Anda di halaman 1dari 55

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN

DENGAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN

Disusun oleh:

1. Rianita Neni C 08.0601.0094


2. Vina Widayanti 08.0601.0102
3. Heni Lestiani 08.0601.0105
4. Fatmawati 08.0601.0113
5. Mirsa Sofiana 08.0601.0114
6. Anend Ozzy D 08.0601.0121

PROGRAM STUDI D3-KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2010
GAGAL GINJAL KRONIS

I. DEFINISI
 Merupakan penyakit ginjal tahap akhir.
 Progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit
sehingga terjadi uremia.
( SmeltzerC, Suzanne, 2002 hal 1448)

II. ETIOLOGI
 Diabetus mellitus
 Glumerulonefritis kronis
 Pielonefritis
 Hipertensi tak terkontrol
 Obstruksi saluran kemih
 Penyakit ginjal polikistik
 Gangguan vaskuler
 Lesi herediter
 Agen toksik (timah, kadmium, dan merkuri)
( SmeltzerC, Suzanne, 2002 hal 1448)

III. PATOFISIOLOGI
 Penurunan GFR
Penurunan GFR dapat dideteksi dengan mendapatkan urin 24 jam untuk
pemeriksaan klirens kreatinin. Akibt dari penurunan GFR, maka klirens
kretinin akan menurun, kreatinin akn meningkat, dan nitrogen urea darh
(BUN) juga akan meningkat.
 Gangguan klirens renal
Banyak maslah muncul pada gagal ginjal sebagai akibat dari penurunan
jumlah glumeruli yang berfungsi, yang menyebabkan penurunan klirens
(substansi darah yang seharusnya dibersihkan oleh ginjal)
 Retensi cairan dan natrium
Ginjal kehilangan kemampuan untuk mengkonsentrasikan atau
mengencerkan urin secara normal. Terjadi penahanan cairan dan natrium;
meningkatkan resiko terjadinya edema, gagal jantung kongestif dan
hipertensi.
 Anemia
Anemia terjadi sebagai akibat dari produksi eritropoetin yang tidak adequate,
memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi, dan kecenderungan
untuk terjadi perdarahan akibat status uremik pasien, terutama dari saluran
GI.
 Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat
Kadar serum kalsium dan fosfat tubuh memiliki hubungan yang saling timbal
balik, jika salah satunya meningkat, yang lain akan turun. Dengan
menurunnya GFR, maka terjadi peningkatan kadar fosfat serum dan
sebaliknya penurunan kadar kalsium. Penurunan kadar kalsium ini akan
memicu sekresi paratormon, namun dalam kondisi gagal ginjal, tubuh tidak
berespon terhadap peningkatan sekresi parathormon, akibatnya kalsium di
tulang menurun menyebabkab perubahan pada tulang dan penyakit tulang.
 Penyakit tulang uremik(osteodistrofi)
Terjadi dari perubahan kompleks kalsium, fosfat, dan keseimbangan
parathormon.
( SmeltzerC, Suzanne, 2002 hal 1448)

IV. MANIFESTASI KLINIK


 Kardiovaskuler
- Hipertensi
- Pitting edema
- Edema periorbital
- Pembesaran vena leher
- Friction rub perikardial
 Pulmoner
- KrekelS
- Nafas dangkal
- Kusmaul
- Sputum kental dan liat
 Gastrointestinal
- Anoreksia, mual dan muntah
- Perdarahan saluran GI
- Ulserasi dan perdarahan pada mulut
- Konstipasi / diare
- Nafas berbau amonia
 Muskuloskeletal
- Kram otot
- Kehilangan kekuatan otot
- Fraktur tulang
- Foot drop
 Integumen
- Warna kulit abu-abu mengkilat
- Kulit kering, bersisik
- Pruritus
- Ekimosis
- Kuku tipis dan rapuh
- Rambut tipis dan kasar

 Reproduksi
- Amenore
- Atrofi testis
( SmeltzerC, Suzanne, 2002 hal 1450)

V. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK]
a. URIN
- Volume: biasanya kurang dari 400ml/24 jam atau tak ada (anuria)
- Warna: secara abnormal urin keruh kemungkinan disebabkanoleh pus,
bakteri, lemak, fosfat atau uratsedimen kotor, kecoklatan menunjukkkan
adanya darah, Hb, mioglobin, porfirin
- Berat jenis: kurang dari 1,010 menunjukkn kerusakan ginjal berat
- Osmoalitas: kuran gdari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakn ginjal
tubular dan rasio urin/serum sering 1:1
- Klirens kreatinin: mungkin agak menurun
- Natrium:lebih besar dari 40 mEq/L karena ginjal tidak mampu
mereabsorbsi natrium
- Protein: Derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat menunjukkkan
kerusakan glomerulus bila SDM dan fragmen juga ada
b. DARAH
- BUN/ kreatinin: meningkat, kadar kreatinin 10 mg/dl diduga tahap akhir
- Ht : menurun pada adanya anemia. Hb biasanya kurang dari 7-8 gr/dl
- SDM: menurun, defisiensi eritropoitin
- GDA:asidosis metabolik, ph kurang dari 7,2
- Natrium serum : rendah
- Kalium: meningkat
- Magnesium ; Meningkat
- Kalsium ; menurun
- Protein (albumin) : menurun
c. Osmolalitas serum: lebih dari 285 mOsm/kg
d. Pelogram retrograd: abnormalitas pelvis ginjal dan ureter
e. Ultrasono ginjal : menentukan ukuran ginjal dan adanya masa kista,
obstruksi pada saluran perkemihan bagian atas
f. Endoskopi ginjal, nefroskopi: untuk menentukan pelvis ginjal, keluar batu,
hematuria dan pengangkatan tumor selektif
g. Arteriogram ginjal: mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi
ekstravaskular, masa
h. EKG: ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa
(Doenges, E Marilynn, 2000, hal 628- 629)

VI. PENATALAKSANAAN
1. Dialisis
2. Obat-obatan: anti hipertensi, suplemen besi, agen pengikat fosfat, suplemen
kalsium, furosemid
3. Diit rendah uremi
( SmeltzerC, Suzanne, 2002 hal 1449)

VII. KOMPLIKASI
1. Hiperkalemia
2. Perikarditis, efusi perikardialdan tamponade jantung
3. Hipertensi
4. Anemia
5. Penyakit tulang
( SmeltzerC, Suzanne, 2002 hal 1449)

VIII. FOKUS PENGKAJIAN


1. Aktifitas /istirahat
Gejala:
- kelelahan ekstrem, kelemahan malaise
- Gangguan tidur (insomnis/gelisah atau somnolen)
Tanda:
- Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak
2.Sirkulasi
Gejala:
- Riwayat hipertensi lama atau berat
- Palpitasi, nyeri dada (angina)
Tanda:
- Hipertensi, nadi kuat, edema jaringan umum dan piting pada kaki,
telapak tangan
- Disritmia jantung
- Nadi lemahhalus, hipotensi ortostatik
- Friction rub pericardial
- Pucat pada kulit
- Kecenderungan perdarahan
3. Integritas ego
Gejala:
- Faktor stress contoh finansial, hubungan dengan orang lain
- Perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekakuan
Tanda:
- Menolak, ansietas, takut, marah , mudah terangsang, perubahan
kepribadian
4. Eliminasi
Gejala:
- Penurunan frekuensi urin, oliguria, anuria ( gagal tahap lanjut)
- Abdomen kembung, diare, atau konstipasi
Tanda:
- Perubahan warna urin, contoh kuning pekat, merah, coklat, berawan
- Oliguria, dapat menjadi anuria
5.Makanan/cairan
Gejala:
- Peningkatan BB cepat (edema), penurunan BB (malnutrisi)
- Anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa metalik tak sedap pada mulut
( pernafasan amonia)
Tanda:
- Distensi abdomen/ansietas, pembesaran hati (tahap akhir)
- Perubahan turgor kuit/kelembaban
- Edema (umum,tergantung)
- Ulserasi gusi, perdarahan gusi/lidah
- Penurunan otot, penurunan lemak subkutan, penampilan tak bertenaga
6. Neurosensori
Gejala:
- Sakit kepala, penglihatan kabur
- Kram otot/kejang, sindrom kaki gelisah, kebas rasa terbakar pada telapak
kaki
- Kebas/kesemutan dan kelemahan khususnya ekstrimitasbawah
(neuropati perifer)
Tanda:
- Gangguan status mental, contohnya penurunan lapang perhatian,
ketidakmampuan konsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat
kesadaran, stupor, koma
- Kejang, fasikulasi otot, aktivitas kejang
- Rambut tipis, uku rapuh dan tipis
7. Nyeri/kenyamanan
Gejala: Nyei panggu, sakit kepala,kram otot/nyeri kaki
Tanda: perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah
8. Pernapasan
Gejala:
- nafas pendek, dispnea nokturnal paroksismal, batuk
dengan/tanpa Sputum
Tanda:
- takipnea, dispnea, pernapasan kusmaul
- Batuk produktif dengan sputum merah muda encer (edema paru)
9. keamanan
Gejala: kulit gatal, ada/berulangnya infeksi
Tanda:
- pruritus
- Demam (sepsis, dehidrasi)
10. Seksualitas
Gejala: Penurunan libido, amenorea,infertilitas
11. Interaksi sosial
Gejala:
- Kesulitan menurunkan kondisi, contoh tak mampu bekerja,
mempertahankan fungsi peran dalam keluarga
12. Penyuluhan
- Riwayat DM keluarga (resti GGK), penyakit pokikistik, nefritis herediter,
kalkulus urinaria
- Riwayat terpajan pada toksin, contoh obat, racun lingkungan
- Penggunaan antibiotik nr\efrotoksik saat ini/berulang
(Doenges, E Marilynn, 2000, hal 626- 628)
IX. DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Kelebihan volume cairan b.d penurunan kemampuan ginjal untuk


mengeluarkan air dan menahan natrium
Hasil yang diharapkan:
- Masukan dan haluaran seimbang
- Berat badan stabil
- Bunyi nafas dan jantung normal
- Elektrolit dalam batas normal
Intervensi:
 Pantau balance cairan/24 jam
 Timbang BB harian
 Pantau peningkatan tekanan darah
 Monitor elektrolit darah
 Kaji edema perifer dan distensi vena leher
 Batasi masukan cairan

2. Perubahan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, mual dan
muntah
Hasil yang diharapkan:
Pasien dapat mempertahankan status nutrisi yang adekuat yang dibuktikan dengan
BB dalam batas normal, albumin, dalam batas normal
Intervensi:
 Kaji status nutrisi
 Kaji pola diet nutrisi
 Kaji faktor yang berperan dalam merubah masukan nutrisi
 Menyediakan makanan kesukaan pasien dalam batas-batas diet
 Anjurkan cemilan tinggi kalori, rendah protein, rendah natrium diantara waktu
makan
 Ciptakan lingkungan yang menyenangkan selama makan
 Timbang berat badan harian
 Kaji bukti adanya masukan protein yang tidak adekuat

3. Intoleransi aktifitas b.d anemia, oksigenasi jaringan tidak adekuat


Hasil yang diharapkan;
- Pasien mendemonstrasikan peningkatan aktivitas yang dibuktikan dengan
pengungkapan tentang berkurangnya kelemahan dan dapat beristirahat secara
cukup dan mampu melakuakan kembali aktivitas sehari-hari yang
memungkinkan
Intervensi:
 Kaji faktor yang menimbulkan keletihan
 Tingkatkan kemandirian dalam aktifitas perawatan diri yang dapat ditoleransi,
bantu jika keletihan terjadi
 Anjurkan aktifitas alternatif sambil istirahat
 Anjurkan untuk beristirahat setelah dialisis
 Beri semangat untuk mencapai kemajuan aktivitas bertahap yang dapat
ditoleransi
 Kaji respon pasien untuk peningkatan aktivitas

4. Perubahan integritas kulit b.d uremia, edema


Hasil yang diharapkan:
- Kulit hangat, kering dan utuh, turgor baik
- Pasien mengatakan tak ada pruritus
Intervensi:
- Kaji kulit dari kemerahan, kerusakan, memar, turgor dan suhu
- Jaga kulit tetap kering dan bersih
- Beri perawatan kulit dengan lotion untuk menghindari kekeringanBantu pasien
untuk mengubah posisi tiap 2 jam jika pasien tirah baring
- Beri pelindung pada tumit dan siku
- Tangani area edema dengan hati-hati
- Pertahankan linen bebas dari lipatan
5. Resiko terhadap infeksi b.d depresi sistem imun, anemia
Hasil yang diharapkan:
- pasien tetap terbeba dari infeksi lokal maupun sitemik dibuktikan dengan tidak
ada pana/demam atau leukositosis, kultur urin, tidak ada inflamasi
intervensi:
- Pantau dan laporkan tanda-tanda infeksi seperti demam,leukositosis, urin keruh,
kemerahan, bengkak
- Pantau TTV
- Gunakan tehnik cuci tangan yang baik dan ajarkanpada pasien
- Pertahankan integritas kulit dan mukosa dengan memberiakan perawatan kulit
yang baik dan hgiene oral
- Jangan anjurkan kontak dengan orang yang terinfeksi
- Pertahankan nutrisi yang adekuat

6. Kurang pengetahun b.d kurangnya informasi tentang proses penyakit,


gagal ginjal, perawatan dirumah dan instruksi evaluasi
Hasil yang diharapkan:
- Pasien dan orang terdekat dapat mengungkapkan, mengerti tentang gagal
ginjal, batasan diet dan cairan dan rencana kontrol, mengukur pemasukan
dan haluaran urin.
Intervensi:
- Instruksikan pasien untuk makan makanan tinggi karbohidrat, rendah
protein, rendah natrium sesuai pesanan dan hindari makanan yang rendah
garam
- Ajarkan jumah cairan yang harus diminum sepanjang hari
- Ajarkan pentingnya dan instrusikan pasien untuk mengukur dan mencatat
karakter semua haluaran (urin, muntah)
- Ajarkan nama obat,dosis, jadwal,tujuan serta efek samping
- Ajarkan pentignya rawat jalan terus menerus
(Tucker M, Susan dkk,1998, 585-567)
KASUS
Tuan Sarman 56 tahun, dirawat karena tidak bisa kencing selama 2 hari ini. Setiap
hari, jumlah kencing hanya sekitar seperempat botol air mineral. Saat ini terlihat
sesak nafas, kaki oedem, kulit pucat dan kering.
Pemeriksaan fisik : BB 68 Kg, Tb 160 cm, suara paru rales. TD 190/120mmHg, HR
112 X/mnt dangkal.
Pemeriksaan Lab : Ureum 225 mg%, Creatinin 11 mg%, Hb 8 gr%, HCT 37 %, K
6,5 meq/l, Na 135 meq/l, HCO3 18.
Dari keterangan keluarga, Tuan sarman memiliki riwayat hipertensi sejak usia 40 tahun.
Keluarga tidak tahu pola makan yang tepat untuk tuan Sarman.

Pengkajian keperawatan
1. riwayat gangguan kronis dan gangguan yang mendasari status kesehatan
2. kaji derajat kerusakan ginjal dan gangguan sistem tubuh lainnya melalui
pengkajian sistem tubuh dan kaji hasil laboratotium.
3. lakukan pemeriksaan fisik, tanda vital, sistem kardiovaskuler, pencernaan,
sistem saraf, integumen, dan sistem muskuloskeletal.

ANALISA DATA
no Sign n simtom Etiologi problem
1. DS: klien mengatakan tidak bisa Retensi cairan Kelebihan volume
kencing selama 2 hari cairan
DO: jumlah urin seperempat
botol mineral perhari.
Bb 68 kg
Ureum:225 mg%
Creatinin: 11 mg%
Kaki oedem
Hb 8 gr%
K 6,5 meq/l
Na 135 meq/l
HCO3 18
2. DS: klien mengatakan sesak Ketidak Resiko tinggi
nafas seimbangan penurunan curah
DO: HR: 112x/mnt cairan jantung
Suara paru rales mempengaruhi
TD 190/120mmHg kebutuhan
oksigen
3. DS: klien mengatakan lemah anemia Intoleransi
DO: Hb 8 gr% aktivitas
HCT 37%
HR 112x/mnt
TD 190/120 mmHg

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. peningkatan Kelebihan volume cairan b.d retensi cairan, ditandai dengan:
DS:klien mengatakan tidak bisa kencing selama 2 hari
DO: jumlah kencing sekitar sepraempat botol mineral
Bb: 68 kg,
Ureum: 225 mg%
Creatinin: 11 mg%
Kaki oedem
K 6,5 meq/l
HCO3 18
2. REsiko tinggi penurunan curah jantung b.d ketidak seimbangan mempengaruhi
kebutuhan oksigen, ditandai dengan:
DS: klien mengatakan sesak nafas
DO: HR: 112x/mnt
Suara paru rales
TD 190/120mmHg
3. intoleransi aktivitas b.d anemia, ditandai dengan:
DS: klien mengatakan lemah
DO: Hb 8 gr%
HCT 37%
HR 112x/mnt
TD 190/120 mmHg
INTERVENSI
NO HARI/ TUJUAN DAN INTERVENSI
TANGGAL KRITERIA
1. Senin, 1-03- Setelah dilakukan  Pantau balance cairan/24
2010 tindakan jam
keperawatan selama R/untuk mengetahui
3x24 jam kelebihan kemampuan regulasi ginjal
volume cairan dapat  Kaji tanda-tanda vital
diatasi dengan R/takikari dan hipertensi
criteria hasil: terjadi karena kegagalan
DS: klien ginjal untuk mengeluarkan
mengatakan dapat urin
kencing  Timbang BB harian
DO: jumlah urin 500 R/untuk membentuk indeks
cc/hari keseimbangan cairan.
BB 67,5 kg  Kaji edema perifer dan
Ureum 150 mg% distensi vena leher
Kreatinin 8 mg% R/untuk mengetahui
Oedem berkurang perubahan pada system
K 6 mEq/l rennin-angiotensin.
 Batasi masukan cairan (400-
500)
R/untuk mengendalikan
kelebihan input cairan
 Anjurkan kepada pasien
mengenai pentingnya
mengikuti pengobatan diet
dan hindari konsumsi tinggi
potassium.
R/untuk mengontrol kadar
ureum kreatinin dalam
darah
 Kolaborasi untuk pemberian
sodium bikarbonat
R/untuk mengatasi gejala
acidosis.
 Kolaborasi pemberian
diuretic (furosemid)
R/untuk melebarkan lumen
tubular, menurunkan
hiperkalemia dan
meningkatkan kelebihan
volume sirkulasi.
2. Senin,1-03- Setelah dilakukan  Auskultasi bunyi jantung dan
2010 tindakan selama paru.
3x24 jam klien dapat R/untuk mengetahui
mempertahankan frekuensi jantung,gemrisik
curah jantung dan edema yang
dengan criteria hasil: menunjukan GGK
DS: klien  Kaji adanya/derajat
mengatakan sesak hipertensi, awasi TD
nafas berkurang R/hipertensi bermakna dapat
DO: HR:100 x/mnt terjadi karena gangguan
Suara paru rales pada system aldosteron
TD: 160/100mmHg rennin-angiotensinogen.

 Selidiki keluhan nyeri


dada,perhatikan lokasi,
radiasi, beratnya
R/hipertensi dapat
menyebabkan IM, kurang
lebih pasien GGK dapat
mengalami perikarditis.
 Kaji tingkat aktivitas, respons
terhadapaktivitas.
R/kelelahan dapat menyertai
GGK juga anemia.
 Berikan obat antihipertensi.
R/menurunkan tahanan
vaskuler sistemik.
3. Senin,1-03- Setelah dlakukan  Kaji faktor yang menimbulkan
2010 tindakan selama keletihan
3x24 jam klien dapat R/untuk menghindari
toleran terhadap munculnya sesak nafas
aktivitasnya, ditandai  Tingkatkan kemandirian
dengan: dalam aktifitas perawatan diri
DS: klien yang dapat ditoleransi, bantu
mengatakan lemah jika keletihan terjadi.
berkurang R/untuk mengetahui
DO:Hb 10g% kemampuan klien dalam
TD:160/100mmHg beraktivitas.
HR 100x/mnt  Anjurkan aktifitas alternatif
sambil istirahat
R/untuk menghindari
terjadinya kelelahan selama
akivitas.
 Beri semangat untuk
mencapai kemajuan aktivitas
bertahap yang dapat
ditoleransi
R/untuk memotivasi klien
dalam beraktivitas.
BATU SALURAN KEMIH

A. DEFINISI
Urolithiasis adalah suatu keadaan terjadinya penumpukan oksalat, calculi (batu
ginjal) pada ureter atau pada daerah ginjal. Urolithiasis terjadi bila batu ada di
dalam saluran perkemihan. Batu itu sendiri disebut calculi. Pembentukan batu
mulai dengan kristal yang terperangkap di suatu tempat sepanjang saluran
perkemihan yang tumbuh sebagai pencetus larutan urin. Calculi bervariasi dalam
ukuran dan dari fokus mikroskopik sampai beberapa centimeter dalam diameter
cukup besar untuk masuk dalam velvis ginjal. Gejala rasa sakit yang berlebihan
pada pinggang, nausea, muntah, demam, hematuria. Urine berwarna keruh
seperti teh atau merah.
B. ETIOLOGI
Batu kalsium (kalsium oksalat dan /atau kalsium fosfat)
• Hiperkalisiuria
Hiperkalsiuria idiopatik (meliputi hiperkalsiuria disebabkan masukan tinggi
natrium, kalsium dan protein)
Hiperparatiroidisme primer
Sarkodosis
Kelebihan vitamin D atau kelebihan kalsium
Asidosis tubulus ginjal tipe I
• Hiperoksaluria
Hiperoksaluria enteric
Hiperoksida idiomatik (hiperoksaluria dengan masukan tinggi oksalat, protein.
Hiperoksaluria herediter (tipe I & II)
• Hiperurikosuria
Akibat masukan diet purin berlebih
• Hipositraturia
Idopatik
Asidosis
Tubulus ginjal tipe I (lengkap atau tidak lengkap)
Minum asetazolamid
Diare, latihan jasmani dan masukan protein tinggi
•Ginjal spongiosa medular
Volume air kemih sedikit
Batu kalsium idiomatik (tidak dijumpai pedisposisi metabolik)
• Batu asam urat
PH air kemih rendah
Hiperurikosuria (primer dan sekunder)
• Batu struvit
Infeksi saluran kemih dengan organisme yang memproduksi urease
• Batu sistin
Sistinuriah herediter
Batu lain seperti matriks, xantin 2.8 dihidroksadenin, amonium urat, triamteren,
silikat

C. Teori Terbentuknya Batu

a. Teori Intimatriks

Terbentuknya Batu Saluran Kencing memerlukan adanya substansi organik


Sebagai inti. Substansi ini terdiri dari mukopolisakarida dan mukoprotein A yang
mempermudah kristalisasi dan agregasi substansi pembentukan batu.

b. Teori Supersaturasi
Terjadi kejenuhan substansi pembentuk batu dalam urine seperti sistin, santin,
asam urat, kalsium oksalat akan mempermudah terbentuknya batu.

c. Teori Presipitasi-Kristalisasi

Perubahan pH urine akan mempengaruhi solubilitas substansi dalam urine. Urine


yang bersifat asam akan mengendap sistin, santin dan garam urat, urine alkali
akan mengendap garam-garam fosfat.

d. Teori Berkurangnya Faktor Penghambat

Berkurangnya Faktor Penghambat seperti peptid fosfat, pirofosfat, polifosfat,


sitrat magnesium, asam mukopolisakarida akan mempermudah terbentuknya
Batu Saluran Kencing.

D. PENGKAJIAN DATA DASAR

1. Riwayat atau adanya faktor resiko

a. Perubahan metabolik atau diet

b. Imobilitas lama

c. Masukan cairan tak adekuat

d. Riwayat batu atau Infeksi Saluran Kencing sebelumnya

e. Riwayat keluarga dengan pembentukan batu

2. Pemeriksaan fisik berdasarka pada survei umum dapat menunjukkan :

a. Nyeri. Batu dalam pelvis ginjal menyebabkan nyeri pekak dan konstan. Batu
ureteral menyebabkan nyeri jenis kolik berat dan hilang timbul yang berkurang
setelah batu lewat.

b. Mual dan muntah serta kemungkinan diare


c. Perubahan warna urine atau pola berkemih, Sebagai contoh, urine keruh dan
bau menyengat bila infeksi terjadi, dorongan berkemih dengan nyeri dan
penurunan haluaran urine bila masukan cairan tak adekuat atau bila terdapat
obstruksi saluran perkemihan dan hematuri bila terdapat kerusakan jaringan
ginjal

3. Pemeriksaan Diagnostik

a. Urinalisa : warna : normal kekuning-kuningan, abnormal merah menunjukkan


hematuri (kemungkinan obstruksi urine, kalkulus renalis, tumor,kegagalan
ginjal). pH : normal 4,6 – 6,8 (rata-rata 6,0), asam (meningkatkan sistin dan
batu asam urat), alkali (meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau batu
kalsium fosfat), Urine 24 jam : Kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat,
atau sistin mungkin meningkat), kultur urine menunjukkan Infeksi Saluran
Kencing , BUN hasil normal 5 – 20 mg/dl tujuan untuk memperlihatkan
kemampuan ginjal untuk mengekskresi sisa yang bemitrogen. BUN
menjelaskan secara kasar perkiraan Glomerular Filtration Rate. BUN dapat
dipengaruhi oleh diet tinggi protein, darah dalam saluran pencernaan status
katabolik (cedera, infeksi). Kreatinin serum hasil normal laki-laki 0,85 sampai
15mg/dl perempuan 0,70 sampai 1,25 mg/dl tujuannya untuk memperlihatkan
kemampuan ginjal untuk mengekskresi sisa yang bemitrogen. Abnormal
(tinggi pada serum/rendah pada urine) sekunder terhadap tingginya batu
obstruktif pada ginjal menyebabkan iskemia/nekrosis.

b. Darah lengkap : Hb, Ht, abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia.

c. Hormon Paratyroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal (PTH merangsang
reabsorbsi kalsium dari tulang, meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium
urine.

d. Foto Rontgen : menunjukkan adanya calculi atau perubahan anatomik pada


area ginjal dan sepanjang uriter.

e. IVP : memberikan konfirmasi cepat urolithiasis seperti penyebab nyeri


abdominal atau panggul. Menunjukkan abnormalitas pada struktur anatomik
(distensi ureter).
f. Sistoureteroskopi : visualisasi kandung kemih dan ureter dapat menunjukkan
batu atau efek ebstruksi.

g. USG Ginjal : untuk menentukan perubahan obstruksi dan lokasi batu

E. PENATALAKSANAAN

a. Menghilangkan Obstruksi

b. Mengobati Infeksi

c. Menghilangkan rasa nyeri

d. Mencegah terjadinya gagal ginjal dan mengurangi kemungkinan terjadinya


rekurensi.

F. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul

1. Nyeri akut berhubungan dengan cedera jaringan sekunder terhadap adanya


batu pada ureter atau pada ginjal

2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan adanya obstruksi (calculi)


pada renal atau pada uretra.

3. Kecemasan berhubungan dengan kehilangan status kesehatan.

4. Kurangnya pengetahuan tentang sifat penyakit, tujuan tindakan yang


diprogramkan dan pemeriksaan diagnostik berhubungan dengan kurangnya
informasi.

 Diagnosa Keperawatan/Data Penunjang

Gangguan rasa nyaman (nyeri pada daerah pinggang) berhubungan dengan cedera
jaringan sekunder terhadap adanya batu pada ureter atau pada ginjal

Data Penunjang :

- Kolik yang berlebihan


- Lemes, mual, muntah, keringat dingin

- Pasien gelisah

TUJUAN/KRITERIA

Tujuan :

Rasa sakit dapat diatasi/hilang

Kriteria :

- Kolik berkurang/hilang

- Pasien tidak mengeluh nyeri

- Dapat beristirahat dengan tenang

RENCANA TINDAKAN

- Kaji intensitas, lokasi dan tempat/area serta penjalaran dari nyeri.

- Observasi adanya abdominal pain

- Kaji adanya keringat dingin, tidak dapat istirahat dan ekspresi wajah.

- Jelaskan kepada pasien penyebab dari rasa sakit/nyeri pada daerah pinggang
tersebut.

- Anjurkan pasien banyak minum air putih 3 – 4 liter perhari selama tidak ada kontra
indikasi.

- Berikan posisi dan lingkungan yang tenang dan nyaman.

- Ajarkan teknik relaksasi, teknik distorsi serta guide imagine

- Kolaborasi dengan tim dokter :

· Pemberian Cairan Intra Vena


· Pemberian obat-obatan Analgetic, Narkotic atau Anti Spasmodic.

- Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah pemberian obat-obat Narkotic,


Analgetic dan Anti Spasmodic.

Rasional

 Peningkatan nyeri adalah indikatif dari obstruksi, sedangkan nyeri yang hilang tiba-tiba
menunjukkan batu bergerak. Nyeri dapat menyebabkan shock.
 Kemungkinan adanya penyakit/komplikasi lain.

 Kemungkinan salah satu tanda shock

 Memberikan informasi tentang penyebab dari rasa sakit/nyeri pada daerah pinggang
tersebut.

 Cairan membantu membesihkan ginjal dandapat mengeluarkan batu kecil.

 Untuk mengurangi sumber stressor

 Untuk mengurangi/menghilang kan nyeri tanpa obat-obatan

 Untuk memudahkan pemberian obat serta pemenuhan cairan bila mual, muntah dan
keringat dingin terjadi.

 Analgetik memblok lintasan nyeri sehingga mengurangi nyeri/kolik yang berlebihan

 Untuk mengetahui efek samping yang tidak diharapkan dari pemberian obat-obatan
tersebut.

2. Diagnosa Keperawatan/Data Penunjang

Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan adanya obstruksi (calculi) pada renal
atau pada uretra.

Data Penunjang :
Urine out put < 30 cc per jam

Daerah perifer dingin pucat

TD < 100/70 mmHg,

HR > 120 X/mt,

RR > 28 X/mt.

Pengisian kapiler > 3 detik

TUJUAN/KRITERIA

Tujuan :

Gangguan perfusi dapat diatasi

Kriteria :

- Produksi urine 30 – 50 cc perjam.

- Perifer hangat

- Tanda-tanda vital dalam batas normal :

· Sistolik 100 – 140 mmHg.

· Diastolik 70 – 90 mmHg.

· Nadi 60 – 100 X/mt

· Pernafasan 16 – 24 X/mt

- Pengisian kapiler < 3 detik

RENCANA TINDAKAN

- Observasi tanda-tanda vital (nadi, tekanan darah dan pernafasan).


- Observasi Produksi urine setiap jam.

- Observasi perubahan tingkat kesadaran.

- Kolaborasi dengan tim kesehatan:

· Pemeriksaan laboratorium : kadar ureum/kreatinin, Hb, urine HCT.

· Pemberian diet rendah protein, rendah kalsium dan posfat

· Pemberian ammonium chloride dan mandelamine.

Rasional

- Untuk mendeteksi dini terhadap masalah

- Untuk mendeteksi dini terhadap masalah

- Untuk mendeteksi dini terhadap masalah

· Untuk mendeteksi dini terhadap masalah

· Untuk mencegah/ mengurangi masalah

· Untuk mencegah/ mengurangi masalah

3. Diagnosa Keperawatan/Data Penunjang

Kecemasan berhubungan dengan kehilangan status kesehatan.

Data Penunjang :

- Ekspresi wajah tegang, gelisah, tidak bisa tidur.

- Tidak kooperatif dalam pengobatan.

- HR = 125 X/mt

TUJUAN/KRITERIA
Tujuan :

Rasa cemas dapat diatasi/berkurang.

Kriteria :

- Pasien dapat nenyatakan kecemasan yang dirasakan.

- Pasien dapat beristirahat dengan tenang.

- Nadi dalam batas normal.

- Ekspresi wajah ceria/rileks.

RENCANA TINDAKAN

- Berikan dorongan terhadap tiap-tiap proses kehilangan status kesehatan yang timbul.

- Berikan privacy dan lingkungan yang nyaman.

- Batasi staf perawat/petugas kesehatan yang menangani pasien.

- Observasi bahasa non verbal dan bahasa verbal dari gejala-gejala kecemasan.

- Temani pasien bila gejala-gejala kecemasan timbul.

- Berikan kesempatan bagi pasien untuk mengekspresikan perasaannya .

- Hindari konfrontasi dengan pasien.

- Berikan informasi tentang program pengobatan dan hal-hal lain yang mencemaskan
pasien.

- Lakukan intervensi keperawatan dengan hati-hati dan lakukan komunikasi terapeutik.

- Anjurkan pasien istirahat sesuai dengan yang diprogramkan.

- Berikan dorongan pada pasien bila sudah dapat merawat diri sendiri untuk
meningkatkan harga dirinya sesuai dengan kondisi penyakit.
- Hargai setiap pendapat dan keputusan pasien.

Rasional

- Untuk mengurangi rasa cemas

- Privacy dan lingkungan yang nyaman dapat mengurangi rasa cemas.

- Untuk dapat lebih memberikan ketenangan.

- Untuk mendeteksi dini terhadap masalah

- Untuk mengurangi rasa cemas

- Kemampuan pemecahan masalah pasien meningkat bila lingkungan nyaman dan


mendukung diberikan.

- Untuk mengurangi ketegangan pasien

- Informasi yang diberikan dapat membantu mengurangi kecemasan/ansietas

- Untuk menghindari kemungkinan yang tidak diinginkan

- Untuk mengurangi ketegangan dan kecemasan pasien

- Untuk mengurangi ketergantungan pasien

- Untuk meningkatkan harga diri pasien.

4. Diagnosa Keperawatan/Data Penunjang

Kurangnya pengetahuan tentang sifat penyakit, tujuan tindakan yang diprogramkan dan
pemeriksaan diagnostik berhubungan dengan kurangnya informasi.

Data Penunjang :

- Pasien menyatakan belum memahami tentang penyakitnya.

- Pasien bertanya-tanya tentang proses penyakit dan pengobatan.


- Pasien kurang kooperatif dalam program pengobatan

TUJUAN/KRITERIA

Tujuan :

Pengetahuan pasien tentang penyakitnya meningkat

Kriteria

- Pasien dapat menjelaskan kembali tentang sifat penyakit, tujuan tindakan yang
diprogramkan dan pemeriksaan diagnostik.

- Pasien tidak bertanya lagi tentang keadaan penyakit dan program pengobatannya.

- Pasien kooperatif dalam program pengobatan.

RENCANA TINDAKAN

- Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga tentang penyakit dan pengobatannya.

- Berikan penjelasan tentang penyakit, tujuan pengobatan dan program pengobatan.

- Berikan kesempatan pasien dan keluarga untuk mengekspresikan perasaannya dan


mengajukan pertanyaan terhadap hal-hal yang belum dipahami.

- Diskusikan pentingnya banyak minum air putih 3 – 4 liter perhari selama tidak ada
kontra indikasi.

- Diskusikan tentang pentingnya diet rendah protein, rendah kalsium dan posfat.

- Batasi aktifitas fisik yang berat.

Rasional
- Pengetahuan membantu mengembangkan kepatuhan pasien dan keluarga terhadap
rencana terapeutik

- Untuk menambah pengetahuan pasien

- Meningkatkan kemampuan pasien untuk memecahkan masalah

- Untuk menambah pengetahuan pasien bahwa cairan dapat membantu pembersihan


ginjal dan dapat mengeluargan batu kecil

- Untuk menambah pengetahuan pasien dan mencegah kekambuhan

- Untuk mencegah kekambuhan

http://catatanperawat.byethost15.com/asuhan-keperawatan/asuhan-keperawatan-
urolithiasis/

KASUS

Tuan Abdel, 43 tahun datang re RS karena nyeri hebat pada bagian pinggang sebelah
kanan yang hilang timbul, disertai mual dan muntah. Dari anamnesis diketahui klien
pernah berobat dengan keluhan sama dan didiagnosa mengalami gangguan batu pelvis,
dan sembuh dengan pengobatan setahun yang lalu.
Klien bekerja sebagai staff administrasi dan jarang berolahraga, suka sekali makan
jerohan. Pemeriksaan Fisik : TD 130/90 mmHg, N 100 X/mnt, RR 24 X/mnt. Lab : urin
routin kristal urat +, leukosit 4/LP Advis dokter : persiapan pemeriksaan BNO/ IVP untuk
besok.

ANALISA DATA
No Sign and Simptom Etiologi Problem
1. DS: klien mengatakan nyeri cedera jaringan Nyeri akut
hebat sekunder terhadap
P:gangguan batu pelvis. adanya batu pada
Q:nyeri hebat hilang timbul ureter atau pada
R: bagian pinggang sebelah ginjal
kanan
S:
T:hilang timbul
DO: 130/90 mmHg, N 100
X/mnt, RR 24 X/mnt.
2. DS: adanya obstruksi
DO: urin rutin Kristal urat + (calculi) pada Gangguan perfusi

TD: 130/90mmHg renal atau pada jaringan

N:100x/mnt uretra.

3. DS: klien mengatakan jarang Kurangnya Kurangnya


berolahraga,dan suka sekali informasi pengetahuan
makan jerohan. tentang sifat
penyakit, tujuan
tindakan yang
diprogramkan dan
pemeriksaan
30Diagnostic
INTERVENSI

No Hari/tanggal Tujuan dan Kriteria Intervensi


1. Senin,1-03- Setelah dilakukan  Kaji intensitas, lokasi dan
2010 tindakan keperawatan tempat/area serta penjalaran
selama 3x24 jam dari nyeri.
nyeri berkurang R/ Peningkatan nyeri adalah
dengan criteria hasil: indikatif dari obstruksi,
DS: klien mengatakan sedangkan nyeri yang hilang
nyeri berkurang tiba-tiba menunjukkan batu
DO:TD:120/80mmHg bergerak. Nyeri dapat
N:90 x/mnt menyebabkan shock.
RR 20x/mnt  Observasi adanya abdominal
Skala nyeri:? pain
R/ Kemungkinan adanya
penyakit/komplikasi lain.
 Berikan posisi dan
lingkungan yang tenang
dan nyaman.
R/ Untuk mengurangi
sumber stressor
 Ajarkan teknik relaksasi,
teknik distorsi serta
guide imagine
R/ Untuk
mengurangi/menghilang
kan nyeri tanpa obat-
obatan
 Pemberian obat-obatan
Analgetic,
R/Analgetik memblok
lintasan nyeri sehingga
mengurangi nyeri/kolik
yang berlebihan
2 Setelah dilakukan  Observasi tanda-tanda
tindakan selama 3x24 vital (nadi, tekanan
jam gangguan perfusi darah dan pernafasan).
jaringan teratasi
dngan criteria hasil:  Observasi Produksi

DO: urine setiap jam.

DS: DO: urin rutin


 Kolaborasi dengan tim
Kristal urat -
kesehatan:pemeriksaan
TD: 120/90mmHg
BNO/IVP.
N:80x/mnt

3. Senin,1-03- Setelah dilakukan  Kaji ulang proses


2010 tindakan slama penyakit dan harapan
1x30mnt klien masa dating.
melakukan perubahan R/memberkan
perilaku yang perlu pengetahuan dasar
dan berpartisipai dimana pasien dapat
dalam program membuat pilihan
pengobatan berdasarkan informasi.
 Anjurkan klien
melakikan diit rendah
purin, contoh : daging
berlemak, jeroan,
tumbuhan polong,
alcohol.
R/ menurunkan
pemasukan oral
terhadap perkusor
asam urat
Referensi
Doengoes. Marlilynn E.et.al.2000.Rencana Asuhan Keperawatan.EGC:Jakarta
Nursalam.DR.M.Nurs.2006.Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan
Sistem Perkemihan.Salemba Medika:Jakarta

BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA

A. PENGERTIAN
 BPH adalah hiperplasia dari kelenjar periurethral yang kemudian
mendesak jaringan prostat yang asli ke perifer dan menjadi kapsul bedah.
(R. Sjamsuhidayat dalam Buku Ajar Ilmu Bedah, 1997)
 Prostat Hiperplasia adalah pembesaran glandula dan jaringan seluler
kelenjar prostat yang berhubungan dengan perubahan endokrin
berkenaan dengan proses penuaan. Kelenjar prostat mengitari leher
kandung kemih dan urethra, sehingga hipertropi prostat sering
menghalangi pengosongan kandung kemih. (Susan Martin Tucker, 1998)

B. ETIOLOGI
Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti penyebab terjadiya
hiperplasiprostat, tetapi beberapa hipotesis menyebutkan bahwa hiperplasi
prostat erat kaitannya dengan peningkatan kadar dehidrotestosteron (DHT)
dan proses aging.
Beberapa teori yang menjelaskan tejadinya hiperplasia pada kelenjar periurethral,
yaitu :
 Teori Sel Stem (Isaac, 1984, 1987)
Berdasarkan teori ini pada keadaan normal kelenjar periurethral dalam
keseimbangan antara yang tumbuh dengan yang mati (steadystate). Sel
baru biasanya tumbuh dari sel stem. Oleh karena sesuatu sebab seperti
faktor usia, gangguan keseimbangan hormonal atau faktor pencetus yang
lain maka sel stem tersebut akan dapat berproliferasi lebih cepat sehingga
terjadi hiperplasia kelenjar periurethral.
 Teori Rewakening dari jaringan kembali seperti perkembangan seperti pada
masa tingkat embrionik, sehingga jaringan periurethral dapat tumbuh lebih
cepat dari jaringan sekitarnya.
 Teori yang mengatakan bahwa hiperplasia disebabkan oleh karena
terjadinya usia akan terjadi perubahan keseimbangan testoteron dan
estrogen. Dengan bertambahnya usia akan terjadi perubahan
keseimbangan testoteron dan estrogen, karena produksi testoteron
menurun dan terjadi konversi testoteron menjadi estrogen pada jarinagn
adiposa di perifer. Perubahan konsentraasi relatif testoteron dan estrogen
akan menyebabkan produksi dan potensiasi faktor pertumuhan lain yang
dapat menyebabkan terjadinya pembesaran prostat.
C. GAMBARAN KLINIK
 Keluhan pada saluran kemih bagian bawah :
Obstruksi :
i. Hesistensi (harus menunggu lama bila mau miksi)
ii. Pancaran miksi lemah
iii. Intermitten (Miksi terputus)
iv. Miksi tidak puas
- Iritasi : frekuensi sering, nokturia, urgensi, disuria
- Gejala di luar saluran kemih :
Keluhan pada penyakit hernia/hemoroid sering mengikuti penyakit
hipertropi prostat. Timbulnya kedua penyakit ini karena sering
mengejan pada saat miksi sehingga mengakibatkan penigkatan
tekanan intra abdominal.
Pada pemeriksaan fisik mungkin didapatkan buli-buli yang terisi penuh dan
teraba massa kistus di daerah supra sympisis akibat retensi urine,
kadang-kadang didapatkan urine yang selalu menetes tanpa disadari
oleh pasien dan keadaan ini merupakan pertanda dari inkontinensia
paradoksal (Basuki BP, 2000)

D. PENGOBATAN
Secara klinik derajat berat, dibagi menjadi 4 gradasi, yaitu :
Derajat 1 : Apabila ditemukan keluhan protatismus, pada DRE (colok dubur)
ditemukan penonjolan prostat dan sisa urin kurang daari 50 ml.
Derajat 2 : Ditemukan tanda dan gejala seperti pada derajat 1, prostat lebih
menonjol, batas atas masih teraba dan sisa urin lebih dari 50 ml
tetapi kurang dari 100 ml.
Derajat 3 : Seperti derajat 2, hanya batas atas prostat tidak teraba lagi dan sisa
urine lebih dari 100 ml.
Derajat 4 : Apabila sudah terjadi retensi total.

Pada derajat 1 belum memerlukan tindakan operatif, dapat diberikan pengobatan


secara konservaatif , misal alfa bloker, prazozin, terazozin 1-5 mg per hari.
Pada derajat 2 sudah ada indikasi untuk inteervensi operatif dan sampai sekarang
masih dianggap sebagai cara terpilih adalah trans urethral resection (TURP)
Pada derajat 3 TURP masih dapat dilakukan akan tetapi bila diperkirakan reseksi
tidak selesai dalam satu jam maka sebaiknya dilakukan operasi terbuka.

E. NURSING CARE PLAN


I. Pengkajian
a. Sirkulasi : Peninggian tekanan darah (efek pembesaran ginjal)
b. Eliminasi : Penurunan kekuatan/dorongan aliran urine, tes keraguan
- Keragu-raguan pada berkemih awal
- Nokturia, disuria, hematuri
- Isis berulang, riwayat batu (stasis urinaria)
- Konstipasi
- Massa padat dibawah abdomen bawah
- Nyeri tekan kandung kemih
- Hernia Inguinalis, Hemoroid
- Ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih:
dorongan dan frekuensi
c. Makanan/cairan : Anoreksia, mual, muntah, penurunan BB
d. Nyeri/kenyamanan : Nyeri supraa pubis, panggul atau punggung,
tajam, kuat, nyeri punggung bawah.
e. Keamanan : demam
f. Seksualitas :
- Masalah tentang efek kondisi/terapi pada kemampuan seksual
- Inkontinensia
- Penurunan kekuatan ejakulasi
- Pembesaran, nyeri tekan prostat
g. Pengetahuan :
-Riwayat keluarga kanker, hipertensi, penyakit ginjal
-Penggunaan antihipertensi, antidepresi, antibiotik urinaria
II. Pemeriksaan Diagnostik
a. Urinalisis : warna kuning, coklat gelap, merah gelap/terang,
penampilan keruh, pH : 7 atau lebih besar, bakteria.
b. Adanya staphylokokus aureus. Proteus, klebsiella, pseudomonas,
e. coli.
c. BUN/kreatin : meningkat
d. IVP : menunjukkan pelambatan pengosongan kandung kemih dan
adanya pembesaran prostat, penebalan abnormal otot kandung
kemih.
e. Sistogram : mengukur tekanan darah dan volume dalam kandung
kemih
f. Sistometri : mengevaluasi fungsi otot detrusor dan tonusnya.
III. Prioritas Keperawatan
1. Menghilangkan retensi urine akut
2. Meningkatkan kenyamanan
3. Mencegah komplikasi
4. Membantu klien untuk menerima masalah psikologis
5. Memberikan informasi tentang penyakit/ prognosiss
dan kebutuhan pengobatan.
IV. Hasil yang diharapkan :
1. Pola berkemih normal
2. Nyeri/ketidaknyamanan hilang
3. Komplikasi tercegah/minimal
4. Menerima situasi secara nyata
5. Proses penyakit/prognosis dan program terapi
dipahami oleh klien.
V. Diagnosa Keperawatan
a. Retensi urine (akut/kronik) b/d obstruksi mekanik pembesaran prostat
Tanda : frekuensi, keragu-raguan, ketidakmampuan mengosongkan
kandung kemih, inkontinensia, distensi kandung kemih,
residu, urine.

Hasil yang diharapkan :


-berkemih dengan jumlah yang cukup, tak teraba distensi kandung
kemih, menunjukkan residu paaska berkemih kurang dari 50 ml,
dengan tidak adanya tetesan/kelebihan aliran.

Intervensi :
-Dorong klien untuk berkemih setiap 2-4 jam dan bila tioba-tiba
dirasakan.
-Tanyakan pada klien tentang inkontinensia stress
-Observasi aliran urine, perhatikan ukuran dan kekuatan
-Awasi dan catat waktu dan jumlah setiap berkemih
-Perkusi area supra pubik
-Dorong masukkan cairan sampai 3000 ml / hari
-Awasi tanda-tanda vital
-Berikan perawaatan kateter dan perineal.
b. Nyeri (akut) b/d iritasi mukosa, distensi kandung kemih
Ditandai :
- keluhan nyeri pada kandung kemih, penyempitan fokus ; perubahan
tonus otot, meringis, perilaku distraaksi, gelisah, respon otonomik.
Hasil yang diharapkan :
- Melaporkan nyeri hilang/timbul
- Tampak rileks
- Mampu untuk tidur/istirahat dengan tepat.
Intervensi :
Mandiri :
- Kaji nyeri, perhatikan lokasi, intensitas.
- Perhatikan tirah baring bila diindikasikan.
- Berikan tindakan kenyamanan misal pijatan punggung.
Kolaborasi :
- Masukkan kateter dan dekatkan untuk kelancaran drainase.
- Lakukan massage prostat
- Berikan obat sesuai indikasi
c. Kekurangan volume cairan, resiko tinggi terhadap pasca obstruksi
diuresis dari drainase cepat kandung kemih yang terlalu distensi
secara kronis.
Kriteria/hasil yang diharapkan :
- Mempertahankan hidrasi adekuat
- Tanda vital stabil
Intervensi :
Mandiri :
-Awasi keluaran dengan hati-hati, tiap jam bila diindikasikan
-Dorong peningkatan pemasukkan oral berdasarkan kebutuhan
individu.
-Awasi tekanan darah, nadi
-Tingkatkan tirah baring dengan kepala tinggi
Kolaborasi : berikan cairan IV sesuai kebutuhan
d. Ketakutan/kecemasan dihubungkan dengan perubahan staatus
kesehatan kemungkinan prosedur bedah/malignasi
Ditandai : peningkatan ketegangan, ketakutan, kekuatiran.
Hasil yang diharapkan :
- Tampak rileks
- Menyatakan pengetahuan yang akurat tentang situasi
- Menunjukkan rentang yang tepat tentang perasaan/penurunan rasa
takut
Intervensi :
-Buat hubungan saling percaya dengan klien/orang terdekat
-Berikan info tentang prosedur dan tes khusus dan apa yang akan
terjadi
-Pertahankan perilaku nyata dalam melakukan prosedur
-Dorong klien/oran terdekat unruk menyatakan masalah/perasaan
-Berikan penguatan info kepada klien tentang info yang telah
diberikan sebelumnya.
e. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, kebutuhan
pengobatan b/d kurangnya informasi d/d pertanyaan minta informasi,
menyatakan masalah/indikator non verbal, tidak akurat mengikuti
instruksi, terjadinya komplikasi yang dapat dicegah.
Hasil yang diharapkan :
-Menyatakan pemahaman proses penyakit
-Mengidentifikasi hubungan tanda dan gejala penyakit
-Melakukan perubahan perilaku yang perlu
-Berpartisipasi dalam progrram terapi
Intervensi ;
Mandiri ;
-Kaji ulang proses penyakit, pengalaman klien.
-Dorong menyatakan perasaan dan rasa takut
-Beri info tentang penyakit yan terjadi pada klien.

DAFTAR PUSTAKA :
1. R. Sjamsuhidayat, Wim de Jong (1996), Buku Ajar Ilmu
Bedah, Penerbit Kedokteran, EGC, Jakarta.
2. Seri Ilmu Bedah, Staf Pengajar, UNPAD, Materi Kuliah
Bedah, Edisi I, 1999.
3. Doenges, ME and Moor House, Rencana Asuhan
Keperawatan. Edisi ke 3, Penerbir Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.

Tuan Saron 65 tahun, datang ke IGD RS KITA karena tidak bisa kencing sejak
sehari ini. Bagian perut bawah terasa penuh dan sangat nyeri. Klien mengatakan
sejak 2 bulan lalu sudah mengalami kesulitan berkemih, tapi masih bisa keluar
walaupun dengan waktu yang lebih lama dan harus mengejan.
Setelah berkemih juga merasa belum puas, sehingga sebentar-sebentar harus
berkemih dengan jumlah urin yang sedikit.
Pemeriksaan fisik : tidak ada oedem, palpasi blast penuh.
Pemeriksaan Lab : ureum 40mg/dl, creatinin 5 mg/dl. Leukosit urin 2/LP, eritrosit
urin 2/LP.
Dari pemeriksaan Rectal touché, di pastikan klien mengalami BPH derajat II.

Sign and symptom Etiologi Problem


DS : klien mengatakan tidak obstruksi mekanik Retensi urine (akut/
bisa kencing sejak sehari pembesaran prostat kronik)
ini, sudah 2 bulan
mengalami kesulitan
berkemih.
Klien mengatakan setelah
berkemih merasa belum
puas
DO : jumlah urine sedikit saat
berkemih
Creatinin 5mg/dl
Eritrosit urin 2/LP
Palpasi blast penuh

DS : Klien mengatakan bagian iritasi mukosa Nyeri (akut)


perut bawah terasa sekunder terhadap
sangat nyeri distensi kandung
P tidak bisa kencing / distensi kemih
kandung kemih
Q terasa sebah
R perut bagian bawah
S8
T saat kencing
DO : - Klien tampak
menyeringai
- Klien tampak
memegangi perut
- Tampak gelisah
Retensi urine (akut/kronik) b/d obstruksi mekanik pembesaran prostat
DS : klien mengatakan tidak bisa kencing sejak sehari ini, sudah 2 bulan
mengalami kesulitan berkemih.
Klien mengatakan setelah berkemih merasa belum puas
DO : jumlah urine sedikit saat berkemih
Creatinin 5mg/dl
Eritrosit urin 2/LP
Palpasi blast penuh
Hasil yang diharapkan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam retensi urine
teratasi ditandai dengan :
DS : klien mengatakan sudah bisa kencing 2 X sehari
DO : jumlah urine 500 cc tiap berkemih
Creatinin 3 mg/dl
Palpasi blast sedikit lembek
Eritrosit urine 1/LP
Intervensi :
-Observasi aliran urine, perhatikan ukuran dan kekuatan
R/ berguna untuk mengevaluasi obbstruksi
- Awasi tanda-tanda vital
R/ kehilangan fungsi ginjal mengakibatkan penurunan eliminasi cairan
dan akumulasi sisa toksik.
-Awasi dan catat waktu dan jumlah setiap berkemih
R/ retensi urine meningkatkan tekanan dalam saluran perkemihan atas, yang
dapat mempengaruhi fungsi ginjal.
-Berikan perawatan kateter dan perineal.
R/ menurunkan resiko infeksi asenden
-Dorong klien untuk berkemih setiap 2-4 jam dan bila tiba-tiba dirasakan.
R/ meminimalkan retensi urine ditensi berlebihan pada kandung kemih
-Dorong masukkan cairan sampai 3000 ml / hari
R/ peningkatan aliran cairan mempertahankan perrfusi ginjal dan
membersihkan ginjal dan kandung kemih dari pertumbuhan bakteri
-Perkusi area supra pubik
R/ distensi kandung kemih dapat dirasakandi area supra publik
-Tanyakan pada klien tentang inkontinensia stres
R/ tekanan uretra tinggi menghambat pengosongan kandung kemih atau
dapat berkemih sampai tekanan abdominal meningkat cukup untuk
mengeluarkan urine secara tidak sadar.

Nyeri (akut) b/d iritasi mukosa sekunder terhadap distensi kandung


kemih
Ditandai :
DS : Kklien mengatakan bagian perut bawah terasa sangat nyeri
P tidak bisa kencing / distensi kandung kemih
Q terasa sebah
R perut bagian bawah
S8
T saat kencing
DO : Klien tampak menyeringai
Klien tampak memegangi perut
Tampak gelisah
Hasil yang diharapkan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam nyeri berkurang
dengan kriteria hasil
- DS : Klien mengatakan nyeri berkurang, Skala 5, T saat kencing tidak terasa
nyeri
- DO: Klien tampak tenang/rileks
Mampu untuk tidur/istirahat dengan tepat.

Intervensi :
Mandiri :
- Kaji nyeri, perhatikan lokasi, intensitas.
R/ memberikan informasi untukmembantu dalam menentukan pilihan atau
keefektifan intervensi.
- Perhatikan tirah baring bila diindikasikan
R/ ambulasi dini dapat memperbaiki pola berkemih normal dan menghilangkan
nyerikolik.
- Berikan tindakan kenyamanan misal pijatan punggung.
R/ meningkatkan relaksasi, memfokuskan kembali perhatian dan dapat
meningkatkan kemampuan koping.
- Ajarkan teknik ditraksi relaksasi
R/ melatih kemandirian untuk relaksasi ketika nyeri timbukl
Kolaborasi :
- Masukkan kateter dan dekatkan untuk kelancaran drainase.
R/ pengaliran kandung kemih menurunkan tegangan dan kepekaan kelenjar
- Lakukan massage prostate
R/ membantu dalam evakuasi duktus kelenjar untuk menghilangkan kongesti
atau inflamasi.
- Berikan obat sesuai indikasi
R/ diberikan untuk menghilangkan nyeri berat, memberikan relaksasi mental
dan fisik.

BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA

D. PENGERTIAN
 BPH adalah hiperplasia dari kelenjar periurethral yang kemudian
mendesak jaringan prostat yang asli ke perifer dan menjadi kapsul bedah.
(R. Sjamsuhidayat dalam Buku Ajar Ilmu Bedah, 1997)
 Prostat Hiperplasia adalah pembesaran glandula dan jaringan seluler
kelenjar prostat yang berhubungan dengan perubahan endokrin
berkenaan dengan proses penuaan. Kelenjar prostat mengitari leher
kandung kemih dan urethra, sehingga hipertropi prostat sering
menghalangi pengosongan kandung kemih. (Susan Martin Tucker, 1998)

E. ETIOLOGI
Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti penyebab terjadiya
hiperplasiprostat, tetapi beberapa hipotesis menyebutkan bahwa hiperplasi
prostat erat kaitannya dengan peningkatan kadar dehidrotestosteron (DHT)
dan proses aging.
Beberapa teori yang menjelaskan tejadinya hiperplasia pada kelenjar
periurethral, yaitu :
 Teori Sel Stem (Isaac, 1984, 1987)
Berdasarkan teori ini pada keadaan normal kelenjar periurethral dalam
keseimbangan antara yang tumbuh dengan yang mati (steadystate). Sel
baru biasanya tumbuh dari sel stem. Oleh karena sesuatu sebab seperti
faktor usia, gangguan keseimbangan hormonal atau faktor pencetus yang
lain maka sel stem tersebut akan dapat berproliferasi lebih cepat sehingga
terjadi hiperplasia kelenjar periurethral.
 Teori Rewakening dari jaringan kembali seperti perkembangan seperti pada
masa tingkat embrionik, sehingga jaringan periurethral dapat tumbuh lebih
cepat dari jaringan sekitarnya.
 Teori yang mengatakan bahwa hiperplasia disebabkan oleh karena
terjadinya usia akan terjadi perubahan keseimbangan testoteron dan
estrogen. Dengan bertambahnya usia akan terjadi perubahan
keseimbangan testoteron dan estrogen, karena produksi testoteron
menurun dan terjadi konversi testoteron menjadi estrogen pada jarinagn
adiposa di perifer. Perubahan konsentraasi relatif testoteron dan estrogen
akan menyebabkan produksi dan potensiasi faktor pertumuhan lain yang
dapat menyebabkan terjadinya pembesaran prostat.

F. GAMBARAN KLINIK
 Keluhan pada saluran kemih bagian bawah :
- Obstruksi :
i. Hesistensi (harus menunggu lama bila mau miksi)
ii. Pancaran miksi lemah
iii. Intermitten (Miksi terputus)
iv. Miksi tidak puas
- Iritasi : frekuensi sering, nokturia, urgensi, disuria
- Gejala di luar saluran kemih :
Keluhan pada penyakit hernia/hemoroid sering mengikuti penyakit
hipertropi prostat. Timbulnya kedua penyakit ini karena sering
mengejan pada saat miksi sehingga mengakibatkan penigkatan
tekanan intra abdominal.
Pada pemeriksaan fisik mungkin didapatkan buli-buli yang terisi penuh
dan teraba massa kistus di daerah supra sympisis akibat retensi urine,
kadang-kadang didapatkan urine yang selalu menetes tanpa disadari
oleh pasien dan keadaan ini merupakan pertanda dari inkontinensia
paradoksal (Basuki BP, 2000)

D. PENGOBATAN
Secara klinik derajat berat, dibagi menjadi 4 gradasi, yaitu :
Derajat 1 : Apabila ditemukan keluhan protatismus, pada DRE (colok dubur)
ditemukan penonjolan prostat dan sisa urin kurang daari 50 ml.
Derajat 2 : Ditemukan tanda dan gejala seperti pada derajat 1, prostat lebih
menonjol, batas atas masih teraba dan sisa urin lebih dari 50 ml
tetapi kurang dari 100 ml.
Derajat 3 : Seperti derajat 2, hanya batas atas prostat tidak teraba lagi dan sisa
urine lebih dari 100 ml.
Derajat 4 : Apabila sudah terjadi retensi total.

Pada derajat 1 belum memerlukan tindakan operatif, dapat diberikan pengobatan


secara konservaatif , misal alfa bloker, prazozin, terazozin 1-5 mg per hari.
Pada derajat 2 sudah ada indikasi untuk inteervensi operatif dan sampai
sekarang masih dianggap sebagai cara terpilih adalah trans urethral resection
(TURP)
Pada derajat 3 TURP masih dapat dilakukan akan tetapi bila diperkirakan reseksi
tidak selesai dalam satu jam maka sebaiknya dilakukan operasi terbuka.

E. NURSING CARE PLAN


VI. Pengkajian
a. Sirkulasi : Peninggian tekanan darah (efek pembesaran ginjal)
b. Eliminasi : Penurunan kekuatan/dorongan aliran urine, tes keraguan
- Keragu-raguan pada berkemih awal
- Nokturia, disuria, hematuri
- Isis berulang, riwayat batu (stasis urinaria)
- Konstipasi
- Massa padat dibawah abdomen bawah
- Nyeri tekan kandung kemih
- Hernia Inguinalis, Hemoroid
- Ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih:
dorongan dan frekuensi
c. Makanan/cairan : Anoreksia, mual, muntah, penurunan BB
d. Nyeri/kenyamanan : Nyeri supraa pubis, panggul atau punggung,
tajam, kuat, nyeri punggung bawah.
e. Keamanan : demam
f. Seksualitas :
- Masalah tentang efek kondisi/terapi pada kemampuan seksual
- Inkontinensia
- Penurunan kekuatan ejakulasi
- Pembesaran, nyeri tekan prostat
g. Pengetahuan :
-Riwayat keluarga kanker, hipertensi, penyakit ginjal
-Penggunaan antihipertensi, antidepresi, antibiotik urinaria
VII. Pemeriksaan Diagnostik
a. Urinalisis : warna kuning, coklat gelap, merah gelap/terang,
penampilan keruh, pH : 7 atau lebih besar, bakteria.
b. Adanya staphylokokus aureus. Proteus, klebsiella, pseudomonas,
e. coli.
c. BUN/kreatin : meningkat
d. IVP : menunjukkan pelambatan pengosongan kandung kemih dan
adanya pembesaran prostat, penebalan abnormal otot kandung
kemih.
e. Sistogram : mengukur tekanan darah dan volume dalam kandung
kemih
f. Sistometri : mengevaluasi fungsi otot detrusor dan tonusnya.
VIII. Prioritas Keperawatan
1. Menghilangkan retensi urine akut
2. Meningkatkan kenyamanan
3. Mencegah komplikasi
4. Membantu klien untuk menerima masalah psikologis
5. Memberikan informasi tentang penyakit/ prognosiss
dan kebutuhan pengobatan.
IX. Hasil yang diharapkan :
1. Pola berkemih normal
2. Nyeri/ketidaknyamanan hilang
3. Komplikasi tercegah/minimal
4. Menerima situasi secara nyata
5. Proses penyakit/prognosis dan program terapi
dipahami oleh klien.
X. Diagnosa Keperawatan
a. Retensi urine (akut/kronik) b/d obstruksi mekanik pembesaran prostat
Tanda : frekuensi, keragu-raguan, ketidakmampuan mengosongkan
kandung kemih, inkontinensia, distensi kandung kemih,
residu, urine.

Hasil yang diharapkan :


-berkemih dengan jumlah yang cukup, tak teraba distensi kandung
kemih, menunjukkan residu paaska berkemih kurang dari 50 ml,
dengan tidak adanya tetesan/kelebihan aliran.

Intervensi :
-Dorong klien untuk berkemih setiap 2-4 jam dan bila tioba-tiba
dirasakan.
-Tanyakan pada klien tentang inkontinensia stress
-Observasi aliran urine, perhatikan ukuran dan kekuatan
-Awasi dan catat waktu dan jumlah setiap berkemih
-Perkusi area supra pubik
-Dorong masukkan cairan sampai 3000 ml / hari
-Awasi tanda-tanda vital
-Berikan perawaatan kateter dan perineal.
b. Nyeri (akut) b/d iritasi mukosa, distensi kandung kemih
Ditandai :
- keluhan nyeri pada kandung kemih, penyempitan fokus ; perubahan
tonus otot, meringis, perilaku distraaksi, gelisah, respon otonomik.
Hasil yang diharapkan :
- Melaporkan nyeri hilang/timbul
- Tampak rileks
- Mampu untuk tidur/istirahat dengan tepat.
Intervensi :
Mandiri :
- Kaji nyeri, perhatikan lokasi, intensitas.
- Perhatikan tirah baring bila diindikasikan.
- Berikan tindakan kenyamanan misal pijatan punggung.
Kolaborasi :
- Masukkan kateter dan dekatkan untuk kelancaran drainase.
- Lakukan massage prostat
- Berikan obat sesuai indikasi
c. Kekurangan volume cairan, resiko tinggi terhadap pasca obstruksi
diuresis dari drainase cepat kandung kemih yang terlalu distensi
secara kronis.
Kriteria/hasil yang diharapkan :
- Mempertahankan hidrasi adekuat
- Tanda vital stabil
Intervensi :
Mandiri :
-Awasi keluaran dengan hati-hati, tiap jam bila diindikasikan
-Dorong peningkatan pemasukkan oral berdasarkan kebutuhan
individu.
-Awasi tekanan darah, nadi
-Tingkatkan tirah baring dengan kepala tinggi
Kolaborasi : berikan cairan IV sesuai kebutuhan
d. Ketakutan/kecemasan dihubungkan dengan perubahan staatus
kesehatan kemungkinan prosedur bedah/malignasi
Ditandai : peningkatan ketegangan, ketakutan, kekuatiran.
Hasil yang diharapkan :
- Tampak rileks
- Menyatakan pengetahuan yang akurat tentang situasi
- Menunjukkan rentang yang tepat tentang perasaan/penurunan rasa
takut
Intervensi :
-Buat hubungan saling percaya dengan klien/orang terdekat
-Berikan info tentang prosedur dan tes khusus dan apa yang akan
terjadi
-Pertahankan perilaku nyata dalam melakukan prosedur
-Dorong klien/oran terdekat unruk menyatakan masalah/perasaan
-Berikan penguatan info kepada klien tentang info yang telah
diberikan sebelumnya.
e. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, kebutuhan
pengobatan b/d kurangnya informasi d/d pertanyaan minta informasi,
menyatakan masalah/indikator non verbal, tidak akurat mengikuti
instruksi, terjadinya komplikasi yang dapat dicegah.
Hasil yang diharapkan :
-Menyatakan pemahaman proses penyakit
-Mengidentifikasi hubungan tanda dan gejala penyakit
-Melakukan perubahan perilaku yang perlu
-Berpartisipasi dalam progrram terapi
Intervensi ;
Mandiri ;
-Kaji ulang proses penyakit, pengalaman klien.
-Dorong menyatakan perasaan dan rasa takut
-Beri info tentang penyakit yan terjadi pada klien.
DAFTAR PUSTAKA :
1. R. Sjamsuhidayat, Wim de Jong (1996), Buku Ajar Ilmu
Bedah, Penerbit Kedokteran, EGC, Jakarta.
2. Seri Ilmu Bedah, Staf Pengajar, UNPAD, Materi Kuliah
Bedah, Edisi I, 1999.
3. Doenges, ME and Moor House, Rencana Asuhan
Keperawatan. Edisi ke 3, Penerbir Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.

Tuan Saron 65 tahun, datang ke IGD RS KITA karena tidak bisa kencing sejak
sehari ini. Bagian perut bawah terasa penuh dan sangat nyeri. Klien mengatakan
sejak 2 bulan lalu sudah mengalami kesulitan berkemih, tapi masih bisa keluar
walaupun dengan waktu yang lebih lama dan harus mengejan.
Setelah berkemih juga merasa belum puas, sehingga sebentar-sebentar harus
berkemih dengan jumlah urin yang sedikit.
Pemeriksaan fisik : tidak ada oedem, palpasi blast penuh.
Pemeriksaan Lab : ureum 40mg/dl, creatinin 5 mg/dl. Leukosit urin 2/LP, eritrosit
urin 2/LP.
Dari pemeriksaan Rectal touché, di pastikan klien mengalami BPH derajat II.

Sign and symptom Etiologi Problem


DS : klien mengatakan tidak obstruksi mekanik Retensi urine (akut/
bisa kencing sejak sehari pembesaran prostat kronik)
ini, sudah 2 bulan
mengalami kesulitan
berkemih.
Klien mengatakan setelah
berkemih merasa belum
puas
DO : jumlah urine sedikit saat
berkemih
Creatinin 5mg/dl
Eritrosit urin 2/LP
Palpasi blast penuh

DS : Klien mengatakan bagian iritasi mukosa Nyeri (akut)


perut bawah terasa sekunder terhadap
sangat nyeri distensi kandung
P tidak bisa kencing / kemih
distensi kandung kemih
Q terasa sebah
R perut bagian bawah
S8
T saat kencing
DO : - Klien tampak
menyeringai
- Klien tampak
memegangi perut
- Tampak gelisah
Retensi urine (akut/kronik) b/d obstruksi mekanik pembesaran prostat
DS : klien mengatakan tidak bisa kencing sejak sehari ini, sudah 2 bulan
mengalami kesulitan berkemih.
Klien mengatakan setelah berkemih merasa belum puas
DO : jumlah urine sedikit saat berkemih
Creatinin 5mg/dl
Eritrosit urin 2/LP
Palpasi blast penuh
Hasil yang diharapkan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam retensi urine
teratasi ditandai dengan :
DS : klien mengatakan sudah bisa kencing 2 X sehari
DO : jumlah urine 500 cc tiap berkemih
Creatinin 3 mg/dl
Palpasi blast sedikit lembek
Eritrosit urine 1/LP
Intervensi :
-Observasi aliran urine, perhatikan ukuran dan kekuatan
R/ berguna untuk mengevaluasi obbstruksi
- Awasi tanda-tanda vital
R/ kehilangan fungsi ginjal mengakibatkan penurunan eliminasi cairan
dan akumulasi sisa toksik.
-Awasi dan catat waktu dan jumlah setiap berkemih
R/ retensi urine meningkatkan tekanan dalam saluran perkemihan atas,
yang dapat mempengaruhi fungsi ginjal.
-Berikan perawatan kateter dan perineal.
R/ menurunkan resiko infeksi asenden
-Dorong klien untuk berkemih setiap 2-4 jam dan bila tiba-tiba dirasakan.
R/ meminimalkan retensi urine ditensi berlebihan pada kandung kemih
-Dorong masukkan cairan sampai 3000 ml / hari
R/ peningkatan aliran cairan mempertahankan perrfusi ginjal dan
membersihkan ginjal dan kandung kemih dari pertumbuhan bakteri
-Perkusi area supra pubik
R/ distensi kandung kemih dapat dirasakandi area supra publik
-Tanyakan pada klien tentang inkontinensia stres
R/ tekanan uretra tinggi menghambat pengosongan kandung kemih atau
dapat berkemih sampai tekanan abdominal meningkat cukup untuk
mengeluarkan urine secara tidak sadar.

Nyeri (akut) b/d iritasi mukosa sekunder terhadap distensi kandung


kemih
Ditandai :
DS : Kklien mengatakan bagian perut bawah terasa sangat nyeri
P tidak bisa kencing / distensi kandung kemih
Q terasa sebah
R perut bagian bawah
S8
T saat kencing
DO : Klien tampak menyeringai
Klien tampak memegangi perut
Tampak gelisah
Hasil yang diharapkan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam nyeri berkurang
dengan kriteria hasil
- DS : Klien mengatakan nyeri berkurang, Skala 5, T saat kencing tidak
terasa nyeri
- DO: Klien tampak tenang/rileks
Mampu untuk tidur/istirahat dengan tepat.

Intervensi :
Mandiri :
- Kaji nyeri, perhatikan lokasi, intensitas.
R/ memberikan informasi untukmembantu dalam menentukan pilihan atau
keefektifan intervensi.
- Perhatikan tirah baring bila diindikasikan
R/ ambulasi dini dapat memperbaiki pola berkemih normal dan
menghilangkan nyerikolik.
- Berikan tindakan kenyamanan misal pijatan punggung.
R/ meningkatkan relaksasi, memfokuskan kembali perhatian dan dapat
meningkatkan kemampuan koping.
- Ajarkan teknik ditraksi relaksasi
R/ melatih kemandirian untuk relaksasi ketika nyeri timbukl
Kolaborasi :
- Masukkan kateter dan dekatkan untuk kelancaran drainase.
R/ pengaliran kandung kemih menurunkan tegangan dan kepekaan
kelenjar
- Lakukan massage prostate
R/ membantu dalam evakuasi duktus kelenjar untuk menghilangkan
kongesti atau inflamasi.
- Berikan obat sesuai indikasi
R/ diberikan untuk menghilangkan nyeri berat, memberikan relaksasi
mental dan fisik.

Anda mungkin juga menyukai