dari dokter.
• Dengan berkembangnya zaman,
Pengertian Malpraktik
norma tersebut.
• Kesalahan dari sudut pandang etika
malpractice.
NORMA ETIKA DAN HUKUM
DALAM PROFESI KESEHATAN
(LANJUTAN)
• Hal tersebut perlu dipahami mengingat dalam
profesi tenaga keperawatan berlaku norma
etika dan norma hukum sehingga apabila terjadi
kesalahan praktik, perlu dilihat domain/ranah
apa/mana yang dilanggar.
• Karena antara etika dan hukum ada
perbedaan- perbedaan yang mendasar
menyangkut substansi, otoritas, tujuan, dan
sangsinya, maka ukuran normatif yang dipakai
dalam menentukan adanya etbical malpractice
atau yudicial malpractice dengan sendirinya
juga berbeda.
• Yang jelas tidak setiap ethical malpractice
selalu merupakan yudicial malpractice, akan
tetapi semua bentuk Yudicial malpractice selalu
merupakan ethical malpractice. (Lord Chief
Justice, 1893)
Criminal Malpractice
Apabila perbuatannya memenuhi rumusan
contohnya:
• Euthanasia (pelanggaran pasal 344 KUHP);
• Membuka rahasia jabatan (pasal 332 KUHP);
• Membuat surat keterangan palsu (pasal 263
KUHP);
• Melakukan aborsi tanpa indikasi medis (pasal 299
KUHP).
Criminal Malpractice
(Lanjutan)
– Criminal malpractice yang bersifat ceroboh
(recklessness), misalnya:
• melakukan tindakan keperawatan tanpa persetujuan
bibir,
• Kurang hati-hati sehingga menimbulkan cacat,
anafilaktik.
• Pertanggungjawaban di depan hukum dapat bersifat
sakit/sarana kesehatan.
Civil Malpractice
Seorang tenaga kesehatan dikatakan
seharusnya dilakukan.
Pertanggung Jawaban Civil
Malpractice
hukum administrasi.
• Perlu diketahui bahwa di dalam
Administrative Malpractrice
Contractual liability
Vicarius liability
Liability in tort
Upaya pencegahan
malpraktik
Dengan adanya kecenderungan masyarakat untuk
yang dituduhkan.
Formal Legal Defence
Adalah melakukan pembelaan dengan
menolak unsur-unsur
(perawatan).
Pada perkara perdata dalam tuduhan
civil malpractice, dimana Perawat
digugat membayar ganti rugi
sejumlah uang, yang dilakukan
adalah mementahkan dalil-dalil
(alasan- alasan) penggugat karena
dalam peradilan perdata harus
dibuktikan di pengadilan, dengan
perkataan lain pasien atau
pengacaranya harus membuktikan
dalil (alasan) sebagai dasar gugatan
bahwa tergugat (perawat) harus
bertanggung jawab atas derita
(damage) yang dialami pasien
(penggugat).
Membuktikan adanya civil
malpractice tidaklah mudah, terutama
apabila tidak diketemukannya fakta
yang dapat berbicara sendiri
(resiplasoquitur), apalagi untuk
membuktikan adanya tindakan
menelantarkan kewajiban (dereliction
of duty) dan adanya hubungan
langsung antara menelantarkan
kewajiban dengan adanya rusaknya
kesehatan (damage), sedang yang
harus membuktikan adalah
orang-orang awam di bidang
kesehatan dan hal inilah yang
menguntungkan tenaga
keperawatan.