Pengantar arsitektur
Da184102
Kelas b
Nama : Nadia Devi Pancaranti
Nrp 5013201014
Estetika
Nilai Estetika dalam arsitektur dapat dilihat secara obyektif dan subyektif. Disetujui
obyektif karena keindahan yang dipandang berasal dari bendanya. Sehingga dalam
perancangannya mungkin memerlukan beberapa orang untuk menyetujui benda tersebut
memiliki keindahan. Namun estetika dapat juga dinilai subyektif karena setiap orang
sebenarnya memiliki aprioni terhadap apa itu estetika. Sehingga penilaian seseorang
terhadap estetika mungkin akan berbeda sesuai cita rasanya masing-masing.
Unsur yang memengaruhi estetika diantaranya unity, yang terdiri dari unity in
diversity, ritme, dan harmoni. Unity berarti kesatuan yang dapat dibentuk dari kesimetrisan
obyek. Namun permainan dalam bentuk dimungkinkan sehingga terjadi keseimbangan
asimetris untuk menampilkan nilai estetika yang khas. Permainan tersebut tersusun scara
dinamis sehingga dimungkinkan terjadi pengulangan yang disebut ritme. Apabila ritme
tersebut membentuk sebuah aliran, maka hadirlah unsur pembentuk nilai kesatuan
berikutnya yaitu harmony.
Selain unity ada juga dominance dan balance. Dominance berhubungan dengan focal
point yang berusaha dihadirkan oleh si arsitek kepada karyanya. Penonjolan itu akan
berhubungan dengan bagaimana karya tersebut dipandang dan ditangkap pengamat.
Dominance tak selalu ekstrim, namun biasanya berupa elemen yang memiliki bobot visual
paling berat. Kemudian balance adalah bagaimana arsitektur memiliki keseimbangan bobot
visual. Tak harus berupa kesimetrisan. Namun bagaimana antara dua sisi yang dipisahkan
oleh sumbu khayal dapat terisi.
Unsur
Unsur/ substansi dalam arsitektur ada dua, yaitu physical subtances, dan ephemeral
subtances. Physical subtances meliputi sesuatu yang terlihat. Seperti massa, struktur,
material, dan surface. Sementara ephemeral subtances meliputi sesuatu yang tidak terlihat
meliputi space, scale, light, movement. Pada suatu karyas arsitektur, semua unsur pasti dapat
ditemukan, namun mungkin ada beberapa unsur yang sengaja ditonjolkan. Ketika masih
dirancang, seorang arsitek akan melalui pemikiran dan perhitungan dari ke-delapan unsur
tersebut untuk dapat dihadirkan pada arsitektur.
Massa dalam arsitektur yang dalam kehadiran bisa diperhatikan dari kepadatan
volumetrik. Dinilai dari beratnya yang berhubungan dengan gaya grafitasi. Kemudian apabila
dihubungkan dengan estetika, massa dapat dihubungkan dengan masa yang diangkat.
Surface atau permukaan. Memiliki pengaruh penting karena merupakan hal pertama
yang akan dilihat. Karena surface adalah apa yang tampak di luar, surface dapat
merepresentasikan pesan atau emosi dari sebuah arsitektur. Dalam unsur ini mungkin sekali
untuk hadir aspek kesimetrisan atau keseimbangan. Suatu bangunan dapat tampil simetris
dengan dinamika pengulangan, atau asimetris dengan dinamika bentuk yang termodifikasi.
Tak hanya dari bentuk, namun juga dapat dihadirkan melalui permainan material.
Material. Dapat berupa natural atau artificial. Tiap material juga akan menghadirkan
ekspresi dan kesan dalam arsitektur. Seiring dengan perkembangan ilmu teknologi, material
yang digunakan juga makin beragam. Mungkin dalam arsitektur tradisional, lebih sering
menggunakan elemen alam seperti kayu dan bata. Kemudian dalam arsitektur kuno, mungkin
akan sering ditemui dengan material alam yang lebih sederhana seperti batu. Di era modern
ini, hadir smart material dimana setiap material dapat berasal dari modifikasi suatu bahan
yang memiliki tujuan untuk menghadirkan ekspresi pada arsitektur.
Space atau ruang, merupakan panggung dari aktivitas manusia sebagai wadah dari
aktivitas manusianya. Unsur ini dirasakan melalui kepekaan. Bagaimana rasa yang hadir pada
suatu ruang. Bagaimana juga seorang pengamat dapat merasakan flow dan experience dalam
ruang tersebut.
Scale atau skala. Merupakan bagaimana ukuran atau tinggi rendah suatu arsitektur.
Suatu banunan mungkin akan menghadirkan ekspresi yang berbeda ketika atapnya
ditinggikan. Dalam unsur ini juga berhubungan dengan proporsi. Bagaimana
mengkolaborasikan tiap bentuk dengan berbagai ukuran sehingga dapat menghadirkan kesan
kepada manusianya.
Light, dapat berasal dari aspek natural dan artificial. Natural tentu saja berasal dari
cahaya matahari, sedangkan bentuk artificial berasal dari cahaya buatan seperti lampu. Unsur
ini tak hanya terpaku pada bagaimana suatu ruang atau arsitektur dapat terlihat terang.
Namun lebih ke nilai gelap terang. Ruang atau bangunan yang gelap pun juga tak lepas dari
unsur cahaya. Karena dari keadaan gelap tersebut, hadir sebuah experience dari manusia
dengan ruang itu sendiri.
Movement. Bukan soal denah, namun bagaimana flow dan pergerakan dari user atau
manusia di sebuah ruang. Aspek ini menghubungkan sisi fungsionalitas dari tiap ruang dalam
arsitektur. Aktivitas atau kegiatan apa yang dapat dilakukan atau dirasakan dari suatu ruang
termasuk dalam unsur ini.