Zhang, Y.Z., G.Q.Jia, J. J. Zuo, Y. Zhang,
nakan Berkelanjutan, Universitas J. Lei, L. Ren, dan D.Y. Feng.
Padjajaran. Sumedang. 2012.Effects of constant and cyclic
heat stress on muscle metabolism
Soeparno. 2005. Ilmu dan Teknologi Dag- and meat quality of broiler breast
ing. Gadjah Mada University Press, fillet and thigh meat. Poultry Sci-
Yogyakarta. ence Oxford Academic, 11(91):
2931 – 2937.
Soeparno. 1994. Ilmu dan Teknologi Dag-
ing. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.

Sujana, E., S. Darana, dan L. Setiawan.


2011. Implementasi teknologi semi
closed – house system pada perfor-
man ayam broiler di test farm sus-
tainable livestock techno park,
kampus Fakultas Peternakan Uni-
versitas Padjadjaran, Jatinangor.

DOI: 10.21776/ub.jiip.2018.028.03.01 191

Anda mungkin juga menyukai