Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TB Paru

1. Definisi

Tuberkulosis adalah penyakit menular yang langsung disebabkan oleh

kuman Mycobaterium tuberkulosis. (Kemenkes,2011)

2. Anatomi Paru-Paru

Paru-paru adalah organ penting dari respirasi, jumlahnya ada dua,

terletak di samping kanan dan kiri mediastinum, dan terpisah satu sama lain

oleh jantung dan organ lainnya dalam mediastinum. Paru-paru memiliki area

permukaan alveolar kurang lebih seluas 40 m2 untuk pertukaran udara (Faiz

& Moffat, 2003). Karakteristik paru-paru yaitu berpori, tekstur kenyal

ringan; mengapung di air, dan sangat elastis. Permukaan paru-paru halus,

bersinar, dan membentuk beberapa daerah polihedral, yang menunjukkan

lobulus organ: masing-masing daerah dibatasi oleh garis-garis yang lebih

ringan (fisura). Paru kanan dibagi oleh fisura transversa dan oblik menjadi

tiga lobus: atas, tengah, dan bawah. Paru kiri memiliki fisura oblik dan dua

lobus (Gray, 2008).

6
7

Gambar 1 Anatomi paruSumber : Sobotta: Atlas Anatomi Manusia (2013)

Setiap paru memiliki bentuk kerucut yang terdiri dari bagian puncak (apeks), dasar

(basis), tiga perbatasan, dan dua permukaan. Puncak (apeks pulmonis) memiliki

permukaan halus dan tumpul. Puncak apeks menonjol ke atas dalam leher sekitar

2,5 cm di atas klavikula. Dasar (basis pulmonis) memiliki permukaan luas, konkaf,

dan terletak di atas diafragma, yang memisahkan paru-paru kanan dari lobus kanan

hati, dan paru-paru kiri dari lobus kiri hati, lambung, dan limpa. Karena diafragma

sebelah kanan lebih tinggi daripada di sisi kiri, kecekungan dasar paru kanan lebih

dalam dari yang di sebelah kiri. Basis pulmonalis paru turun selama inspirasi dan

naik selama ekspirasi (Snell, 2012).

Permukaan mediastinal adalah permukaan medial yang cekung. Pada

permukaan mediastinal terdapat dari hilus pulmonis, yaitu suatu cekungan dimana

bronkus, pembuluh darah, dan saraf yang membentuk radiks pulmonalis masuk

dan keluar paru. Ligamentum pulmonal adalah lipatan ganda yang

menghubungkan kedua lapisan pleura pada hilus paru. Ruang diafragma (base)

tergantung dengan permukaan cembung diafragma dimana di sebelah kanan lebih


8

cekung karena adanya hati (Snell, 2012).

3. Epidemiologi

Tuberkulosis (TB) adalah salah satu penyakit paling mematikan di dunia:

a. Seperempat dari populasi dunia terinfeksi TB.

b. Pada tahun 2016, 10,4 juta orang di seluruh dunia menjadi sakit karena

penyakit TB. Ada 1,7 juta kematian terkait TB di seluruh dunia.

c. TB adalah pembunuh utama orang yang terinfeksi HIV.

Sebanyak 9.272 kasus TB (tingkat 2,9 kasus per 100.000 orang)

dilaporkan di Amerika Serikat pada tahun 2016. Ini adalah penurunan

dari jumlah kasus yang dilaporkan pada tahun 2015 dan jumlah kasus

terendah yang tercatat di Amerika Serikat. Tingkat kasus 2,9 per

100.000 orang adalah penurunan 3,6% dari 2015. Sementara Amerika

Serikat terus membuat kemajuan yang lambat, strategi saat ini tidak

cukup untuk mencapai tujuan eliminasi TB di abad ini (CDC, 2017).

Pada tahun 2014, diperkirakan ada 9.6 juta kasus insiden TB

(kisaran, 9,1 juta – 10,0 juta) 3 secara global, setara 133 kasus per 100

000 populasi. Jumlah absolut dari kasus-kasus insiden menurun secara

perlahan, dengan rata-rata 1,5% per tahun 2000−2014 dan 2,1% antara

2013 dan 2014. Pengurangan kumulatif dalam Angka kejadian TB

2000–2014 adalah 18%. (WHO, 2015).

Jumlah kasus TB BTA + Baru Kabupaten Mojokerto tahun

2012 sampai tahun 2016 sebesar 607 dengan angka kematian selama
9

pengobatan per 100.000 penduduk sebesar 0,55 dengan jumlah

kematian sebesar 6 jiwa . Angka keberhasilan pengobatan sebesar

95,85%. Terjadi peningkatan penemuan kasus TB hal ini dikarenakan

terjadi peningkatan layanan TB DOTS selain di Puskesmas dan

Rumah Sakit Pemerintah, RS Swasta juga mulai melaksanakan MOU

Program TB DOTS, sehingga akses layanan TB DOTS lebih mudah di

dapatkan oleh masyarakat. Dalam rangka mewujudkan Target

Nasional untuk mencapai eliminasi TB Tahun 2035 dibutuhkan peran

dari pemberi layanan (termasuk Dokter Praktek Swasta) dan

masyarakat dalam penerapan strategi penanggulangan TB DOTS yang

handal. Angka Kesembuhan pada tahun 2016 adalah 91,89% dengan

jumlah BTA+ diobati sebanyak 530 dan yang mendapat pengobatan

lengkap sebanyak 21 jiwa. (Depkes,2016)

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian TB paru

Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian TB paru adalah :

a. Status ekonomi rendah

b. Daya tahan tubuh yang lemah

c. Status gizi

d. Kebersihan diri individu

e. Kepadatan rumah penduduk

f. Kurang sinar matahari dan sirkulasi udara yang buruk/pengap (Manalu,

2010)
10

5. Patogenesis

a. Tuberkulosis primer

Kuman tuberkulosis yang masuk melalui saluran napas akan bersarang di

jaringan paru sehingga akan terbentuk suatu sarang pneumoni, yang disebut

sarang primer atau afek primer. Sarang primer ini mungkin timbul di

bagian mana saja dalam paru, berbeda dengan sarang reaktivasi. Dari

sarang primer akan kelihatan peradangan saluran getah bening menuju

hilus (limfangitis lokal). Peradangan tersebut diikuti oleh pembesaran

kelenjar getah bening di hilus (limfadenitis regional). Afek primer

bersama-sam a dengan limfangitis regional dikenal sebagai kompleks

primer. Kompleks primer ini akan mengalami salah satu nasib sebagai

berikut :

1) Sembuh dengan tidak meninggalkan cacat sama sekali (restitution ad

integrum)

2) Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (antara lain sarang

Ghon, garis fibrotic, sarang pengkapuran di hilus)

Menyebar dengan cara :

1) Perkontinuitatum, menyebar ke sekitarnya. Salah satu contoh adalah

epituberkulosis, yaitu suatu kejadian penekanan bronkus, biasanya

bronkus lobus medius oleh kelenjar hilus yang membesar sehingga

menimbulkan obstruksi pada saluran napas bersangkutan, dengan


11

akibat atelektasis. Kuman tuberkulosis akan menjalar sepanjang

bronkus yang tersumbat ini ke lobus yang atelektasis dan

menimbulkan peradangan pada lobus yang atelektasis tersebut, yang

dikenal sebagai epituberkulosis.

2) Penyebaran secara bronkogen, baik di paru bersangkutan maupun ke

paru sebelahnya atau tertelan

3) Penyebaran secara hematogen danlimfogen. Penyebaran ini berkaitan

dengan daya tahan tubuh, jumlah dan virulensi kuman. Sarang yang

ditimbulkan dapat sembuh secara spontan, akan tetetapi bila tidak

terdapat imuniti yang adekuat, penyebaran ini akan menimbulkan

keadaan cukup gawat seperti tuberkulosis milier, meningitis

tuberkulosis, typhobacillosis Landouzy. Penyebaran ini juga dapat

menimbulkan tuberkulosis pada alat tubuh lainnya, misalnya tulang,

ginjal, anak ginjal, genitalia dan sebagainya. Komplikasi dan

penyebaran ini mungkin berakhir dengan: a) Sembuh dengan

meninggalkan sekuele (misalnya pertumbuhan terbelakang pada anak

setelah mendapat ensefalomeningitis, tuberkuloma) atau, b)

Meninggal. Semua kejadian diatas adalah perjalanan tuberkulosis

primer. (PDPI,2006).

b. Tuberkulosis post primer

Tuberkulosis postprimer akan muncul bertahun-tahun

kemudian setelah tuberkulosis primer, biasanya terjadi pada usia 15-40

tahun. Tuberkulosis postprimer mempunyai nama yang bermacam-


12

macam yaitu tuberkulosis bentuk dewasa, localized tuberculosis,

tuberkulosis menahun, dan sebagainya. Bentuk tuberkulosis inilah

yang terutama menjadi masalah kesehatan masyarakat, karena dapat

menjadi sumber penularan. Tuberkulosis postprimer dimulai dengan

sarang dini, yang umumnya terletak di segmen apikal lobus superior

maupun lobus inferior. Sarang dini ini awalnya berbentuk suatu sarang

pneumoni kecil. Sarang pneumoni ini akan mengikuti salah satu jalan

sebagai berikut :

1. Diresopsi kembali dan sembuh tanpa meninggalkan cacat

2. Sarang tersebut akan meluas dan segera terjadi proses

penyembuhan dengan pembentukan jaringan fibrosis. Selanjutnya

akan terjadi pengapuran dan akan sembuh dalam bentuk

pengapuran. Sarang tersebut dapat menjadi aktif kembali dengan

membentuk jaringan keju dan menimbulkan kaviti bila jaringan

keju dibatukkan keluar.

3. Sarang pneumonia meluas, membentuk jaringan keju (jaringan

kaseosa). Kaviti akan muncul dengan dibatukkannya jaringan eju

keluar. Kaviti awalnya berdinding tipis, kemudian dindingnya

menebal (kaviti sklerotik). Kaviti tersebut akan menjadi : Meluas

kembali dan menimbulkan sarang pneumonia baru. Srang

pneumonia ini akan mengikuti pola perjalanan seperti yang

disebutkan di atas memadat dan membungkus diri (enkapsulasi),

dan disebut tuberkuloma. Tuberkuloma dapat mengapur dan


13

menyembuh tetapi mungkin pula aktif kembali mencair lagi dan

menjadi kaviti lagi. Bersih dan sembuh yang disebut open healed

cavity atau kaviti menyembuh dengan membungkus diri dan

akhirnya mengecil. Kemungkinan berakhir sebagai kaviti yang

terbungkus dan menciut sehingga kelihatan seperti bintang

(stellate shaped)

Gambar 2. Patofisologi TB Sumber : PDPI,2006

6. Klasifikasi TB

Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, tidak

termasuk pleura.
14

Berdasar hasil pemeriksaan dahak  (BTA)


TB paru dibagi atas:

a. Tuberculosis paru BTA (+) adalah :Sekurang-kurangnya 2 dari 3

spesimen dahak  menunjukkan hasil BTA positif ,Hasil pemeriksaan satu

spesimen dahak  menunjukkan BTA positif dan kelainan radiologi

menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif, Hasil pemeriksaan satu

spesimen dahak  menunjukkan BTA positif dan biakan positif.

b. Tuberculosis paru BTA (-) adalah:

1. Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif, gambaran

klinis dan kelainan radiologi menunjukkan tuberkulosis aktif.

2. Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan

biakan M. tuberculosis
7. Gambaran Klinis

Diagnosis tuberkulosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis,

pemeriksaan fisis/jasmani, pemeriksaan bakteriologi, radiologi dan pemeriksaan

penunjang lainnya

a. Gejala klinis

Gejala klinis tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala

lokal dan gejala sistemik, bila organ yang terkena adalah  paru maka gejala

lokal ialah gejala respiratori (gejala lokal sesuai organ yang terlibat).
15

1. Gejala respiratori : batuk > 2 minggu, batuk darah, sesak napas, nyeri

dada

2. Gejala respiratori ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai

gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi. Kadang pasien

terdiagnosis pada saat medical check up. Bila bronkus belum terlibat

dalam proses penyakit, maka pasien mungkin tidak ada gejala batuk.

Batuk yang pertama terjadi karena iritasi bronkus, dan selanjutnya batuk

diperlukan untuk membuang dahak ke luar.

3. Gejala sistemik : demam, malaise, keringat malam, anoreksia, BB

menurun

4. Gejala TB ekstra paru tergantung dari organ yang terlibat, misalnya pada

limfadenitis tuberkulosis akan terjadi pembesaran yang lambat dan tidak

nyeri dari kelenjar getah bening, pada meningitis tuberkulosis akan terlihat

gejala meningitis, sementara pada pleuritis tuberkulosis terdapat gejala

sesak napas dan kadang nyeri dada pada sisi yang rongga pleuranya

terdapat cairan.

b. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan jasmani kelainan yang akan dijumpai tergantung dari

organ yang terlibat.Pada tuberkulosis paru, kelainan yang didapat tergantung

luas kelainan struktur paru.  Pada permulaan (awal) perkembangan penyakit

umumnya tidak (atau sulit sekali) menemukan kelainan.  Kelainan paru pada

umumnya terletak di daerah lobus superior terutama daerah apeks dan segmen

posterior (S1 dan S2) , serta daerah apeks lobus inferior (S6).  Pada
16

pemeriksaan jasmani dapat ditemukan antara lain suara napas bronkial,

amforik, suara napas melemah, ronki basah, tanda-tanda penarikan paru,

diafragma dan mediastinum.

Pada pleuritis tuberkulosis, kelainan pemeriksaan fisis tergantung dari

banyaknya cairan di rongga pleura. Pada perkusi ditemukan pekak, pada

auskultasi suara napas yang melemah sampai tidak terdengar pada sisi yang

terdapat cairan.

Pada limfadenitis tuberkulosis, terlihat pembesaran kelenjar getah bening,

tersering di daerah leher (pikirkan kemungkinan metastasis tumor), kadang-

kadang di daerah ketiak. Pembesaran kelenjar tersebut dapat menjadi “cold

abscess”

c. Pemeriksaan Bakteriologi

Bahan pemeriksaan

Pemeriksaan bakteriologi untuk menemukan kuman tuberkulosis

mempunyai arti yang sangat penting dalam menegakkan diagnosis.  Bahan

untuk pemeriksaan bakteriologi ini dapat berasal dari dahak, cairan

pleura, liquor cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung, kurasan

bronkoalveolar (bronchoalveolar lavage/BAL), urin, faeces dan jaringan

biopsi (termasuk biopsi jarum halus/BJH)

d. Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan standar ialah foto toraks PA. Pemeriksaan lain atas

indikasi: foto lateral, top-lordotik, oblik, CT-Scan. Pada pemeriksaan foto


17

toraks, tuberkulosis dapat memberi gambaran bermacam-macam bentuk

(multiform).  Gambaran radiologi yang dicurigai sebagai lesi TB aktif :

1) Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan posterior  lobus atas

paru dan segmen superior lobus bawah

2) Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan

atau nodular

3) Bayangan bercak milier

Gambar 3. Skema Alur Diagnosis TB Paru Pada Orang Dewasa, Sumber PDPI,2000

8. Terapi TB Paru
18

Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan

fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Paduanobat yang digunakan terdiri dari paduan obat

utama dan tambahan.

a. Obat Anti Tuberkulosis (OAT)

Obat yang dipakai:

1. Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah: Rifampisin, INH,

Pirazinamid, Streptomisin, Etambutol

2. Jenis obat tambahan lainnya (lini 2):Kanamisin, Amikasin, Kuinolon

b. Kemasan

Obat tunggal,Obat disajikan secara terpisah, masing-masing INH,

Rifampisin, Pirazinamid dan Etambutol. Obat kombinasi dosis tetap (Fixed

Dose Combination – FDC)Kombinasi dosis tetap ini terdiri dari 3 atau 4 obat

dalam satu tablet.

Gambar 4. Tabel Dosis Obat TB Paru, Sumber PDPI,2000

Pengembangan pengobatan TB paru yang efektif merupakan hal yang penting

untuk menyembuhkan pasien danmenghindari MDR TB (multidrug resistant

tuberculosis). Pengembangan strategi DOTS untuk mengontrol epidemi TB

merupakan prioriti utama WHO. International Union Against Tuberculosis and


19

Lung Disease (IUALTD) dan WHOmenyarakan untuk menggantikan paduan obat

tunggal dengan kombinasi dosis tetap dalam pengobatan TB primerpada tahun

1998. Keuntungan kombinasi dosis tetap antara lain:

1. Penatalaksanaan sederhana dengan kesalahan pembuatan resep minimal

2. Peningkatan kepatuhan dan penerimaan pasien dengan penurunan

kesalahan pengobatan yang tidak disengaja.

3. Peningkatan kepatuhan tenaga kesehatan terhadap penatalaksanaan yang

benar dan standar

4. Perbaikan manajemen obat karena jenis obat lebih sedikit

5. Menurunkan risiko penyalahgunaan obat tunggal dan MDR akibat

penurunan penggunaan monoterapimerupakan dosis yang efektif atau

masih termasuk dalam batas dosis terapi dan non toksik.Pada kasus yang

mendapat obat kombinasi dosis tetap tersebut, bila mengalami efek

samping serius harus dirujuk kerumah sakit / dokter spesialis paru /

fasiliti yang mampu menanganinya.

9. Pengobatan Suportif / Simptomatik

Pada pengobatan pasien TB perlu diperhatikan keadaan klinisnya. Bila

keadaan klinis baik dan tidak ada indikasi rawat, pasien dapat dibeikan rawat jalan.

Selain OAT kadang perlu pengobatan tambahan atau suportif/simptomatis untuk

meningkatkan daya tahan tubuh atau mengatasi gejala/keluhan.


20

a. Pasien rawat jalan

1. Makan makanan yang bergizi, bila dianggap perlu dapat diberikan vitamin

tambahan (pada prinsipnya tidak ada larangan makanan untuk pasien

tuberkulosis, kecuali untuk penyakit komorbidnya).

2. Bila demam dapat diberikan obat penurun panas/demam

3. Bila perlu dapat diberikan obat untuk mengatasi gejala batuk, sesak napas

atau keluhan lain.

b. Pasien rawat inap

Indikasi rawat inap :

1. TB paru disertai keadaan/komplikasi sbb :Batuk darah massif, Keadaan

umum buruk, Pneumotoraks, Empiema, Efusi pleura massif/bilateral,

Sesak napas berat  (bukan karena efusi pleura)  

2. TB di luar paru yang mengancam jiwa :TB paru milier, Meningitis TB.

Pengobatan suportif / simptomatis yang diberikan sesuai dengan keadaan

klinis dan indikasi rawat

10. Pencegahan (Harrison,2006)

a. Vaksinasi: Strain M. bovis yang dilemahkan, bacille Calmette-Gue'rin (BCG),

melindungi bayi dan anak kecil dari bentuk TB yang serius. Khasiatnya tidak

jelas dalam situasi lain.

b. Pengobatan infeksi laten

INH tidak boleh diberikan kepada orang dengan hati aktif penyakit
21

B. Kondisi Fisik Rumah

Kondisi fisik rumah adalah keadaan rumah secara fisik dimana orang

menggunakan untuk tempat berlindung yang mempengaruhi derajat kesehatan

manusia. Penyakit atau gangguan saluran pernafasan dipengaruhi oleh kondisi

lingkungan yang buruk. Lingkungan yang buruk tersebut dapat berupa kondisi fisik

perumahan yang tidak mempunyai syarat seperti ventilasi, kepadatan penghuni,

suhu, kelembaban. Lingkungan perumahan sangat berpengaruh terhadap terjadinya

penyakit saluran pernapasan (Slamet, 2009).

a. Ventilasi

Menurut Chandra (2007) Ventilasi adalah usaha untuk memenuhi

kondisi atmosfer yang menyenangkan dan menyehatkan manusia. Ventilasi

digunakan untuk pergantian udara. Hawa segar diperlukan dalam rumah

guna mengganti udara ruangan yang sudah terpakai. Udara segar diperlukan

untuk menjaga temperatur dan kelembaban udara dalam ruangan.

Berdasarkan kejadiannya, maka ventilasi dapat dibagi menjadi dua jenis,

yaitu :

1. Ventilasi alam

Ventilasi alam berdasarkan pada tiga kekuatan yaitu: daya

difusi dari gasgas, gerakan angin dan gerakan massa di udara karena

perubahan temperatur. Ventilasi alam ini mengandalkan pergerakan

udara bebas (angin), temperatur udara kelembabannya. Ventilasi

alam yaitu jendela, pintu, dan lubang angin. Ventilasi yang baik
22

minimal 10% dari luas lantai; 5% ventilasi insidentil (dapat dibuka

dan ditutup) dan 5% ventilasi permanen (tetap).

2. Ventilasi buatan

Pada suatu waktu, diperlukan juga ventilasi buatan dengan

menggunakan alat mekanis maupun elektrik. Alat-alat tersebut adalah

kipas angin, exhauter dan AC (air conditioner).

Tidak tersedianya ventilasi yang baik pada suatu ruangan akan

membahayakan kesehatan karena dapat menyebabkan pencemaran

oleh bakteri ataupun berbagai zat kimia. Adanya bakteri di udara

umumnya disebabkan debu, uap air dan sebagainya yang akan

menyebakan penyakit pernapasan (Azrul, 2002).

Menurut Kepmenkes Nomor 829/menkes/SK/VII/1999 tentang

Persyaratan Kesehatan Perumahan; luas penghawaan atau ventilasi

alamiah yang permanen minimal 10% dari luas lantai.

b. Pencahayaan Alami

Menurut Azrul 2002 cahaya matahari sangat penting bagi kehidupan

manusia, terutama bagi kesehatan. Selain untuk penerangan cahaya matahari

juga dapat mengurangi kelembaban ruang, mengusir nyamuk, membunuh

kuman penyakit tertentu seperti ISPA, TBC, influenza, penyakit mata dan

lain-lain. Cahaya, berperan sebagai gemercid (pembunuh kuman atau

bakteri).

Cahaya matahari banyak dimanfaatkan oleh manusia dalam rangka

menciptakan kesehatan yang lebih sempurna, seperti membiarkan cahaya


23

matahari pagi masuk ke dalam rumah, karena cahaya matahari pagi tersebut

banyak megandung sinar ultraviolet yang dapat mematikan kuman (Azrul,

2002) .

Agar dapat memperoleh cahaya yang cukup, setiap ruang harus

memiliki lubang cahaya yang memungkinkan masuknya sinar matahari ke

dalam ruangan baik secara langsung maupun tidak langsung. Sedikitnya

setiap rumah harus mempunyai lubang cahaya yang dapat berhubungan

langsung dengan cahaya matahari, minimal 10% dari luas lantai rumah; 5%

dapat dibuka (Azrul, 2002).

Menurut Kepmenkes Nomor 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang

Persyaratan Kesehatan Perumahan; pencahayaan alami dianggap baik jika

besarnya antara 60-120 Lux dan buruk jika kurang dari 60 Lux atau lebih

dari 120 Lux.

c. Kelembaban

Menurut Kepmenkes Nomor 829/menkes/SK/VII/1999 tentang

Persyaratan Kesehatan Perumahan, kelembaban udara yang memenuhi

syarat kesehatan dalam rumah adalah 40-70%. Rumah yang tidak memiliki

kelembaban yang memenuhi syarat kesehatan akan membawa pengaruh

bagi penghuninya. Rumah yang lembab merupakan media yang baik bagi

pertumbuhan mikroorganisme antara lain bakteri, spiroket, ricketsia, dan

virus. Mikroorganisme tersebut dapat masuk kedalam tubuh melalui udara.

(Achmadi, 2009).
24

Kelembaban yang tinggi dapat menyebabkan membran mukosa hidung

menjadi kering sehingga kurang efektif dalam menghadang

mikroorganisme. Bakteri pneumokokus seperti halnya bakteri lain, akan

tumbuh dengan subur pada lingkungan dengan kelembaban tinggi karena air

membentuk >80% volume sel bakteri dan merupakan hal yang esensial

untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup sel bakteri. Selain itu jika udara

terlalu banyak mengandung uap air, maka udara basah yang dihirup

berlebihan akan mengganggu pula fungsi paru (Azrul, 2002).

A. Rumah Sehat

Dalam undang-undang No 1 tahun 2011 tentang perumahan dan

permukiman disebutkan rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi

sebagai tempat tinggal yang layak huni, sarana membina keluarga, cerminan

harkat dan martabat penghuninya serta merupakan aset bagi pemiliknya.

Rumah berfungsi untuk melepaskan rasa lelah, tempat bergaul dan membina

rasa kekeluargaan diantara anggota keluarga, tempat berlindung, dan

menyimpan barang berharga, dan rumah merupakan status lambang sosial.

Rumah yang layak huni harus memenuhi standar kesehatan agar penghuni

rumah tersebut dapat terjamin kesehatannya (Azwar, 2007)

1. Syarat Hunian Sehat

Masalah perumahan telah di atur dalam Undang-Undang No. 4/1992

tentang Perumahan dan Pemukiman, pada Pasal 5 ayat (1) disebutkan

bahwa: “Setiap warga negara mempunyai hak untuk menempati dan atau

menikmati dan atau memiliki rumah yang layak dan lingkungan yang
25

sehat, aman, serasi, dan teratur”. Adapun persyaratankesehatan rumah

tinggal menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor:

829/Menkes/SK/VII/1999 dapat di lihat dari 10 aspek, yaitu:

a. Bahan bangunan

Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan zat-zat yang dapat

membahayakan kesehatan, antara lain sebagai berikut :

1. Debu Total tidak lebih dari 150 µg m3;

2. Asbes bebas tidak melebihi 0,5 fiber/m3/4jam;

3. Timah hitam tidak melebihi 300 mg/kg

Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan

berkembangnya mikroorganisme patogen.

B. Dampak Hunian Kurang Sehat

Perumahan dan hunian yang kurang sehat dapat mengakibatkan berbagai

dampak, di antaranya adalah:

a. Dari segi pemerintahan Pemerintah di anggap dan di pandang tidak cakap

serta tidak peduli dalam menangani pelayanan terhadap masyarakat.

b. Dari segi sosial

Sebagian masyarakat kumuh adalah masyarakat berpenghasilan rendah

dengan kemampuan ekonomi menengah ke bawah di anggap sebagai sumber

ketidakteraturan dan ketidakpatuhan terhadap norma-norma sosial. Daerah ini

sering dipandang potensial menimbulkan banyak masalah perkotaan, karena

dapat merupakan sumber timbulnya berbagai perilaku menyimpang, seperti

kejahatan, dan sumber penyakit sosial lainnya; kecenderungan terjadinya


26

perilaku menyimpang (deviant behaviour). Wajah perkotaan menjadi

memburuk dan kotor, planologi penertiban bangunan sukar dijalankan;

terjadinya bencana baik banjir, kebakaran; dan ari segi kesehatan banyak

penyakit yang ditimbulkan akibat pola hidup yang tidak sehat.

Anda mungkin juga menyukai