XI/99/2012
Menurut Penggugat : bahwa oleh karena itu, dengan mempertimbangkan penjelasan-penjelasan dan
dokumen pendukung yang telah kami berikan, dan berdasarkan asas keadilan, kami
mohon kepada Majelis Hakim yang terhormat agar mengabulkan permohonan
penghapusan sanksi kenaikan berdasarkan Pasal 15 ayat 2 UU KUP atas SKPKBT
Pajak Penghasilan Badan tahun 2002 sebesar Rp 8,566,979,402, sebagaimana
disampaikan dalam Surat Gugatan kami atas Keputusan Direktur Jenderal Pajak No.
Kep-896/WPJ.07/2010 tentang Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi
atas Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan Pajak Penghasilan.
Menurut Majelis : bahwa Tergugat telah menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
(SKPKBT) Pajak Penghasilan 2006, Nomor: 00001/306/02/058/09 tanggal 17
November 2008 dengan perhitungan sebagai berikut;
bahwa berdasar Surat Gugatan a quo maupun Surat Bantahan a quo diketahui
bahwa Penggugat telah setuju untuk membayar atas pokok pajak yang kurang
dibayar namun Penggugat tidak setuju atas dikenakannya Sanksi administrasi
berupa Kenaikan Pasal 15(2) sebesar Rp. 8.566.979.402,00;
bahwa alasan Penggugat tidak setuju atas dikenakannya Sanksi administrasi berupa
Kenaikan Pasal 15(2) sebesar Rp. 8.566.979.402,00 sesuai surat bantahan a quo
serta bantahan tertulis Penggugat a quo pada pokoknya adalah;
- bahwa pada waktu pemeriksaan pertama untuk tahun pajak 2002, Pengugat
telah mengungkapkan seluruh data dan informasi yang ada pada Pengugat
berikut bukti potong PPh Pasal 23 yang diterbitkan oleh Citibank pada saat itu.
Dalam pemeriksaan tersebut, sesuai dengan prosedur pemeriksaan yang
Pengugat ketahui, pihak pemeriksa juga seharusnya telah melakukan konfirmasi
kepada KPP Wajib Pejak Besar Satu atas kebenaran bukti potong PPh Pasal 23
tersebut. Dengan demikian, tidak terdapat data atau keterangan yang belum
diberitahukan atau diungkapkan pada saat penyampaian Surat Pemberitahuan
ataupun pada saat pemeriksaan pertama untuk tahun pajak 2002, sebagaimana
dimaksudkan dalam Pasal 15 ayat 2 UU KUP;
- bahwa Pengugat telah melakukan upaya-upaya baik secara verbal maupun
tertulis untuk menyelesaikan permasalahan dengan baik setelah menerima
informasi dari KPP PMA Lima mengenai Data Alket dari KPP Wajib Pejak Besar
Satu, sebelum keluarnya Surat Perintah Pemeriksaan ulang untuk tahun pajak
2002. Dengan demikian, sesuai dengan Pasal 15 ayat 3 UU KUP, sanksi
kenaikan sebagaimana diatur dalam ayat 2 seharusnya tidak dikenakan;
- bahwa kesalahan yang terjadi bukan merupakan kesalahan Wajib Pajak, karena
kesalahan tersebut dilakukan oleh Citibank selaku bank kustodi Pengugat dalam
penerapan peraturan dan penerbitan bukti potong, dan Citibank juga tidak
memberitahukan perubahan bukti potong tersebut kepada Pengugat maupun
kepada KPP Serpong di mana pada saat tersebut Wajib Pajak terdaftar. Seluruh
data dan informasi yang pada Pengugat berikut bukti potong PPh Pasal 23 yang
diterbitkan oleh Citibank pada saat itu juga telah disampaikan kepada pemeriksa
pada waktu pemeriksaan pertama, dan telah diterima oleh pemeriksa sebagai
kredit pajak. Dengan demikian, Pengugat berpendapat bahwa permohonan
Pengugat telah memenuhi ketentuan yang tercantum dalam Pasal 36 ayat 1
huruf a UU KUP karena terdapat unsur bukan kesalahan Wajib Pajak;
bahwa berdasar penelitian Majelis terhadap skema kronologis atas gugatan yang
diajukan oleh Penggugat terhadap keputusan Tergugat a quo diketahui hal hal
sebagai berikut;
bahwa dengan demikian diketahui pihak Citibank selaku bank kustodi Pengugat
mengetahui adanya kesalahan dalam penerapan peraturan dan penerbitan bukti
potong pada bulan Mei 2004 atau setelah selesai dilakukannya pemeriksaan
Penggugat oleh Tergugat;
bahwa Tergugat telah menyatakan “Bahwa Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan Pajak Penghasilan Badan Nomor 00001/306/02/058/09 tanggal 17
November 2009 Tahun Pajak 2002 diterbitkan berdasarkan alat keterangan dari
KPP Wajib Pajak Besar Satu yaitu surat nomor S68O/WPJ.19/KP.01/2008 tanggal
21 Januari 2008 2008 dan bukan berdasarkan keterangan tertulis dari Wajib
Pajak atas kehendak sendiri”;
“Pada hari rabu, tanggal 9 Juli 2008, diadakan konseling oleh kepala Seksi
Pengawasan dan Konsultasi II dan Account Representative dimana Wajib Pajak saat
itu diwakili oleh Direktur Keuangan. Berdasarkan Berita acara Pelaksanaan
Konseling Wajib Pajak telah bersedia dan sepakat untuk sementara
menyetor/membayar kembali sejumlah Rp. 8.490.005.980,00. Adapun jumlah
tersebut berbeda dengan data yang disampaikan oleh KPP Wajib Pajak Besar
satu yaitu sebesar Rp. 13.453.118.352 yang disebabkan oleh karena selain
melakukan perubahan Bukti Potong, Citibank N.A juga menambah
setoran/pembayaran karena terdapat kesalahan dalam perhitungan PPh-nya”;
bahwa sebelumnya pada tanggal 9 Desember 2008 Penggugat dengan surat nomor
ref: 035/Fin&Acc/ XII/08 hal; Masalah Pemotongan PPh atas bunga obligasi oleh
Citibank tahun 2002 sehubungan Berita Acara Pelaksanaan Konseling, Penggugat
pada halaman ke-3 butir ke-2 pada pokoknya menyatakan;
bahwa pada tanggal 18 Juni 2009, Tergugat (KPP PMA Lima) menerbitkan SP3
nomor PRIN-094. /WPJ.07/KP. 0600/2009 untuk melakukan pemeriksaan ulang
kepada Penggugat;
bahwa dengan demikian koreksi positif Tergugat (pemeriksa) atas Kredit Pajak
Penggugat yang berasal dari PPh yang dipotong pihak lain (Pasal 23) sebesar
Rp.8.566.979.402 adalah sama dengan apa yang telah dinyatakan Penggugat
dalam surat pengugat nomor ref: 035/Fin&Acc/ XII/08 tanggal 9 Desember 2008 a
quo, dan berbeda dengan jumlah yang dinyatakan oleh KPP Wajib Pajak Besar satu
yaitu sebesar Rp. 13.453.118.352, sebagaimana juga telah dinyatakan oleh Tergugat
(KPP PMA Lima) dalam suratnya nomor S-021/WPJ.07/KP.0607/2009 tanggal 22
Januari 2009 a quo;
bahwa Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 16 Tahun 2009 (Undang-Undang KUP) dalam Pasal 15 diatur
bahwa:
bahwa selanjutnya dalam Penjelasan Pasal 15 ayat (1) Undang-undang KUP a quo,
menjelaskan bahwa:
Yang dimaksud dengan data baru adalah data atau keterangan mengenai segala
sesuatu yang diperlukan untuk menghitung besarnya jumlah pajak yang terutang
oleh Wajib Pajak belum diberitahukan pada waktu penetapan semula, baik dalam
Surat Pemberitahuan dan lampiran-lampirannya maupun dalam pembukuan
perusahaan yang diserahkan pada waktu pemeriksaan. Sedangkan yang dimaksud
dengan data yang semula belum terungkap adalah data atau keterangan lain
mengenai segala sesuatu yang diperlukan untuk menghitung besarnya jumlah pajak
yang terutang, yang :
bahwa Majelis berpendapat terjadinya “data yang semula belum terungkap” bukan
dikarenakan hal-hal yang dijelaskan oleh huruf “a” dan “b” Penjelasan Pasal 15 ayat
(1) Undang-undang KUP a quo namun dikarenakan kesalahan pihak pemotong
pajak;
bahwa dalam Pasal 1 ayat (1) dan ayat (4) Keputusan Menteri Keuangan Nomor
542/KMK.04/2000 tanggal 22 Desember 2000 tentang Tata Cara Pengurangan atau
Penghapusan Sanksi Administrasi dan Pengurangan atau Pembatalan Ketetapan
Pajak diatur bahwa;
(1) “Direktur Jenderal Pajak karena jabatannya atau atas permohonan Wajib Pajak
dapat mengurangkan atau menghapus sanksi administrasi berupa bunga, denda
dan kenaikan yang ternyata dikenakan karena adanya kekhilafan Wajib Pajak
atau bukan karena kesalahan Wajib Pajak”;
(4) “Setiap permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) hanya boleh
diajukan oleh Wajib Pajak yang tidak mengajukan keberatan atas ketetapan
pajaknya, dan diajukan atas suatu Surat Tagihan Pajak, suatu Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar, atau suatu Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan”;
bahwa dengan demikian berdasarkan ketentuan dalam Pasal 15 dan Pasal 36 ayat
(1) huruf a Undang-undang KUP a quo serta Pasal 1 ayat (1) dan ayat (4) Keputusan
Menteri Keuangan a quo Majelis berpendapat untuk tidak mempertahankan
pengenaan sanksi Kenaikan Pasal 15(2) oleh Tergugat sebesar
Rp.8.566.979.402,00
Menimbang : bahwa atas hasil Pemeriksaan dalam persidangan, Majelis berkesimpulan untuk
mengabulkan seluruhnya gugatan Penggugat, sehingga besarnya pajak yang
harus dibayar dihitung kembali menjadi sebagai berikut :
Memperhatikan : Surat Gugatan Penggugat, Surat Tanggapan Tergugat, Surat Bantahan Penggugat,
hasil pemeriksaan dan pembuktian di dalam persidangan;
Mengingat : Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak, dan ketentuan
perundang-undangan lainnya serta peraturan hukum yang berlaku dan berkaitan
dengan perkara ini;